NovelToon NovelToon

Simpanan Brondong Tajir

Prolog

Langit bersinar begitu cerahnya, secerah hati seorang gadis yang bernama Sevia Kireina Dzakiya. Pasalnya, hari ini kekasih hatinya akan datang dari kampung. Sevia begitu tidak sabar untuk segera bertemu dengan Andika, karena semenjak Andika wisuda, dia belum pernah bertemu lagi.

Ting

Terlihat ada satu pesan masuk di handphone Sevia. Dengan tidak sabar Sevia pun segera membukanya. Namun hatinya langsung mencelos saat pesan yang masuk bukan dari kekasihnya melainkan dari operator yang mengatakan kuota internetnya sudah habis. Dengan hati yang kesal, Sevia pun membanting handphone-nya di atas kasur lantai.

"Kenapa lama banget sampainya, katanya sudah sampai Cikampek tapi udah satu jam gak nyampe-nyampe," gerutu Sevia

Lama Sevia menggerutu sendiri sampai akhirnya ada telepon masuk dari Andika yang memintanya untuk menjemput di depan Indimart.

Dengan wajah berseri, Sevia pun segera menyambar kunci motor yang ada di atas lemari plastik miliknya. Tidak butuh waktu lama, Sevia sudah tiba di tempat tujuan karena memang jarak Indimart dengan kontrakannya tidak begitu jauh.

Terlihat di sana Andika sedang menunggunya di depan Indimart dengan tas punggung dan sebotol air mineral di tangannya. Setelah memarkirkan motornya, Sevia pun langsung menghampiri Andika yang sedang asyik dengan handphone-nya.

"Lama nunggunya gak, Di." Sevia langsung mencium punggung tangan Andika.

"Gak lama kho, cuma lima belas menit." Dengan senyum mengembang Andika menatap wajah Sevia.

Sevia makin cantik aja tinggal di kota, wajahnya jadi putih mulus tidak kumal lagi, batin Andika

Setelah Sevia membeli beberapa cemilan untuk di kontrakannya, mereka pun langsung pulang. Namun, saat Sevia sampai dikontrakkan, ternyata ada Ines yang merupakan anaknya Om Joni pemilik kontrakan yang Sevia tempati.

"Wah Via dengan siapa? Kenalin dong temannya!" ujar Ines dengan mata yang tidak lepas dari Andika.

Bagaimana tidak, meskipun Andika tinggal di kampung, tapi gaya dan penampilannya seperti anak kota karena dia pernah kuliah di Bandung saat mengambil sarjananya. Sedangkan Sevia hanyalah lulusan SMA. Bukannya tidak mau dia melanjutkan kuliah tapi tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi meskipun dia selalu rangking satu di kelasnya.

"Oh iya Di, kenalin ini temanku Ines. Dia anak pemilik kontrakan dan juga kerja satu pabrik denganku. Hanya saja dia di bagian admin," terang Sevia

"Andika," Andika pun mengulurkan tangannya mengajak bersalaman pada Ines. Tentu saja Ines pun menyambutnya dengan suka cita dan jangan lupakan senyumnya yang menggoda membuat jiwa biawak pada diri Andika meronta hebat. Apalagi Ines memiliki paras yang cantik dan body yang mampu membuat urat saraf para pria hidung belang menegang.

Setelah mengobrol yang un-faedah ke sana ke mari, Sevia pun mengantar Andika ke kontrakannya yang terhalang satu pintu dari kamar Sevia.

"Via, kamar mandinya belum kamu bersihkan ya! Kenapa kotor banget sih! Aku gak biasa mandi di kamar mandi yang kotor begitu," protes Andika

"Sebentar aku ambil sikat sama pembersih kamar mandi." Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkannya, Sevia pun mulai membersihkan kamar mandi kontrakan Andika.

Tanpa Sevia sadari, Andika sudah berdiri di ambang pintu memperhatikan bokong Sevia yang padat sedang menungging membersihkan kamar mandi.

