NovelToon NovelToon

Istri Cacat Yang Terbuang

bab 1 kabar bahagia

 

Suara leguhaan seorang wanita begitu mengema di sebuah ruangan mewah nan luas. Hawa dingin yang berasal dari AC ruangan tidak membuat sepasang manusia berbeda jenis di dalam ruangan itu merasa kedinginan. Hawa panas dari tubuh mereka dan perasaan menuntut lebih mendominasi jiwa-raga mereka.

Semakin lama hawa dan suara indah itu saling bersahutan beriringan dengan dengusan berat seorang pria yang sedang melaju di bagian terlarang tubuhnya.

Tidak lama sebuah suara melengking nyaring saat kegiatan mereka sampai puncak nikmat pada siang itu.

"Kamu memang yang paling hebat, Honey." Sang pria mencium belahan manis sang wanita dan melepaskan tautan tubuh mereka. Pria itu kemudian berjalan ke kamar mandi.

Sementara itu, di salah satu rumah sakit terkenal di kota K, seorang wanita tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya begitu mendengar hasil pemeriksaan yang dibacakan oleh sang dokter yang selama ini menanganinya. Dokter itu mengatakan bahwa dia dapat berjalan lagi karena saraf yang cedera akibat kecelakaan yang dialaminya 2 tahun lalu berangsur membaik.

Itu artinya dia tidak akan memakai kursi roda lagi.

Ruby Pattinson selama 2 tahun ini harus duduk di kursi roda karena divonis lumpuh pasca kecelakaan yang dialami bersama kedua orang tuanya. Karena kecelakaan itu juga, Ruby harus kehilangan calon bayi yang selama ini dinantikan oleh dia dan sang suami.

Betapa hancur hati dan perasaan Ruby saat harus kehilangan orang-orang tercinta. Lebih tragis lagi, dia divonis lumpuh.

Sepanjang koridor rumah sakit, Ruby terus tersenyum manis. Dia dibantu oleh suster yang mendorong kursi rodanya ke loby rumah sakit. Suster itu ikut merasa bahagia karena dia sudah mengenal baik sosok Ruby yang memiliki wajah cantik nan manis.

Sikapnya yang ramah dan baik membuat Ruby disukai oleh para staf rumah sakit. Mereka sudah mengenal Ruby semenjak ia rutin terapi saraf di rumah sakit tersebut.

"Nyonya, suami Anda mana?" Suster itu bertanya kepada Ruby karena dia merasa heran sudah beberapa bulan ini suami Ruby tidak menemani terapi.

"Uhm ... dia akhir-akhir ini sibuk, Suster." Ruby menjawab pertanyaan sang suster dengan sendu. Dia juga merasa beberapa bulan ini suaminya berubah, tak sehangat dulu lagi.

"Nyonya harus waspada." Suster itu memberi peringatan kepada Ruby.

"Waspada? Memangnya kenapa, Suster?" tanya Ruby dengan raut wajah binggung.

"Apa Nyonya tidak takut kalau Tuan Alex tergoda dengan wanita lain? Tuan Alex kan tampan dan kaya raya. Mana tuan Alex memiliki tubuh kekar dan seksi lagi, pasti banyak pelakor yang mengodanya, Nyonya," ujar suster itu menasehati Ruby yang wajahnya berubah pucat.

Suster itu benar. Suami Ruby tampan dan kaya raya. Namun, apa mungkin suaminya selingkuh? Karena, sepengetahuan Ruby, lelaki itu sangat mencintainya.

"Tidak ... itu tidak mungkin! Alex-ku pasti tidak akan pernah mengkhianatiku," monolog Ruby dalam hati. Dia membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang suaminya.

"Nyonya, kita sudah sampai di loby. Tapi, di mana suami Anda?" Suster itu bertanya sambil melirik mencari mobil milik suami Ruby, tapi sang suster itu tak melihatnya.

"Suami saya mungkin masih di jalan, Suster," ujar Ruby sambil mencari ponsel miliknya di tas mewah yang ia pakai.

"Kalau begitu, saya tinggal ya, Nyonya." Suster itu pamit undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Terima kasih, Suster," kata Ruby sambil tersenyum.

"Sama-sama, Nyonya," jawab suster itu sembari beranjak dari sana.

"Kemana Alex?"

