NovelToon NovelToon

Kau Yang Memintaku Pergi

Pergi Dari Rumah

Malam ini keluarga Maheswara berkunjung ke keluarga Rahadi perihal pertunangan kedua anak sulung mereka.

"Bagaimana, apa kita akan mempercepat pertunangan mereka?" tanya tuan Rahadi saat mereka baru selesai makan malam bersama dan kembali ke ruang keluarga

"Iya, aku rasa lebih cepat lebih baik karena usia nona Alindi dan Rangga sudah cukup matang untuk berumah tangga" jawab tuan Maheswara

Deg

(Pertunangan? Ka Alindi dan Ka Rangga?)

"Maksudnya apa ya?" tanya Cristin seperti orang bodoh.

"Oh iya, ini putri bungsu kami. Dia baru kembali dari Jerman dua hari lalu karena baru menyelesaikan studinya di sana" jelas tuan Rahadi saat melihat putri bungsunya yang baru datang untuk bergabung

Deg

Kini giliran Rangga yang syok karena Cristin belum memberi tahu soal kepulangannya.

Cristin berniat menyelesaikan semua urusannya beberapa hari ini baru akan memberi kejutan kepada sang kekasih namun nyatanya dia yang terkejut sekarang.

"Papa, maksudnya Ka Alindi mau bertunangan sama siapa?" tanya Cristin penuh selidik. Alindi yang tahu jika Rangga dan adiknya punya hubungan khusus hanya tertawa sinis seolah mengejek adiknya sendiri.

"Rangga akan menikahi Alindi secepatnya" ucap ayah santai

Deg

Untuk kedua kalinya Cristin sulit untuk bernafas.

"Papa! Rangga itu pacarnya Cristin!" ucap gadis itu dengan mata yang sudah mengembun.

"Maaf Cristin, sejak kamu pergi ke jerman aku sudah nyaman dengan Alindi dan aku rasa itu hanya cinta sesaat kita jadi aku lebih memilih untuk menikahi Alindi. Anggap saja kita tidak pernah punya hubungan apa-apa" ucap Rangga tegas dan itu membuat Cristin mundur beberapa langkah ke belakang.

Rasanya tidak percaya kalau Rangga begitu cepat mengambil keputusan, karena baru semalam mereka masih saling bertukar kabar melalui chatingan WA.

"Tapi Ka...." suara Cristin terputus karena Rangga langsung menyelah.

"Maaf Cristin, aku sangat mencintai Alindi". putus Rangga

"Ka Alindi, bukannya kamu tahu kalau aku dan Ka Rangga berpacaran sejak aku SMA kelas 1 tapi kenapa kamu merebutnya dariku?" ucap Cristin yang sudah menangis sesugukan.

Ayah Rangga merasa bersalah karena sudah memaksa putranya untuk menikahi putri sulung keluarga ini semetara putranya menjalin hubungan dengan putri bungsunya. Lalu apa tadi? Rangga bilang sangat mencintai Alindi? sementara kemarin dia baru bertengkar hebat dengan putranya yang kekeh mempertahankan kekasihnya, lalu sekarang? ada apa sebenarnya dengan putranya itu.

"Cristin!!! apa kamu tidak dengar apa yang barusan Rangga bicara? dia tidak mencintai kamu apa kamu tuli?" ucap tuan Rahadi dengan nada sedikit berteriak membuat semua orang kaget termasuk Cristin.

"Pah, apa Cristin salah mempertahankan apa yang Cristin miliki? Papa terlalu egois. Memangnya aku anak siapa? sehingga selama ini papa lebih sayang sama kakak dari pada Cristin? jawab pah, anak siapa aku sebenarnya!" ucap Cristin dengan suara tinggi seperti papanya

Sejak dulu Cristin memang sudah diabaikan oleh orang tuanya sehingga dia tumbuh menjadi anak yang keras kepala, nakal dan susah diatur, itu semua dia lakukan untuk menarik perhatian orang tuanya tapi malah dia semakin terlihat buruk di mata orang tuanya. Di balik kekacauannya dia anak yang pintar sehingga dia bisa menjadi mahasiswa lulusan terbaik di salah satu Universitas terpengaruh di Jerman.

"Sikap kamu ini yang membuat Rangga muak dengan kamu. Kakak kamu lebih penurut, lebih baik sedangkan kamu?" ucap papa mengejek putrinya sendiri.

