NovelToon NovelToon

DIANA & DIANI

WANITA KARIR

SUARA Jam alarm telah membangunkan kedua anak gadis itu dari tidur nya. pagi itu baru saja jam enam pagi dan kedua anak gadis yang berumur sepuluh tahun dan delapan tahun yang tak lain adalah Diana dan Diani itu, tak biasa nya bangun pada pagi itu. mereka biasa nya bangun malas-malasan dan itu hanyalah unsur kesengajaan saja karena mereka ingin di perhatikan oleh kedua orang tua nya. kedua orang tua mereka terkadang selalu sibuk dan selalu mengandalkan ibu Asih dan kedua pembantu rumah itu untuk merawat kedua anak gadis nya itu.

Diana dan Diani yang memiliki nama asli Diana Setiasih dan Diani Setianingsih itu, adalah anak dari dari pasangan suami istri Dona dan Doni. hari itu, adalah hari masuk sekolah kedua anak gadis itu. pada pagi itu juga, terlihat ibu nya mereka yaitu Dona sedang berjalan menuruni tangga menuju lantai satu untuk pergi ke kamar kedua anak gadis nya yang ada di lantai satu. seperti biasa, ia hanya sekedar ingin membangunkan kedua anak nya saja dan sebagai seorang Wanita Karir, Dona sempatkan dulu mengurus kedua anak nya itu sebelum berangkat bekerja nanti.

Di ruangan dapur rumah besar dan bertingkat dua itu, terlihat ibu Asih sedang menyiapkan sarapan untuk kedua cucu nya itu. sedangkan Doni, ia sedang mandi pagi di kamar mandi yang berada di lantai dua nya. dirumah itu, hanya ada dua pembantu yang mengurus rumah besar itu, yaitu ibu Romlah yang berumur empat puluh tahun dan ibu Umyati yang berumur empat puluh lima tahun. kedua pembantu itu masing-masing sedang mengerjakan pekerjaan rumah, yaitu menyapu dan mengepel lantai dan setelah itu akan melakukan pekerjaan yang biasa nya dikerjakan oleh seorang pembantu rumah tangga. satu lagi adalah seorang satpam yang bernama pak Soleh dan ia juga bekerja sebagai supir pribadi yang bertugas mengantar kedua anak gadis itu pulang dan pergi ke sekolah dan terkadang sering mengantar para pembantu yang akan berbelanja ke pasar untuk keperluan makanan pokok rumah itu. setelah pekerjaan sampingan nya itu selesai, pak Soleh akan bertugas lagi sebagai satpam di rumah besar bertingkat dua itu.

Kini Dona sudah membuka pintu kamar anak nya dan ia berjalan mendekati kedua anak nya yang sudah bangun dan terlihat masih enggan bangun dari ranjang nya itu.

"selamat pagi anak-anak mama...,? tumben kalian sudah bangun...?? biasa nya kalian sering malas untuk bangun pagi-pagi?" lalu Diana dan Diani di dekati oleh Dona dan kedua nya di cium kening nya oleh Dona secara bergantian.

"mama,... papa kemana?" tanya Diani kepada ibu nya dengan suara manja nya.

"papa mu sedang mandi sayang." jawab Dona dan Diana bertanya kepada ibu nya.

"apa mama mau berangkat bekerja keluar kota lagi bersama papa?"

"tidak sayang, mama cuman masuk kerja di kantor CV.Group Perkasa saja seperti biasa bersama papa mu."

"apa mama akan mengantar kami berdua ke sekolah lagi?" tanya Diani dan ibu nya menjawab.

"lain kali mama antar kalian berdua ke sekolah lagi, sekarang mama masih ada kesibukan pekerjaan di kantor. nanti pak Soleh yang akan mengantarkan kalian ke sekolah"

"ahh mama! selalu saja sibuk sama pekerjaan! sedangkan anak nya selalu diacuhkan! huh sebel!" ujar Diani cemberut dan Diana berkata kepada adik nya dengan menenangkan nya.

"jangan begitu dede, kan ada kakak yang menemani kamu sekolah. kita kan sudah besar dan bukan anak TK lagi." Dona yang mendengar ucapan dewasa dari Diana itu tersenyum dan mengusap rambut Diani sembari berkata.

