NovelToon NovelToon

Its My Dream

1

Panggil saja namaku Rinjani. Aku tercatat sebagai mahasiswi pada salah satu universitas negeri di negara I. Aku terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan mampu untuk memfasilitasi kehidupan ku selama aku kuliah.

Saat ini aku sedang kuliah semester empat di jurusan yang akhirnya akan menjadi seorang pendidik anak bangsa. Saat itu aku baru saja mengakhiri hubungan ku dengan seseorang yang sangat sangat aku cintai. Sebuah hubungan cinta yang harus berakhir karena perbedaan cara pandang.

...----------------...

"Ranjani, Jani " Ranti berteriak memanggil Rinjani yang berlari menembus derasnya hujan saat pulang kuliah.

Rinjani mendengar dengan sayup namanya dipanggil oleh seseorang. Dia kemudian memilih berteduh di sebuah kanopi warung fotocopy yabg berada tepat di depan gerbang kampusnya. Tempat fotocopy yang masih menenggang persakuan para mahasiswa yang rata rata berekonomi menengah ke bawah.

"Rinajni. Dari tadi gue manggil manggil nama loe tapi nggak loe gubris. Udah mulai budeg ne kuping." ujar Ranti sahabat sekaligus teman satu kamar Rinjani di kos. Ranti juga mahasiswi di universitas itu. Ranti satu kelas dengan Rinjani.

"Sorry nggak kedengeran." jawab Rinjani dengan santainya.

"Kenapa loe ninggalin gue. Tega loe nyuruh gue pulang sendirian ke kosan dengan keadaan hujan badai kayak gini. Keterlaluan loe jadi teman kamar." ujar Ranti dengan penuh emosi.

"Hehehehehe. Sorry kawan, gue kira loe tadi mau pergi kencan dulu sama Adrias. Kiranya nggak. Kalau tau nggak kan gue pulang sama loe. Ngapain juga gue pulang sendirian hujan hujanan lagi." ujar Rinjani membela diri.

Kedua sahabat itu menunggu hujan sedikit mereda dan angin yang tidak lagi berhembus kencang. Kalau sudah badai yang melanda maka payung pasar sekalipun tisak akan kuat menahan kencangnya angin.

Saat mereka asik mengobrol sekaligus menunggu cuaca kembali sedikit agak normal. Teman satu kos mereka yang berbeda jurusan juga datang sambil berlari.

"Kak Jani, Kak Ranti. Kita sama pulang ya. Dian lupa bawa payung." ujar Dian yabg juga satu kos dengan Rinjani dan Ranti.

"Tumben dak bawa payung. Tau sama mas Fahmi baru tau rasa loe Tek Yan." ujar Rinjani sambil memandang Dian yang sedikit basah itu.

"Awas loe ngomong sama mas Fahmi. Nggak gue pinjemin pulsa lagi." ujar Dian yang memang selalu memiliki pulsa yang tanpa batasan dikos kosan itu. Dian termasuk dalam kelompok mahasiswi dengan ekonomi ke atas. Ditambah lagi ditunjang dengan kekasih hatinya yang seorang anggota, maka semakin terjaminlah hidup seorang Dian.

"Alah, pulsa aja dihitung sama Mas Fahmi. Ginama kami mau mintak. Nanti Tek Yan sama Mas Fahmi ribut lagi masalah pulsa. Heran gue." ujar Rinjani yang pernag mendengar Dian heboh dengan kekasihnya hanya perkara pulsa yang cepat habis.

"Hahahahaha. Jadi loe nguping Jani. Dasar ya loe." ujar Dian.

"Gimana nggak akan nguping tek Yan. Loe nya ngomong di meja seterikaan dengan volume tinggi. Jadi, jangan salahkan gue yang bisa mendengar semuanya dengan begitu jelas." ujar Rinjani mulai meledek Dian.

"Pakai nangis ndak?" tanya Ranti.

"Pakailah masak ndak. Itu kan senjata andalan Tek Yab. Apalagi cobak."

