Sebuah mobil mewah berhenti si pekarangan sebuah rumah sederhana. Nampak sosok gadia cantik keluar dari rumah itu sambil menenteng tas lusuhnya. ia ditemani oleh seorang wanita paruh baya yang terlihat masih begitu cantik. berjalan sambil menggandeng lengan gadis itu.
"Ayo sayang, nanti kita bisa kemalaman di jalan!".
"iya tante." gadis itu tersenyum manis kepada wanita paruh baya itu yang bernama Sandra Darmanto.istri dari sorang pengusaha sukses bernama Tyo Darmanto.
"Jangan panggil tante dong sayang, panggil mama ya! sekarang kamu akan menjadi anak tante juga." mengelus lembut pipi Rani.ya gadis itu bernama Maharani Putri.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam.akhirnya mereka tiba di depan pintu gerbang. Mereka telah di sambut oleh seorang asisten rumah tangga dirumah itu dan akan membawakan tas yang tengah di pegang oleh gadis itu.
" Sini neng tasnya mari bibi bawakan!"
"Tidak usah bu,terima kasih biar saya bawa sendiri saja." Rani menolaknya dengan halus
"Tidak apa-apa neng, ini sudah menjadi tugas saya.dan tolong panggil saja saya bi Munah!"
" eh, iya bi Munah.terima kasih."
Saat ini keluarga itu sedang berkumpul di ruang tengah sambil berbincang santai.Rani masih terlihat kaku dan malu karena merasa tidak pantas berada di rumah itu. karena ia hanya seorang gadis miskin yang berasal dari desa.
"Rani, kenalkan ini Papa Tyo dan yang itu angela putri bungsu mama yang akan menjadi adikmu juga."
"Hallo kakak Rani yang cantik, aku angela.seneng deh akhirnya punya kakak perempuan juga." menghampiri Rani dan menjabat tangannya teraenyum manis. Angela adalah gadis manis yang enerjik.
"Rani, sekarang kamu sudah menjadi anggota keluarga ini.Jadi tidak usah sungkan ya nak!"
"I....iya pa." masih terlihat kikuk.
"Bi Munah tolong antarkan Rani ke kamarnya ya!"
"Baik nyonya." bi Munah pun mengantarkan Rani memasuki sebuah kamar di lantai dua.
Gadis itu begitu takjub melihat kamar yang begitu rapi dan bersih.bahkan perabotannya pun terlihat sangat mewah. berbeda dengan kamarnya saat di kampung.
"Sebaiknya non Rani istrirahat dulu ya, nanti kalau sudah waktunya makan malam bibi akan panggil ya non."
"Bi jangan panggil aku seperti itu, panggi Rani saja ya bi. Saya juga kan sama seperti bibi hanya orang dari kampung!"
" Ya, tidak bisa begitu non. kan sekarang non Rani anak dari keluarga ini ya otomatis non adalah majikan saya juga."
"Baiklah bi, terserah bi Munah saja. Tapi kalau sedang berdua saja panggil Rani saja ya bi.saya tidak terbiasa."
"Bibi kembali ke dapur dulu ya neng, selamat beriatirahat!"
Setelah membereskan pakaiannya kedalam lemari.Rani beranjak ke kamar mandi ingin membersihkan diri. Dan lagi-lagi ia dibuat terperangah oleh kamar mandi yang begitu mewah.ada bath up yang cukup besar dan tercium aroma therapy yang begitu harum menenangkan. Rani duduk di pinggir ranjang besar dan merebahkan tubuhnya.menyentuh sprey dan selimut yang begitu hangat dan lembut.
"tok tok tok, non Rani di panggil nyonya untuk makan malam non!"
"Iya bi, sebentar saya akan segera turun."
"Mari sini sayang, kita segera makan."
"Iya ma." Rani pun duduk di sebelah nyonya Sandra.sedangkan dihadapannya Angela.
"Apa Varrel pulang terlambat lagi ma?"