"benar apa yang dikatakan kakak mu itu, sayang. kalian sudah besar dan sudah waktu nya untuk mandiri. masak kamu mau di antar mama terus sampai kamu lulus sekolah?? memang nya kamu enggak malu sama teman-teman kamu sayang???." ucapan Dona itu membuat Diana membenarkan nya dan Diani mulai meredakan cemberut nya dan berkata.

"iya deh maaa..., asal ada kakak di samping dede, pasti dede gak akan kesepian."

"iya sayang. yuk mandi, keburu telat lho kalian masuk sekolah nya nanti." setelah Dona berkata begitu, Diana dan Diani beranjak dari tempat tidur nya dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dapur rumah itu.

Ayah mereka, yaitu Doni. sudah selesai mandi nya dan ia sedang memakai pakaian seragam kantor di kamar nya yang ada di lantai dua. ketika kedua anak gadis itu berjalan menuju ruangan meja makan, kedua nya berpas-pasan dengan ibu Asih yang sudah menyiapkan sarapan untuk kedua anak itu.

"wah enak sekali aroma nya nek? kayak nya itu martabak telor spesial untuk sarapan kita ya nek???" ujar Diani kegirangan bertanya kepada ibu Asih yang sedang membawa sepiring martabak telor untuk ia taruh di ruangan meja makan itu.

"nenek kan sudah janji kepada kalian semalam, nanti pagi akan dibuatkan sarapan martabak telor dan ini nenek sudah buatkan buat kalian berdua."

"umm.... pasti sangat enak ya de..." ujar Diana kepada adik nya sembari memainkan lidah nya karena ia sudah tergiur akan masakan nenek nya itu. selepas ibu Asih pergi kembali ke dapur, kedua anak gadis itu ingin mencicipi nya tanpa sepengetahuan ibu Asih yang berjalan lagi ke dapur untuk menyiapkan susu untuk kedua anak itu.

Dona yang sudah menyusul kedua anak nya itu segera berkata.

"hayooo! kalian sedang apa?! mandi dulu sayang?! sarapan nya nanti kalau kalian berdua sudah mandi."

"yah... mama! kan dede cuman mau mencicipi nya sedikit saja..," lalu Diani cemberut lagi dan Diana berkata.

"enggak apa-apa dede. nanti sehabis mandi kita langsung makan sarapan martabak enak ini, maka nya ayok kita segera mandi de."

"iya deh kak. yuk.." lalu Diana dan Diani pergi menuju dapur kamar mandi dan Dona hanya tersenyum sembari geleng-geleng kepala saja terhadap kedua anak gadis nya yang berwajah cantik dan imut menggemaskan itu.

Lalu Dona mengambil satu potong martabak telor itu dan memakan nya sembari berjalan ke arah dapur rumah itu untuk menyusul ibu Asih.

"bu,..."

"iya sayang?" tanya ibu Asih menjawab panggilan dari Dona itu.

"nanti temani Diana dan Diani berangkat sekolah ya, Dona masih ada kesibukan di kantor."

"tenang saja sayang. selagi ibu masih kuat beraktivitas, ibu masih sanggup mengurus kedua cucu ibu itu." Dona lalu memeluk ibu nya seraya mencium pipi yang sudah keriput itu dan berkata.

"terima kasih ibu, Dona mau berganti pakaian dulu bu." lalu Dona kembali lagi ke lantai dua untuk berganti pakaian dan ibu Asih hanya mengangguk saja. ia lalu menaruh dua gelas susu untuk dua cucu nya itu dimeja makan.

Kedua anak gadis itu sedang mandi di dalam bathub dan sesekali bercanda memainkan busa sabun digenangan air bathub itu. ibu Asih segera membuka pintu kamar mandi yang tak dikunci itu dan membuat kedua anak gadis itu kaget.

"ahh nenek bikin kaget saja!" ucap Diana tersentak kaget dan Diani menambahkan.

"iya nih nenek bikin kaget dede dan kakak saja...huh!" ibu Asih hanya tertawa diwajah tua nya itu dan lalu berkata.