Alindi puas dengan pertunjukan ini, dalam hati ia bersorak kegirangan karena terlalu mudah merebut pria yang ia idamkan dari tangan adiknya.

"Oke? Aku memang anak yang tidak baik karena aku memang bukan keturunan keluarga Rahadi. Setidaknya sekarang aku tau dan sadar diri, aku bukan siapa- siapa di rumah ini karena itu aku pamit. Terima kasih sudah membesarkan aku". ucap Cristin menahan sesak di dadanya.

Cristin mekangkah hendak pergi namun langkahnya kembali berhenti saat mendengar suara papanya.

"Jangan coba-coba kamu membawa apapun keluar dari rumah ini" ucap sang papa

"Baik tuan Rahadi, aku akan keluar dari rumah ini dengan tangan hampa" ucap Cristin sambil meletakan Handphone yang dia pegang sejak tadi di atas meja di depan semua orang.

Cristin melangkah mundur beberapa langkah dan sebelum keluar dari rumah itu, dia membanting sebuah vas bunga yang terletak di dekat sana lalu mengambil serpihan beling itu dan menggoreskannya di pergelangan tangang sampai darahnya menetes.

"Darah ini sebagai ganti darah kalian yang mengalir di tubuhku, jadi anggap tidak ada hutang darah diantara kita. Aku akan pergi dengan menanggalkan nama keluarga Rahadi yang melekat di namaku. Anggaplah aku tidak pernah ada. Selamat tinggal". ucap Cristin melemah dan melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan darahnya yang terus menetes sepanjang jalan.

Deg

Tuan Rahadi terpaku, wajahnya memucat mendengar ucapan putri bungsunya yang menyayat hati.

Ia berpikir hanya sekedar memberi pelajaran kepada putrinya yang keras kepala itu tapi ternyata kejutan besar yang putrinya lakukan.

Mama Debora berlari keluar hendak mengejar putrinya tapi saat tiba di luar rumah sudah tidak ada siapa-siapa lagi.

tubuh mama Debora luruh ke tanah dan menangis sejadi-jadinya. Keluarga Maheswara yang sejak tadi diam menyaksikan pertunjukan itu tidak mampu berkata apa-apa.

tubuh Rangga kaku, semua yang baru saja terjadi kembali berputar di kepalanya. Ia menyesal mengambil keputusan ini. Dia berpikir untuk mempertahankan warisan alm.ibunya agar kelak hidup Cristin tidak susah tapi ternyata gadis itu pergi meninggalkan semua kemewahan dan memilih hidup sederhana asal ia terlepas dari semua tekanan keluarganya.

(Seharusnya aku membicarakan ini semua dengan Cristin sebelum aku mengambil keputusan) batin Rangga menyesal.

(Baguslah dia pergi, biar semuanya jatuh ke tanganku) batin Alindi sambil tersenyum jahat.

"Tuan Rahadi, kalau begitu kami pamit dulu. Nanti kita bicarakan lagi soal pertunangan" ucap tuan Maheswara bergegas pergi meninggalkan mansion itu bersama isteri dan kedua putranya.

Rangga langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sahabat kekasihnya. Di sana ia tidak mendapat apa-apa karena sahabat kekasihnyapun tidak tahu kalau Cristin telah kembali dari Jerman.

Rangga kembali melajukan mobilnya tanpa arah, malam sudah semakin larut dia takut terjadi hal buruk dengan Cristin apalagi tadi dia pergi dalam keadaan terluka.

(Sayang, kamu di mana? Ayo pulang sayang, semoga tidak terjadi apa-apa sama kamu, jika tidak aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri) batin Rangga berkecamuk

Di tempat lain, ada seorang gadis yang berusaha untuk tetap kuat dan terus berjalan di atas trotoar hanya ditemani lampu jalan. Angin malam mulai menusuk sampai ke tulang-tulangnya apalagi tadi dia pergi tanpa membawa jaket dan ujung bajunya sudah disobek untuk membalut lukanya.

"Cristin,, kamu harus kuat, kamu bukan gadis lemah" bisiknya pada diri sendiri

Sampailah dia di sebuah taman yang sangat indah. Tempat ini mulai sepih karena semakin larut, semua pengunjung sudah pulang tinggal beberapa. Di sana ada sebuah bangku panjang, Cristin yang merasa sudah sangat lelahpun berjalan ke arah sana. Ia perlahan membaringkan tubuhnya untuk beritirahat sejenak akhirnya terlelap.

