"Mollyyyyy... Mana kamu.. Kok lambat banget sih... Udah mau kesiangan ini.." Teriak Tika pada menantunya.
"Iya bu... Maaf tadi Molly masih jemur baju ibu sama baju adek Wika.." Inilah Molly wanita bertubuh gempal dan yang sedari tadi di teriaki Tika sang mertua.
"Aaahh.. Kamu itu memang lambat, karna tubuh kamu itu keberatan, lari aja gak bisa. Kayak apa mau gerak cepat?" Ledek Tika pada postur tubuh Molly.
"Maaf bu.. Kenapa ya..?" Molly ingin mengalihkan pembicaraan tak ingin tubuhnya terus di ocehkan Tika.
"Ini.. " Tika menyerahkan keranjang belanja pada Molly dengan sedikit melemparnya. Tapi untung saja Molly dapat menangkapnya dengan tapat.
"Kamu pergi belanja keperluan kita di dapur, kamu sih makan banyak banget makanya sayur sayur, lauk pauk kita di dapur itu cepat bangaet habisnya. Sekarang kamu pergi belanja ke pasar ini nama nama sayur dan yang lainnya perlu kamu beli." Tika menyerahakan lagi lembaran kertas pada Molly dan Molly menerimanya.
"Uangnya bu.." Ucap Molly pelan.
"Ck... Ini.. Sisanya kalau kurang kamu tambahlah pake duit kamu sendiri ya, kamukan makan juga." Ucap Tika langsung berlalu dari hadapan Molly yang berdiri di ambang pintu.
Tampa mendengarkan apa hinaan hinaan Tika tadi, Molly berangkat menuju pasar terdekat. Walaupun terbilang dekat Molly tetap harus menaiki ojek untuk sampai di pasar itu. Kini Molly sedang menunggu ojek online yang baru saja ia pesan. Sambil menunggu ojeknya, Molly membuka daftar belanjaannya.
Ada beberapa nama barang di sana ada juga sayuran.
Sayur asem, bayam, kangkung, terong, tahu, tempe.
Ikan segar, ikan asin, ceker ayam.
Sabun mandi Wika dan sabun mandi Ibu.
Bedak dan minyak rambut Wika
5 Pembersih muka Wika.
Masih punya Wika dan Ibunya.
7
8
9
10
11
12
...
Dan masih banyak lagi barang yang bukan untuk di pergunakan bersama di rumah itu hanya seperti sayur dan ikan saja yang termasuk belanjaan dapur tapi selebihnya milik Ibu dan anak itu.
Molly melihat uang yang di serahkan Tika padanya, hanya 100 Ribu. Apakah cukup untuk membeli keperluan Ibu mertuanya itudan Wika adik iparnya. Tentu saja tidak maka Molly harus mengunakan uangnya sendiri untuk membeli keperluan dapur dan juga menambah kekurangan uang dari keperluan Wika dan Tika.
Molly memgehela nafasnya sedih dengan nasibnya. Molly di nikahi Dika kakak dari Wika dan anak dari Tika dan mendiang ayah Dika yang sudah tiada sebelum Molly dan Dika menikah.
Dulu memanglah Molly tak segemuk ini, dulu Molly memiliki tubuh indah, tidak gemuk dan tidak kurus juga. Oleh sebeb itu Dika menikahi Molly. Keindahan tubuh Molly itu tak bertahan lama setelah Molly menikah dengan Dika, seperti sekarang tubuhnya melar dan seakan membengkak gemuk seperti ini. Seandainya Molly bisa kembali seperti dulu lagi pasti itu adalah muzijat yang paling hebat.
Lamunan Molly di buyarkan dengan suara klakson motor.
KIIIKK..
"Ya mas.." Molly berlari sedikit menghampiri Ojek online itu.
Ojek online itu bukannya menyerahkan helm penumpangnya tapi malah meneliti tubuh Molly.
"Kenapa Mas..?" Tanya Molly sang ojol itu tampak bingung.
"Maaf ya mbak.. Ini yang pesan Namanya Molly.. Ini mbak ya?" Tanya Sang ojol dan kembali melihat ponselnya.
"Iya Mas nama saya Molly." Ujar Molly ingin naik motor ojol itu.
"Ehh.. Ehh.. Mbak.. Maaf dulu ni ya.. Tapi motor saya kayaknya gak mampu bawa mbaknya.. Karna keberatan mbak." Ucap Ojol itu.