Merasa tidak tahan dengan apa yang dilihatnya, Andika pun langsung menghampiri Sevia dan menempelkan pusaka saktinya yang tersembunyi pada bokong Sevia. Perlahan Andika menggesek-gesekan pusaka saktinya itu, membuat Sevia menjadi risih dibuatnya.

"Di, diam apa! Ini sedikit lagi." Sevia langsung berbalik dan berniat mendorong Andika. Namun ternyata Andika dengan sigap menempelkan tubuhnya pada tubuh Sevia hingga tidak ada jarak yang tersisa.

Tanpa bicara lagi, Andika langsung melahap bibir ranum Sevia dengan rakus. Hasratnya sudah tidak bisa dia bendung lagi, hingga Andika pun langsung membopong Sevia pada kamar yang tak berpintu itu. Lama mereka saling berebut saliva dan bergelut lidah hingga suara decapan pun tak bisa dielakkan lagi. Namun saat tangan nakal Andika mulai memainkan bukit kembar Sevia seperti sedang bermain squisy, Sevia pun langsung tersadar dan segera menghentikan tangan Andika.

Dengan napas yang memburu, Sevia pun mulai bicara pada Andika. "Sorry Di, aku gak mau terlalu jauh karena kita belum menikah."

"Kamu tenang saja Via, aku juga tahu batasan. Lagipula kalau hanya memainkan bukit kembar itu tidak akan membuatmu hamil." Dengan pintarnya, Andika pun beralibi.

*****

Enam bulan sudah berlalu, Sevia yang selalu bekerja lembur di tempat kerjanya membuat dia jarang bertemu dengan Andika yang kerjanya tidak mengenal shift karena dia menjadi staf engineering. Mereka bertemu hanya disaat libur kerja, itupun jika Sevia tidak sedang lembur. Meski terkadang mereka bekerja satu shift tapi jam pulangnya pasti berbeda.

Sementara Andika, selama dia jarang bertemu dengan Sevia, meskipun sebenarnya mereka masih dalam satu perusahaan, selalu menghabiskan waktu bersama dengan Ines. Apalagi Ines yang selalu datang menggodanya duluan, membuat sifat kucing garong pada dirinya mencuat ke luar.

Seperti hari ini, saat Sevia masuk kerja shift pagi, begitupun dengan Andika dan Ines. Namun Sevia tidak bisa pulang bersama dengan Andika karena disuruh lembur oleh leadernya. Sehingga Sevia pun memberitahu Andika untuk tidak menunggunya.

Melihat Sevia yang selesai menelpon Andika, Elvira yang merupakan teman satu bagian dengannya menjadi penasaran dengan hubungan Sevia dan staf engineering yang baru itu.

"Via, kamu beneran pacar Mas Andika? Kenapa aku sering melihatnya jalan dengan Mbak Ines?" tanya Elvira

"Tentu saja dia pacarku, makanya aku selalu menerima lemburan agar tabunganku cukup buat nanti modal kawin sama dia," kekeh Sevia

"Hati-hati loh Via, kamu jor-joran nyari duit buat modal kawin, sedangkan dia ada main dengan Mbak Ines di belakangmu. Apalagi dandanan Mbak Ines yang selalu terlihat seksih gitu. Cowok mana sih yang mau menolak pesona Mbak Ines? Bahkan Pak Bambang yang umurnya sudah 50 tahun pun masih sering menggodanya." Elvira terus mengompori Sevia yang terlihat sangat percaya pada pacarnya itu.

"Kamu tenang aja! Andika sudah berjanji akan segera menikahi aku, setelah dia jadi karyawan tetap." Sevia terus meyakinkan dirinya bahwa yang dikatakan oleh temannya itu tidak akan terjadi.

Sevia dan Elvira larut dalam pekerjaannya sampai datang seorang leader yang memberitahunya kalau lembur hanya sampai jam lima. Dengan sumringah Sevia pun pulang ke kontrakannya. Dia berpikir akan memberi Andika kejutan karena pulang lebih awal.

