Bab 1. Salju merah di tanah Jiang
Jauh di timur benua Xiang, tepatnya di desa bernama Jiang, hawa dingin terasa mencekam. Debam dan dentuman terdengar berulang kali, serta suara dahan patah kerap kali menyelingi dua suara sebelumnya.
Denting besi yang beradu juga menyakiti telinga penduduk Desa Jiang. Suara itu berasal dari beberapa senjata saling serang dan tangkis.
Tak ada yang berani keluar untuk melongok keadaan, bahkan hanya sekedar membuka tirai pun tak berani.
"Wang Tian Sin! Mati kau!"
"Kejar dia. Jangan sampai lolos!"
Teriakan demi teriakan terdengar cukup kencang, membuat suasana kian menegangkan. Para pria di desa jiang bersiaga di rumah masing-masing, berjaga jika suatu hal yang buruk menerjang.
Di pusat desa Jiang, seorang pria muda yang membawa tombak berukiran naga sedang dikejar oleh tujuh orang berpakaian merah tua. Langkah pria itu diikuti tetesan darah hingga meninggalkan jejak di atas salju.
Bruk!
Langkah Wang Tian Sin terhenti tatkala seorang pria paruh baya yang tiba-tiba menghadangnya. Sempitnya jalan di desa Jiang membuat Wang Tian Sin tak sempat menghindar.
"Hah... kenapa kalian terus mengejarku?" tanya Wang Tian Sin terengah-engah. "Mau apa kalian?"
Di hadapan Wang Tian Sin kini berdiri pria paruh baya yang menggunakan pakaian merah tua, sama seperti orang-orang yang mengejarnya.
"Harusnya kau sudah tahu tujuan kami kemari. Dan berbahagialah anak muda! Aku, Ji Tu akan mengantarmu ke neraka tak lama lagi." Wang Tian Sin menggertakan giginya, tak terima dengan ucapan Ji Tu.
"Tidak akan mudah mengantarku ke neraka. Kecuali ... kalian semua ikut denganku!" seru Wang Tian Sin.
"Aku suka gayamu, anak muda! Jika saja kepalamu tidak terlalu mahal, kami dari Tangan Setan akan membayarnya!" Tawa Ji Tu kembali meledak, membuat amarah di hati Wang Tian Sin turut meledak-ledak.
"Jangan harap!"
Wang Tian Sin mengeluarkan tenaga dalam dan mulai menyalurkannya ke tombak yang ia pegang. Keanehan mulai Wang Tian Sin rasakan ketika tenaga dalamnya mulai menyebar.
"Uhuk!" Seteguk darah Wang Tian Sin muntahkan. Luka di perutnya tiba-tiba bereaksi saat Wang Tian Sin mengeluarkan tenaga dalam.
"Semakin kau mengeluarkan kekuatanmu, maka semakin cepat pula kamu mati."
Deg!
Wang Tian Sin melirik darah yang keluar dari lukanya-hitam pekat.
'Racun. Kenapa aku baru merasakannya?' Seolah dapat mendengar kata hati Wang Tian Sin, tawa Ji Tu yang awalnya sudah berhenti kini kembali menggelegar.
"Tentu saja karena dari tadi kau hanya mengandalkan tenaga luar, sehingga racun itu tidak bereaksi."
Orang-orang yang tadi mengejar Wang Tian Sin kini telah berhasil menyusul dan mengepung Wang Tian Sin. Tak ada satu pun dari mereka yang menodongkan senjata, hanya tubuh yang siaga dan rencana yang sudah ada mereka jalankan.
"Jika aku harus mati hari ini, setidaknya aku akan mengajak kalian bersamaku," ucap Wang Tian Sin seraya memasang kuda-kuda. "Naga menembus awan!"
Wang Tian Sin mengarahkan ujung tombaknya ke dada Ji Tu dan melesat ingin menusuknya. Tenaga dalam yang terhambat membuat jurus yang dilakukan Wang Tian Sin tidak maksimal.
