Terdengar riuh suara anak anak SD bermain di halaman sekolah. Mereka bermain bersama dengan permainan tempo dulu. Permainan sederhana yaitu hide and seek. Dalam permainan itu ada gadis kecil yang bertubuh tambun dengan pipinya yang seperti bakpao juga kulitnya yang bisa di bilang sawo matang.
Gadis itu terjerembab dalam sebuah drum penyimpanan air di belakang sekolah saat bermain petak umpet. Gadis malang itu bernama Yania Iswari dia menjadi bahan tertawaan anak anak laki-laki. Yang paling parah menertawakan dirinya adalah Altezza Basman, seorang anak lelaki yang terkenal tampan dan disenangi banyak anak perempuan di kelasnya.
"Hahahaha! Ada kerbau masuk perangkap! Lihat semuanya, si gendut masuk perangkap! dia tidak bisa keluar." Altez berseru menertawai Yania yang sudah menangis sejadi-jadinya dengan pantatnya yang terjebak dalam drum air dan tak bisa di keluarkan.
Mereka semua ikut berkumpul dan menertawai, kecuali satu teman Yania yaitu Wiwin si gadis yang sama seperti Yania bertubuh gendut, hanya saja Wiwin begitu pemberani sedangkan Yania begitu cengeng.
"Yaya, ayo bangun. Jangan menangis, jangan dengarkan mereka." Wiwin membantu Yania untuk bangun tapi tak membuahkan hasil. Justru dia juga ikut jatuh terjungkal.
"Heh! duo kerbau! apa kalian ini begitu rakus huh? lihat drum yang begitu besar saja sampai tak muat?" Lagi-lagi mulut Altez mengejek Yania dan Wiwin.
"Altez! lihat saja akan ku adukan kamu ke Bu guru!" Kata Wiwin yang dengan segera berlari menuju ke kantor guru.
"Adukan saja, siapa takut? orang dia jatuh sendiri. memangnya aku yang membuatnya jatuh? ternyata selain gendut kalian juga sama bodohnya," celetuk Altez tanpa rasa takut. Tapi ya memang benar sih ucapannya. Memang Yania terjebak sendiri dan peranan Altez adalah menghinanya habis-habisan sampai ke dasar tulang rawan.
"Hiks....! hiks....! kamu jahat Altez! aku ini manusia bukan kerbau," seru Yania yang mulai berkicau dalam tangisnya.
"Lihat, kerbau ini bicara. Wah, kerbau ajaib!!" ujar Altez semakin membuat Yania menangis tersedu.
Seumur hidupnya, baru kali ini ada yang menghina Yania begini. Altezza adalah siswa pindahan baru sedangkan Yania merupakan siswa lama, Ya... walaupun Yania masih kelas 1 SD. Tapi Yania lebih muda satu tahun di banding dengan Altez.
Permasalahan selesai dengan Yania yang dibantu oleh para guru dan berakhir dengan pemanggilan wali murid untuk berdamai. Setelah kejadian itu Yania tak pernah lagi masuk sekolah dia pindah dari sekolahnya dan mengikuti home schooling. Yania mengalami krisis kepercayaan diri.
Dia tumbuh menjadi gadis pintar dan tertutup. Hanya saja permasalahannya, dia sangat minder dengan bentuk tubuhnya meskipun sekarang dia sudah tidak gendut lagi. Karena kejadian itu, Yania jadi memiliki keinginan untuk kurus, dia mengikuti bimbingan dari dokter ahli gizi untuk menurunkan berat badannya sesuai standar kesehatan. Dia mengikuti bimbingan khusus dari dokter.
...💕💕💕...
Dan disinilah dia, di meja kerjanya di sebuah kantor guru di sekolah SMA swasta.
"Bu Yania, ada apa? sedari tadi saya lihat anda melamun saja," tanya Pak Reza guru olahraga yang mejanya bersebelahan dengan Yania.
"Oh, tidak Pak." Yania tergagap dan kemudian menyimpan file yang baru saja dibacanya. "Em... hanya melihat blog tentang artis idola saja," kilahnya sambil tersenyum manis semanis madu membuat Pak Reza meleleh di buatnya.
Astaga, dia cantik sekali. Tapi mengapa sejauh ini dia belum memiliki pasangan? Apa benar gosip yang beredar kalau dia ini sukanya pok ame ame? atau penyuka sesama jenis. Pak Reza menatap sekilas Yania yang sudah berdiri dan dihampiri salah satu murid kesayangannya.
"Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Vito si ketua OSIS yang dekat dengan Yania. Entah karena mencari muka atau memang baik personalitinya.
Cih! dasar si pencari muka! Batin Pak Reza tak suka.
"Tidak Vito, apa sudah siap semua? hari ini ada Exam," kata Yania.
"Sudah Bu, tentu saja sudah. Kami sudah tak sabar," ucap Vito yang benar-benar mencari muka di hadapan gurunya.
Yania hanya tersenyum ramah menanggapinya. Baginya Vito adalah murid teladan terbaik di sekolahnya. Meskipun tampan bukan main, tapi Vito tak tinggi hati dan dia memiliki kesopanan yang baik. Seharian Yania mengajar dari pukul 7 pagi dia berangkat dan akan kembali memasuki rumah setelah pukul 15.30.Yania melangkahkan kakinya memasuki rumahnya yang sepi. Ayahnya tentu saja belum pulang dan ibunya pasti sedang berkumpul bersama teman-teman sosialitanya.
"Ah, lelahnya!" Yania melemparkan tasnya asal di sofa dan melepaskan sepatunya. Dia memijit pangkal hidungnya yang lelah setelah seharian memakai kacamata tebalnya.
Terdengar deru suara mobil memasuki pekarangan rumahnya. Meskipun kaya raya, tak lantas membuat keluarga Yania bertinggi hati. Hunian mereka memang tampak biasa dari luar, sedangkan dalamnya begitu waooow....!
"Yeri, sudah pulang?" tanya sang Ayah yang juga ikut duduk di sebelah Yania.
"Iya Ayah." Yania menyenderkan kepalanya di bahu sang Ayah.
"Ayah." Panggilnya.
"Hem..!" Sahut Ardi yang sibuk membaca pesan di ponselnya.
"Ayah, apa Ayah masih ingat dengan Altezza?"Celetuknya yang kemudian membuat pergerakan jari jemari Ayahnya berbalas pesan terhenti.
Ayah Ardi terdiam menerawang mencoba mengingat kembali masa getir yang dihadapi oleh putri semata wayangnya. " Altezza Basman," ucapnya lugas.
"Tidak mungkin aku lupa sayang. Karena dia kamu sekarang jadi begini. Satu jiwa dengan dua raga berbeda. Ayah tak akan melupakannya. Ada apa?"
"Ayah memintaku untuk ikut perjodohan dari tante Nisa 'kan?"
Ayah Ardi mengangguk.
"Salah satu dari kandidat yang Tante Anisa ajukan adalah Altezza," ucap Yania dengan pandangan lurus menerawang.
"Hahaha, ini kesempatan bagus Yeri." Ucap sang Ayah membuat Yania tercengang.
"A .. apa maksud Ayah?" Yeri tak paham mengapa ayahnya begitu senang.
"Altezza Basman, nama itu selalu saja membuat Ayah dongkol. Bisa-bisanya dia mengatai anak Ayah ini kerbau?" Ayah Ardi meluapkan kekesalannya.
"Yeri, apa kamu tidak ingin bermain-main dengan dia?"
"Maksud Ayah apa? sumpah Yeri tidak mengerti." Yania masih juga tidak tahu maksud dan tujuan Ayahnya.
"Kita angkat dia tinggi-tinggi sudah itu kita banting dia. Hempaskan dia jauh kedasar bumi. Bagaimana? hum? hum?" Ayah Ardi sampai menaik turunkan alisnya.
"Ayah, ini pernikahan bukan mainan." Yania menolak usulan Ayahnya.
Ayah Ardi berdiri lalu menepuk pundak sang anak. "Pikirkanlah dulu, mungkin ini kesempatan kita untuk membalaskan sakit hati? sumpah Ayah tak pernah rela anak Ayah dihina olehnya."
Yania terdiam setelah Ayahnya meninggalkannya. Yania kemudian menuju ke kamarnya dan berbaring asal-asalan. "Apa yang dikatakan Ayah sepertinya lumayan menarik. Mungkin ini jalanku untuk membalaskan rasa sakit hatiku setelah terkubur sekian lama." Yania mengangguk sambil tersenyum tipis yang lebih terlihat mengerikan.
"Altez, kamu siap bermain?"
...🍀🍀🍀...
...POV Yania....
Apa yang di katakan Ayah sepertinya lumayan menarik. Mungkin ini jalanku untuk membalaskan rasa sakit hatiku setelah terkubur sekian lama. Aku berbicara dengan diriku sendiri sambil tersenyum tipis yang lebih terlihat mengerikan.