"buruan mandi nya, martabak telor nya keburu habis dimakan nenek lho kalau kalian mandi nya kelamaan." mendengar ucapan nenek nya tersebut, Diana dan Diani buru-buru mandi nya dan ibu Asih kembali menutup pintu kamar mandi itu sembari tersenyum geli karena sudah berhasil mengelabui dua cucu nya itu.

Dona sudah masuk kembali ke dalam kamar nya untuk berganti pakaian seragam kantor. Doni sudah berpakaian seragam dan bertanya kepada Dona yang sedang melepas pakaian nya itu.

"Diana dan Diani sedang apa ma?"

"tadi mereka baru saja mandi pa."

"ouh begitu, yasudah papa tunggu dibawah ya ma." lalu Doni keluar kamar setelah Dona mengangguk. Doni sudah turun ke lantai satu dan berpas-pasan dengan kedua anak gadis nya yang hanya memakai handuk yang menutupi tubuh nya saja.

"tumben anak papa pagi-pagi sekali sudah selesai mandi?" tanya Doni dan kedua anak nya langsung memeluk papa nya karena sudah kangen beberapa hari tak jumpa dengan papa nya. Doni jongkok di depan mereka sembari memeluk kedua anak nya itu, lalu Doni mencium kening kedua anak nya dan berkata agar mereka cepat memakai seragam sekolah nya. lalu Doni memanggil ibu Umyati untuk menemani kedua anak gadis itu memakai pakaian seragam sekolah di kamar kedua anak nya itu. setelah itu Doni berjalan menuju meja makan untuk sarapan pagi sebelum berangkat bekerja.

BERANGKAT SEKOLAH

DONI Sudah duduk di kursi meja makan dan ia sedang sarapan dengan nasi goreng buatan ibu Asih. lalu Dona pun datang menghampiri Doni yang sedang makan itu dan Dona pun ikut sarapan juga.

"martabak telor ini buatan siapa ma? kok tumben enak sekali?" tanya Doni sembari mengunyah sepotong martabak telor itu dan Dona menjawab nya.

"tadi ibu yang bikin pa, itu sebenar nya buat anak-anak."

"oh begitu, papa pikir buat sarapan kita." Dona hanya tersenyum dan berkata,

"ya sama saja kali buat kita sarapan juga." lalu datang Diana dan Diani berlarian keluar dari kamar nya menuju meja makan dan kedua nya sudah berpakaian seragam SD lengkap. ibu Umyati terlihat berjalan menyusul kedua anak gadis itu sembari membawa kedua tas anak itu. lalu Dona berkata kepada ibu Umyati untuk menaruh kedua tas anak nya itu di sofa ruang tamu saja dan ibu Umyati menuruti nya dengan patuh.

Dona dan Doni hanya tersenyum bahagia kepada kedua anak nya itu yang sudah duduk dimeja makan dan mulai memakan martabak telor buatan nenek nya itu.

"kakak, dede... baca doa dulu.." ujar ayah nya dan kedua anak nya itu lalu tersenyum dongkol dan kemudian kedua nya mulai berdoa. setelah kedua anak gadis itu berdoa, lalu mereka mulai makan dengan riang nya. di sela makan, Dona bertanya kepada Diana.

"nanti di sekolah jaga adik mu ya kak, takut nya ada teman nya yang jahil dan usil kepada nya."

"iya mama." jawab Diana patuh dan Diani segera menyahut.

"tak perlu dijaga kakak pun, dede pemberani kok ma..."

"wah hebat dong anak papa kalau begitu." Sanjung Doni dan Diani berlagak sok jagoan dengan membusungkan dada nya dan menepak dada nya tiga kali.

puk! puk! puk!

"siapa dulu dong pa..?! dede...!" lalu Dona, Doni dan Diana tertawa geli melihat dede yang bertingkah lucu itu seperti itu.