Ji Tu melihat serangan itu tersenyum tipis sebelum menghentakan kakinya ke tanah dan melompat tinggi ke atas. Saat di udara, Ji Tu bersalto hingga posisi tubuhnya terbalik, kaki di atas dan kepala di bawah.
Tangan kiri Ji Tu mengepal di di depan dada sedangkan tangan kanannya lurus ke bawah dengan telapak tangan terbuka.
"Lima jari iblis!"
Duar!
Wang Tian Sin menggunakan badan tombaknya sebagai tameng dari tapak lima jari iblis milik Ji Tu. Namun, tenaga dalam yang dikeluarkan Ji Tu terlalu besar sehingga Wang Tian Sin tetap mundur dan menyemburkan darah.
Salju-salju di sekitar ledakan terjadi mulai berubah warna menjadi hijau, menandakan pukulan itu mengandung racun.
Wang Tian Sin semakin pucat, bibirnya mulai berubah warna menjadi ungu. Bukan karena kedinginan, melainkan racun di tubuhnya.
'Jika aku harus mati hari ini, aku tidak boleh mati dengan mudah.' setelah membatin demikian, Wang Tian Sin kembali memasang kuda-kuda. Tombak yang awalnya ia genggam dengan kedua tangan, kini hanya tangan kanan yang memegang dengan ujung tombak menusuk salju.
"Tongkat sakti dewa kera!"
Wang Tian Sin berlari seraya memutar tombaknya di atas kepala. Ketika jarak antara dirinya dan Ji Tu hanya tersisa satu tombak lagi, Wang Tian Sin memutar tubuhnya dan menghantamkan tombaknya ke tanah dengan sekuat tenaga.
Duar!
Ji Tu tak menyangka jika pemuda di hadapannya nekad menggunakan tenaga dalam. Jika saja dirinya waspada, pasti dia tidak akan terpental seperti saat ini akibat ledakan yang ditimbulkan oleh jurus tongkat sakti dewa kera.
"Bocah sialan!"
Tak cukup sampai di situ, Wang Tian Sin kembali menggunakan jurus tongkat sakti dewa kera demi membuat jarak dengan Ji Tu.
"Mau apa kau bocah?" teriak Ji Tu yang dibalas dengan teriakan juga oleh Wang Tian Sin.
"Mati kau tua bangka!"
Duar!
Salju yang membeku hingga menjadi lempengan es hancur berkeping-keping karena jurus tongkat sakti dewa kera. Ji Tu terpaksa mundur karena Wang Tian Sin bertarung dengan ganas.
Melihat Ji Tu mundur, Wang Tian Sin menghentakkan kakinya dan melompat ke atas. Tubuhnya meliuk-liuk di udara serta tombaknya berputar ke kiri dan kanan.
Sebuah naga berwarna hitam muncul akibat hawa tenaga dalam yang dikeluarkan oleh Wang Tian Sin. Semakin lama naga itu semakin besar hingga mampu mengitari tubuh Wang Tian Sin sepenuhnya.
Mengetahui jika bentuk naganya sudah sempurna, Wang Tian Sin tidak hanya memutarkan tubuhnya, namun juga melentingkannya hingga posisi tubuhnya miring.
"Naga pembelah gunung!"
Wang Tian Sin mengayunkan tombaknya, naga hitam yang mengitarinya langsung melesat ke bawah. Ji Tu mengeluarkan sebuah jurus untuk mengahdang naga hitam Wang Tian Sin.
"Tapak lima racun!"
Swoosh!
Hawa tenaga dalam berwarna hijau melesat cepat ke tubuh naga hitam itu. Seperti memiliki pikiran sendiri, naga hitam menghindar dan terus menyambar Ji Tu.
Duar!
Duar!
Bruk
"Argh..."
Tujuh orang pihak Tangan Setan yang sedari tadi hanya menonton, tak menyadari jika Wang Tian Sin mengincar mereka. Saat jarak antara Ji Tu dan Naga hitam hanya beberapa langkah, naga hitam melewati Ji Tu begitu saja dan menyambar tujuh orang lainnya.
