NovelToon NovelToon

Cahaya Cinta Salma

Kabar Mengejutkan

"Brakkk"

Suara benda yang saling beradu terdengar, begitu keras mencuri perhatian siapapun yang juga ikut melewati jalan kampung yang biasanya sepi, tapi saat ini ada acara pengajian yang di isi oleh seorang Kiyai terkenal alhasil, jalan sepi itu berubah jadi jalan yang cukup ramai.

"Astaghfirullah, kita menabrak orang Bah," lirih seorang wanita yang mungkin berusia empat puluh tahunan.

"Iya, Ummi, ayo turun!" sahut sang Kiyai yang akrab di panggil Abah itu.

"Bagaimana keadaannya Sulaiman?" tanya Abah pada santri sekaligus sopir pribadinya.

"Masih bernafas Abah," jawab Sulaiman.

"Cepat angkat dan bawa dia ke rumah sakit!" titah Abah sambil membantu menggendong seorang wanita yang terlihat lebih muda dari Ummi masuk ke dalam mobil. Dan Ummi sudah siap membuka juga duduk di jok belakang untuk memangku kepala korban.

"Sulaiman cepat! jangan sampai kita terlambat!" seru Ummi dengan nada panik bercampur bingung.

"Baik Ummi," jawab Sulaiman yang langsung memacu mobilnya setelah meminta bantuan seorang pemuda untuk melonggarkan jalan yang tertutup dengan sekian banyak orang yang melihat kejadian itu.

~

"Salma!, sal!" Suara panggilan Tari sahabat akrab Salman terdengar menggema di ruangan sempit yang di sebut ruang tamu oleh Salma.

Salma gadis cantik dengan kepribadian lembut dan penuh sopan santun juga cerdas, membuat siapapun jatuh hati padanya, tapi apa yang di milikinya tak seindah kehidupan yang harus dia jalani, setelah sang Ayah meninggal dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu yang terkenal sedikit tempramental.

"Iya, Tari, ada apa?" sahut Salma yang baru saja selesai membersihkan badan dengan wajah yang terlihat cerah berseri meski tanpa menggunakan make up.

"Salma, Ibu kamu kecelakaan," tutur Tari, sang sahabat dengan ekspresi wajah yang terlihat masih panik Tari berjalan mendekat ke arah Salma.

"Kamu jangan bercanda! Ibuku tadi jualan di acara pengajian, bagaimana bisa beliau kecelakaan?" tanya Salma yang tak percaya jika sang Ibu kecelakaan.

Tadi pagi Salma membantu sang Ibu untuk berjualan sosis bakar dan burger mini di acara pengajian yang tak jauh dari rumahnya, dia sengaja pulang untuk membersihkan diri sebentar dan akan kembali untuk membantu sang Ibu.

"Aku mana pernah bercanda jika menyangkut hal sepenting ini Salma?" ucapan sang sahabat sukses membuat Salma luruh ke lantai, otot kakinya terasa begitu lemah tak mampu menahan beban tubuh yang tiba-tiba terasa berat.

"Ada di mana Ibuku sekarang?" tanya Salma dengan air mata yang sudah deras mengalir tanpa bisa di hentikan.

"Aku kurang tahu, tadi begitu banyak orang yang melihat, tapi yang aku tahu Ibumu sudah di bawa ke rumah sakit tapi entah rumah sakit yang mana," jawab Tari.

"Kenapa kamu membawa informasi setengah-setengah Tari? jika seperti ini aku harus mencarinya di mana?" Salma semakin bingung dengan apa yang terjadi, dia tetap duduk bersandar di lantai hingga seseorang datang dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum!" suara tegas seorang laki-laki terdengar di teras rumah mengalihkan perhatian kedua gadis yang terlihat bingung.

"Waalaikum salam," sahut Tari dan Salma hampir bersamaan.

"Kamu duduk saja! biar aku yang melihat siapa yang datang?" Tari yang melihat keadaan Salma memilih menahannya agar dirinya saja yang pergi dan melihat siapa yang datang.

"Maaf, anda siapa?" tanya Tari heran saat melihat seorang laki-laki muda, tampan dan berkarisma berdiri tepat di depan pintu memakai baju kokoh yang membuatnya semakin terlihat berkarisma.