"Altez, kamu siap bermain?" gumamku lalu menyeringai.
Pria menyebalkan itu, dia- oh mendadak kerja jantungku menjadi begitu cepat karena mengingatnya. Altezza Basman. Nama itu seolah terpatri begitu dalam dan mendapatkan ruang tersendiri bukan karena cinta yang tak terlupakan, tapi karena kebencian yang mendalam.
Altez, saat kecil mulutmu begitu ngawur saat berujar. Apakah masih sampai sekarang? Tenang, aku akan mengajarimu bertutur kata baik Altez, aku tau kau tidak akan suka. Tapi aku suka. Tak mau hanya berbekal CV yang tanteku berikan. Aku kemudian mulai mengetikkan namanya di papan pencarian. Aku mulai berselancar dan menemukan artikel tentangnya.
"Skandal model termahal tahun ini? Altezza Basman dan pacarnya tertangkap basah disebuah klinik bersalin?" Aku menggumam membaca artikel tersebut.
Oh, rupanya dia buaya. Perusahaan periklanan bekerjasama dengan Ratu iklan. Em, ini menarik. Aku akan berpura-pura menjadi si jelek yang lugu yang akan membuatnya selalu muak dengan hari-harinya. Altezza, jika dulu kau kacaukan hidupku dalam sehari, maka sekarang aku akan membuat seluruh sisa hidupmu kacau!
Aku masih sangat ingat dulu bagaimana dia mengolokku mengatakan aku ini adalah kerbau dan semua temanku ikut mengataiku kecuali Wiwin. Hal menyakitkan itu membuatku mengurung diri. Aku takut bila orang lain juga akan berpikiran sama dengan si jahat Altez. Melalui therapy dan juga pengawasan Dokter, perlahan aku mulai sembuh dari rasa sakit itu. Hingga sekarang nama itu kembali singgah dan mengusikku.
Dari sekian banyak profesi, aku memilih menjadi guru. Pasti aneh ya? anak konglomerat seharusnya meneruskan bisnis keluarganya. Tapi aku? Aku memilih untuk menjadi guru. Pengalaman burukku dimasa kecilku membuatku membangun sebuah analogi bahwa tak perduli bagaimana bentuk fisiknya, seorang guru akan selalu dihargai oleh sekitarnya.
Tapi, aku juga tak bisa melepaskan tanggung jawab sebagai anak tunggal dari keluarga ini. Jadi, aku tetap membantu Ayah untuk mengurus satu anak perusahaan yang berada di luar kota.Karena kejadian getir dimasa kecilku, kini aku tumbuh dengan dua wajah. Aku yang merasa nyaman dengan Yania yang sederhana saat mengajar dan di sisi lain aku harus menjadi Yeri si pewaris tunggal.
Ah, Yania dan Yeri, dua kepribadian yang bertolak belakang. Yania si sederhana dan Yeri yang begitu glamor dan jelita. Altezza apa kamu siap bermain? Aku akan menguji seberapa jauh kamu menjadi buaya. Jujur saja, dalam hal ini aku begitu tertarik untuk mengacaukan hidupnya. Seperti dia yang dahulu mengacaukan hidupku.
"Yeri!" kudengar suara ibuku mulai melengking memanggilku dari lantai bawah.Ibuku, dia pasti akan menanyaiku soal perjodohan ini. Ah, aku harus bersiap dengan rentetan pertanyaannya.
"Yeri, Yeri! sini Buna mau tanya." Dia menarik lenganku dan membawaku duduk di atas ranjang.
"Apasih Bu?" tanyaku malas tapi kulihat dia begitu bersemangat. "Eh, tadi tu ya, Tante Anisa telfon Buna dia bilang kamu menerima salah satu calon yang dia berikan dalam perjodohan. Terus jadi iya, beneran?"
Aku menarik nafasku cepat, ku kira ada apa ternyata dia hanya sekedar memastikan. "Hemmh, iya Buna. Katanya Buna mau cepet dapet cucu? Ya udah, Yaya ikutan," ujarku malas.
"Ouh, anak Buna." Dia tersenyum senang, Bunaku begitu senang mendengar kata cucu. Dia begitu mendambakan seorang malaikat kecil di tengah keluarga kami, kebiasaannya berkumpul dengan teman arisannya membuatnya mendapatkan pertanyaan.
Kapan anakmu nikah?
kapan dapat cucu? Ya pertanyaan itu sederhana tapi cukup membuat seseorang merasakan muak dalam hidupnya.