"Hahahahaha. Gosip teros." ujar Dian sambil tertawa ngakak.

Mereka melanjutkan obrolan ringan seputar kehidupan anak kos mereka. Mereka yang hidup denga teman kos lebih dari tiga puluh orang memeliki ceritanya sendiei sendiri. Kehidupan kos yang akan menempa Rinjani menjadi sesosok wanita yang kuat dab tabah dalam menghadapi cobaan kehidupannya ke depan. Kehidupan kos pulalah yang membuat Rinjani jatuh ke jurang terdalam dalam hidupnya saat dia sudah dewasa nanti.

"Sudah reda, badai juga udah ilang. Ayuk pulang nanti kemaleman." ujar Dian.

"Tumben pengen cepat pulang. Ponsel mati ya?" ujar Ranti yang sekarang mulai menjahili Dian.

"Nggak hidup. Cuman tinggak lima persen. Ayolah pulang ha, bentar lagi ayank ebeb mau nelpon." Dian mulai membujuk kedua teman kosnya itu.

"Kalau kami ndak mau gimana?" tanya Ranti.

"Nggak pinjemi motor." jawab Dian

"Mana motornya yang ada pergi kemana mana pake angkot juga."

"Eeeee sabar. Akhir bulan ayank ebeb datang bawain aku motor." ujar Dian membanggakan motornya yang belum jelas akan datang atau tidak.

"Kalau cakak lagi tentu dak jadi lagi motor. Masalahnya permasalahan motor mau datang ini udah dari awal semester maren. Noh ampe sekarang nggak muncul muncul tu motor." ujar Rinjani yang teringat hari itu Dian bercerita kalau dia akan diberikan motor oleh kekasihnya untuk pergi dan pulang kuliah. Dian bercerita sambil meminjam komputer milik Rinjani untuk membuat tugas makalah.

Pada saat itu, mahasiswa yang memiliki komputer masih bisa dihitung dengan jari banyaknya. Rinjani termasuk salah satunya. Jangan tanya kecepatan komputer bagaimana, sangat luar biasa membutuhkan kesabaran untuk menyala. Menunggu tampilan windows keluar saja kita bisa makan nasi satu piring. Apalagi kalau udah ada virus, alamat mulai dari masak mie sampai makan mie kita menunggu komputer itu bisa dioperasikan.

"Kali ini yakin pasti datang. Makanya ayuk pulang, biar bisa ngebujuk ayank beb agar tu motor nggak di tunda lagi." kata Dian membujuk kedua senior kosnya itu untuk pulang.

"Oke oke pulang. Gue juga laper." uajr Rinjani.

Rinjani tadi memang tidak sempat belanja di kampus. Saat jam istirahat dia di telpon penasehat akademiknya untuk menggantikan penasehat akademik mengajar di mata kuliah umum. Akhirnya dengan berat hati Rinjani harus datang ke gedung MKU menggantikan dosen PA nya itu

Ketiga anak kos tersebut berjalan dengan kecepatan penuh. Mereka sangat takut kalau hujan kembali deras ditambah dengan badai dan air banda bakali akan kembali naik. Sempat hal itu terjadi, bisa dipastikan mereka akan basah kuyub sampai di kos.

Setelah berjalan dengan kecepatan penuh, akhirnya mereka sampai juga di kos. Terlihat di taman duduk seorang anak kos yang bernama Thita dengan kekasih hatinya. Sepertinya mereka sedang terlibat percekcokan. Hal itu nampak dari mata Thita yang memerah dan wajah yang sembab habis menangis.

Rinjani dan dua temannya langsung masuk ke dalam kos. Kamar mereka bertiga terletak di lantai dua dan satu gank. Yang diberi nama dengan gank gelap. Kenapa gang gelap, karena setiap saat lampu mereka harus hidup, kalau tidak maka akan gelaplah suasana gank itu.