"Sepertinya begitu pa, biasa lah anakmu itu kalau pulang dari kantor ya pasti langsung mampir kemana-mana.paling juga ngumpul sama sahabat-sahabatnya itu."
"Sudah biarlah ma, namanya juga anak muda." Ayo....Rani makanlah nak, jangan cuma dilihat saja!"
"Iya pa." merekapun akhirnya mulai menyantap hidangan makan malam
tanpa menunggu sang putra sulungnya.
Menjelang waktu dini hari, tampak swbuah mobil sport memasuki pintu gerbang. sesosok laki-laki muda gagah nan rupawan melangkah masuk lalu menaiki tangga menuju lantai atas. ia berjalan agak sempoyongan karena sesikit mabuk.
"Dari mana saja kamu Varell?" apa tidak bosan setiap malam seperti ini nak?" ia berpas-pasan dengan sang mama yang baru keluar kamar hendak ke dapur untuk mengambil air minum.
"Eh....mama, biasa saja lah ma. tenang saja Varell tidak akan melewati batas kok. papa dan mama jangan khawatir ya!"
"Sudah ya ma, ngantuk nih! good nite ma....muachh!" mencium sang mama. Sandra pun hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sang putra.
Keesokkan paginya semua penghuni rumah tampak mulai beraktifitas seperti biasa.Bi Munah sedang memasak dengan seorang pelayan lainnya.
Sudah ba'da subuh tadi rani sudah turun kebawah, karena masih terlihat swpi.akhirnya ia memutuskan untuk berkeliling disekitaran rumah. saat ini gadis itu sedang menikmati pemandangan taman bunga mawar yang tampak begitu indah.sambil menikmati udara pagi nan segar dan menikmati harumya semerbak bunga mawar. Tanpa disadarinya ada seseorang yang memperhatikannya begitu intens.
"Siapa dia? apa dia pembantu baru?" mengernyitkan dahinya
"Hey kamu....sedang apa disitu, bukannya kerja malah santai-santai?" berteriak dari atas balkon kamarnya.dia adalah Varell sang tuan muda.
Rani yang terkejut refleks menengadahkan kepalanya ke atas untuk melihat orang yang berteriak padanya.Karena takut, gadis itu langsung berlari pergi.
" Apa-apaan pembantu itu, di panggil malah lari. kurang ajar. lihat saja nanti?" kesalnya karena merasa diacuhkan
"Pagi ma, pa, dan adikku yang bawel." mencubit gemas pipi chubby Angela
"ihh....kakak, sakit tau!? ishh.... cemberut sambil mengelus pipi chubbynya.
Sandra hanya tersenyum simpul dan menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua buah hatinya.
"Sidahlah Varell, jangan mengganggu adikmu terus.ayo lekas sarapan.pagi ini bukankah kau akan rapat dengan klien dari siangapore itu kan?"
"iya pa." baru saja iya akan duduk, tiba tiba saja netra matanya menangkap sosok wanita yang sempat membuatnya kesal tadi.
" Eh....kamu pembantu, ngapain ikut duduk disini? sambil menunjuk-nunjuk kearah Rani yang sedang tertunduk takut.
"Pembantu.... VARELL!!"
Tbc
"Pembantu.... VARELL!!
"Apa sih ma pake teriak-teriak segala, pengang ni kupingku." berpura-pura menggosok telinganya. padahal bentakan sang mama tidaklah sekeras itu.
Sandra memelototkan matanya pada sang putra. Sedangkan sang tersangka malah cuek bebek sambil terus menatap tajam kearah Rani. Membuat gadis itu semakin menciut takut tetap menundukkan kepalanya dan menikmati hidangan tanpa rasa nyaman.Karena sadar sedang ditatap intens oleh laki-laki dihadapannya itu.
"Tunggu dulu Varell! duduklah sebentar ada yang mau mama bicarakan." Sandra menghentikan Varell ketika hendak beranjak meninggalkan meja makan. Dan Varell pun kembali menduduki kursinya.