"Perkenalkan saya Ghozi salah satu santri Ummi Aisyah, apa benar ini kediaman Salma?" jawab laki-laki itu yang ternyata bernama Ghozi.

"Benar, silahkan masuk! biar saya panggilkan Salma," Tari berjalan masuk mendahului Ghozi ambil memberi isyarat agar dia mengikuti langkahnya.

Ghozi yang mendengar ajakan Tari ikut berjalan masuk mengekor langkah Tari, kemudian duduk di kursi usang yang ada di ruang tamu setelah mendapat perintah dari Tari.

"Salma!" panggil Tari.

"Ada apa? Siapa yang datang?" sahut Salma menengadahkan kepala melihat ke arah Tari yang berdiri dihadapannya.

"Aku tidak mengenalnya, bahkan tak pernah melihay dia sebelumnya, tapi dia mencarimu, dia bilang namanya Ghozi santri dari Ummi Aisyah," Tari menjelaskan apa yang dia ketahui tanpa mengurangi ataupun menambahnya.

"Ghozi? Ummi Aisyah?" lirih Salma dengan ekspresi wajah bingung yang terlihat jelas di wajahnya.

"Iya, apa kamu mengenalnya?" tanya Tari.

"Enggak, aku bahkan baru denger sekarang, apa jangan-ja~" suara Salma terjeda, dia memandang lekat ke arah Tari. Begitupun sebaliknya, keduanya saling pandang memberi isyarat jika apa yang mereka fikirkan pasti sama, tanpa banyak bicara lagi, Salma langsung berdiri berjalan cepat menghampiri Ghozi yang masih setia duduk di kursi ruang tamu.

"Maaf, anda mencari saya ada apa?" tanya Salma saat sudah sampai di ruang tamu dan berdiri tepat di samping Ghozi.

Ghozi yang sejak tadi diam menunduk sambil memainkan ponselnya kini mulai menengadah melihat siapa yang sudah berdiri di hadapannya. Melihat seorang gadis dengan kulit putih bening dan bersih juga rambut panjang hitam tergerai dengan bibir merah jambu yang terlihat asli membuat Ghozi terdiam tk bisa lagi berkata, sungguh pahatan sempurna yang telah tercipta di hadapannya itu bisa membuat siapapun terpana.

"Khem," Salma yang merasa sedikit risih dengan tatapan Ghozi yang begitu lekat mengarah ke arahya langsung berdehem untuk menyadarkannya dan berhenti menatap dirinya.

"Eh, maaf, apa kamu yang bernama Salma?" tanya Ghozi setelah tersadar karena suara deheman Salma.

"Iya, dengan saya sendiri, kamu siapa? dan ada perlu apa kemari?" Salma menjawab pertanyaan Ghozi dengan pertanyaan lain.

"Perkenalkan nama saya Ghozi, saya santri dari Ummi Aisyah dan Abah yang menabrak Ibu Mbak Salma," Ghozi menjelaskan siapa dirinya dan tujuannya datang ke rumah Salma.

"Jadi benar, Ibuku kecelakaan?" Salma yang terlihat masih syok bercampur tak percaya kini kembali bertanya.

"Iya, Mbak Salma, maaf keluarga Ummi tidak sengaja menabrak Ibu Mbak yang sedang menyebrang," Ghozi mengatakan apa yang terjadi mencoba meyakinkan Salma yang terlihat ragu.

"Di mana Ibuku sekarang?" Salma terlihat begitu khawatir tapi tetap mengeluarkan suara lembut tanpa emosi, hal itu membuat Ghozi terkejut sekaligus kagum, ekspresi terkejut, takut dan khawatir bercampur jadi satu, tapi tutur kata Salma masih saja lembut.

"Ibu kamu sedang di rawat di rumah sakit dan saya di utus Ummi untuk menjemputmu ke sana." Jelas Ghozi.

"Baiklah, tunggu sebentar! saya mau siap-siap dulu." Pamit Salma berjalan masuk ke dalam kamar sambil menarik tangan Tari agar ikut bersamanya.

Melihat kepergian Salma dan Tari membuat Ghozi tersenyum manis melihatnya.