Ya kalau belum ada jodohnya mau apa? Juga aku yang sama sekali tak ada niatan kearah sana, terbiasa sendiri selama bertahun-tahun membuatku tak bisa merasakan ancaman hidup tanpa pasangan. Inilah salah satu efek yang Altez torehkan pada kehidupanku. Aku jadi memiliki persepektif berbeda dalam meresapi perputaran dunia. Aku merasa aku ya aku, lahir sendiri, mati juga tidak mengajak siapapun, lalu mengapa hidup harus berpasangan dan repot-repot membahagiakan anak orang?
"Em... kasih tau Buna dong, yang mana calon menantu Buna?" tanyanya lagi sambil mengerling menggodaku. Ouh satu lagi, jangan lupakan gaya bicara Bunaku yang manja dan lemah lembut. Sisinya yang seperti inilah yang membuat Ayahku selalu jatuh cinta padanya hingga susah berpindah ke lain hati.
Aku tersenyum lalu membuka kembali laptopku menunjukkannya sebuah email. "Ini Buna. Tampan kan?" tanyaku meminta pendapatnya.
Bunaku terlihat begitu bahagia, dia mengagumi garis ketampanan Altez melalui layar monitor laptopku. Berkali-kali mulutnya memuji ketampanan calon suamiku itu. "Ya ampun, Yaya! dia mirip aktor. Yaya, Buna mendukungmu. Dia begitu tampan. Pasti nanti kalau punya cucu akan sempurna. Wajah tampan dan Ayu dari ayahnya, serta kelakuan baik dan pintar dari Ibunya." Ucapnya dengan menunjukkan wajah takjubnya dalam berangan angan.
"Tentu dong Buna, Nanti cucu cucu Buna akan cantik, tampan dan pintar. Buna mau cucu berapa?" tanyaku padanya untuk membesarkan hatinya.
Jangan salah sangka, aku bertanya seperti ini bukan karena aku sungguh-sungguh. Tapi aku hanya ingin membuatnya bahagia. Bunaku, dia memiliki masalah dengan jantungnya. Aku tak mau ambil resiko dengan mengatakan tujuanku yang sesungguhnya padanya. Cukup Ayahku saja yang berperan menjadi sekutu dalam hal ini.
"3 boleh?" Dia sungguh senang. Kulihat binaran kebahagiaan itu sampai memancar dari matanya dan senyumnya selalu mengembang sempurna menghiasi wajah cantiknya.
"4 ya? biar ramai." kataku asal.
Dia memelukku lalu mencium keningku. "Iya, 4 ya. Lebih boleh kurang jangan," ucapnya.
"Oke!" jawabku yang seolah ini adalah perkara remeh yang mudah terealisasikan. Hemmh, masa bodoh lah! siapa yang tau kan kedepannya hidup manusia seperti apa?
...🪴🪴🪴...
...POV Author....
Di sudut yang lain, Altez dia sedang berdiskusi di ruang kerjanya bersama sang Mama."Mama, Eza tidak setuju dengan perjodohan ini, Eza punya pacar Ma. Dan Eza mencintai Nella," ucapnya menolak halus kemauan sang Mama.
Mamanya mengusuk wajahnya gusar. "Altezza Basman! ini bukan soal perasaan. Ini soal perusahaan kita. Kamu tahu perusahaan kita membutuhkan suntikan dana?"
Sang Mama menjeda ucapannya lalu menarik nafas dalam-dalam. " Pacarmu itu, dia tidak bisa membantu apa-apa. Tapi, anak dari kolega Mama ini sangat bisa membantu kelangsungan bisnis kita! kamu pikirkanlah!"
"Tapi Ma, tidak bisa kah kita mengajukan kerjasama tanpa harus melibatkan hubungan yang terlalu mengikat begini?"
"Mereka semua sudah pandai membaca fluktuasi aset-aset kita. Kita butuh sesuatu yang menguntungkan tanpa banyak ini dan itu. Kamu tahu, anak dari Ardi Baskoro hanyalah seorang guru. Dia tenaga pengajar di SMA."
"Lalu?"
"Itu artinya dia lugu Altez, sehingga hanya bisa menjadi guru dan tak melanjutkan bisnis Ayahnya. Bayangkan jika kamu mau menikah dengan anaknya, maka kamu juga akan memperoleh perusahaan itu Eza, buka matamu!" Mama Alda menjeda ucapannya.