Saat sampai kontrakan, ternyata kontrakan Andika masih terkunci. Pertanda pemilik kamar belum pulang. Sevia pun segera menuju ke kontrakannya untuk membersihkan badannya yang terasa lengket. Namun saat Sevia akan menjemur handuk, dia kaget melihat Andika yang baru pulang dengan Ines. Apalagi tangan Ines melingkar manja di perut Andika dengan kepala yang dia sandarkan pada punggung Andika.

"Kalian dari mana? Kenapa baru pulang?" tanya Sevia dengan mata yang terus menyelidik.

"Maaf Via, aku pinjam dulu pacarmu. Tadi habis minta diantar ke rumah sakit," jelas Ines

"Kamu sakit, Ines? Mukamu pucat sekali? Ayo aku antar ke rumahmu!"

"Gak usah, Yang! Biar aku saja, nanti kalau dia pingsan kan berat kamu menggendongnya." Tanpa memperdulikan tatapan penuh selidik dari Sevia, Andika langsung memapah Ines ke rumahnya.

Sebenarnya ada hubungan apa di antara mereka, apa benar yang Elvira katakan? Kalau sebenarnya ada sesuatu di antara mereka, batin Sevia.

...~Bersambung~...

Bab 1 Awal bertemu

Lembayung senja menghiasi angkasa dengan awan tipis yang melintas. Angin berhembus sepoi-sepoi, menyejukkan hati yang dahaga karena cinta.

Di sebuah bangku taman, tampak seorang gadis tengah duduk sendiri sambil menangis dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya yang terlihat sembab. Kegagalan dalam hal percintaan membuat gadis malang itu meratap. Ya, dia menangis, meratap karena beberapa saat yang lalu diputuskan oleh kekasihnya.

Flashback on

"Via, aku minta maaf! Sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan," kata Andika dengan memalingkan mukanya.

"Kenapa kamu bicara begitu? Bukankah kamu berjanji setelah mendapatkan pekerjaan, akan melamar aku?" tanya Sevia tidak bisa menerima keputusan Andika.

"Maaf, Via! Ines hamil dan Om Joni memintaku untuk segera menikahinya," jelas Andika.

Duarrrr!

Bagaikan disambar petir di siang hari, seluruh tubuh Sevia bergetar dan wajahnya terasa panas seperti terbakar. Dia tidak menyangka, ternyata kecurigaannya memang benar. Bahwa Andika dan Ines diam-diam menjalin hubungan di belakangnya.

"Kenapa kamu tega sama aku? Bukankah kita berteman sudah lama dan pacaran pun sudah lebih dari satu tahun? Kita sama-sama merantau ke sini untuk mewujudkan impian kita bersanding di pelaminan. Apa kamu tega melupakannya begitu saja?" Sevia masih saja tidak bisa menerima keputusan Andika yang menginginkan hubungannya berakhir.

"Sudahlah, Via! Bulan depan aku akan menikah dengannya. Terima, tidak terima hubungan kita harus berakhir!" tegas Andika.

Tidak ingin mendengar apapun lagi, Andika berlalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri dalam nestapa.

Flashback off

"Kamu tega Di! Padahal aku yang bersusah payah mencarikan kamu pekerjaan. Aku selalu berhemat, untuk membantu biaya kuliahmu, meski hanya sedikit. Aku selalu berhemat, karena takut nanti kamu kehabisan bekal saat belum menerima gaji. Namun, apa yang kudapat kini? Kamu mencampakkan aku setelah mendapatkan gadis yang lebih baik dariku."

Sevia terus menangis meratapi nasibnya yang selalu tidak beruntung dalam percintaan. Saking larut dalam kesedihan, sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang sudah duduk di sampingnya.

"Hapus ingus kamu!" suruh seorang pemuda tampan yang masih memakai seragam kerjanya.