"Hahhh... Aduh mas.. Ke pasar di sebelah sana itu aja... Gak jauh kok.." Ucap Molly yang sedikit memohon.
"Heeehhh Molly.. Ngapain kamu mau segala naik ojol... Ojolnya tu takut kalau kamu yang naik ojolnya nanti bannya kempes di jalan, apalagikan pasar di sebelah sana itu ada tanjakan sedikit. Memang gak mampu itu motor ojolnya." Kata seorang ibu ibu, yang baru turun juga dari ojolnya di depan gang yang sama dengan Molly.
Tak lama datang lagi ibu ibu yang berteangga dengan Tika di rumahnya, dan juga mendengar ucapan tal sedap dari ibu ibu yang baru turun dari ojol itu.
"Eeehh Molly.. Jangan deh naik Ojol, gak mampu itu motornya, kasihan nanti takut takutnya kamu kenapa kenapa di jalan, bisa bisa Dika jadi duda muda. Lagian kalau pake motor, badan kamu aja udah penuh itu motor belum lagi belanjaan kamu... " Kata ibu ibu itu dengan lebih kasar lagi.
Molly hanya bisa menunduk tak berdaya, ia tak berani melawan karna menghargai yang lebih tua darinya. Sedangkan Bang ojol ini tadi jug sangat merasa tak enak mendengar ucapan ucapan pedas dari ibu ibu yang menghina tubuh Molly.
"Ya udah Mas.. Lanjut aja, saya gak jadi naik..." Molly benar bemar sakit hati mendengar itu. Bukan masalah jika mereka membicarakan tubuhnya tapi jika membicarakan hubungannya dangan Dika, Molly tidak terima.
"Iya mbak.. Tapi saya tetap bantu embaknya kok.. Saya hubungi aja teman saya yang bawa taksi biar bisa jemput embak di sini ya.." Tawar Ojol itu juga.
Molly hanya mampu menganggukan kepalanya dan tetap mengucapkan terimakasih pada sang ojol.
Tak lama kemudian mobil yang di tunggu Molly pun datang dan akhirnya Molly dapat berangkat kepasar.
Sesampainya di pasar, Molly melihat banyak sekali orang orang hang juga sibuk berbelanja, dan bila sampai di tempat yang sempit barus desak desakan. Belum lagi riuh ricuh pasar membuat Molly mengelengkan kepalanya.
"Semoga aja barang barang yang mau di belanjakan masih ada, nanti kalau gak ada malah aku yang kena marah lagi.." Ucap Molly yang sudah hafal alamat bila dia salah beli atau barangnya itu tidak ada maka dirinyalah yang akan di salahkan, kurang fokuslah kurang pahamlah, lambatlah.. Semua itu pasti akan Molly dengar dari mulut mertuanya.
Dengan perlahan tapi pasti Molly mencari dan berbelanja apa saja yang di daftar itu dengan benar. Hari ini tidak ada yang tidak ada, semuanya lengkap. Molly rasa kali ini ia tidak akan di marahi lagi.
Molly menaiki Taksi yang sama dengan yang sebelumnya karna molly akan membayar dua kali lipat jika sang sopir taksi mau menunggunya dan kembali mengantarnya pulang.
Di dalam perjalanan Molly menghitung belanjaannya. Sekitar 270 ribu yang terbelanjakan. Sementara uang yang di beri Tika hanya 100 ribu. Berarti sisanya adalah uang Molly sendiri. Jika untuk belanja sayur dan lauk pauk, tidak habis seratus ribu, tapi belanja alat alat keperluan Tika dan Wika ini yang banyak memakan uang Molly, padahal kataTika tadikan, Molly harus menggunakan uangnya juga karna ia juga manggunakannya. Tapi bila di faktanya, Molly tidak akan menyentuh barang barang ya ia beli ini. Paling hanya sayur dan Lauk pauk yang Molly dapatkan, kalau untuk barang kecantikan ini tidak akan.
Molly sampai di rumahnya pukul 2 siang, tubuh lelah, hati juga lelah. Molly meletakan barang belanjaannya di atas menja dapur dan mulai membereskannya memasukan bahan makanan itu ke dalam kulkas dan yang lainnya akan di antar kapada Tika, karna itu semua adalah miliknya dan anak gadisnya.