"Ini terakhir kalinya Mama mohon padamu. Berhenti membuat masalah dan turuti ucapan Mama! Mama tidak akan merestui hubunganmu dengan pacarmu itu!" Mama Alda melenggang angkuh meninggalkan ruangan kerja anaknya.
"Argh....!! Shitt!! Wanita jelek begini mau dijadikan sebagai istriku? Oh, yang benar saja." Altez menarik lengan bajunya sampai ke siku dan berjalan mondar-mandir memikirkan jalan keluar lainnya.
"Argh....!! Shitt!! Wanita jelek begini mau di jadikan sebagai istriku? Oh, yang benar saja." Altez menarik lengan bajunya sampai ke siku dan berjalan mondar-mandir memikirkan jalan keluar lainnya.
Ponsel Altez berdering, dia melihatnya sebentar lalu membaliknya tanpa mau menjawabnya. Altezz kembali duduk di kursi kebesarannya menatap lurus keluar jendela. Pikirannya menerawang. Jarinya saling bertaut seolah sedang memberikan kekuatan.
Tak ada pilihan. Dia terbentur oleh keadaan. Ibunya tak pernah main-main akan suatu ucapan. Altez tau ibunya sangat tidak menyukai pacarnya, Nella. Dan rumor yang beredar bahwa Nella pernah menggugurkan kandungannya itu adalah benar. Hal itu yang dengan serta Merta merubah segala penilaian Mama Alda terhadap Nella.
***Di lain tempat.
"Jeng Alda, ga nyangka banget loh anak kita bakal berjodoh seperti ini." Kata Buna Yusmi sambil tersenyum senang.
"Iya ya jeng. Aku ga nyangka loh. Duh kalau yang jadi istri Eza itu Yaya, sudah pasti aku setuju dari dulu. Eza itu hanya salah memilih teman Bu, makanya dia sempat pacaran sama Nella. Tapi sekarang udah enggak kok Bu, mereka putus udah lama." Seloroh Mama Alda menutupi kebusukan anaknya.
Yang sebenarnya terjadi, semuanya Mama Alda tahu. Termasuk Nella yang menggugurkan kandungannya karena lebih memilih karir. Hal itu sangat di benci oleh Mama Alda dimana Nella tega melenyapkan darah dagingnya yang merupakan keturunan darinya. Kalau anaknya sendiri tega dilenyapkan demi karier, apa kabar suaminya yang tak memiliki ikatan darah dengannya? begitu pikir Mama Alda.
"Ga kerasa ya, tau-tau besok kita udah jadi besan." Ucap Mama Alda begitu bahagia.
"Yaya, kesini Nak ikut ngobrol sama kita," ucapnya memanggil Yaya yang masih sibuk memilih aksesoris yang akan digunakan dalam acara pernikahannya besok.
"Iya Tante, sebentar lagi," jawabnya.
"Jangan panggil Tante sayang. Panggil aja Mama," ucap Mama Alda mengajari.
"Iya Ma," kata Yania mengikuti. Yania memilih perhiasan yang akan dikenakanya besok yang mana perhiasan itu adalah kado spesial dari sang calon ibu mertua.
"Pilih yang mana kamu suka sayang. Duh, Mama senang sekali besok kamu sudah menjadi anak Mama," ucapnya begitu bahagia.
"Eza bagaimana jeng? apa sudah siap?" tanya Buna Yusmi membuat raut wajah Mama Alda sedikit gugup dan memucat.
"O... oh anak itu, dia juga sedang bersiap. Tadi bilangnya mau ke spa dulu, biar tambah ganteng besok. Biar manglingin gitu jeng." Bohong Mama Alda yang sebenarnya tidak tahu anaknya berada dimana.
Hiruk-pikuk para tim EO sudah memenuhi halaman rumah Yania yang luas, mereka berseliweran mengurus segala keperluan acara besok pagi. Akad akan di gelar pukul 8 pagi dan sampai sekarang belum jelas dimana keberadaan sang mempelai pria. Di lain tempat.
"Sayang, batalkan saja pernikahannya." Ucap Nella yang bergelayut manja di lengan sang kekasih.
Altez hanya diam lalu menatap lekat wajah Nella. "Tidak bisa La. Semuanya, kelanjutan bisnis ini berada pada pernikahanku. Mama dan calon Ayah mertuaku sudah bersepakat. Tuan Ardi, dia mau memberikan suntikan dana dengan satu syarat. Aku harus menikahi anak semata wayangnya yang buruk rupa itu," ujar Altez menerawang.