Sevia langsung menengok ke arah asal suara yang terdengar berat itu, betapa kagetnya dia saat melihat seorang pangeran tampan dengan iris mata biru sudah duduk di sampingnya.

'Hah! Apa aku sedang bermimpi? Apa karena kasihan, pangeran langit datang untuk menghiburku?' pikir Sevia.

Namun saat matanya menelusuri dari atas kepala sampai kaki, Sevia pun menemukan kejanggalan. Seseorang yang dikiranya pangeran yang datang dari langit ternyata memakai seragam yang biasa dipakai orang staf di perusahaannya. Apalagi saat dia melihat ID-card yang menggantung di leher pemuda tampan itu. Sudah jelas kalau memang dia bekerja di perusahaan yang sama dengannya.

"Kenapa bengong? Ambil sapu tangannya dan lap ingus kamu." Lagi, seseorang yang Sevia anggap pangeran menyuruh dia untuk membersihkan ingusnya.

Tak ingin berdebat, Sevia langsung mengambil sapu tangan yang disodorkan lelaki itu, dan langsung membersihkan ingusnya.

Setelah merasa bersih, dengan tidak tahu malunya, Sevia mengembalikan sapu tangan itu pada lelaki yang ber-name tag DAVE SKY PRADIPTA.

"Ini aku kembalikan, terima kasih!" ucap Sevia.

Dave melihat aneh ke arah Sevia, 'Apa begini cara dia berterima kasih' pikirnya.

"Aku tidak mengambil barang yang sudah ku berikan," ucap Dave datar lalu beranjak pergi dari hadapan Sevia.

Selepas kepergian Dave, Sevia hanya menatap sendu punggung kokoh Dave. "Bahkan dia pun tidak betah berlama-lama denganku," ratap Sevia.

***

Keesokan harinya, seperti hari-hari sebelumnya. Sevia pun berangkat kerja dengan motor Fino kesayangannya, karena memang ini motor pertama yang dibeli dengan hasil keringatnya sendiri. Namun naas bagi Sevia, saat memasuki kawasan industri tempat dia bekerja, tanpa sengaja motornya menghajar lubang yang cukup besar sehingga membuat motornya menjadi oleng.

Brukkk

Sevia langsung terjatuh menghantam aspal dengan motor menimpa tubuhnya.

"Awww...." Sevia meringis kesakitan menahan rasa perih di tangan dan kakinya karena terkena aspal, ditambah lagi motornya yang susah dia angkat. Ingin rasanya dia menangis dengan semua kemalangan hidupnya. Sudah kemarin baru diputuskan. Sekarang malah jatuh dari motor di tempat yang sepi pula. Seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.

Di saat Sevia sedang berusaha membangunkan motor yang menimpa tubuhnya, meski tidak pernah berhasil karena tenaganya yang tidak seberapa. Dari arah belakang terdengar suara decitan rem yang cukup keras. Pertanda si pengendaranya sedang dengan kecepatan tinggi tapi mendadak mengerem kendaraannya.

Cekittt

Seorang pria dengan helm full face turun dari motor sports-nya segera membantu Via membangunkan motornya.

"Kamu gak papa?" tanya pria itu

Bukannya menjawab pertanyaan si pria, Via malah menangis dengan cukup kencang.

Hiks ... hiks ... hiks ....

"Bagaimana aku gak papa, kamu lihat sendiri kalau aku habis jatuh dari motor. Tangan dan kakiku perih mencium aspal. Belum lagi badanku yang terasa remuk tertimpa motor. Bagaimana bisa aku tidak apa-apa," cerocos Via di tengah isak tangisnya.

Gadis aneh, kemarin menangis tersedu sendiri di taman. Sekarang menangis kencang karena kecelakaan motor, batin Dave.