"Molly lambat banget sih kamu.. Aku sore ini bakal jalan jalan sama teman teman aku, mana barang barang kecantikan aku sini... Aku mau siap siap.." Wika langsung saja merampas kresek plastik itu dari tangan Molly dan berlalu masuk kamarnya lagi.
"Molly...." Tak habis habis lagi sepertinya panggilan darurat dari sang ibu mertua.
"Iya bu.." Molly datang dari dapur mendengar sang ibu memanggilnya dari teras.
"Molly bisa gak sih kamu jangan kasih malu ibu.." Ucap Tika sembari berkacak pinggangnya.
Molly tak paham dengan apa yang ibu mertunya itu bicarakan, rasanya Molly tidak ada membuat malu Tika sama sekali, sedari tadi Molly kepasar seorang diri untuk membelikan barang barang itu tadi.
"Molly... Molly... Kan ibu sudah bilang kurusin itu badanmu... Teman teman ibu di arisan ejek ibu semua.. Tadi ada ibu Lisma bilang kalau dia liat kamu lagi di tolak abang abang ojol, karna takut motornya gak mampu bawa kamu sampe pasar. Betul itu?" Tanya Tika sembari melototkan matanya.
"Iya betul bu.." Ucap Molly hanya bisa meremas jari jemarinya.
"Ciiihhh.. Kamu ini.. Kenapa sih Dika mau sama kamu yang gendut kayak gini, banyak kok cewel cewek cantik lainnya yang mau sama Dika, tapi kok bisanya Dika maunya sama kamu yang jelek kayak gini. Kamu pasti kasih pelet Dika kan.. Makanya Dika mau sama kamu, kalau kamu gak pake pelet peletan gak mingkin anak saya yang ganteng itu mau sama kamu." Dumel Tika habis habisan.
Molly..
Ucapan ucapan Tika tentu saja teringiang ngiang di telinga Molly, rasa sakit, rasa terbaikan, rasa menjadi beban, berputar putar di kepala Molly.
Molly kini sedang memasak seorang diri lagi di dapur kini. Wika dengan perkataannya tadi ia akan pergi jalan jalan bersama teman temannya. Sedangkan Tika sedang bersenang senang dengan drama indianya di depan televisi sekarang. Terkadang terdengar suara tawa Tika yang seperti meledek Molly.
Molly tetap meanjutkan kegiatan dapurnya, tanpa memperdulikan lagi ucapan ucapan yang terngiang ngiang di telinganya.
Sekarang jam sudah menunjukan pukul 5 sore, jam untuk Dika pulang kerja dari kantornya. Dika hanya berkerja sebagai kelerek di kantor itu, tidaklah lebih.
Melihat anaknya sedang memarkirkan motor tuannya di depan rumah Tika dengan cepat menyambut anaknya dan miliki tujuan lainnya.
"Dika.. Nak.." Panggil ramah Tika.
"Ya bu.." Dika pun meyalami tangan ibunya.
"Nak... Nak.. Kamu ada uang gak nak.. Ibu belum bayar utang sama bu Anggun. Tadi si ibu ada uang tapi buat belanja bahan bahan makanan dan juga perlengkapan sekolah Wika. Jadi uang ibu habis nak.." Ucap Tika sangat mencari iba dari Dika.
"Ibu butuh berapa bu..?" Tanya Dika sambil merogoh sakunya mencari dompet.
"Ibu butuh 300 ribu aja kok.." Ucap Tika berpura pura sedih lagi.
"Ini bu.." Dika pun menyerahkan uang tiga lembar merah itu pada ibunya.
Molly yang ada di situ pun hanya bisa diam saja. Padahal dalam hatinya sangat miris, tadi ibunya hanya memberikan 100 ribu padanya untuk berbelanja bahan bahan dan juga barang kecantikan Wika, bukan barang keperluan Wika, dan sisanya uang Molly sendiri untuk membeli sisa sisanya. Dan sekarang ibunya mengaku ia berbelanja bahan bahan dapur dan lainnya, padahal tadi Molly di marah marahi Tika karna ke pasar dan merasa malu karna Molly yang ingin ikut ojol tapi ojol itu menolaknya di depan teman sejawat Tika. Singguh pintar Tika memutar balik faktanya.
Kini Molly dan Dika sudah di kamar mereka berdua. Dika membuka kemejanya dan menyerahkannya pada Molly di sampingnya.
"Molly lain kali kamu kalau liat ibu belanja belanja bahan bahan di dapur atau apapun, kamu juga bantu ya gunakan uang yang kamu punya jangan hanya mengharap uang ibu. Kasihankan ibu jadinya gak punya uang sekarang." Ucap Dika seolah tahu semuanya.