Perintah Ummi kali ini benar-benar perintah yang membawa keberuntungan, karena perintah Ummi membuat Ghozi bisa berkenalan dengan Salma, gadis cantik yang mampu menggetarkan hati Ghozi.

"Ayo berangkat!" Ujar Salma dan Tari yang terlihat sudah rapi.

Ghozi kembali terpanah saat melihat Salma menggunakan hijab di kepalanya. Dia kembali terdiam menatap Salma.

Menemani Ibu Salma

"Khem, kita jadi berangkat atau tidak?" Salma benar-benar heran melihat Ghozi yang sering melamun.

"Maaf," ujar Ghozi berjalan lebih dulu agar dia berada di depan, melihat Ghozi melangkah keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Tari dan Salma mengikuti langkahnya di belakang kemudian ikut masuk ke dalam mobil.

Perjalanan menuju rumah sakit tidak terlalu lama karena jarak antara rumah sakit dan rumah Salma cukup dekat.

"Silahkan!" Ghozi membukakan pintu tengah di mana Tari dan Salma duduk yang di sambut dengan senyuman oleh Tari, tapi Salma masih saja diam tanpa kata, fikirannya masih terfokus pada sang Ibu.

"Ikuti saya!" titah Ghozi.

Mendengar perintah Ghozi membuat Tari dan Salma tak lagi bertanya, keduanya berjalan mengikuti langkah Ghozi tanpa banyak bicara hingga mereka sampai di ruang rawat inap bertuliskan R. Mawar no 2.

"Masuklah! Ummi, Abah dan Ibumu ada di dalam." ucap Ghozi sambil membukakan pintu agar kedua gadis di belakangnya itu bisa masuk ke dalam ruangan.

Salma yang tak sabar ingin segera melihat sang Ibu langsung masuk lebih dulu tanpa memperdulikan Ghozi yang masih setia berdiri di samping pintu.

"Ibu!" panggil Salma saat melihat sang Ibu tergolek lemas di ats brankar rumah sakit dengan selang infus di tangan san selang oksigen di hidungnya.

"Salma! kemarilah, Nak!" suara Ibu Salma terdengar begitu lemah dan lirih, meski begitu masih terdengar di terlinga hampir semua orang yang ada di ruangan, kecuali Tari dan Salma yang berada sedikit lebih jauh dari sang Ibu.

"Salma, Ibumu meminta kamu mendekat," tutur Ummi yang melihat Salma tetap diam tak berpindah tempat.

Setelah mendengar ucapan Ummi, Salma berjalan mendekat ke tempat sang Ibu yang terlihat masih terbaring lemah.

"Ibu, bagaimana keadaanmu?" tanya Salma saat berada tepat di samping sang Ibu sambil memegang tangannya yang terlihat lemah.

"Alhamdulillah, Ibu tidak apa-apa," jawab sang Ibu dengan senyum yang mengembang di pipinya.

"Syukurlah," lirih Salma.

"Nak," Ibu Salma kembali bersuara membuat semua yang ada di ruangan itu memasang telinga untuk mendengarkan apa yang ingin di katakan oleh Ibu Salma.

"Iya, Ibu, apa yang engkau inginkan?" sahut Salma yang ikut memasang telinga agar bisa mendengar semua yang Ibunya katakan tanpa satupun yang tertinggal.

"Ibu ingin berpesan padamu, sebelum akhurnya Ibu pergi," ujar Ibu Salma.

"Ibu mau ke mana? jangan tinggalkan Salma Bu, ajak aku bersamamu." Pinta Salma dengan ekspresi wajah memelas.

"Waktu Ibu sudah tidak banyak, Nak, setiap yang bernafas pasti akan kembali ke tempat di mana dia seharusnya kembali," tutur Ibu Salma.

"Ibu jangan pernah katakan hal itu! jangan tinggalin Salma, hanya Ibu satu-satunya orang yang Salma punya," Salma yang mendengar penuturan sang Ibu langsung memeluknya dengan erat, air mata yang tadi menetes kini turun deras bak air terjun.

"Sudah, jangan menangis terus! malu sama Ummi dan Abah," ujar Ibu Salma, kali ini Ibu Salma terlihat begitu tenang, tutur katanya juga lembut selembut sutera.