Rinjani dan Ranti masuk ke dalam kamar, begitu juga dengan Dian.

"Jani, loe masak nasi tadi?" tanya Ranti.

"Masak. Kenapa loe laper?" ujar Rinjani sambil emngambil handuk dari dalam almari.

"Heeh. Gue belum makan. Tapi gue lupa beli sambal." ujar Ranti dengan nada lemah. Akibat mengejar sampe di kos lebih cepat, Ranti sampai lupa belum membeli sambal untuk makan malam.

"Pake sambal gue aja. Tadi sebelum ke kampus siang gue sempat masak. Cuma yang gue masak terong pake teri sama sayur toge." ujar Rinjani sambil mengambim pakaian gantinya.

"Nggak apa apa. Gue minta dikit ya." ujar Ranti

"Makan aja. Ngapain juga harus dikit. Terpenting loe tinggakin untuk gue. Udah itu "

"Gue mandi dulu ya." ujar Rinjani.

Rinjani masuk ke dalam kamar mandi kos yang hanya ada dua itu. Kalau dia memundur waktu mandinya sebentar lagi, maka akan terdengar teriakan.

"Gue siap elo ya Dian."

"Gue siap Ranti."

"Gue siap Kak Sari."

Dan masih banyak lagi teriakan teriakan yang terdengar dari gank itu. Fenomena kos kosan perempuan dengan latar belakang adat dan jurusan yang berbeda besa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kakak kakak ini adalah novel kelima ku di Noveltoon. Silahkan Mampir ke Novel Ku yang lain ya kakak. Selamat menikmati ceritanya.

2

"Jani, loe kampus besok? " tanya Ranti teman satu kamar Rinjani yang malam ini tidak pergi kencan keluar dengan Adrias kekasih hatinya yang juga ketua Hima di kampus.

" Kayaknya nggak Ran. Gue diminta Bapak untuk menggantikan dia mengajar di kampus A." jawab Rinjani sambil membaca kembali materi yang akan diajarkannya di kampus A.

" Yah gue sendirian kalau gitu besok ke kampus." Ranti terlihat malas untuk ke kampus. Padahal dia biasanya manusia yang paling rajin untuk pergi ke kampus. Malahan Rinjani sebenarnya yang pemalas.

Makanya saat semua mahasiswa sibuk dengan indeks prestasi komulatifnya tiga koma sekian. Rinjani cukup di batas dua koma sembilan. Tapi yang membuat semua orang heran adalah, walaupun IPK nya selalu di ambang dua koma sembilan, tetapi Rinjani termasuk salah satu mahasiswi yang juga menjadi asisten dosen. Apalagi Rinjani tidak hanya menjadi asisten dosen di kampusnya saja, melainkan juga menggantikan dosennya untuk mengajar di kampus lain.

"Ranti bentar lagikan mata kuliah drama tuh. Loe masuk kelompok siapa? Denger dengernya asisten akan bagi kita menjadi dua kelompok." kata Rinjani sambil menutup buku yang dibacanya. Semua yang di dalam buku sudah pindah ke otaknya yang sebenarnya bisa memiliki IPK empat, tapi ntah apa yang terjadi hanya Rinjani dan Tuhan serta Dosen yang tau.

"Katanya sih pas pertemuan pertama mau dibagi kelompoknya. Gue berharapnya sekelompok dengan elo."

"Sama. Gue juga berharap begitu. Jadi kita nggak pusing pusing lagikan ya. Latihan juga bisa di sini." kata Rinjani sambil melihat ponsel miliknya yang dari tadi tidak berdering berdering.

"Kita berdua aneh ya Jani, kuliah drama kan masih hitungan bulan. Ngapain juga harus kita pikir dari sekarang." kata Ranti yang ingat kalau mata kuliah drama akan diajarkan semester depan.

"Tapi gabut, makanya ngota dak jelas aja." ujar Rinjani masih fokus melihat ponsel miliknya.