"Tapi Mas.... Tadi itu aku yang kepasar, aku juga belanja pakai uangku, ibu cuma kasih uang 100 ribu aja. Semua belanjaannya tadikan 270 ribu.. Uang ibu tu cuma 100 ribu sementara belanjaan ibu sama Wika itu lebih banyak dari uang yang ibu kasih, terpaksa deh pake uangku.. Terus sayur sayur yang aku beli tu biasa biasa aja gaknya sampe 100 ribu.." Tutur Molly tak terima dengan ucapan Dika yang menyalahkan dirinya yang tak membantu ibunya.
" Terus kamu masalah kalau kamu yang berbelanja semuanya?" Tanya Dika menoleh seakan tak mempercayai Molly istrinya sendiri.
"Bukannya masalah, tapi ibu tadi bilang kalau dia yang berbelanja dan uangnya habis untuk berbelanja bahan dapur padahal uangnya habis karna untuk membeli barang kecantikannya itupun kurang dan pake uangku. Aku tidak terima itu." Ucap Molly kembali mencoba menjelaskan.
"Iya iya.. Bilang aja gak ikhlas.." Ucap Dika lagi lalu berlalu dari hadapan Molly.
Molly mengusap dadanya menyabarkan dirinya sendiri. Dan mengelengkan kepalanya.
Dika sibuk dengan pekerjaannya dan Molly melipat pakaiannya dan pakaian Dika. Tak lama terdengar suara gedoran di pinti kamar mereka.
"Kak Molly..." Teriak Wika dari luar kamar Molly.
"Wika.." Molly membukakan pintu kamarnya dan mendapati Wika dengan wajah memerahnya.
"Kak Molly bedak apa yang kamu beli.." Tanya Wika tanpa aba aba.
"Kenapa?" Tanya Dika lagi datang mendengar adiknya berteriak pada Molly.
"Ini kak.. Kak Molly salah beli bedak, lihat ini kulitku yang cantik ini rusak.." Rengek Wika dan kini sang ibu juga datang dan ikut memarahi Molly.
"Ya ampun... Molly lihat apa yang kamu perbuat. Lihat ini, kamu memang gak ada gunanya ya.. Dika buat apa sih kamu nikahi cewek gak ada gunanya gini?" Ucapan Tika sangat kasar tampa memikirkan perasaan Molly.
"Ini kenapa sih.. Kan Wika yang pake bedak, terus kok Molly yang salah?" Tanya Dika tak paham.
"Tadi itu Molly ke pasar, terus beli bedak buat Wika nah bedaknya itu gak cocok di kulit Wika kak.." Ucap Wika memberitahu yang terjadi.
"Tuh kan Mas Dika dengarkan, Molly yang belanja, terus sekarang Molly di salahin karna salah beli bedak buat Wika padahal itu bedaknya yang biasanya Molly b
"Ck.. Molly.. Jangan kayak gitu donk.. Kasian tu Wika mukanya merah pasti gatal banget ya Wika.." Rupanya Dika masih saja membela adik dan ibunya dan tak menghiraukan Molly yang di salahkan karna membeli bedak yang salah untuk Wika yang sudah tak cocok dengan bedak yang Molly tahu itu yang cocok pada Wika. "Molly lain kali kalau mau beliin Ibu atau Wika barang barangnya tanya dulu.. Mana yang cocok, mana yang mereka mau, jangan asal beli aja kayak gini. Lihat ini hasilnya." Dika malah memarahi Molly juga walaupun tak sekasar Tika. "Tapi...." Molly ingin membela dirinya sendiri tapi tidak di berikan celah oleh Tika. "Aalaaaahhh... Kamu itu Molly bilang aja kalau kamu gak ikhlas beliin bedak ini tadi, makanya kamu bikin salah beli dan kamu senangkan lihat muka cantik Wika jelek begini. Suka kan kamu liatnya." Kata Tika dengan sedikit berteriak. "Iya nih kak Molly... Pasti kak Molly irikan liat muka aku yang bersih dan glowing ini. Karna muka kakak Molly tu jelek banget.." Wika berlalu dan Tika mengikutinya. Molly terdiam dan menahan panasnya matanya ingin mengeluarkan airmatanya. Dika yang melihat itu menjadi bingung harus melakukan apa, Dika hanya berlalu tanpa memperdulikan Molly yang mulai meneteskan airmatanya. "Kenapa masalah ini datang bertubi tubi padaku.. Kenapa aku terus yang selalu di salahkan? Apa benar itu semua salahku. Aku hanya membelikan bedak yang biasanya untuk Wika, tapi aku kan tidak tahu kalau Wika sudah gak cocok pake bedak itu. Ya Tuhan tolong hentikan cobaan untuk rumah tangga hamba ini." Molly hanya bisa mengadu pada sang pencipta.