Sedari tadi Ruby menelpon suaminya. Entah sudah berapa puluh kali dia menghubungi, tetap tak ada jawaban dari ponsel sang suami.

"Apa Alex masih sibuk? Atau dia masih di jalan?" gumam Ruby sambil mencoba menelpon suaminya lagi.

"Hoah ...." Dia menarik napas panjang dan masih sabar menunggu sang suami untuk menjemputnya.

Sementara sang suami, Alexander Graham, masih asyik menikmati belahan kenyal nan manis milik seorang wanita. Dia seakan tak puas berpacu hanya sekali. Setelah keluar dari kamar mandi, Alex tertegun dan menelan ludah dengan susah saat melihat sang wanita berpose mengoda di hadapannya.

Alex yang tak tahan pun langsung mendekati sang wanita.

"Kau memang paling bisa mengodaku, Sayang." Alex berkata dengan suara yang parau.

"Aku, belum puas, Honey." Si wanita menjawab sambil merengek manja yang mana membuat Alex mengeram karena inti terlarangnya berdenyut kembali.

"Bukankah kita masih ada waktu 1 jam sebelum kita rapat, Honey? Jadi mari kita bersenang senang dulu, Honey!" Rebecca berkata sambil mengigit-gigit bibir manisnya. Ya, yang bertarung dengan Alex Graham adalah Rebecca, sekretaris Alex sekaligus sahabat Ruby.

Mereka sudah lama bermain bersama di belakang Ruby bahkan sebelum Ruby mengalami kecelakaan.

"Kau siap, Sayang?" Alex telah siap untuk melakukan tautan tubuh kembali, tapi tiba-tiba ponselnya berdering.

Deringan ponsel itu membuat konsentrasinya hilang. Hawa panasnya pun ikut menghilang bersama deringan suara ponsel itu.

Dilihatnya benda pipih yang ada di atas meja kerjanya. Tertera nama sang istri yang mengganggu kesenangan. Pada menu call log terdapat puluhan panggilan tak terjawab dari Ruby.

Alex mengalihkan pandangan kepada Rebecca yang masih dengan posisi semula. Berarti saat Alex di kamar mandi, Ruby sudah menghubunginya. Namun, Rebecca tidak memberi tahunya. Wanita itu malah mengoda dirinya.

Rebecca yang ditatap malah tersenyum mengoda.

Alex hanya mampu mengeram dan mendegus sambil mengangkat telepon dari Ruby.

Dia menggeser tombol hijau dan meletakkan ponsel di telinganya.

"Halo!" jawab Alex dingin.

"Hmm!" jawab Alex, lagi sambil mematikan ponselnya.

Alex lantas memakai kembali pakaiannya dan mendekati Rebecca. "Maaf, Sayang, aku harus menyemput Ruby di rumah sakit," katanya sembari mengecup bibir Rebecca.

Rebecca mendegus karena kesenangannya diganggu oleh Ruby, wanita yang dia benci dari dulu.

"Hm ...." Rebecca hanya berdehem sambil merengut kesel.

"Jangan marah, Sayang, nanti malam kita lanjut lagi. Aku janji akan membuatmu puas sampai pagi," ucap Alex sambil memeluk Rebecca yang masih polos tanpa sehelai kain itu.

"Janji?" kata Rebecca manja sambil mengecup bahkan menyesap leher Alex.

"Stop, Sayang. Jangan mengodaku! Bisa-bisa aku tidak jadi menjemput Ruby si lumpuh itu kalau kau terus begini." Alex mengeram saat Rebecca mencoba mengodanya lagi.

"Baiklah." Rebecca melepaskan Alex dengan terpaksa.

"Oke, aku pergi dulu. Siapkan saja ruang rapat! Aku cuma menjemput Ruby dan mengantarnya pulang. Abis itu aku langsung ke sini," perintahnya kepada kekasih gelap merangkap sekretaris itu.

"Oke, Honey." Rebecca menjawab sambil memberi tanda 'oke' dengan jari kepada Alex.

Alex mengambil kunci mobil dan ponselnya, lantas memasukan ke saku celana denim mahal yang dikenakannya.

"Aku pergi dulu," pamit Alex sambil mengecup kening dan bibir Rebecca. Ia berjalan keluar dari ruangan mewahnya.