Gadis ini memilih tidur di bangku taman karena memang ia tidak punya sepeser uangpun untuk menyewa tempat penginapan atau hotel meski cuma semalam.

Cristin yang meringkuk di bangku taman itupun terkejut karena merasa ada yang mengguncang tubuhnya.

Dalam keadaan setengah sadar Cristin langsung bangkit dan berteriak minta tolong tanpa peduli orang yang sedang panik di depannya.

...*Bersambung*...

Pertemuan

Flash back

Rangga Maheswara adalah putra sulung tuan Rio Maheswara dan mendiang isteri pertamanya yakni Nyonya Melly Dahlia.

Tuan Rio dulu adalah orang kepercayaan orang tua nyonya Melly di perusahaan sampai suatu saat keduanya saling jatuh cinta dan menikah.

Orang tua Nyonya Melly memberi modal yang cukup besar bagi anak dan menantu mereka untuk membangun usaha mereka sendiri hingga saat ini.

Dipuncak kejayaan tuan Rio, diam-diam dia menikah lagi dengan Carla, seorang wanita pekerja di klub malam tempat tuan Rio sering berkunjung dan merekapun memiliki seorang anak yang bernama Ardy Mahewara, usianya tidak terlalu jauh dari anak sulungnya.

Sejak saat itu pula nyonya Melly mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal saat Rangga baru berusia 7 tahun.

Setelah kematian nyonya Melly, tuan Rio membawa Carla dan anaknya masuk ke rumah utama. Wanita yang dulunya hanya seorang pekerja malam kini berlagak seperti ratu di dalam rumah. Carla menguasai semua yang ada di dalam rumah itu bahkan dia juga beberapa kali mencampur obat terlarang ke dalam makanan Rangga untuk meracuni anak itu.

Beberapa kali juga Carla mengancam Rangga agar menyerahkan warisan itu kepada Ardy putra kandungnya.

Hari demi hari Rangga jalani dengan penuh tekanan hingga berusia 18 tahun. Dia memilih keluar dari rumah ibunya yang penuh dengan kenangan bersama ibunya dan tinggal di sebuah apartemen.

Hingga 7 tahun lalu, Rangga berusia 23 tahun. Dia baru menyelesaikan studi S1. Saat itu karena sangat merindukan mendiang sang ibu, Rangga berniat datang ke sebuah taman untuk refreshing dan di sanalah ia bertemu dengan seorang gadis belia baru berusia kira-kira 15 tahun. Nasib gadis ini tidak jauh berbeda dengannya, gadis kesepian yang kurang kasih sayang dari orang tuanya.

Setelah berkenalan dan bercerita cukup lama timbullah rasa menyukai gadis ini sehingga Rangga memutuskan untuk menjalin hubungan dengan gadis tersebut.

Semakin hari hubungan Rangga dan Cristin semakin ada perubahan. Hubungan yang dulu hanya ingin coba-coba, kini menjadi hubungan yang serius setelah 3 tahun menjalinnya.

Ya gadis itu adalah Cristin Setya Rahadi. Putri bungsu keluarga Rahadi yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tua sejak kecil. Berbeda dengan sang kakak yang selalu disanjung bahkan apa saja yang ia minta terpenuhi.

Suatu hari, Rangga dan Cristin janjian bertemu untuk membicarakan soal keberangkatan Cristin ke Jerman untuk kuliah. Rangga tidak mempermasalahkan itu karena ia ingin yang terbaik untuk sang kekasih.

Dari situlah keduanya menjalani hubungn jarak jauh selama 4 tahun. Cinta mereka semakin semakin kuat sampai sudah 4 tahun mereka LDR-an.

Suatu saat Ayah Rio datang ke apartemen putranya untuk memberi tahukan perihal makan malam di keluarga Rahadi sekaligus membicarakan keberlangsungan pertunangan anak sulung kedua keluarga besar itu.

Rangga yang asyik chatingan sama sang kekasih terganggu oleh suara bel apartemen yang menandakan ada tamu yang berkunjung. Denhan malas Rangga membuka pintu ternyata yang datang sang ayah.

"Ayah, silahkan masuk" ucap Rangga mempersilahkan

Ayah dan anak itupun berjalan menuju sofa yang ada di dalam ruangan itu.