Sementara Wang Tian Sin kini bersimpuh di atas salju dengan tombak sebagai tumpuan. Tapak lima racun milik Ji Tu nyatanya sukses menghantam tubuhnya, membuat luka Wang Tian Sin semakin parah. Jika saja tombak itu terlepas dari tangan sudah di pastikan jika tubuh Wang Tian Sin akan ambruk saat itu juga.
"Pemuda yang bodoh. Merelakan seekor beruang besar demi tujuh anak kambing."
"Hemph ... aku lebih suka menyantap anak kambing daripada daging beruang yang alot. Uhuk!"
Darah tak hanya keluar dari mulut, tapi juga hidung, mata dan telinga Wang Tian Sin. Saat Ji Tu merasa jika ini adalah saat yang tepat untuk menghabisi nyawa Wang Tian Sin, pria itu merasakan hawa panas menyambar dari arah belakang.
Duar!
Hujan darah serta serpihan daging terjadi sesaat setelah ledakan itu terjadi. Putihnya salju kini ternoda dengan merahnya darah anggota kelompok tangan setan.
"Gu-guru..."
Letak desa Jiang yang jauh dari kota besar tidak membuat desa itu tertinggal jauh dari desa-desa lainnya. Di desa tersebut, terdapat fasilitas untuk para pendatang seperti restoran dan penginapan walau sederhana.
Di salah satu penginapan di desa Jiang, seorang pria tua datang bersama dengan dua pemuda. Namun, terlihat jika salah satu pemuda yang datang dalam kondisi tak sadarkan diri dan terluka.
"Pelayan, berikan aku kamar yang paling luas." Pria tua itu memberikan beberapa tael perak kepada pelayan yang menjaga penginapan itu. Wajah pelayan itu langsung ceria saat menerimanya.
"Mari ikuti saya, Tuan." Pelayan tersebut berjalan menuju lantai dua bangunan itu dan mengarahkan tamunya ke sebuah ruangan.
"Ini adalah ruangan terbesar yang kami miliki, Tuan. Maaf jika tidak sesuai dengan keinginan Tuan."
"Tidak masalah," tukas pria tersebut. "Kalian memiliki pemandian air panas?"
Gadis itu mengangguk,"kami memiliki kolam air panas dan dingin, Tuan."
"Aku ingin kalian mengosongkan tempat itu. Harga tidak masalah! Siapa namamu?"
"Jiang Ni, tuan."
"Bagus. Segera laksanakan permintaanku. Oiya ... satu lagi. Siapkan meja dan kursi juga di tempat itu." Jiang Ni mengangguk dan pergi meninggalkan pria itu.
Dengan langkah gusar pria itu turun dan keluar, menemui dua orang yang datang bersamanya.
"Xiao Lang, bawa Sin'er ke dalam." Pemuda yang dipanggil Xiao Lang mengangguk.
"Baik, Tuan!" Xiao Lang mengangkat pemuda yang tak sadarkan diri kemudian membawanya masuk. Jiang Ni menyambut kedatangan mereka bertiga seperti saat dia menyambut pria tua yang datang pertama.
"Tunjukkan padaku tempat yang aku pesan."
"Baik, Tuan Besar."
Pemandian air panas di penginapan desa Jiang terletak di bagian belakang bangunan. Tempat itu sudah sepi seperti permintaan pria tua. Jiang Ni mempersilakan orang-orang itu masuk sementara dirinya berjaga tak jauh dari pemandian.
"Terima kasih. Ini untukmu."
"Terima kasih tuan ..."
"Long Tian," ucap pria tua itu saat melihat Jiang Ni bingung memanggilnya.
"Terima kasih, Tuan Long." Long Tian mengangguk dan meminta Jiang Ni segera pergi.
Setelah Jiang Ni pergi Xiao Lang terlihat panik saat merasa ada yang aneh di tubuh orang yang digendongnya. "Tuan besar, tubuh Tuan Muda Wang semakin dingin."
"Masukan dia. Biarkan dia tetap dalam posisi duduk." Xiao Lang mengangguk dan membawa Wang Tian Sin masuk ke dalam pemandian.
Seperti yang sudah dipesan oleh Long Tian, ada sebuah meja besar dan beberapa kursi mengelilinginya.