"Bye, Honey." Rebecca melambaikan tangan kepada Alex, dia masih betah di posisinya sambil tersenyum licik. "Lihatlah, Ruby, kini aku sudah mendapatkan suamimu. Dan sekarang tinggal menyingkirkanmu, jauh dari Alex," lirih Rebecca sambil menyeringai licik.

Rebecca memang sangat membenci ruby. Dia selalu iri kepada Ruby yang dipenuhi kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Ruby juga terlahir dari keluarga kaya raya.

Sedangkan Rebecca terlahir dari keluarga sederhana. Ayah Rebecca hanya pengangguran yang suka mabuk-mabukan.

Rebecca sering terkena sasaran sang ayah apa bila keinginan sang ayah tidak dipenuhi. Sedangkan sang ibu hanya diam menyaksikan Rebecca disiksa. Rebecca harus menjadi tulang punggung kedua orang tuanya meskipun dia masih sekolah di sekolah menengah atas.

Ruby yang merasa kasihan sering membantu sahabatnya itu, tapi Rebecca menganggap Ruby merendahkannya.

Pernah suatu hari kedua orang tua Rebecca berencana menjual Rebecca di club malam terkenal di kota K, Ruby yang mengetahuinya lantas membebaskan Rebecca dan mencoblaskan kedua orang tua Rebecca ke penjara.

Ruby kemudian mengajak Rebecca tinggal di rumahnya karena Ruby sering ditinggal sendiri saat orang tuanya keluar negeri untuk urusan bisnis. Pada akhirnya Rebecca tinggal bersama Ruby. Sebelumnya dia menolak, tapi Ruby berusaha membujuk Rebecca dan berhasil.

Dan bertambah iri lah Rebecca saat melihat betapa harmonisnya keluarga Ruby. Sahabatnya itu selalu mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Rebecca hanya bisa menyaksikan kebahagiaan Ruby dengan perasaan dengki dan iri yang kian menggunung.

Meskipun sudah dianggap keluarga, dia dengan tidak tahu dirinya ingin menguasai semua yang dimiliki Ruby termasuk kedua orang tuanya.

Rebecca sering merencanakan sesuatu agar mama dan papa Ruby marah kemudian mengusir Ruby dari rumah. Namun, kasih sayang mama papa Ruby terlalu besar sehingga mereka tidak sanggup menghukum anak semata wayang mereka sendiri.

Rebecca yang rencananya selalu gagal hanya bisa mendendam dan berniat suatu hari pasti bisa membuat Ruby menderita.

" 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹"

bab 2 menjemput

"Halo, Alex, apakah kau jadi menjemput ku

"Hmm? Baiklah."

Belum selesai Ruby bicara, sambungan teleponnya sudah terputus. Ruby hanya bisa menatap nanar ponselnya.

Alex yang masih mengendarai mobil mewahnya melaju untuk menjemput Ruby. Tidak perlu waktu lama dia sudah memasuki halaman rumah sakit dan memarkirkan mobil mewah itu di sana.

Alex turun dari mobil mewah keluaran terbaru itu. Dengan gagah dia melangkahkan kaki panjangnya menuju loby rumah sakit. Dari jauh Alex sudah melihat Ruby sedang berbincang dengan salah satu dokter rumah sakit tempat Ruby terapi.

Ruby melihat Alex sedang berjalan kearahnya. Bibirnya tersungging senyuman cantik. Dia merentangkan kedua tangannya, tanda meminta pelukan hangat kepada Alex suaminya. Alex tak menghiraukan permintaan tak langsung Ruby.

"Ayo pulang!" ajak Alex.

Dia memegang bagian belakang kursi roda Ruby dan mendorongnya ke parkiran. Ruby yang mengharapkan pelukan dan kecupan mesra dari Alex seperti yang biasa Alex lakukan dulu, harus memendam rasa kecewa sambil menundukkan wajahnya.

"Dokter, saya pamit pulang. Terima kasih sudah menemani saya ngobrol," ujar Ruby kepada dokter yang menemaninya.

Dokter itu hanya sempat melambaikan tangan karena Alex langsung pergi tanpa mengucapkan sesuatu kata pun kepadanya.

Sesampainya mereka di parkiran, Alex membuka pintu mobil dan menuntun Ruby masuk kedalam mobil. Dia mendegus kesal saat membantu Ruby untuk duduk.