"Ayah, mau minum apa?" tanya Rangga

"Apa saja, air putih juga boleh" ucap ayah sambil matanya menyusuri setiap sudut apartemen, di sana hanya ada sebuah foto keluarga bersama sang ibu dan sebuah bingkai kusus foto sang ibu.

Tuan Maheswara merasa sedih membayangkan putra sulungnya yang dulu ceria berubah menjadi pendian dan dingin sejak kematian ibunya.

Berselang beberapa menit, Rangga kembali denga 2 botol kemasan air mineral lalu meletakan salah satu di depan ayahnya.

"Ayah, kenapa datang malam-malam?" tanya Rangga

"Ayah baru pulang dari kantor jadi sekalian singga untuk memberi tahu kepada kamu. Besok malam kita akan berkunjung ke kediaman tuan Rahadi sekaligus membicarakan soal pertunangan kamu dengan nona Alindi" jelas sang ayah

"Apa??? bertunangan? tidak ayah, aku tidak akan pergi dan tidak akan mau". jawab Rangga tegas

"Kamu tidak bisa menolak perjodohan ini Rangga. Apapun yang terjadi kamu harus menikahinya dan itu untuk kebaikan masa depan kamu" ucap ayah yang juga tegas

"Tetap itu tidak bisa terjadi ayah karena aku sudah memiliki kekasih yang sangat aku cintai" jelas Rangga

"Jika kamu tidak mau maka warisan akan berpindah tangan ke adik kamu Ardy". tegas ayah tidak main-main dan langsung pergi dari kediaman putranya

Rangga sangat frustrasi dengan situasi ini tapi dia tidak tinggal diam

"Jangan pernah berharap untuk mendapatkan apa yang menjadi hakku. Wanita tidak tahu diri itu dengan anaknya tidak boleh menguasai harta mendiang ibuku, aku harus mempertahankan ini semua demi kelayakan hidupku dan Cristin ke depannya" ucap Rangga memberi semangat pada diri sendiri.

Off

*****

"Tolong... tolong.... tolong..." Cristin terus berteriak minta tolong sampai ada beberapa securiti berlari ke arah mereka.

"Ada apa nona, apa ada yang mengganggumu?" tanya salah seorang securiti itu

"Maaf pak, aku tidak mengganggunya aku pikir dia pingsan karena sudah tidak ada siapa-siapa jadi aku mencoba membangunkannya ternyata dia ketiduran" ucap pria tadi membela diri

"Enak saja, jangan membela diri kamu ya! jelas-jelas tadi kamu berniat jahat padaku" tantang Cristin

"Baik... tuan dan nona sebaiknya kita bicarakan ini baik-baik, ayo kita ke sana saja" ucap securiti itu sambil menunjuk ke arah pos jaga yang ada di taman itu.

Merekapun berjalan ke pos tersebut dan setiba di sana mereka kembali membicarakan kejadian tadi. Cristin yang sudah tidak punya siapa-siapa ingin mengambil keuntungan dari kejadian ini.

"Pak aku mau dia bertanggung jawab. Tadi dia hampir melecehkanku" adu Cristin pada securiti itu sambil pura-pura menangis

"Apa kamu bilang? tanggung jawab? dasar cewek stres, lihat saja pakaian kamu kaya orang gila" ucap pria itu sambil mengangkat kedua bahunya seolah-olah ia jijik dengan wanita yang ada di depannya ini karena baju bagian bawah yang sobek dan penampilan yang acak-acakan

"Tuan, sebaiknya tuan menikahi gadis ini dari pada tuan dilapor dengan kasus pelecehan" terang securiti menengahi mereka

"Apa? menikah? kamu tidak lagi stres seperti diakan pak?" ucap pria itu terbawa emosi.

"Kamu tahu siapa saya? jika kamu mau tetap bekerja di tempat maka bawa gadis gila ini pergi" tegas pria itu

Beberapa securiti itupun menurut dan memegang Cristin untuk membawanya pergi namun Gadis itu punya banyak akal untuk bertahan hidup sehingga ia mengabaikan harga dirinya.

"Tuan Fredrian Adiwijaya yang terhormat, jika anda bisa bertindak dengan cara seperti ini maka jangan salahkan aku jika esok pagi perusahaanmu akan goncang karena semua sosial media akan membahas tetang putra tunggal tuan Adiwijaya kedapatan melecehkan seorang gadis lemah di taman kota" ucap Cristin dengan lantang dan tegas.