"Begini nak, Rani bukanlah pembantu baru di rumah ini.Kau telah salah sangka." mama dan papa telah mengangkatnya sebagai anak. Jadi mulai sekarang kamu juga harus memperlakukkan Rani dengan baik dan menjaganya seperti angela adikmu!"
"oke....baiklah." sorry ma, pa aku berangkat dulu ya.sudah hampir telat nih."
"Muachh....muach (cipika cipiki), dah bocil !" berlalu namun tak lupa mengusili sang adik dengan mengacak-acak rambutnya.
"Ishh....KAKAK!!"
"Rani, maafkan kakakmu Varell ya nak!"
"iya ma tidak apa-apa Rani mengerti kok."
Setelah semua membubarkan diri dan menjalankan rutinitas yang sesungguhnya. Rani pun dengan sigap dan tanpa di suruh membantu bi Munah merapikan meja makan dari piring-piring dan yang lainnya.
"Jangan non, biar bibi sama ita saja yang membereskannya!"
"Tidak apa bi, Rani sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga yang mudah seperti ini. Dan bi Munah hanya pasrah saja membiarkan sang nona baru ikut membantu.
"eumm.... bi Munah, kak Varell itu memang galak seperti itu ya? sepertinya dia tidak menyukai Rani bi."
Selesai menjalankan aktivitas paginya, bi Munah dan ita baru saja selesai sarapan. Rani kembali menghampiri keduanya.
"Bi Munah, ada yang bisa Rani bantu lagi bi?"
"Eh non Rani. Tidak usah non, semua pekerjaan rumah tangga sudah ada yang mengerjakan.non istirahat saja!"
"Yah Rani mana bisa cuma berdiam diri saja tanpa melakukan apa-apa bi, Rani sudah terbiasa bekerja membantu ibu waktu di kampung."
"Ya audah, non nanti bantu-bantu bibi saat memasak makan untuk makan siang nanti saja ya!"
"oke bi siap. kalau gitu Rani mau kembali kekamar ya bi."
" Iya non."
Begitulah kegiatan yang dilakukan oleh Rani setiap harinya.Dan tak terasa kini sudah hampir tiga bulan gadis itu tinggal di rumah itu. Rani semakin akrab dengan Angela, bahkan mereka sering hangout bersama.Akan tetapi hal yang sama tidak terjadi pada hubungannya dengan sang kakak laki-laki. Varell masih saja bersikap cuek dan masa bodo akan kehadiran gadis itu. Mungkin juga karena intensitas pertemuan mereka agak jarang dan apabila bertegur sapapun hanya sekedarnya saja.Hal itu tidak menjadi masalah bagi Rani, justru ia senang karena jujur saja.Gadis itu agak takut jika bersitatap atau berbicara dengan laki-laki itu. Begitu kaku dan terkesan tidak ramah padanya.
Malam harinya disuatu club malam. seperti biasa, Varell sedang berkumpul dengan ketiga sahabatnya.menikmati gemerlapnya hiburan malam.mereka terlihat begitu asik mengobrol sambil menikmati minuman dan alunan musik yang memekakkan telinga.
"Hei Rell, bagaimana kabar adik barumu itu? aku dengar dari Doni dia sangat cantik ya?boleh dong aku kenalan?" melirik Doni sambil mengedipkan matanya.
"Sip bro, bener banget itu. sangat menarik!" Doni mengacungkan jempolnya.
"Memangnya kalau dia cantik kenapa? itu bukan urusan kalian bukan? awas jangan macam-macam ya!" menatap tajam pada Doni dan Zack. sedangkan Rangga hanya menyimak obrolan mereka.
"euuh....kakak laki-laki yang begitu posesif pada adik perempuannya?" oceh Zack lagi
"adik perempuan siapa? adik perempuanku ya cuma Angela saja.sembarangan saja kau kalau bicara." entah mengapa Varell begitu kesal jika menyangkut hal tentang Rani sang adik angkat.
"oh ya, apa jangan-jangan kau tertarik ya pada gadis itu? sudah embat saja bro atau jadikan dia istrimu.Anggap saja sebagai pengganti Mona!"