Pada saat itu ibu Asih datang dari dalam dapur dan berjalan menghampiri meja makan dan ia menyimpan sepiring buah kupas di meja makan itu. lalu ibu Asih juga ikut makan bersama. pada saat itu waktu baru jam tujuh pagi, Diana dan Diani akan Berangkat Sekolah jam setengah delapan pagi. setelah hampir seperempat jam mereka sarapan pagi, mereka menyudahi sarapan nya dan mulai sibuk dengan kegiatan nya masing-masing. Diana dan Diani diantar oleh nenek nya menuju mobil yang dikemudikan oleh pak Soleh. sedangkan Dona dan Doni berjalan menuju mobil nya berada. sebelum berangkat, Dona dan Doni mencium kening kedua anak gadis nya itu dan kedua anak gadis itu lalu salim kepada kedua orang tua nya. kini mobil yang dikemudikan Doni dan Dona itu sudah berjalan menuju tempat pekerjaan nya dan mobil yang dikemudikan pak Soleh juga sudah berjalan menuju sekolah dasar yang elit dan berada di dekat sebuah perumahan mewah. ibu Asih seperti biasa ikut mengantar kepergian kedua cucu nya itu sampai disekolah, dan setelah itu ibu Asih pulang lagi bersama pak Soleh. kini mobil tersebut sudah berhenti di pinggir jalan menuju sekolahan itu. Diana dan Diani sudah keluar dari mobil dan kemudian mereka salim kepada ibu Asih.

"jaga diri kalian baik-baik ya di sekolah. awas lho ya jangan bandel! apa yang di ajarkan dari guru kalian nanti nya, pahami baik-baik pelajaran nya."

"baik nek." jawab kedua anak itu serentak dan setelah itu ibu Asih mencium kening kedua anak gadis itu. lalu kedua anak itu berjalan bergandengan tangan menuju pintu gerbang sekolahan itu. suasana depan gerbang sekolahan itu masih ramai dimasuki para siswa sekolah dasar dan beberapa ada yang bersama orang tua nya masuk ke dalam.

Mobil yang dibawa pak Soleh sudah pergi bersama ibu Asih yang ada di dalam nya menuju rumah nya Doni. kedua anak gadis itu sudah masuk ke dalam kelas mereka yang baru menginjak kelas empat SD. meskipun umur Diana dan Diani berjarak dua tahun, tapi kedua nya sejajar ketika masuk sekolah SD. hal itu sengaja dilakukan oleh kedua orang tua nya agar kedua anak itu dapat menjaga satu sama lain. sipat Diani dan Diana memang berbeda, Diana cenderung penurut dan pemberani. sedangkan adik nya, yaitu Diani. sipat nya cenderung manja dan agak cengeng. di kelas mereka, ada beberapa anak bandel yang sering usil dan menganggu siswa dan siswi lain nya.

Ketua kelas mereka adalah seorang anak lelaki lumayan tampan dan sikap serta tutur kata nya yang sopan. anak itu bernama Bram dan pagi itu seperti nya anak itu belum masuk ke dalam kelas nya. jika tak ada Bram, anak-anak yang bandel mulai beraksi melakukan keusilan nya kepada teman-teman sekelas nya. tetapi jika ada Bram, mereka bagai kerupuk terkena angin atau melempem dan mengkerut takut. mereka takut kepada Bram karena Bram adalah anak yang bisa bela diri Muay Thai dan tentu saja anak bandel itu pernah dipukul sampai jera oleh Bram. tetapi kenakalan mereka hanya berlaku bagi teman-teman nya yang cengeng dan penakut saja.

Bocah nakal itu ada tiga orang, yang sok tua dan menjadi pemimpin bernama Yoshua. sedangkan kedua teman nya sekaligus bawahan nya, bernama Beryl dan Usman. seperti biasa, mereka duduk di meja paling belakang dan Yoshua sering melempar buntalan kertas ke arah teman sekelas nya yang cengeng. kali ini ia melempar kertas ke arah Diani yang sedang mengobrol dengan kakak nya, karena mereka duduk bersebelahan dan satu meja. buntalan kertas di lempar dengan tenaga keras oleh Yoshua dan mengenai kepala Diani.

Pluk!

"auhh...!" pekik Diani merasa sakit sembari memegang kepala nya. Diana langsung menatap ke arah pelempar nya, yaitu Yoshua dan ia langsung memarahi nya.

"hei Yoshua! jangan nakal dooong!!" Yoshua hanya tertawa terbahak-bahak bersama kedua teman nya dan ia berkata disela tertawa nya.