Rian yang baru berbalik hendak melangkah pergi seketika terpaku di tempatnya mendengar gadis ini menyebut identitasnya dengan sangat lengkap.

Rian kembali berbalik dan mendekat ke arah Cristin.

"Heh cewek gila, apa mau kamu hah?" ucap Rian dengan suara meninggi sambil tangan yang satunya menekan kedua sisi rahang Cristin dengan kuat membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Kamu mau tahu apa yang aku mau?" jawab Cristin dengan santai walaupun ia merasa sangat ke sakitan.

...*Bersambung*...

Menikah

"Tuan Fredrian Adiwijaya yang terhormat, jika anda bisa bertindak dengan cara seperti ini maka jangan salahkan aku jika esok pagi perusahaanmu akan goncang karena semua sosial media akan membahas tetang putra tunggal tuan Adiwijaya kedapatan melecehkan seorang gadis lemah di taman kota" ucap Cristin dengan lantang dan tegas.

Rian yang baru berbalik hendak melangkah pergi seketika terpaku di tempatnya mendengar gadis ini menyebut identitasnya dengan sangat lengkap.

Rian kembali berbalik dan mendekat ke arah Cristin.

"Heh cewek gila, apa mau kamu hah?" ucap Rian dengan suara meninggi sambil tangan yang satunya menekan kedua sisi rahang Cristin dengan kuat membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Kamu mau tahu apa yang aku mau?" jawab Cristin dengan santai walaupun ia merasa sangat ke sakitan.

*****

"Katakan, apa yang kamu mau. uang? apartemen, mobil mewah? atau berlian? sebutkan jika kamu ingin itu semua" ucap Rian dengan nada meremehkan

"Aku tidak membituhkan itu semua, aku mau kamu bertanggung jawab dengan kamu menikahiku" ucap Cristin mantap

"Heh cewek gila, jika kamu tidak memiliki cermin di rumah beri tahu aku untuk membelinya agar kamu bisa mengaca dan melihat seperti apa kamu sekarang. Menjijikan" ucap Rian penuh penekanan

"Baiklah jika itu pilihan kamu, aku juga tidak memaksa" ucap Cristin hendak melangkah pergi namun Rian langsung menggenggam tangannya erat, lebih tepat meremasnya hingga Cristin merasa kesakitan

"Oke, aku akan menikahimu tapi jangan harap aku akan memperkenalkanmu kepada orang tuaku" ucap Rian penuh emosi

"Oke deal" jawab Cristin bersemangat dan mengulirkan jari kelingkingnya sebagai perjanjian

Rian membawa Cristin ke sebuah apartemen miliknya yang jarang ia tempti hanya sesekali jika ia suntuk dan tidak mau diganggu orang rumah

Setibanya di apartemen itu, setelah membuka pintu Rian masuk tanpa peduli dengan Cristin. Gadis itu sadar jika akan ditinggalkanpun mengambil langkah seribu untuk masuk dan mengejar Rian sampai le kamarnya.

"Kenapa kamu masuk ke kamar aku?" tanya Rian dengan nada sinis

"Lalu aku harus ke mana kalau bukan ke sini?" tanya balik Cristin tanpa beban

" Ternyata selain gila, kamu juga murahan sehingga masuk ke kamar pria tanpa ijin" ucap Rian geram dengan tingkah gadis ini

"Gadis gila dan murahan ini sebentar lagi akan menjadi isterimu" ucap Cristin santai dan tidak mau kelihatan lemah di depan Rian

Rian mengambil sehelai kain dan melempar ke wajah Cristin

"Tidur di luar, jangan ganggu aku" ucap Rian yang langsung membanting pintu tepat di depan Cristin

Cristin kaget dan mengusap dadanya sendiri sambil mengambil kain tadi yang jatuh ke lantai lalu menuju ke sofa yang terletak di depan kamar itu. Cristin yang lelah fisik dan jiwanyapun langsung membaringkan tubuhnya tanpa peduli tempat yang ia pakai untuk tidur saat ini. Apalagi sekarang sudah menunjuk pukul 2 malam.

Gadis itu tidur dalam damai seolah tidak punya beban hidup.

Pagi menjelang, Rian yang sudah terbiasa bangun pagi saat ini sudah rapi dan melangkah keluar, namun ada sesuatu yang mengalihkan pandangannya yakni seorang gadis yang tertidur di sofa ruang tamu dengan gaya yang tidak ada sopan-sopanya sedikit. Kaki kanannya terangkat kesandaran sofa sedangkan kain yang semalam Rian berikan sudah terlepas dari tubuh mungilnya dan terletak bebas di lantai.