Salma sejenak menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah Ummi dan Abah yang berada tak jauh dari tempat Salma duduk. Ummi dan Abah hanya tersenyum membalas tatapan Salma.

"Jika nanti sudah tiba waktunya, Ibu ingin kamu ikut bersama Ummi dan Abah, jadilah santri di sana dan jangan pernah lupa do'akan Ibu! karena hanya do'amu yang Ibu tunggu Salma," pesan Ibu Salma.

"Iya, Ibu," jawab Salma, tak ada yang bisa di lakukan lagi oleh Salma selain menuruti keinginan sang Ibu, dia langsung menyetujuinya tanpa mendebat lagi.

Suasana kamar rumah sakit kembali hening setelah Salma menjawab keinginan sang Ibu, Tari yang sejak tadi ikut hanya diam mematung menyaksikan apa yang terjadi, sungguh saat ini dia ingin sekali memeluk Salma sang sahabat dan menguatkan hatinya yang terlihat rapuh, tapi Tari hanya bisa diam pasalnya di samping Salma masih ada Ummi yang setia mengusap punggungnya, seolah memberi kekuatan pada Salma.

"Salma," lirih Ummi.

"Iya, eh~" Salma nampak bingung menyahuti panggilan Ummi.

"Panggil saja Ummi!" titah Ummi yang di angguki oleh Salma.

"Iya, Ummi," Salma mengulangi kalimatnya.

"Ummi dan Abah akan pergi dulu, jika ada apa-apa kamu bisa mengatakannya pada Ghozi, dia ada di depan ruangan ini dan Kami akan ke sini lagi besok," pesan Ummi pada Salma.

"Baik, Ummi," Jawab Salma singkat.

Salma tak begitu memperdulikan orang lain yang ada di sekitarnya kecuali Sang Ibu yang kini jadi pusat perhatian Salma meski sang Ibu terlihat damai dalam mimpinya.

Hari semakin sore, Salma masih saja betah menatap sang Ibu tanpa mengubah posisinya, sedang Tari kini sudah duduk di sofa 0anjang yang berada tak jauh dari tempat sang sahabat duduk.

"Salma, aku mau keluar, apa kamu tidak apa-apa sendirian di sini?" tanya Tari sebelum dia pergi.

"Kamu mau ke mana Tari?" tanya Salma.

"Aku pulang dulu. Ambil baju ganti dan makanan untuk kita, setelah itu aku akan kembali ke sini." Ujar Tari.

"Baiklah, maaf ya Tari, aku jadi merepotkanmu," cicit Salma saat melihat ekspresi lelah di wajah Tari.

"Hey, bukankah kita sahabat?" ucap Tari dengan senyum yang dia buat semanis mungkin.

"hm," sahut Salma sambil menganggukkan kepala.

"Sesama sahabat itu harus saling membantu Salma, jadi kamu tenang saja, aku melakukan semuanya dengan senang hati kok," ujar Tari.

"Terima kasih, kamu memang sahabat terbaikku," ujar Salma.

"Sudah, aku pergi dulu." Pamit Tari melenggang pergi meninggalkan Salma dan Ibunya.

"Loh, kamu masih ada di sini?" tanya Tari saat melihat Ghozi masih setia duduk di kursi ruang tunggu depan ruangan Arum.

"Iya, apa ada yang bisa saya bantu?" tawar Ghozi.

"Eh, ti~tidak, aku mau pulang sebentar ambil baju ganti dan ambil makanan untuk Salma," jawab Tari sedikit gugup, berhadapan deng Ghozi yang terlihat begitu tampan dengan tatapan teduh membuat jantung Tari berdebar.

"Apa perlu saya antar?" Ghozi menawarkan tumpangan pada Tari.

"Eh, jangan! kalau kamu mengantarku , siapa yang akan menemani Salma di dalam? lebih baik kamu di sini saja, takut ada apa-apa, jadi Salma masih punya temen," tolak Tari.

"Baiklah," satu jawaban singkat yang cukup mewakili segalanya.

Tari akhirnya meninggalkan Ghozi yang kembali duduk di tempatnya sambil menatap layar ponsel yabg ada di tangannya, Ghozi mendapat fasilitas istimewa dari Ummi dan Abah dengan membawa ponsel karena Ghozi termasuk santri ndalem yang bertugas membantu Ummi dan Abah, jadi dia di perbolehkan membawa ataupun mengoperasikan ponsel agar lebih mudah di hubungi di manapun dia berada.