"Menyusahkan saja!" dengus Alex kesal. Gumaman itu tak luput dari telinga Ruby.

Hati Ruby bagaikan dihantam beribu batu besar, saat mendengar itu. Dia menyembunyikan rasa sedihnya dengan menatap keluar dari kaca mobil yang ada di sampingnya. Sepanjang perjalanan hanya deru mesin mobil yang terdengar. Tidak ada lagi kehangatan dan perlakuan mesra yang sering diberikan oleh suaminya.

~

Sekitar 15 menit Mereka sudah memasuki pekarangan sebuah mansion mewah yang memiliki 3 lantai.

Alex, memarkirkan mobil mahalnya dan membunyikan klakson. Tidak lama, 2 orang pelayan datang menghampiri mereka.

"Turunlah!" perintah Alex dengan dingin. Dia memerintahkan pelayan untuk membantu Ruby masuk ke dalam rumah.

"Kau tidak ingin masuk dulu, Lex?" tanya Ruby dengan tatapan memohon.

"Tidak. Aku masih banyak pekerjaan," tolak Alex dengan dingin tanpa melihat Ruby. Dia menyibukkan diri dengan ponsel miliknya.

"Apakah, kau pulang cepat malam ini? Kita sudah lama tidak makan malam bersama, Lex!" Ruby bertanya lagi penuh damba karena sangat merindukan suaminya ini.

"Turunlah! Sebentar lagi aku ada rapat penting, lebih penting darimu," perintah Alex sambil menatap Ruby tajam.

Jleb ....

Perkataan Alex bagai sebilah pisau yang menusuk jantungnya, sakit dan sesak di bagian dada. Itulah yang dirasakan Ruby. Dia tak dapat memendam kesedihan yang sedari tadi ditahannya. Ruby pun turun dengan bantuan dari para pelayan.

Alex sama sekali tak menghiraukan Ruby. Dia langsung menginjak pedal gas mobil dan melaju keluar dari kawasan mansion mewah Ruby. Wanita itu hanya mampu menatap sendu mobil Alex. Air mata yang sejak tadi ditahan kini mengalir membasahi pipi mulusnya.

"Kau sudah berubah, Lex. Aku kangen Alex yang dulu," gumam Ruby sendu. Ruby masuk ke dalam rumah.

"Nyonya, apakah Anda ingin makan siang sekarang?" tawar kepala pelayan yang bernama Bibi Lili.

"Tidak, Bibi," tolak Ruby dengan raut wajah sedih. "Antarkan aku ke kamar, Bi! Aku lelah mau istirahat sebentar."

Ruby melewatkan makan siang. Rasa lelah dan sakit hati menghilangkan selera makannya. Dia terus merasa sedih atas perlakuan Alex yang berubah. Kepala pelayan itu pun mengantar Ruby kedalam kamar dan membantu majikannya berbaring.

"Terima kasih dan maaf sudah merepotkan mu," kata Ruby sembari tersenyum sendu. Pikirannya masih tertuju pada perkataan kasar yang Alex lontarkan kepadanya tadi.

"Sudah tugas saya untuk melayani Anda, Nyonya," kata Bibi Lili sambil menatap wajah Ruby yang terlihat sedih.

Tak hanya Ruby, dia juga melihat perubahan Tuan Alex kepada nyonyanya itu. Bibi Lili memang turut memperhatikan karena dia bukanlah pelayan biasa. Dia sudah berjanji kepada mendiang orang tua Ruby untuk selalu melayani dan melindungi Ruby.

"Saya kembali ke dapur dulu, Nyonya. Kalau Anda butuh sesuatu, panggil saya saja."

"Hu'um." Ruby hanya mengangguk, dia terlalu lelah dan butuh istirahat.

Terhalangi oleh sikap kasar Alex, Ruby lupa memberi tahu Alex tentang kabar bahagia kesembuhannya. Dia pun berharap Alex pulang cepat nanti malam agar dapat segera mengabarkan perkembangan terapinya yang berjalan baik.

***

"Kau masih di sini, Sayang?" Alex yang baru tiba di perusahaan, langsung menuju ke atas ruangan CEO. Dia melihat Rebecca masih ada di ruang kerjanya.