Pria yang masih memakai helm full face itu memang Dave yang akan berangkat bekerja. Ini hari kedua dia bekerja di perusahaan AP Technology, setelah dia lulus kuliah di Harvard University seperti almarhum papa kandungnya. Bahkan dia mengambil jurusan yang sama dengan papanya.

"Masih bisa bawa motor gak? Kalau tidak bisa, naiklah ke motorku. Aku akan mengantarmu ke klinik terdekat." Tanpa menggubris tangisan Sevia, Dave langsung mengajaknya ke klinik untuk mengobati luka Sevia.

"Lihat tanganku bengkak, bagaimana bisa aku bawa motor." Sevia langsung menjulurkan tangannya, memperlihatkan pergelangan tangannya yang keseleo.

Setelah mengamankan motor Sevia di pinggir jalan, Dave langsung membawanya ke klinik terdekat.

"Sepertinya hari ini aku harus bolos bekerja, semoga saja Om Andrea bisa mengerti. Sangat tidak mungkin aku meninggalkan cewek lemah ini sendiri," gumam Dave

Saat sampai di klinik terdekat yang tidak jauh dari kawasan industri, Dave langsung memapah Sevia menuju ruang tunggu dokter. Sementara dia membantu mengurus administrasi Sevia. Setelah mendapat penanganan dokter, dia pun mengantar Sevia ke kontrakannya yang tidak jauh dari kawasan industri. Sebuah kontrakan yang berupa rumah petak, yang mana hanya terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi yang berukuran kecil.

"Kamu tinggal dengan siapa di sini?" tanya Dave saat memapah Sevia masuk ke dalam kontrakan.

"Aku tinggal sendiri, tadinya berdua dengan temanku. Tapi sekarang dia sudah menikah, jadi dia ikut suaminya," jelas Sevia.

Dave mengedarkan pandangannya melihat isi kontrakan Sevia yang tampak kosong. Hanya ada sebuah televisi kecil, kipas angin dan rak buku. Beserta karpet spon di depan televisi.

"Duduklah! Aku tidak punya kursi, jadi kamu duduk di karpet saja!" suruh Sevia

Dave menuruti apa yang Sevia katakan, Dia mulai mendudukkan bokongnya di atas karpet spon.

Bagaimana bisa, dia betah duduk di sini sambil menonton TV. Memangnya tidak sakit berlama-lama duduk di lantai, batin Dave

Dave membuka helm full face-nya yang sedari tadi terus di pakainya. Meskipun tadi dia lumayan lama di klinik, tapi sedikitpun dia tidak melepaskan helm dari kepalanya. Dia sengaja melakukan itu karena malas melihat tatapan memuja dari para gadis saat melihatnya. Seperti mata para wanita saat melihat tulisan diskon dan obral yang ingin segera diburunya.

Merasa ada sesuatu yang ingin dikeluarkan, Dave pun berniat ingin menumpang ke kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, dia langsung masuk ke ruangan dalam yang hanya ditutup oleh tirai. Namun ternyata malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, tanpa sengaja dia melihat Sevia yang sedang berganti pakaian.

"Awww...." teriak Sevia histeris.

...~Bersambung~...

Kepoin juga karya Author yang lain kak!

Bab 2 Sah

"Awww...." teriak Sevia histeris

Dave yang tadinya diam mematung, langsung menghampiri Sevia dan membekap mulutnya tanpa menyadari kalau tindakan itu justru terlihat sangat intim.

"Diamlah jangan berisik! Nanti tetanggamu berpikir yang tidak-tidak." Baru saja Dave selesai bicara, sudah ada dua orang yang mematung di ambang pintu.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Berani sekali kamu mencemari kontrakanku. Aku tidak mengijinkan pasangan yang belum menikah untuk melakukan hubungan suami istri di sini!" bentak Joni si pemilik rumah kontrakan.

"Om, tidak seperti yang Om lihat." Sevia sesegera mungkin merapihkan bajunya agar tidak terekspos badan bagian atasnya.