Nella lalu duduk di depan meja riasnya. Altez semenjak hari dimana Mamanya datang untuk memberikan keputusan final dia memutuskan untuk mencari ketenangan. Dia tetap ingin bersama dengan Nella walaupun Mamanya menentang keras pilihannya.
"Ouh, ya sudah nikahi saja. Walaupun kamu sudah beristri aku tetap mau kok Za." Nella mengerling manja menatap kekasihnya melalui pantulan cermin.
"Benarkah? kau tidak masalah dengan statusku?" tanya Altez terheran.
Nella tersenyum tipis. "Iya, apalah artinya status sayang. Mungkin bedanya hanyalah nantinya ada cincin yang melingkar di jarimu dan juga kita yang harus bersembunyi melakukannya," kata Nella dengan entengnya.
Altez kemudian merengkuh tubuh Nella dari belakang. "Terimakasih sayang, aku hanya takut kehilanganmu. Tapi setelah kamu bicara seperti ini, aku jadi yakin bahwa kamu benar-benar mencintaiku."
"Iya, memang. Aku memberikan kelonggaran akan urusanmu itu. Sebab aku tahu semuanya hanya sebatas urusan bisnis. Iya 'kan?" Nella meneleng memastikan.
Altez tersenyum dan mengangguk yakin yang merupakan jawaban pasti akan pertanyaan Nella."Terimakasih Dewi ku, I love you," ucap Altez yang mulai bermulut manis hingga membuat Nella bertekuk lutut untuknya.
Bayangkan saja, Nella itu gadis cantik dan ratu iklan. Sebenarnya banyak pria yang mengantri untuk menjadi pacarnya atau bahkan serius dengannya, tapi Nella justru larut dalam bualan Altez yang bertutur kata manis semanis madu.
...Hari pernikahan....
Altez dan Yania duduk di pelaminan, tanpa pertemuan sebelumnya. Mereka hanya saling mengerti keadaan fisik dan wajah masing-masing dalam sekali pertemuan yaitu ketika membahas tanggal pernikahan. Dalam pertemuan itu, Yania berdandan begitu sederhana layaknya wanita yang lebih tua dari usianya yang sebenarnya. Dan hal itu membuat Altez membencinya.
Masih dengan kacamata minusnya yang tebal yang bertengger di pangkal hidungnya. "Mas, agak deketan dong, kita mau foto nih!" kata Yania yang kemudian menarik lengan Altez yang duduk di sebelahnya.
Yania tersenyum begitu bahagia. Dia memamerkan jajaran putih giginya. Dia juga bersungguh-sungguh dalam menjalankan peran dan misinya. Memerankan si wanita buruk rupa yang lugu dan begitu polos.
"Apasih, pegang-pegang!" seru altez menyingkirkan tangan Yania dengan kasarnya.
"Kok kamu begini sama aku mas? tidak suka dengan pernikahan ini?" kata Yania yang berlagak ingin menangis dan mengadu dalam sekali waktu.
Belum sempat Altez menjawabnya, Yania sudah berseru. "Ayah! Mama....! Suamiku tidak suka....!" serunya yang mengundang perhatian, membuat Altez bergerak cepat membekap mulut Yania.
"Diam jangan banyak ba**t! Awas kalau kamu berani mengadu maka aku akan menceraikan mu," hardiknya dengan mata melotot.
"Mas~~, kata ba**t itu tidak sopan. Kamu bisa berbicara yang lebih sopan dan enak didengar 'kan? Kalau tidak bisa, bisa tanyakan padaku maka aku akan mengajarimu bertutur kata yang sopan. Tak bagus 'kan jika nantinya anak kita menuruni sifatmu yang suka berbicara kasar?" Kata Yania menandaskan maksudnya membuat altez tertegun beberapa saat.
"Aku tadi hanya bercanda, aku bukan anak manja yang suka mengadu," ujarnya lagi.
"Ah! beringsik!! diam saja agar cepat selesai!" sarkas Altez mengabaikan perkataan Yania yang begitu lembutnya.
"Nah, begini ternyata sikap asli suamiku?" kata Yania sambil mengusap keringat Altez yang menetes membasahi pelipisnya.
"Ouh, manisnya anak Mama. Sini ayok, kita foto bareng." Mama Alda menarik Altez agar lebih mendekatkan diri kepada Yania. Dan, Yania menarik kedua sisi pipi Altez agar terlihat sedang tersenyum, padahal aslinya altez begitu muak dengan pernikahan ini. Akankah keduanya bisa rukun?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!