"suka-suka aku dong! weee..." Yoshua meledek dengan menjulurkan lidah nya kepada Diana yang sedang mengusap kepala adik nya. wajah Diani sedikit cemberut dan hampir menangis ketika ia di olok-olok oleh ketiga bocah bandel itu.

"ya nangis..."

"dasar cengeng! begitu saja nangis..."

"huuu cengeng-cengeng!" ketiga anak bandel itu terus saja meledek Diani seperti itu dan Diana mulai marah ketika adik nya benar-benar menangis dan menutup wajah nya dengan lengan nya.

Diana bangkit dari duduk nya dan berjalan menghampiri ketiga bocah bandel itu. para siswa dan siswi lain nya tak ada yang mau ikut campur karena mereka semua nya takut kepada ketiga bocah bandel itu. kecuali Diana, ia beranikan diri menghampiri ketiga anak nakal itu sembari menuding nya dengan makian.

"aku laporkan kalian kepada ibu guru! dasar anak-anak bandel!"

"laporkan sana! kami tak takut!" jawab Usman dan Beryl menimpali.

"huuu pengecut! apa-apa main laporkan! huuu pengecut!" Yoshua hanya tertawa saja mendengar kedua teman nya itu mengejek Diana.

Diana yang sudah semakin marah itu, hanya mengepalkan kedua tangan nya dengan erat dan air mata mulai merembes membasahi pipi nya. tanpa pikir lama lagi Diana langsung menendang meja yang di duduki ketiga anak bandel itu dengan keras dan membuat ketiga anak itu terdorong jatuh ke lantai. para siswa dan siswi yang memperhatikan kejadian itu, semua nya menertawakan nya dengan puas dan Diani yang awal nya menangis pun, menyudahi tangis nya dan ikut menertawakan nya juga.

Merasa malu ketiga anak bandel itu dipermalukan oleh Diana, Yoshua langsung memaki Diana dengan kasar sembari ia menendang meja yang ia duduki tadi.

"bangs*t cewek sial*n!!" Brakkk!! meja yang ia duduki tadi, ia tendang sembari lanjut menggertak.

"mau cari masalah kamu rupa nya hah!!" para siswa dan siswi diam lagi dan suasana kelas kembali hening. tetapi keheningan tersebut segera pecah oleh suara Diana yang membalas gertakan kasar dari Yoshua itu.

"kamu tuh yang mau cari masalah! dasar cowok kadal!"

"hahahaha..." para siswa dan siswi serempak menertawakan Yoshua ketika di sebut 'Cowok Kadal' oleh Diana dan membuat Yoshua semakin murka akibat menahan malu.

"diam..!!!" bentak Yoshua. lalu ia mendekati Diana dan berdiri dihadapan nya dan Diana bertolak pinggang bagaikan seorang anak yang pemberani. Yoshua menatap wajah Diana dengan tajam dan mata nya melototi nya. Diana pun tak kalah tajam menatap mata Yoshua dan Yoshua berkata.

"kalau bukan cewek sudah aku pukul kamu!" ucap nya sembari memperagakan akan memukul Diana. tetapi Diana tak takut akan gertakan tersebut dan malah membalas gertakan nya.

"nih pukul! aku tidak takut kepada mu!" ujar Diana sembari menepuk pipi kiri dan kanan nya. suasana ruangan itu semakin tegang dan kemudian hening sejurus, setelah Yoshua memaki Diana dengan kasar.

"jangan salahkan aku jika wajah mu itu babak belur!!"

"silahkan saja! aku pun bisa memukul mu!!" balas Diana tak kalah gertak dan pada saat itu juga, sang ketua kelas masuk ke dalam kelas sembari menatap Diana dan Yoshua yang berhadapan seperti orang mau berkelahi itu. tiba-tiba saja Yoshua mati kutu serta wajah nya tiba-tiba pucat pasi akibat diri nya yang usil itu kepergok oleh Bram, orang yang paling ia takuti dikelas nya itu.

...*...

...* *...

CEMBURU

Bram menatap tajam dan dahi nya berkerut melihat Diana dan Yoshua yang berhadapan seperti itu. ada rasa Cemburu terkilas di wajah Bram melihat Diana berhadapan seperti itu dengan Yoshua. entah kenapa Bram tak mendekati Diana dan Yoshua untuk melerai nya, ia malah langsung berjalan ke tempat duduk nya dan cuek terhadap keheningan dikelas nya itu.