Kepergian Ibu Salma

Suasana rumah sakit terasa begitu hening dan sepi setelah Tari pergi untuk mengambil baju ganti. Sedang Salma masih saja menatap lekat wajah sang Ibu, satu-satunya keluarga yang dia miliki saat ini, meski dia begitu sering di marahi tapi Ibu adalah orang yang paling Salma sayangi.

"Ibu, kamu kenapa? ada apa Ibu?" tanya Salma saat sang Ibu tiba-tiba bangun dan terlihat kesulitan untuk bernafas.

"Tidak a~pa-apa, Nak, kamu jangan khawatir! ukhuk ...." suara ringkih sang Ibu terdengar.

"Ibu mau apa? jangan terlalu banyak bergerak! biar Salma yang mengambilkan untuk Ibu." Ujar Salma saat melihat sang Ibu hendak bangun dari tidur.

"Tidak ada, Nak, hanya saja Ibu sudah di jemput, ingat baik-baik pesan Ibu! jadilah seorang gadis yang bisa membanggakan Ibu nanti, dan jangan lupa do'akan Ibu karena do'a itu akan selalu ku tunggu, Ibu menyayangimu, Nak," ungkap Ibu Salma dengan senyum di bibirnya, sedang Salma hanya terdiam menatap heran sang Ibu hingga akhurnya dua kalimat syahadat terucap dari bibir Ibu Salma dan bunyi panjang alat yang ada di samping sang Ibu menandakan jika dia telah tidur lelap untuk selamanya.

"Ibu, ibu ... Dokter!! Dokter!!" Salma yang biasa nya tenang kini berteriak histeris memanggil sang Ibu dan Dokter yang dia harapkan bisa membangunkan sang Ibu.

"Ada apa, Salma?" tanya Ghozi yang baru saja masuk ke dalam ruangan di mana Salma berada.

"Panggilkan Dokter!! cepat!!" sahut Salma tanpa menoleh ke arah Ghozi, dia masih setia menatap wajah damai sang Ibu dengan ekspresi wajah paniknya.

Seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan, menemui Salma dan memeriksa keadaan sang Ibu.

"Maaf, pasien tidak tertolong, jadi kami minta Mbaknya sabar menghadapi semua ujian ini." Ucap Dokter yang menangani Ibu Salma.

Hancur sudah, dunia Salma seolah runtuh mendengar ucapan sang Dokter, tak ada lagi harapan yang tersisa dalam hidupnya, kini dia benar-benar seorang diri, kakinya seperti tak lagi memiliki otot, Salma pun luruh ke lantai.

"Yang sabar Mbak Salma, semua yang bernyawa pasti akan kembali ke hadapannya," lirih Ghozi yang kini ikut duduk di samping Salma yang terlihat begitu hancur dengan menundukkan kepala, air mata tak lagi bisa dia bendung, mengalir bagai air terjun yang tak bisa di hentikan.

"Aku benar-benar sebatang kara saat ini," lirih Salma.

"Jangan pernah merasa sendiri di dunia ini! karena sejatinya masih ada Allah yang akan selalu menemani kita, kamu yang tabah karena aku yakin kamu bisa melewati semua ujian ini, ingatlah jika allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya, jika saat ini kamu mendapat ujian ini maka itu tandanya kamu mampu melewatinya. Percayalah!" kata-kata penyejuk jiwa terdengar begitu menenangkan hati Salma yang tengah gunda, dia memejamkan mata meresapi setiap kata yang terucap dari bibir Ghozi.

"Terima kasih," Salma kembali berucap meski suaranya kini parau dan lirih, tapi Ghozi masih mampu mendengarnya.

"Tidak perlu berterima kasih, sudah kewajibanku mengingatkan sesama saudara muslim," jawab Ghozi kini berdiri dan sedikit menjauh dari Salma, Ghozi memberi kabar pada Ummi dan Abah tentang kepergian Ibu Salma.

"Salma! ada apa ini?" ucap Tari yang baru saja sampai di rumah sakit dengan saru tas selempang dan satu kantong plastik di tangannya.