Rian menarik nafas panjang dan melewati gadis yang tidurnya seperti mayat itu.

"Sepertinya kesialanku akan sampai tujuh turunan jika menikah dengan gadis bar-bar itu. Tidak, aku harus buat perjajian sebelum menikah". ucap Rian yang saat ini berada di depan kulkas yang masih terbuka.

Setelah menghabiskan satu botol kemasan air putih yang baru di ambil di kulkas itu, Rian kembali melangkah ke kamarnya namun saat melewati Cristin, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Ada darah yang menetes dari pergelangan tangan gadis itu karena kain yang semalam dipakai untuk mengikat tangannya itu sudah terlepas.

Rian berjongkok memegang tangan kecil itu dan karena rasa tak tega ia berlalu mengambil kotak P3K lalu kembali dan mengobati tangan gadis yang masih tertidur itu.

Cristin terlihat sesekali meringis namun itu sama sekali tidak mengganggu tidurnya. Setelah membalut luka gadis itu, Rian melangkah pergi begitu saja tanpa membangunkan Cristin.

beberapa jam kemudian gadis itu terbangun dan tidak melihat siapa-siapa.

"Ke mana dia? apa jangan-jangan dia mau menipuku dan pergi meninggalkan aku?" Cristin bermonolog dengan pikirannya sendiri

Cristin lalu milihat ke arah pergelangan tangannya yang sudah dibalut dengan sangat rapih.

"Apakah dia yang melakukannya? akhhh calon suami idaman bangat!" Cristin tersentuh dengan kebaikan pria yang baru ia temui beberapa jam yang lalu

"Hah jam 10? ya Tuhan, semalam aku tidur apa pingsan ya? akhh semalamkan aku tidur telat dan siapa suruh kasih aku tempat tidur yang tidak nyaman begini" ucap Cristin berdebat dengan pemikirannya sendiri seperti orang gila.

Cristin bangun dari sofa yang semalam menampung tubuh kecilnya untuk beristirahat itu menuju kamar Rian semalam. Saat memutar hendel pintu langsung terbuka, Cristin menengok ke dalam siapa tahu tuan kamarnya ada.

Karena tidak ada siapa-siapa dengan santai ia melangkah masuk dan langsung menuju ke kamar mandi. Di dalam sana ia membersihkan tubuhnya lalu keluar dengan memakai handuk jubah milik Rian. Gadis kecil ini melangkah menuju sebuah lemari kaca besar yang ada di kamar itu lalu tanpa beban memilih baju yang ia suka. Tangannya jatuh pada sebuah kameja berwarna putih.

Setelah bertukar, Cristin keluar menuju dapur. Di kulkas hanya berisi minuman dan beberapa camilan, Cristin memilih salah satu dari minuman dan camilan itu lalu kembali duduk di sofa semalam sambil sambil ngemil.

Rian yang baru masuk dengan membawa sebuah paper bag yang agak besal dari arah pintu terkejut melihat penapilan gadis bar-bar ini.

"Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke kamarku dan mengambil barang-barangku tanpa ijin?" tanya Rian yang sedang menahan emosinya.

Gadis yang dia bawa pulang belum seharian ini sudah mulai melewati privasinya.

"Bagaimana mau kasih tahu? kamu saja tidak tahu pergi ke mana?" ucap gadis bar-bar ini santai

"Nih, pakaian kamu... capat ganti, 1 jam lagi kita akan ke gereja untuk menikah seperti yang kamu inginkan" ucap Rian sambil melemparkan baju pengantin yang dia bawa tadi.

Rupanya Rian tadi pergi untuk menghubungi pihak gereja untuk melangsungkan pernikahan mereka dan tentu itu secara tertutup

"Apa? menikah? kamu tidak bercandakan?" ucap Cristin berbinar

"Tapi kamu jangan senang dulu. Nih, baca dan tanda tangani" lanjut Rian lalu menyodorkan sebuah map

Cristin terpaku, namun semenit kemudian ia kembali tersenyum penuh arti

(Aku akan membuat kamu tergila-gila padaku sebelum waktu yang tertera dalam surat perjanjian ini) batin Cristin

......*Bersambung*......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!