Diana kini memalingkan wajah nya kepada Yoshua dan pada saat itu juga Yoshua berkata mengancam dengan suara ditahan.

"kali ini kamu beruntung Diana!" setelah berkata begitu, Yoshua berjalan mendekati kedua teman nya dan Diana menjawab nya dengan ketus.

"bodo amat!" lalu ia berbalik arah menatap Bram yang duduk nya paling depan itu.

"rasa-rasa nya aneh sekali! mengapa ketua kelas selalu tidak menolong ku jika aku sedang ribut dengan si Yoshua itu???" gumam Diana dalam hati nya dan ia lalu berjalan mendekati adik nya yang duduk tersenyum menatap nya dan berkata.

"terima kasih kak." lalu Diani memeluk Diana dan kedua nya berpelukan.

Suasana kelas itu mulai seperti biasa setelah ada seorang murid laki-laki yang baru masuk menyerukan kata.

"ada ibu guru wali kelas dataaang." seru nya dan ia langsung berlari ke arah tempat duduk Bram dan duduk disebelah nya. para siswa dan siswi lain nya pun saling panik dan segera bergegas untuk merapikan duduk nya. ketiga anak bandel itu pun duduk dengan rapi juga karena mereka ingin terlihat menjadi murid yang baik dan teladan oleh guru wali kelas mereka. benar saja apa yang di serukan anak lelaki yang baru masuk itu, ternyata wali kelas mereka baru saja masuk ke dalam kelas tersebut.

"selamat pagi anak-anak....?" ucap sang guru wali kelas dan para murid nya menjawab serentak.

"selamat pagi ibu guru..." ibu guru itu tersenyum mendapat sambutan dari para murid nya itu. lalu ia berjalan ke tempat kursi meja nya sembari membawa beberapa buku mata pelajaran. lalu ibu guru itu menyuruh Bram sebagai ketua kelas itu untuk memulai berdoa sebelum belajar dan Bram pun menuruti perintah ibu guru wali kelas nya itu.

Setelah berdoa sebelum belajar selesai dilaksanakan, ibu guru itu bertanya kepada Diani karena ia melihat mata Diani sedikit merah dan sembab oleh air mata.

"mata kamu kenapa Diani? apa kamu sakit?" tanya ibu guru itu dan Diani hanya menunduk tak menjawab nya. Diana tahu adik nya itu tak berani mengatakan kejadian yang sebenar nya. baru saja Diana akan mewakili jawaban dari pertanyaan ibu guru itu tentang Diani, tiba-tiba saja lengan Diani memegang tangan kakak nya sembari menggelengkan kepala tanda tak boleh mengatakan apa yang sedang terjadi sebenar nya kepada nya.

Diana paham maksud dari adik nya itu, dan Diana tetap menjawab pertanyaan wali kelas nya itu dengan jawaban yang berbeda.

"adik saya sedang sakit mata bu. wajar saja mata nya terlihat merah dan sedikit sembab oleh air mata."

"oh begitu Diana. kalau begitu, kenapa adik mu tidak izin libur saja dahulu kalau ia sedang sakit?"

"adik saya ini ingin tetap masuk bu, ia jenuh jika harus berdiam diri di kamar sendirian."

"oh begitu, baiklah kalau begitu jadi nya. kalau Diani sudah tak kuat lagi, bilang saja ya sama ibu, Diana."

"iya Ibu." jawab Diana dan Diani masih menundukan kepala nya karena ia merasa malu dipandangi oleh wali kelas dan teman-teman sekelas nya yang tak mau ikut campur mengatakan permasalahan itu. lalu ibu guru wali kelas itu segera berkata kepada para murid nya untuk membuka mata pelajaran yang akan mereka pelajari.

Bram yang sejak tadi hanya cuek saja sembari membuka-buka buku mata pelajaran yang akan dipelajari itu, segera ditanya dengan bisikan oleh teman sebangku nya yang bernama Febri.

"heh Bram. si Diani kelihatan nya habis nangis ya?"