"Mona tidak akan tergantikan.kalian sudah tau kan?"sudah jangan bicarakan gadis itu lagi, bikin moodku rusak saja!"
"wuiih santai bro, kita cuma bercanda saka kok!"
"hmm....jadi penasaran seperti apa gadis itu?" monolog Rangga dalam hati.Rangga memang lebih pendiam dibanding Doni dan Zack yang tengil dan terkenal akan cap playboynya.
Menjelang tengah malam, seperti biasa Varell pulang dalam keadaan mabuk.Ketika hendak memasuki kamarnya, tiba-tiba ia berpas-pasan oleh Rani yang juga baru saja keluar dari kamar untuk kebawah mengambil air minum.Membuat gadis itu terkejut karena sosok tegap itu telah berada tepat dihadapannya dan begitu dekat.
"ehemm...mau kemana kamu?" menghadang langkah Rani
"I....itu kak, Rani mau kebawah ambil minum." menunduk dan tak berani menatap Varell.
"Kalau diajak bicara itu lihat orangnya, memangnya wajahku ada dilantai itu apa?" kesalnya
"Iya kak, maaf kak permisi!" memandang sekilas lalu kembali menunduk.
"Grebb.... brakkk, ceklekk!?"
"Akhh... a....apa yang kakak lakukan? tiba-tiba saja Varell menarik paksa Rani memasuki kamarnya lalu menguncinya.membuat gadis itu begitu ketakutan.
"Kak Varell bukakan pintunya kak, Rani mau keluar. apa yang akan kakak lakukan?" memundurkan langkahnya karena laki-laki itu semakin mendekat dan merengkuh pinggangnya hingga kini tubuh mereka saling melekat. Dan tanpa babibu Varell langsung menyambar bibir cherry itu yang terlihat begitu menggiurkan. ********** lembut.
"hmmmpp....ka...hah hah, jah jangan!" berusaha mendorong dada Varell yang semakin erat memeluknya.tubuhnya sudah gemetaran karena ketakutan.Gadis itu terus memberontak agar bisa lepas dari cengkeraman laki-laki itu. Namun tetap tanpa hasil karena kekuatan gadis itu tidak sebanding dengan tubuh Varell yang kekar itu.
"Plakkk.... diam kau! jangan coba-coba melawanku hah!"
"hiks....hiks.... bapak, ibu tolong Rani!" air mata sudah mengalir deras mengalir membasahi pipinya yang memerah itu.
"Dengar!ini adalah peringatan keras untukmu gadis kampung!"
"ARGHH....sa....sakit kak!?"
tbc
"ARGHH... sa....sakit kak!"
Varell menghisap kuat leher Rani hingga membuat gadis itu kesakitan dan meninggalkan jejak kemerahan. membopong dan melempar tubuh mungil itu ke atas ranjang dengan kasarnya.
"Kak Varell....jangan kak, aku mohon!" menangkupkan kedua telapak tangannya memohon belas kasihàn.
Namun sama sekali tidak berpengaruh bagi laki-laki itu. menindih tubuh mungil Rani dan menatap tajam ketika keduanya bersitatap.Rani begitu ketakutan, tapi ia terua berusaha memberontak sekuat tenaga ketika tangan Varell mulai membuka kancing piyamanya.
""Jangan kak....ampun kak!"tangan kananya terus mendorong dada laki-laki itu sedang tangan kirinya mencoba menghentikan tangan yang terus bergerak melepas seluruh kancing piyamanya.
"PLAKK....PLAKK... aku bilang diam!!"
"Ibu....Bapak....tolong Rani, jemput rani.Rani takut! hiks....hikss....hikss!" Tubuhnya terasa lemas, tak ada tenaga lagi untuk melawan.akhirnya ia hanya pasrah sambil terus menangis.Meraba pipinya yang memerah dan terasa panas.
"*****!" melepaskan cengkeramannya dan bangkit dari atas tubuh Rani.entah mengapa tiba-tiba saja hatinya tidak tega mendengar rintihan pilu gadis itu.berjalan menuju pintu, merogoh kunci dari saku celananya lalu membukanya.