"Kenapa ponsel loe? Dari tadi menatap otu terus" kata Ranti yang memang penasaran dari tadi, penasaran Ranti kenapa Rinjani terus menatap ponsel miliknya.

"Nggak ada. Ni ponsel nggak bunyi bunyi, makanya gue heran." jawab Rinjani sambil masih memplototin ponselnya.

Rinjani dan Ranti terdiam cukup lama. Mereka memainkan game yang ada di ponsel mereka masing masing.

"Jani, Mas Bayu jadi juga ke daerah konflik itu?" tanya Ranti yang ingat dengan perkataan Rinjani beberapa hari yang lalu. Rinjani mengatakan kalau kekasihnya yaitu Bayu akan ditugaskan kedaerah konflik.

"Katanya sih jadi kemaren. Tapi belum tau keberangkatannya tanggal berapa." jawab Rinjani yang kemudian tersenyum saat melihat ponselnya berdering.

"Yah mulai dah tu. Gue ke kamar Dian dulu. Loe nelpon aja dulu."

Ranti berjalan keluar kamar. Dia akan menuju kamar Dian untuk bercengkrama dengan Eki teman satu kamar Dian. Jangan harap Dian jam segini ada di kamar. Kalau mau mencari Dian jam segini lebih baik ke balkon. Dia ada di sana sambil menelpon Fahmi kekasihnya.

"Sayang, sedang ngapain?" tanya Bayu dari seberang telpon.

"Ini sedang baca materi yang akan diajarkan besok. Besok aku harus ke kampus A pergi ngajar." kata Rinjani menjawab pertanyaan Bayu.

"Kamu sedang apa sayang?" tanya balik Rinjani.

"Ini sedang buat laporan kegiatan latihan tadi. Besok aku ke kosan ya." ujar Bayu.

"Serius?" tanya Rinjani yang memang udah sangat kangen Bayu. Mereka berdua sudah lama tidak bertemu, sehingga rasa kangen itu sudah tidak bisa lagi mereka bendung berdua.

"Serius. Atau aku jemput ke kampus A aja gimana? Siap itu kita pergi makan durian ke kota K." ujar Bayu memberikan ide yang pasti akan langsung diterima oleh Rinjani.

"Uwow oke. Aku setuju sangat. Apalagi kalau kita langsung ke kota B pergi main. Pasti makin keren." ujar Rinjani yang sudah lama tidak pergi ke kota B.

"Kalau ke kota B tentu kita harus nginap sayang?"

"Iyalah sekali sekali atau kita balik malam aja. Sayangkan nggak pake jam malam masuk asrama." ujar Rinjani yang memang pengen seharian main dengan kekasihnya itu

Bayi terlihat berpikir. Dia sebenarnya juga ingin membawa Rinjani pergi bermain, tetapu kalau pulang malam Bayu tidak akan mau. Tiba tiba sebuab ide terlintas di kepala Bayu.

"Bagaimana kalau kita ke kota B hari sabtu" ujar Bayu.

"Emang nggak dinas?"

"Sabtu besok nggak. Kan dinas ampe jumat. Kita balik minggu. Kita kunjungi semua tempat wisata di kota B." kata Bayu memberikan janji yang pasti akan ditepatinya demi Rinjani kekasihnya itu.

"Baiklah kalau gitu. Aku setuju. Terus besok jemput pulang ngajar langsung pergi makan durian." kata Rinjani mengulang apa yang akan mereka lakukan esok hari.

"Ada yang kurang sayang." ujar Bayu.

"Apa? Rasanya nggak ada yang kurang sayang. Itu semua tadi yang diagendakan." Rinjani berusaha mengingat kalau ada yang kurang.

"Pulang makan durian kita pacaran di kos."

"Ye itumah jelas sayang." jawab Rinjani.

"Aku kira apaan tadi yang kurang." lanjut Rinjani yang sudah berpikir keras saat Bayu mengatakan ada yang kurang.