Satu bulan berlalu semenjak kejadian bedak Wika. Satu bulan ini juga Molly berusaha menjadi yang terbaik, Molly bangun pagi dan mengerjakan pekerjaan dapurnya dan juga cucian bajunya, bukan hanya baju Mollu saja, baju Dika, baju Wika, dan tentu saja sang nyonya rumah Tika. Molly tampa ragu mengerjakan semua itu demi mendapatkan maaf dari Wika dan Tika, biarlah Molly mengalah saja masalah bedak itu. Biarlah mereka terus berpikir Mollylah yang bersalah.
Di dapur sudah siap semuanya tinggal membantu Dika siap siap ke kantornya. Molly menyiapkan bekal, Molly menyetrika baju Dika dan tiba tiba Wika datang dengan bajunya uang sekeranjang penuh.
"Kak ini baju aku sama ibu di setrikain juga ya.. Oohh ya duluanin baju sekolah aku ya mau aku pake hari ini yang ini. Liat" Setelah memerintahkan kakak Iparnya Wika berlalu masuk kamarnya lagi.
Molly kembali mengelengkan kepalanya saja. Tapi walaupun demikian Molly tetap melakukan apa yang Wika perintahkan.
Molly meletakan baju Wika yang akan dia pakai hari ini di paling atas dan malai menyetrika baju Dika.
Dika yang baru bangun tidur langsung bersiap siap dan mencari Molly untuk menanyakan bajunya.
"Molly mana Bajunya..?" Tanya Dika datang kapada Molly yang tengah sibuk menyetrika baju Tika.
"Ini mas. Ini juga celananya." Molly menyerahkannya pada Dika. Dika pun tersenyum dan melanjutkan kegiatan bersiapnya.
Molly pun juga sama menlanjutkan pekerjaannya. Pukul 6.30 molly sudah meyiapkan makanan di meja makan. Orang orang penghuni rumah pun mulai berdatangan dan sarapan bersama.
Ya semua cukup baik belakangan ini karna Molly siap melakukan apapun yang di perintahkan Tika dan Wika.
Satu minggu berlalu dan perlakuan Molly sebagai pembatu buta gaji pun masih berlaku. Tapi entah mengapa juga satu minggu ini Dika sedikit berubah, kadang Dika pulang terlambat sama seperti malam ini.
Pukul delapan malam di jam dinding rumah Molly. Tapi sang suami belum terlihat batang hidungnya.
"Ck.. Haduh.. Mas Dika mana sih.. Kok gak pulang pulang?" Molly resah dengan Dika yabg tak kunjung pulang.
Akhirnya terdengar motor di depan rumah dan Molly yakin itu adalah Dika yng baru pulang, dengan cepat Molly menyambut kepulangan Dika.
"Mas kok pulangnya lambat?" Pertanyaan yang pantas di ajukan seorang istri uang khawatir.
"Gak papa.. Tadi aku lembur lagi. Makanya pulang lambat. Dah kamu tidur duluan aja, aku capek banget, nanti abis mandi aku tidur juga. Ayo.." Ajak Dika. Molly pun menurutinya dan mempercayai alasan Dika.
Satu bulan berlalu lagi tapi kondisinya semakin aneh menurut Molly, lagi lagi Dika pulang terlambat. Dan setelah pulang pasti dengan alasan lembur dan masalah pekerjaan lainnya.
Malam ini juga seperti itu, Molly yang bosan menunggu akhirnya memutuskan untuk beres beres kamarnya, karna sangkin ingin bersihnya molly menggeser sofa satu satunya di dalam kamarnya itu. Tapi anehnya Molly malah menemukan beberapa foto wanita wanota cantik dengan baju baju seksi dan tampaknya foto itu di ambil di atas ranjang. Molly mulai berprasangka buruk, siapa lagi pemiliknya kalau bukan pemilik kamari ini juga karna tak akan ada orang lain yang masuk kamarnya.