"Ceklekk...
"Keluar! dan kembali kekamarmu!"
Mendengar itu, Rani langsung beranjak dan berlari menuju pintu. Varell menghentikan langkah gadis itu sebelum keluar dan mengatakan sesuatu.
"Jangan katakan pada siapapun tentang kejadian ini, awas kalau sampai mama dan papa sampai mengetahuinya. sudah sana kembali kekamarmu!"
"I....iya kak!"
Tubuhnya luruh diatas lantai kamarnya, menangis pilu meratapi nasibnya. ia tidak menyangka akan dilecehkan oleh sang kakak angkat dan diperlakukan begitu kasar. apa salahnya?
"hikss....hiks....sakit sekali." tubuhnya masih memegang pipinya yang masih terasa panas. melangkah lunglai dan akhirnya tubuh itu tumbang diatas ranjang karena tak sadarkan diri.
Pagi telah menyingsing. Rani tersadar dan bangun dari tidurnya ketika mendengar suara azan subuh yang berkumandang. Kepalanya pening dan tubuhnya terasa tidak enak. lemas dan greges.
"hhhem....pusing sekali," dengan tenaga yang tersisa, Rani melangkah menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu.
"Ya Allah ampunilah segala dosa hamba dan kedua orang tua hamba. kuatkanlah diri hamba dalam menghadapi segala cobaan ini ya Allah!"
"hiks....hiks!"
Seusai sholat subuh, Rani kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang. ia enggan keluar kamar, hatinya masih terasa sesak. terutama ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang telah menyakitinya semalam.
Sementara itu diruang makan semua anggota keluarga telah bersiap untuk sarapan. mama Sandra melihat ketidak beraan sang putri angkatnya.
"Bi...bi Munah kesini sebentar!"
"Iya nyonya ada yang bisa saya bantu?"
"Rani dimana bi?"
"Oh itu nya, dari pagi tadi non Rani belum keluar kamar. biasanya sih sehabis subuh non Rani sudah turun ke dapur nya?" Bi munahpun bertanya-tanya karena tidak biasanya gadis itu telat bangun.
"Apa perlu saya panggilkan non Raninya nya?"
"Iya bi, tolong ya!"
"Baik nya."
"tok....tok....tok, non Rani apa boleh saya masuk?"
"cklekk....non Ran.... terkejut?
"Non Rani kenapa non? " bergegaa menghampiri Rani yang masih meringkuk dan bergelung dengan selimutnya dengan tubuh yang bergetar.
"Ya Allah non, non Rani demam!" menyingkap selimut dan meraba kening gadis itu dan ternyata sangat panas.
"Baju non basah, ganti ya mari bibi bantu !" mengambil baju ganti dan hendak membantu gadis itu untuk mengenakannya. namun tangan gadis itu menghentikannya.
"Tidak usah bi, biar Rani sendiri saja!" menutup kembali bajunya.
"Non...ini apa? dan pipi non juga...." menyentuhnya dan sekilas ia juga melihat tanda kemerahan di leher gadis itu.
"Awwh....sakit bi." meringis ketika pipinya disentuh.
"Siapa yang melakukan ini non?"
"Rani tidak apa-apa bi, jangan katakan pada mama atau siapapun ya bi!" tolong bilang sama mama kalau Rani tidak ikut sarapan.tolong ya bi!"
"Bibi akan ambilkan obat penurun panasdulu ya non, sekalian bilang sama nyonya."
"Iya bi, terima kasih."
"Mana Rani bi?" bertanya kembali karena tidak melihat putrinya ikut turun.
"Itu....non Rani demam nya, ini saya mau mengambilkan obat penurun panasnya." bi Munahpun segera menuju kembali ke atas.namun mama Sandra kembali memanggilnya.
"Bi, sekalian bawakan sarapannya.nanti setelah ini aku akan keatas melihatnya!" mengambilan sepiring nasi, sayur serta lauk pauknya.