"Udah tidur lagi, besok tapi mau ngajar. Aku juga mau tidur lagi. Capek siap buat laporan latihan." kata Bayu yang meminta Rinjani untuk beristirahat.

"Sayang dulu" kata Rinjani dengan manja kepada Bayu.

"Muach. Sana tidur." kata Bayu.

"Makasi sayang. Muach." balas Rinjani.

Rinjani menarik selimutnya. Dia sudah mencharge ponsel miliknya. Besok dia harus mengajar di kampus A sebanyak enam sks. Suatu hal dan jam yang akan lama. Untung saja dia pulang tidak perlu menunggu bus lagi. Bayu akan menjemput saat dia pulang. Rinjani sudah tidak sabar menunggu hari esok.

Pagi hari Rinjani bangun paling pertama di kosan itu. Dia akan berangkat menuju daerah K untuk pergi mengajar menggantikan dosennya yang tidak bisa masuk hari itu. Rinajani masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu dia bersiap siap. Tepat pukul enam pagi, Rinjani menuju kota K dengan memakai kendaraan umum.

Perjalanan menuju daerah K menghabiskan waktu perjalanan dengan memakai kendaraan umum selama satu jam lebih. Rinjani menikmati perjalanan sambil membaca kembali materi yang akan diajarkannya nanti.

'Sayang udah jalan?' bunyi pesan chat yang dikirim Bayu.

'Udah sayang. Ini di batas kota. Aku selesai ngajar jam dua belas.' balas pesan chat yang dikirim oleh Rinjani.

'Sip. Aku kesana otw jam sebelas.' balas chat dari Bayu.

'Oke sayang'

Rinjani menikmati perjalanan menuju kampus tempat dia akan mengajar. Setelah menempuh perjalanan dengan ditemani macet dan penjual sala lauk akhirnya dia sampai juga di kampus.

Rinjani masuk ke dalam kelas tempat dia akan mengajar pada hari itu. Rinjani memulai perkuliahan dengan senyuman dan semangat yang membara. Dia sangat menyukai mengajar. Cita cita Rinjani pengen jadi guru sesuai dengan jurusan yang diambilnya sekarang. Tepat pukul setengah dua belas, Rinjani menutup perkuliahannya. Rinjani bersiap siap membereskan semua barang barangnya.

'Sayang, aku di parkiran.' bunyi pesan chat yang dikirim oleh Bayu.

'Otw sayang' balas pesan chat dari Rinjani.

Rinjani menemui Bayu yang sudah menunggunya di parkiran kampus. Rinjani mengetuk kaca jendela mobil. Bayu membukakan kunci pintu mobil. Rinjani masuk ke dalam mobil sambil tersenyum kepada kekasihnya yang sudah lama mereka tidak bertemu itu.

"Kelihatan lelah sekali." ujar Bayu sambil memberikan air mineral kepada Rinjani.

"Bener sayang. Makasi airnya." ujar Rinjani.

Rinjani meneguk air mineral yang telah disiapkan oleh Bayu.

"Jadi makan durian?" ujar Bayu.

Rinjani mengangguk dengan semangat. Dia benar benar sangat mencintai buah itu.

"Udah makan?" tanya Bayu memastikan kalu Rinjani sudah mengisi perutnya dengan nasi sebelum diisi dengan durian.

"Sudah." jawab Rinjani.

"Oke meluncur."

Bayu membawa mobil mereka menuju kota K tempat orang menjual banyak durian yang lezat lezat. Mereka sepanjang jalan sibuk mengobrol.

"Sayang, jadi juga ke daerah itu?" tanya Rinjani sambil menatap wajah Bayu yang fokus membawa mobil.

"Jadi sayang. Tapi belum tau kapan. Emang kenapa?"

"Nggak ada." jawab Rinjani berusaha meminimalisir kegugupannya.

"Kenapa? Jangan pake boong." ujar Bayu yang paham Rinjani sedang membunyikan sesuatu.

"Aku takut aja sayang." jawab Rinjani sambil memegang tangan Bayu yang sebelah.