"Tidak usah mengelak! Kita sudah melihat langsung dengan mata kepala sendiri," ucap Kadir si ketua RT setempat.

Sebenarnya Joni dan Kadir sedang berkeliling untuk meminta sumbangan acara tujuh belasan ke setiap pintu kontrakan milik Joni, tapi saat tiba di pintu kontrakan Sevia, mereka mendengar teriakan si pemilik kamar sehingga bergegas masuk ke dalam takut telah terjadi sesuatu pada Sevia. Namun, betapa kagetnya mereka saat melihat Sevia dan seorang lelaki seperti sedang berciuman dengan bahu Sevia yang terlihat sedikit oleh mereka.

"Benar apa yang dikatakannya, Pak. Kita tidak sedang melakukan apapun, ini hanya sebuah kesalahpahaman." Dave yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara.

"Kita tidak percaya dengan apa yang kalian katakan, tapi percaya dengan apa yang kami lihat. Sudah Om Joni, lebih baik kita nikahkan saja mereka. Daripada menjadi mudharat untuk yang lainnya." Dengan terus menyelidik penampilan Dave, Kadir pun memberikan usulannya.

"Benar apa yang dikatakan oleh Pak Kadir, lebih baik kita nikahkan saja. Sini KTP kamu!" pinta Joni pada Dave karena dia khawatir kalau lelaki yang bersama Sevia akan kabur.

Dengan terpaksa Dave pun memberikan ID-card pada Joni.

"Aku minta KTP, kenapa kamu memberikan kartu seperti ini?" tanya Joni.

"KTP-ku belum jadi," ucap Dave yang tidak sepenuhnya bohong karena sebenarnya dia masih mengurus KTP-nya, karena saat kemarin dia pulang ke Indonesia, dompetnya hilang di Bandara.

"Ya sudah sini aku tahan dulu, agar kamu tidak kabur." Joni langsung mengambil ID-card yang disodorkan oleh Dave, "Via sekarang kamu telpon bapakmu di kampung untuk jadi walinya," suruhnya.

"Om, sebenarnya bapak tidak ada di rumah. Kata nenek, bapak kabur karena tidak bisa bayar hutang pada rentenir," jelas Sevia

"Kamu jangan bohong Via! Hanya bikin alasan agar tidak dinikahkan," tuduh Joni

"Om Joni, jagain mereka! Aku mau ke rumah Pak Ustadz sebentar," pamit Kadir yang kemudian bergegas ke rumah Ustadz Sanusi.

Sevia hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi, 'toh palingan nikah siri yang saat cerai tidak usah mengurus ke pengadilan,' pikirnya.

Tak beda jauh dari Sevia, Dave pun hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Joni dan Kadir. Rasanya percuma membela diri juga, soalnya memang dia tertangkap basah sedang berduaan, sementara gadis yang ada di sampingnya sedang tidak berpakaian lengkap.

Tidak berselang lama, Kadir pun sudah kembali bersama Ustadz Sanusi yang akan menikahkan Dave dan Sevia.

"Mana yang akan dinikahkan, Om Joni?" tanya Ustadz Sanusi

"Ini Pak Ustadz, Sevia dan pacarnya. Saya heran kenapa belum menikah pacarannya sudah terlalu jauh," tunjuk Joni.

Ustadz Sanusi menyelidik penampilan Dave yang masih memakai seragam kerja seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Anak sekarang, masih pacaran saja sudah main yang tidak-tidak. Untung kalian segera memergokinya, kalau tidak kita semua akan kena mudharat karena perbuatan mereka."

"Dimana walinya, Om Joni?" tanya Ustadz Sanusi

"Wali hakim saja Pak Ustadz. Kata Sevia, bapaknya kabur." Baru saja Kadir selesai bicara, terdengar ada suara orang yang memberi salam dari luar.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam," kompak semua orang yang ada di dalam kontrakan Sevia

Sevia pun menengok ke luar, melihat siapa yang datang. Namun, betapa kagetnya dia saat melihat bapaknya berdiri di teras kontrakan. "Bapak!" panggilnya.