"Aku menunggumu, Honey." Rebecca langsung menghampiri Alex dan mengecup bibir tebal nan seksi milik Alex. Sedangkan Alex mengandeng tangan Rebecca menuju sofa yang ada di sana.

"Bagaimana kabar istri lumpuh mu, Sayang?Apakah dia ingin menghabiskan waktu bersamamu?" Rebecca bertanya dengan wajah tidak suka, membuat Alex terkekeh melihat kekasih gelapnya cemburu.

Alex pun mengangkat Rebecca ke pangkuannya. "Heheh. Kau sangat mengoda kalau lagi cemburu, Sayang," kata Alex sambil mengecup bibir Rebecca.

Cup ....

"Aku memang selalu ingin menggodamu, Honey." Rebecca menjawab sembari tersenyum menggoda.

Mendapat godaan dari Rebecca, Alex hanya bisa mengeram dan mengetakkan rahang tegasnya saat barang miliknya on.

"Sayang, jangan mengodaku! Sebentar lagi kita ada rapat penting, Sayang."

Cup ....

Alex sekali lagi mengecup belahan manis wanita itu.

"Hufh ...." Rebecca mendegus karena hasratnya yang sudah on tak tersalurkan.

Rebecca dan Alex telah menjadi patner kerja dan ranjang sejak lama. Mereka sama-sama memiliki hasrat **** yang tinggi. adi sekali tempur rasanya mereka belum cukup.

Tok, tok, tok ....

Sebuah suara ketukan di pintu menghentikan cumbuan penuh birahi itu.

"Masuk!" perintah Alex.

Dia lantas berdiri dan melangkah menuju meja kerja. Dia memerintahkan Jastin (asisten pribadinya) untuk masuk.

Rebecca duduk dengan anggun setelah merapikan pakaiannya yang sudah berantakan oleh ulah Alex.

"Rapat akan dimulai sebentar lagi, Tuan. CEO dari perusahaan Royal Garden sudah menunggu di ruang rapat," lapor sang asisten sambil melirik Rebecca.

Jastin sudah tau hubungan gelap Tuan Alex dan sekretaris pribadi itu.

"Baiklah, ayo kita ke ruangan rapat!" ajak

Alex.

Dia bangkit dari duduk dan berjalan terlebih dahulu menuju ruang rapat yang terletak tidak begitu jauh dari ruang kerjanya.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

bab 3 kotak perhiasan

Netra hazel milik Ruby mengerjap perlahan. Detik berikutnya, mata indah itu terbuka lebar melihat jam mewah yang berada di atas nakes. Ternyata hari sudah sore. Sebentar lagi Alex pulang.

Ruby bangkit dengan perlahan dari tempat tidur. Dia mencoba menggapai kursi roda yang jauh dari jangkauannya. Dengan susah payah akhirnya Ruby bisa duduk di kursi roda walau pun dia harus menahan sakit dan ngilu.

Dia harus bisa melakukannya sendiri, Ruby tidak mau terlalu tergantung kepada orang lain meski pun dia memiliki pelayan yang dia bayar untuk melayani segala keperluannya.

Ruby mendorong sendiri kursi rodanya ke arah kamar mandi dan membersikan dirinya sendiri.

Tak butuh waktu lama, Ruby sudah rapi dan segar. Dia menunggu Alex di ruang tamu dengan keyakinan bahwa Alex akan segera pulang.

"Selamat sore, Nyonya. Apakah Nyonya ingin teh hangat dan cemilan?" Bibi Lili menghampiri Ruby dan menawarkan teh hangat berserta cemilan.

"Tidak, Bi. Aku tidak membutuhkannya, nanti saja kalau Alex sudah pulang." Ruby menolak dengan halus. Yang dia butuhkan saat ini hanyalah sang suami tercinta yang sangat dia rindukan.

"Tapi, Nyonya, Anda belum makan apa pun dari tadi siang," ujar bibi lili dengan nada khawatir.

"Tidak apa-apa, Bibi Lili. Aku tidak lapar," jawab Ruby sambil tersenyum. Seharian ini rasa lapar tak mengganggunya, dia hanya menantikan Alex.

"Tapi, Nyonya, nanti Anda bisa sakit."

Bibi lili yang takut Ruby sakit terus membujuk agar majikannya mau mengisi perut yang sejak siang belum diisi.