"Hay hidup mati seseorang sudah diatur, jadi jangan cemas." ujar Bayu.

Rinjani menatap lama kearah Bayu. Bayu mengangguk meyakinkan Rinjani kalau dia akan menjaga dirinya dalam keadaan baik. Rinjani berusaha meyakinkan dirinya kalau dia bisa menerima keadaan Bayu yang harus pergi kedaerah konflik.

Setelah berkendara selama satu jam, mereka sampai di tempat penjual durian, Bayu memarkir mobilnya di tepi jalan.

"Mau yang rasa bagaimana kak?" tanya penjual durian kepada Ranjani.

"Yang manis dan nggak bikin eneg." jawab Rinjani.

Penjual memilihkan durian yang bagus sesuai dengan keinginan Rinjani. Penjual meletakkan durian yang sudah dibuka ke atas meja. Penjual juga meletakkan dua piring ketan yang baru masak.

"Wangi." ujar Rinjani yang sudah memindahkan tiga biji durian ke atas piring miliknya.

Bayu yang melihat jumlah durian yang pindah ke piring Rinjani hanya bisa geleng geleng kepala saja. Dia sangat tau kalau Rinjani adalah penggila durian.

"Hajar sayang." ujar Bayu.

"Semangat sayang" jawab Rinjani.

Mereka berdua menikmati durian yang ternyata memang enak itu.

"Sayang, nambah." ujar Rinjani sambil mengerjap ngerjapkan matanya kepada Bayu.

"Kak nambah satu lagi. Yang mirip kayak gini." ujar Bayu.

Penjual mencarikan durian yang rasanya mirip dengan durian yang tadi. Rinjani memakan durian yang terhidang, dia bener bener gila dengan buah yang satu itu. Dalam sekejap buah durian itu telah berpindah ke perut Rinjani

"Sayang nggak ada tambah lagi." ujar Bayu yang melihat Rinjani ingin nambah durian lagi.

"Oke oke oke." jawab Rinjani.

"Pulang yuk sayang. Minggu kita akan raun ke kota B seperti keinginan kamu. Kita pergi dari jam tujuh biar lama sampai sana." kata Bayu.

Rinjani mengangguk, mereka kemudian naik ke atas mobil. Bayu melajukan mobilnya kembali menuju ibu kota.

"Minggu jam tujuh sayang" ujar Bayu saat Rinjani mau turun dari mobil.

"Iya sayang. Aman" jawab Rinjani.

Setelah memastikan Rinjani masuk ke dalam mobil, Bayu melajukan mobilnya kembali ke asrama. Dia akan dinas malam ini menggantikan seniornya untuk piket jaga

3

Rinjani masuk ke dalam kos sepulang dari kampus. Hari ini dia ada mengajar di MKU menggantikan dosennya yang kembali tidak bisa hadir. Rinjani benar benar lelah.

Rinjani kemudian mengambil handuk miliknya, kemudian dia membersihkan badannya yang terasa lengket dan sedikit pegal pegal itu.

Selesai membersihkan badannya, Rinjani menyantap makan malam yang tadi sempat dibelinya di jalan masuk gang kos. Rinjani makan dengan lahap. Dia juga ingin berkumpul dengan anak kos lainnya di balkon kos.

Setelah jam dinding menunjukkan angka sepuluh malam, semua anak kos kembali ke dalam kamar mereka masing masing. Mereka akan beristirahat panjang karena besok adalah hari minggu. Hari yang ditunggu tunggu mahasiswi untuk dapat beristirahat dari rutinitas kampus selama enam hari penuh.

"Jani, loe besok ada kegiatan? " tanya Ranti sambil memainkan game slot di ponselnya.

" Emang kenapa? " tanya Rinjani melihat ke arah Ranti.

" Rencana gue mau minta tolong temani gue ke pasar raya. Pengen beli rok." ujar Ranti melihat ke arah Rinjani.