Ini pasti milik Dika, tapi kenapa Dika menyimpan foto foto seperti itu. Bukankah dia punya Molly.? Pasti itu pertanyaan siapa pun yang juga akan melihat hal ini.
Beruntungnya hari ini juga adalah hari gajian Dika dari kantornya, Molly ingin melihat berapa gaji yang Dika dapatkan setelah lembur berkali kali selama bulan ini. Molly pun menyimpan lagi foto itu di bawah sofa itu.
Dika pun pulang dan seperti biasa Molly menyambutnya, Dika pun mandi dan Molly pun beraksi. Dia mulai mencari slip gaji Dika bulan ini. Molly menemukannya dan membacanya, tidak ada yang berubah, gajihnya seperti biasanya.
"Apa apaan ini..?" Guamam Molly seorang diri "Katanya lembur tapi gajinya kok gak nambah, aku kira ya gajinya nambah donk." Molly pun mendengar Dika akan selesai mandi pun menyimpan lagi slip gajinya di dalam tas Dika.
Molly memutuskan untuk menyelidiki semuanya sendiri. Besok ia akan mengikuti Dika.
Dika seperti biasa pun berangkat ke kantornya dengan mengunakan motornya Molly pun mengikutinya dengan taksi yang sudah Molly pesan juga.
molly sampai di kantor Dika dan Dika sudah masuk ke dalam kantornya. Pagi berganti siang, dan siang berganti sore, ini jam Dika pulang kantor normalnya. Dan Dika pulang di jam normal seperti dulu. Tapi saat di perjalanan pulang Dika bukannya mengarah pulang tapi malah berbalik arah dengan jalan pulang.
Molly tetap mengikutinya tanpa menghiraukan telpon dari Tika sejak tadi.
Dika berhenti di sebuah klub dengan orang orang yang asing dan aneh di mata Molly. Dika masuk ke dalam Klub itu dan mau tak mau Molly mengikutinya.
Molly memang sudah curiga dangan tempat ini. Molly pun mengamati gerak gerik Dika yang menghampiri wanita wanita cantik dan seksi itu, terlihat mereka sangat akrab atau sengaja mengakrabkan diri dengan Dika yang baru masuk itu. Dan akhirnya Dika mengandeng satu wanita.
Mata Molly membulatkan matanya Dika mencium mesra wanita itu dan membawanya ke dalam kamar.
Molly menangis maratapi kamar itu, tapi tiba tiba tangis itu berubah menjadi amarah yang tak tertahankan mengingat hampir dua bulan ini Dika lambat pulang, dan artinya selama itu pula Dika bersenang senang di sini. Dan Molly kembali mengingat beberapa bulan ini usahanya menjadi yang terbaik malah di belakangnya Dika bermesraan dengan wanita seperti ini.
Molly tak tahan lagi Molly pun mendobrak pintu kamar itu dan mengeluarkan ponselnya merekam apa yang tengah suami tercinta dan seorang wanita tak dikenal itu bersenang senang.
"Ini... Ini yang kamu lakuin Dika, Ini?" ucap Molly terus merekam Dika dan Wanita itu yang menghentikan permainan mereka dan terkejut karna Molly yang tiba tiba masuk da merekam mereka berdua.
"Molly kamu..?" Dika terkejut Molly mengikutinya dan menangkap basahnya seperti ini. Dika dengan kemampuannya mengambil paksa ponse Molly dan mematikannya rekaman itu.
"Molly kamu ini apa apaan?" Tanya Dika berteriak membuat banyak orang yang menonton tayangan gratis dan langsung itu.
"Dika aku ini istrimu.. Aku susah susah di rumah kira kamu kerja dan lembur dan segalanya malah asik asik di sini dengan wanita j*l*Ng seperti ini.. Aku kurang apa Dika..?" Teriak Molly tak mau kalah juga.
"Hahahaha... Molly Molly.. Coba kamu bandingkan kamu sama mereka, bahkan mereka pun lebih baik dari kamu, mereka cantik dan bertubuh indah dan sangat memuaskan aku, sementara kamu? Cih" Dika melipat tangannya di dadanya yang tak mengenakan apa pun itu.
"Dika..." Lirih Molly sedih mendengar tuturan dari Dika.