"Tarii!" melihat sang sahabat, Salma langsung berlari menghambur ke pelukannya menumpahkan segala rasa sakit yang kini ada di hatinya.

Sedang Tari hanya bisa diam tanpa kata melihat tubuh Ibu dari sahabatnya itu sepenuhnya sudah di tutup oleh selimut yang memberi arti jika Ibu Salma telah pergi untuk selama-lamanya.

"Kamu yang sabar Salma, aku yakin semua yang telah terjadi pasti ada hikmahnya, aku di sini bersamamu, kamu yang tabah," ujar Tari mencoba menenangkan Salma yang masih saja menangis.

"Kenapa semuanya pergi meninggalkan aku Tari?" lirih Salma.

"Mereka pergi bukan karena keinginan mereka Salma, ini sudah takdir yang harus kamu jalani, yang tabah dan ikhlas, semua akan indah pada waktunya," Tari masih saja mencoba menenangkan Salma yang terlihat begitu kacau.

"Assalamualaikum," ucap Ummi yang langsung berjalan cepat mendekat ke arah Salma yang masih betah berada di pelukan Tari.

"Yang sabar Nduk, semua pasti ada hikmahnya, maafkan Ummi, semua ini karena kesalahan Ummi dan Abah," sambung Ummi sambil mengusap pelan kepala Salma yang masih tertutup hijab.

Mendengar ucapan Ummi, membuat Salma sadar jika apa yang terjadi memang sudah takdir yang harus dia jalani, menangis sejadi-jadinya pun akan percuma karena Salma yakin Ibunya tahu bagaimana keadaannya saat ini.

"Tidak Ummi, ini bukan salah siapa-siapa, tapi ini memang takdir yang harus aku jalani, terima kasih sudah membantu membiayai rumah sakit Ibu." Ucapan Salma seperti hantaman bom di hati Ummi, dia merasa bersalah bercampur kagum dengan apa yang di ucapkan Salma.

"Setelah ini ikutlah bersama Ummi, dan Ummi akan menjagamu seperti putri Ummi sendiri, seperti janji Ummi pada almarhum Ibumu," ucap Ummi dan Salma hanya diam tanpa berkomentar mendengar penuturan Ummi, dia masih bingung dan tak memikirkan apapun saat ini.

Pemakaman di lakukan di pesantren, Ibu Salam di makamkan bersama dengan keluarga ndalem lainnya, sesuai dengan perintah Ummi dan Abah.

"Mulai hari ini tinggallah di sini bersama kami!" pinta Ummi setelah selesai memakamkan Ibu Salma.

"Tapi Salma ingin tinggal di rumah saja Ummi, maaf sebelumnya bukan maksud Salma menolak," jawab Salma.

"Tinggallah di sini, Nak, sesuai dengan wasiat Ibumu, karena Ummi dan Abah akan merasa sangat bersalah jika kamu tak mau tinggal di sini," kini giliran Abah yang berucap.

Salma tak langsung mengiyakan apa yang di minta oleh Ummi dan Abah, dia masih terdiam memikirkannya hingga suara Tari yangs sejak tadi duduk di sampingnya kini mulai bersuara.

"Tinggallah di sini Salma, aku yakin kamu akan merasa jauh lebih tenang jika berada di sini, dari pada kamu harus sendirian di rumah yang akan mengingatkanmu pada Ibu," Tari ikut mendukung Salma agar mau tinggal di pesantren Ummi.

"Baiklah, aku akan tinggal di sini," jawaban yang membuat hati Ummi dan Abah begitu lega mendengarnya.

"Alhamdulillah, Ummi senang mendengarnya, Nak," ujar Ummi.

"Ummi akan segera menyiapkan kamar untukmu," ujar Ummi.

"Apa Salma boleh tinggal di asrama bersama santri yang lain Ummi?" tanya Salma.

"Tentu saja, apapun yang kamu minta, Nak," jawab Ummi tanpa banyak berfikir.

"Dan biarkan Salma membantu pekerjaan Ummi sebagai gantinya," Salma kembali berucap.

"Ummi akan memberikan apapun selama kamu mau tinggal di sini," jawab Ummi dengan ekspresi lega yang tergambar jelas di wajahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!