" Wah loe telat ngomong Ran. Gue udah ada janji sama Bayu." kata Rinjani sambil menatap langit langit kamar.

"Kemana?" tanya Ranti mulai kepo kemana Rinjani akan pergi dengan Bayu menghabiskan hari minggu mereka saat ini.

"Rencana ke kota B. Kenapa mau ikut?" Rinjani menatap Ranti sambil tersenyum.

"Ogah jadi nyamuk. Loe singgah ke pasar ya belikan rok yang tiga seratus itu." ujar Ranti menatap Rinjani sambil mengedip ngedipkan matanya.

"Oke kalau gue ke pasar dan Bayu mau diajak ke pasar." jawan Rinjani.

Saat mereka mengobrol berdua. Ponsel milik Rinjani bergetar. Dia melihat tulisan Uda muncul di ponselnya.

"Hallo sayang. Ada apa?" ujar Rinjani sambil memeluk boneka yang diberikan oleh Bayu saat hari jadi mereka yang pertama.

"Besok jam tujuh sayang." ujar Bayu yang sedang duduk duduk menunggu rekannya yang sedang pergi ke rumah.

"Iya sayang jam tujuh."

"Sekarang sedang ngapain?" lanjut Rinjani.

"Sedang duduk di meja piket sayang, nunggu rekan piket yang sedang pulang ke rumahnya pergi makan." jawab Bayu yang sekarang sedang memandang fhoto Rinjani yang ada di ponsel miliknya.

"Sayang udah makan?" tanya Rinjani membayangkan wajah kekasihnya yang berada di dekat dirinya sekarang ini.

"Udah sayang, tadi ada kawan satu angkatan datang. Dia membawakan martabak mesir untuk aku." jawab Bayu sambil menatap jauh ke depan.

"Hahahahahaha. Makan gratis berarti." ujar Rinjani.

"Bener. Udah sana tidur. Aku mau pulang ke asrama dulu istirahat. Kamu harus istirahat juga. Nggak boleh begadang sayang. Besok kamu kelihatan capek."

"Iya sayang, aku akan istirahat lagi. Kamu juga harus beristirahat. Besok kamu akan bawa mobil." ujar Rinjani.

"Iya sayang. Ini mau pulang." kata Bayu yang akan menstater motornya.

"Dah sayang, mimpiin aku ya sayang." ujar Bayu.

"Hahahaha oke oke."

Rinjani kemudian memutuskan panggilan telponnya dengan Bayu. Rinjani kemudian masuk ke dalam selimutnya. Dia memeluk boneka pemberian Bayu yang lainnya.

Bayu di asrama juga melakukan hal yang sama. Dia sengaja memakai pakaian yang dibelikan oleh Rinjani malam ini. Dia memakai celana pendek pilihan Rinjani dan baju kaos yang dibelikan oleh Rinjani.

Pagi harinya Rinjani bangun lebih pagi dari pada biasanya. Dia akan mencuci pakaiannya yang sudah seminggu tidak di cuci. Pakaian kotor yang sudah luar biasa banyaknya. Rinjani membawa semua pakaian kotornya ke dalam kamar mandi. Dia akan mencuci terlebih dahulu, setelah itu dia baru akan mandi. Janji dengan Bayu adalah jam tujuh. Jarum jam masih menunjukkan pukul setengah lima subuh.

Rinjani masuk ke dalam kamar mandi. Dia mulai mencuci pakaian kotor miliknya. Rinjani mencuci selama satu jam sampai dengan menjemur pakaiannya.

Setelah itu Rinjani mandi dan bersiap siap untuk menunggu Bayu di ruang tamu kos. Tepat pukul tujuh kurang Bayu sudah datang ke kosan Rinjani. Rinjani berjalan menuju mobil, dia duduk di sebelah Bayu.

"Pagi sayang." sapa Rinjani sambil tersenyum manis.

"Pagi juga sayang. Siap untuk berangkat?" kata Bayu sambil menatap kekasihnya yang sudah cantik itu.