Sevia langsung meraih tangan bapaknya dan kemudian mencium punggung tangan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya. Meski terkadang sifat buruk bapaknya yang suka bertaruh membuat Sevia kesal, tapi jauh dari lubuk hati dia sangat menyayangi bapaknya.

"Wah kebetulan sekali Pak Rudi berkunjung, jadi kita tidak perlu wali hakim lagi," ucap Joni yang sudah kenal sebelumnya dengan Rudi karena sering berkunjung ke kontrakan Sevia untuk meminta uang.

"Wali hakim untuk apa, Pak?" tanya Rudi bingung.

Melihat raut wajah bingung Rudi, akhirnya Joni pun menceritakan dengan apa yang dilihatnya saat dia dan Kadir akan meminta sumbangan tujuh belasan pada Sevia.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Joni, Rudi pun terlonjak kaget merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Joni.

"Astaga Via! Kenapa kamu pacaran dengan anak ingusan, bukankah kemarin kamu pacaran dengan Andika?" sentak Rudi kaget.

"Dia mau menikah jadi mutusin aku." Sevia langsung menundukkan kepalanya sedih mengingat lagi Andika yang dengan tega memutuskannya.

"Sudah Pak Rudi! Ikhlaskan Sevia menikah dengan Dave. Mungkin mereka berjodoh meski dengan cara yang tidak biasa." Nasihat Ustadz Sanusi

"Baiklah kalau begitu, tapi saya minta maskawinnya lima juta." Pada akhirnya Rudi pun menunjukkan sifat aslinya, yang datang pada Sevia saat dia sedang membutuhkan uang.

"Bagaimana Nak Dave, apakah ada uang lima jutanya?" tanya Ustadz Sanusi

"Ada Pak." Dave segera mengambil tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop coklat yang berisi uang. Setelah dihitung jumlahnya ada sekitar enam juta, dia pun memasukkan kembali uang lima juta itu dan menyimpannya di depan Rudi sebagai maskawin.

"Semuanya sudah siap, kalau begitu kita mulai saja acaranya." Kadir pun memberikan usul untuk segera menikahkan Sevia dan Dave.

Dengan dibimbing oleh Ustadz Sanusi, Dave pun membacakan ijab dan kabul dengan lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya saudara Sevia Kireina binti Rudi Hartono dengan maskawin uang sebesar lima juta rupiah dibayar tunai." Hanya dengan satu tarikan napas, Dave membacakan ijab dan kabul.

"Bagaimana saksi sah?"

"Sahhhh," jawab Joni dan Kadir kompak.

"Alhamdulillah." Semua yang hadir mengucapkan syukur atas pernikahan dua anak manusia, tapi tidak dengan Sevia. Dia masih belum bisa percaya, kalau sekarang sudah jadi istri seorang anak lelaki yang usianya empat tahun lebih muda darinya.

Setelah membacakan do'a pernikahan untuk kedua mempelai, Ustadz Sanusi pun memberikan petuah pada pasangan muda yang baru menikah.

"Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah hubungan antara dua insan manusia. Sebaliknya, ini merupakan awal dari fase kehidupan baru yang melibatkan sebuah komitmen penting."

"Komitmen ini adalah untuk saling mengasihi dan menjaga hingga ajal memisahkan. Jadi setiap kamu tergoda untuk selingkuh atau mengajukan perceraian, ingatlah komitmen tersebut yang kamu ucapkan di hadapan Tuhan."

Benar adanya kalau jodoh di tangan Tuhan, karena sekuat apapun kita berjuang untuk mempertahankan orang yang kita cintai, tapi jika kita tidak berjodoh, maka akan berujung perpisahan. Sementara seseorang yang tidak kita harapkan, justru itulah jodoh yang telah Allah siapkan untuk kita.

...~Bersambung~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!