"Tidak, Bi, aku tidak lapar," tolak Ruby sembari menggelengkan kepalanya.

Bibi Lili menarik napas pelan. Dia tau sang nyonya sangat keras kepala.

*********

"Kau ikut ke apartemenku, Honey!" Rebecca yang sudah siap untuk pulang mengajak Alex ke kediamannya.

"No, Sayang! Aku ada janji sama Rian dan Steven buat nongkrong bareng di tempat biasa," tolak Alex dengan lembut. Sebuah kecupan mendarat di kening selingkuhannya itu.

"Baiklah, tapi ingat, jaga pandanganmu, Honey! Terutama ... ini." Rebecca memberikan peringatan kepada Alex sambil meremas pusaka lelaki itu.

"Ngh ...." Alex mengeram merasakan remasan wanita itu tepat di pusaka nya.

"Jangan mengoda, Sayang! Aku ingin pergi sekarang. Rian dan Steven sudah menungguku." Alex menghindari rebecca sambil melangkah menuju pintu.

"Oh iya, Sayang, aku akan langsung pulang ke rumah, tidak ke apartemen mu. Aku mau istirahat dulu, Sayang. Kalau aku ke tempatmu malah menghajarmu semalam penuh." Alex mengedipkan matanya, genit. "Aku pergi dulu."

Sekali lagi Alex mengecup kening dan bibir Rebecca yang sudah di depannya. Rebecca tak menjawab dia hanya mendegus kesal karena Alex akan bertemu Ruby di sana dan dia tidak suka itu.

Dia pun keluar dari ruangan Alex dan menghampiri meja kerjanya, mengambil tas mahal miliknya dan pergi dari sana. Dia ingin ke mall untuk menghilangkan rasa kesal.

***********

Alex tiba di rumahnya saat malam telah larut. Dia melangkahkan kaki memasuki rumah mewah itu setelah Bibi Lili membukakan pintu untuknya.

Dia melihat Ruby tertidur di kursi roda sambil meletakkan kepalanya di pinggiran sofa. Ruby yang sedari tadi menunggu Alex tertidur karena sang suami yang tak kunjung pulang. Entah sudah berapa kali Bibi Lili mengingatkan untuk makan, tapi Ruby terus menolak.

Alex tak menghiraukan Ruby. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menoleh lagi ke arah istrinya.

Bibi Lili hanya bisa menatap Ruby sedih sang nyonya sedih menyaksikan perlakuan Alex. Bibi Lili membangunkan Ruby dan memberitahukan kepulangan Alex.

"Nyonya ... Nyonya … Nyonya, Tuan Alex sudah pulang."

Mendegar nama Alex, Ruby langsung membuka mata indahnya dengan sempurna. "Alex sudah pulang, Bi?"

Ruby bahagia. Rasa kantuknya hilang seketika. Rasa pegal di rehernya juga tidak dia pedulikan.

"Iya, Nyonya," jawab Bibi Lili dengan sendu.

Ruby tak sabar ingin menemui Alex sang suami yang telah ia nanti-nantikan. Dia segera mendorong kursi rodanya ke arah kamar.

Setibanya di kamar, sosok Alex tak terlihat. Terdengar suara gemercik air di kamar mandi. Ruby pun medorong kursi rodanya itu ke arah walk in closet di mana pakaian miliki Ruby dan Alex tersusun rapi.

Dengan susah payah Ruby menyiapkan semua keperluan ganti Alex. Setelah itu, dia memunguti kemeja, celana dan jas mahal Alex untuk diletakkan di keranjang cucian yang ada di kamarnya.

Saat mengambil jas Alex, Ruby menemukan kotak perhiasan berupa cincin berlian yang sangat indah. Ruby merasa senang melihat perhiasan cantik itu.

"Apakah Alex membeli perhiasan ini untukku? Alex ingin memberikan aku kejutan?" tanya Ruby dalam hati.

Dia sangat bahagia. Itu berarti Alex mencintai dirinya. Senyum terukir jelas di bibir Ruby tatkala membayangkan hal manis itu.

Dia segera mengembalikan kotak perhiasaan itu ke dalam jas Alex. Dia tidak ingin menggagalkan kejutan cinta yang telah disiapkan oleh sang suami. Begitulah yang Ruby pikirkan.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!