"Baik nya!" meraih dan membawa sarapan tersebut.
"Non,ini dimakan dulu sarapannya, setelah itu diminum obatnya ya!" membantu Rani bersender di kepala ranjang.
"Rani belum mau makan bi."
" Makanlah sedikit saja juga tidak apa-apa non, yang penting perutnya tidak kosong.kan mau minum obat!"
"Iya bi, terima kasih!" Ranipun mulai memakan sarapannya setelah itu meminum obat, lalu kembali merebahkan tubuhnya.
"Bibi tinggal dulu ya non, non Rani istirahat biar cepat sembuh!" sebelum pergi iamerapikan selimut yang membalut tubuh mungil itu.
Sandra masuk kedalam kamar dan melihat putrinya yang sedang terlelap. iapun menyentuh keningnya dan ternyata sudah tidak terlalu panas.
"Sebenarnya kamu kenapa nak, apa kamu merindukan kedua orang tuamu?"menatap pwnuh ksih sayang. akhirnya wanita paruh baya itu meninggalkan Rani agar tidak mengganggu istirahatnya.
Dua minggu telah berlalu sejak kejadian itu.Rani menutup rapat apa yang telah dilakukan Varell padanya. kehidupannya sudah berjalan normal seperti biasa.Hanya saja gadis itu sebisa mungkin menghindari agar tidak sering bertemu laki-laki yang telah membuatnya trauma.
"Rani kesini sebentar nak!" mama sandra memanggil Rani dan menyuruhnya agar duduk disampingnya. terlihat ada sebuah kotak yang cukup besar diatas meja.
"Nanti malam kita sekeluarga akan makan malam bersama, sudah lama kita tidak melakukannya. ini nanti malam kamu pakai ya, mama juga sudah membelikannya untuk Angela kok!"
"Sudah bawa kekamarmu ya!" Ranipun menerimanya dan membawanya ke kamar.
"Tepat pukul 19.30 malam mereka sekeluarga telah sampai disalah satu restaurant mewah. Rani dan Angela tampil cantik bak putri. Rani mengenakan dress dibawah lutut berwarna pink Fanta dengan wedget yang tidak terlalu tinggi.ya karena mama Sandra tau kalau Rani pasti tidak bisa mengenakan high heels.
"Kak Rani, sini duduk disebelahku!"
"Iya dek!" Ranipun menarik kursi diseamping Angela.
Sudah hampir 15 menitan mereka menunggu seseorang yang belum juga datang. ya, orang itu adalah Varell.Karena tadi siang ia mengabarkan bahwa akan sedikit telat untuk datang.
"Lama sekali sih ni anak, masa' acara rapat saja sampai jam segini belum rampung juga?" jangan-jangan dia malah keluyuran dulu pa?"
" hush....mama ini selalu berpikiran negatif sama anak sendiri, sudah kita tunggu saja.paling juga sebentar lagi dia datang."
Baru saja dibicarakan dan panjang umur akhirnya yang ditunggupun muncul. ia langsung menarik kursi disamping mama Sandra.
"Maaf ma, pa jalanan macet banget tadi?" tersenyum dengan tampannya.
"Alasan saja kamu nak?" mama Sandra menggelengkan kepalanya.
Makan malampun berlangsung dengan hikmat. setelahnya mereka berbincang santai sambil menikmati menu terakhir yaitu desert.
"Ehemm.... Varell....Rani!" keduanya pun kemudian menatap papa Tyo.
"Sebenarnya disamping acara makan malam ini, papa dan mama mempunyai satu keinginan dan kami harap kalian bisa menerimanya!"
Varell mengerutkan keningnya masih mencerna apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya.sedangkan Rani juga masih bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kami ingin kalian berdua menikah nak, membangun sebuah keluarga.papa dan mama sudah berpikir cukup lama akan hal ini."
"Dan kamu Varell, umurmu kan sekarang audah menģinjak 28 tahun dan sudah waktunya untuk berumah tangga!"
"DEG....DEG...!!"
Tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!