"Siap. Mari kita habiskan hari sehari ini untuk kita berdua." ujar Rinjani dengan semangat.

"Setuju. Udah sarapan?" tanya Bayu sambil melajukan mobilnya menuju kota B.

"Belum, tapi tadi aku udah makan roti." jawab Rinjani.

"Kamu?" tanya balik Rinjani.

"Belum juga sayang."

Bayu melajukan mobilnya menuju kota B. Bayu membawa mobil dengan kecepatan sedang, mereka bernyanyi nyanyi sepanjang perjalanan mengiringi penyanyi aslinya.

Terkadang mereka berdua saling bencanda satu sama lain.

"Sayang ini seandainya ya. Cuma seandainya saja. Seandainya saat aku dinas ke daerah konflik terus tidak pulang pulang lagi, kamu harus janji akan tetap melanjutkan hidup kamu ke depannya. Kamu bisa janji sayang?" tanya Bayu sambil menggenggam tangan Rinjani dan mengecup tangan itu.

"Sayang, nggak usah berbicara hal ini ya. Aku malas. Satu hal yang pasti aku nggak akan bisa kehilangan kamu sayang. Aku benar benar tidak bisa hidup tanpa kamu. Jadi berjanjilah untuk selalu siaga dan tidak ceroboh." ujar Rinjani menatap Bayu.

Rinjani memegang pipi Bayu. Dia mengecup pipi kekasihnya itu. Dia benar benar tidak akan pernah sanggup untuk tidak melihat Bayu lagi.

Perjalanan menuju kota B dari kota P memakan waktu hanya dua jam saja. Apalagi Bayu membawa mobil dengan kecepatan standar.

"Sayang kita makan nasi kapau ya. Pengen makan itu." ujar Rinjani yang saat ini ingin makan nasi kapau.

"Oke. Kita ke sana." jawab Bayu yang mengarahkan mobil yang dikemudikannya menuju warung nasi kapau favorit mereka berdua.

"Makan jo apo ni ( Mau makan dengan sambal apa kak ) ?" sapa penjual nasi kapau kepada Rinjani.

"Sayang mau apa?" tanya Rinjani kepada Bayu.

"Aku rendang ayam." jawab Bayu.

"Tembunsu satu, rendang ayam satu." kata Rinjani kepada penjual nasi kapau.

Penjual kemudian mengambilkan pesanan nasi intuk Rinjani dan Bayu. Pelayan kemudian meletakkan nasi kapau itu di atas meja tepat dihadapan Bayu dan Rinjani.

"Wow, kelihatannya nikmat sekali sayang. Aku suka ini." ujar Rinjani melihat te.bunsu nangkring di atas piringnya. Belum lagi semua sayur sayur khas masakan kapau.

Mereka berdua kemudian makan nasi yang sangat terkenal itu. Mereka makan dengan lahap. Satu piring nasi kapau dengan cepat berpindah ke dalam perut mereka berdua.

"Sayang nambah?" tanya Bayu kepada Rinjani.

Rinjani mengangguk.

"Sambalnya gimana?" tanya Bayu selanjutnya.

"Ehm ayam goreng balado." jawab Rinjani.

"Uni nasi tambah dua. Satu pakai ayam balado satu lagi pakai tunjang." ujar Bayu kepada uni penjual.

Penjual mengambilkan pesanan Bayu. Rinjani dan Bayu kembali menyantap nasi kapau tersebut.

"Sayang asli kenyang banget." ujar Rinjani.

"Hahahaha. Sama sayang. Aku juga kekenyangan." jawab Bayu sambil mengusap perutnya.

Mereka mengobrol sebentar di warung nasi kapau itu. Setelah dirasa sedikit lapang mereka baru pergi dan masuk ke dalam mobil.

"Kita kemana?" tanya Bayu.

"Ke jam gadang" jawab Rinjani dengan pasti menunjuk kemana mereka akan pergi selanjutnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!