"Apa betulkan.. Coba kamu lihat tubuhnya indah, cantik, sementara kamu.. Lama lama jijik aku tahu gak... Apa salahnya donk aku cari yang bisa puasin aku..?" Ucap Dika semakin menjadi dan mengeluarkan jati dirinya yang sesungguhnya.
Molly menggeleng gelengkan kepalanya berkali kali tak percaya apa yang dia dengar.
"Aki tu sudah bosan dengan kamu, lebih baik kalau kamu tidak mau sakit hati seperti ini maka mari kita bercerai sepertinya lebih baik seperti itu." ucap Dika lagi dengan santainya.
Molly memilih untuk keluar dari tempat itu dengan berlari sebisanya dengan mata yang penuh dengan air matanya.
Sesampainya di rumah Molly di suguhkan dengan amarah Tika.
"Kamu dari mana aja Molly.. Lihat tu cucian di dapur udah numpuk, baju aku juga perlu di cuci Molly" Teriak teriak Tika.
"Cukup..! Cukup semuanya berhenti.. Aku juga punya perasaan bu.. Mas Dika di luar sana sedang asik asikkan dengan wanita lain aku melihatnya sendiri bu.. Anak ibu itu selingkuh.." Terika Molly juga tak terima terus di salahkan.
"Oohh biarin aja, memang sepatutnya itu yang Dika lakuin dari dulu. Dan itu buat kamu berani gini ya...?" Tika terus menghujami Molly dengan ucapan ucapan kasarnya.
"Iya aku berani, karna Dika sudah ceraikan aku, dan aku juga sudah gak mau jadi babu kalian, sudah cukup penderitaan ini." Banyak tetangga tetangga yang di sekitar itu mendengarkannya dengan baik dan jelas. Mugnkin ini akan menjadi gosip hangat besok.
Dika pun pulang dan semakin menambah sakit hati Molly. "Kemasi barang barang kamu kalau kamu memang setuju cerai sama aku. Tapi aku rasa kamu gak akan seberani itukan.. Heh.. Tanpa aku kamu itu gak bisa apa apa." Ucap Dika sombong.
"Siapa bilang?" Molly menghapus airmatanya dan menatap mereka di depannya dengan berani. "Aku akan pergi malam ini juga tanpa kalian minta pun aku pergi, gak ada lagi yang bisa kalian perintah semau kalian, gak ada lagi yang bakal cuci baju kalian, gak ada lagi yang siapin makanan buat kalian, kalian selama ini udah enakkan jadi nyonya dan tuam di rumah ini dan aku sebagai babunya. Tapi setelah ini tidak akan ada lagi." Molly masuk ke dalam kamarnya dan mengemasi barang barangnya, Molly membawa semua barang barangnya dan malam itu juga Molly meninggalkan rumah itu.
"Molly tunggu..." Ucap Dika tiba tiba.
Molly menghentikan langkahnya. "Dimana warisan ibumu dulu, dia bilang kamu harus membaginya dengan aku..." Ucap Dika tak tahu malu.
"Warisan? Ooohh udah aku belanjaain untuk keperluan dapur sama keperluan ibu dan Wika, sudah habis..." Molly dengan segera pun berlalu pergi meninggalkan rumah biadab itu.
Molly memandang rumah yang selama 2 tahun ini menjadi tempat berlindungnya dan tempat sakit hatinya di kumpulkan. Molly kini memiliki tekad yabg sangat besar. Ia sangat ingin membalaskan dendam yang kini masih ada di hatinya, ia ingin Dika dan Keluarganya menjilat ludah mereka sendiri.
Molly hendak menjual warisan dan periasan yang ia punya tapi Molly mengurungkan lagi niatnya itu karna itu satu satunya peninggalan sang ibu.
Molly mengeluarkan uang tabungannya dj celengan berbentuk babinya di dalam tabungan itu rupanya ada uang senilai 3 juta rupiah. Molly tak menyangkanya karna menurutnya jarang Mollly mengisinya dengan uang. Molly hany menyisihkan uang yang Dika berikan padanya dan menyimpannya selama beberapa tahun ini. Tabungan Molly bukan hanya itu saja, karna Molly membedakan uang seratus ribu dengan uang 50 ribu. Jadi Molly miliki 2 buah tabungan yang sama sama di dalam celengan berbentuk babi itu.
Dengan uang yang ada Molly mengontrak sebuah rumah kecil dan perjalanan hidupnya di mulai dari sini.
Tiga bab siap.. selamat membaca.
Rajin nabung ya guys biar kayak Molly..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!