"mana aku tahu." jawab Bram pelan dan datar saja. kemudian Febri berkata tanya lagi.

"kan kamu yang sejak tadi sudah berada di dalam kelas!? masa enggak tahu sih?"

"kamu tanya saja kepada kakak nya itu!" jawab Bram dengan jutek nya dan Febri menyenggol pinggang Bram seraya masih berkata berbisik.

"tumben kamu jutek begitu jawab nya Bram. pasti ada sesu.."

"berisik!" ucap Bram memotong ucapan Febri agak keras dan membuat semua mata memandang kepada Bram.

Bram saat itu juga merasa malu sendiri dan berkata kepada wali kelas nya.

"maaf bu. tadi Febri mengajak ku untuk mengobrol terus."

"Febri! jangan menganggu konsentrasi teman sebangku mu yang sedang belajar itu!"

"iya ibu maaf." jawab Febri menundukan kepala dan Bram tertawa pelan seraya berbisik kepada Febri.

"maka nya jadi cowok jangan bawel kayak cewek!"

"berisik kau ah!" jawab Febri dengan berbisik juga dan kini mereka berdua melanjutkan pelajaran yang sedang di ajarkan wali kelas nya itu.

Setelah itu Diana dan Diani lalu mengobrol pelan disela mereka menulis apa yang ditulis oleh wali kelas mereka itu di papan board.

"makasih ya kak sudah menutupi peristiwa hal yang memalukan ini."

"tak apa dede. kakak kan sudah bilang kepada mu, bahwa kakak akan menjaga mu. lagi pula papa, mama dan nenek juga sudah mengandalkan kakak untuk menjaga dede."

"iya kak, dede juga tahu. dede ingin seperti kakak yang pemberani, tapi tetap saja tak bisa." Diani sedikit cemberut dan berkata lagi.

"dede berpura-pura pemberani di depan papa, mama dan nenek. hanya agar dede tak di anggap anak cengeng oleh papa, mama dan nenek kak." Diana hanya tersenyum mendengar curhatan adik nya itu dan berkata.

"sudah tak perlu dipikirkan de. mama, papa dan nenek tak akan setega itu kepada dede. percaya deh sama kakak."

"iya kak." jawab Diani mulai tersenyum lagi.

"yuk kita lanjut belajar lagi de." ucap Diana dan Diani hanya mengangguk saja sembari kedua nya mulai lanjut menulis lagi.

Dikursi meja paling belakang, Yoshua dan kedua teman nya itu sejak tadi sedang berbisik-bisik sesekali menatap punggung Bram dan mereka sembari belajar juga.

"tumben tadi ketua kelas tak menegur mu Yos?" tanya Usman kepada Yoshua dan Beryl menimpali ucapan Usman.

"mungkin si Bram itu sedang malas ikut campur dengan urusan kita, Man." Yoshua yang mendengar bisikan dari kedua teman nya itu lalu berkata.

"mungkin dia cemburu melihat ku dengan si Diana itu berhadapan seperti tadi. kalian pasti tahu, ketika aku pernah menjahili Diana dan Diana pun marah seperti tadi kepada ku. apakah Bram melerai nya atau ikut campur? tidak kan!?" ucapan Yoshua itu hanya dibalas anggukan oleh kedua teman nya dan Usman lalu berkata.

"seperti nya kelemahan si Bram itu terletak terhadap perempuan deh."

"maksud mu? ia grogi jika ikut campur urusan dengan perempuan?" Usman hanya mengangguk dan ucapan kedua teman nya itu segera di timpali serta disergah oleh Yoshua.

"bisa jadi begitu. tetapi ia terhadap murid perempuan lain nya, tak seperti itu. malah ia nekat mau menghajar kita ketika kita mengganggu si Nita kemarin siang."

"benar juga." ujar Beryl dan Wawan pun menimpali.

"iya ya benar juga." lalu ketiga anak bandel yang sejak tadi berbisik itu, tanpa sadar sudah diperhatikan oleh wali kelas mereka dan mereka lalu tersentak kaget setelah wali kelas mereka menegur nya. mereka langsung buru-buru lanjut belajar lagi bersama para murid lain nya sampai jam istirahat pun tiba.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!