"Apa mereka berpikir aku hendak berpesta di pemandian?" gumam Long Tian saat mendapati beberapa guci arak, kacang goreng dan daging asap.
"Uhuk!" Long Tian mengalihkan pandangannya kepada Wang Tian Sin yang menyemburkan darah lagi dari mulutnya. "Argh ..."
"Lepaskan pakaiannya, aku harus melakukan sesuatu." Xiao Lang mengangguk dan melepas seluruh pakaian Wang Tian Sin.
Terdapat banyak luka di tubuh Wang Tian Sin, tetapi yang menjadi perhatian Long Tian sekarang adalah luka di perut Wang Tian Sin yang mengeluarkan aroma tidak sedap.
Long Tian mengambil belati kecil dari balik jubah dan beberapa jarum yang terselip di ikat pinggangnya. Dengan menggunakan belati itu, Long Tian mengorek luka Wang Tian Sin.
Klang!
Sebuah besi seperti mata anak panah berhasil dikeluarkan, diikuti dengan darah berwarna merah kehitaman yang mulian menetes. Long Tian menancapkan beberapa jarum di perut dan dada Wang Tian Sin, setelah itu menyalurkan qi miliknya dengan perlahan ke setiap jarum yang menancap.
"Guru ..."
"Jangan bicara kalau tidak mau mati." Wang Tian Sin yang mulai sadar hanya bisa mengangguk. Rasa sakit yang menguasai seluruh tubuhnya membuat Wang Tian Sin tak bisa berkutik.
Xiao Lang sudah menyiapkan sebuah ember besar yang berisi air panas serta beberapa ember air sebagai cadangan. Walau dalam pemandian tersebut terdapat sebuah kolam air panas yang besar, tetapi Long Tian berniat menggunakannya saat racun yang menyebar di tubuh muridnya mulai berkurang.
"Pindahkan dia." Xiao Lang memasukan Wang Tian Sin ke dalam satu ember yang paling besar dan menenggelamkannya hingga sebatas dada. Wang Tian Sin mengerutkan kening saat lukanya bereaksi karena terkena air.
Air panas di dalam ember Wang Tian Sin lama kelamaan berubah warna menjadi hijau akibat racun yang mulai keluar.
"Ganti airnya." Xiao Lang menguras air dalam ember itu dan mengisinya dengan air yang baru. Proses itu terus berulang hingga semua persediaan air habis tetapi racun yang keluar tetap membuat air berubah pekat.
"Bagaiamana ini, Tuan?" tanya Xiao Lang bingung.
"Terus lakukan hingga airnya jernih. Fisiknya sudah melemah, membuatku tidak bisa menggunakan cara keras."
"Guru ..."
"Sudah kukatakan jangan banyak bicara!"
"Ada sesuatu di dadaku. Mungkin ... itu penyebabnya."
Long Tian mengamati dada muridnya dan menemukan satu titik hitam yang sangat kecil. Jika Wang Tian Sin tidak mengatakannya, mungkin dia tidak akan menyadari hal tersebut.
"Yah ... aku akui kali ini ucapanmu membantu. Maklumlah ... gurumu hanya pendekar, bukan seorang tabib handal." Long Tian mengerahkan tenaga dalamnya untuk menarik sesuatu yang bersarang di dada muridnya. Setelah beberapa saat, keluar sebuah jarum seukuran rambut dari dalam titik tersebut. Bersamaan dengan hal itu, Wang Tian Sin memuntahkan gumpalan darah berwarna hitam.
Long Tian menempelkan tangannya di dada Wang Tian Sin dan menyalurkan Qi miliknya, membuat Wang Tian Sin merasakan kehangatan mulai menyelimuti lukanya. Saat Xiao Lang kembali menguras air dan menggantinya, air tersebut tidak berubah menjadi pekat dan hanya samar-samar.
"Pindahkan ke kolam besar." Xiao Lang mengangkat Wang Tian Sin dan mendudukannya di kolam besar air panas. Walau cukup menyakitkan, nyatanya proses ini membuat Wang Tian Sin lebih nyaman.
Satu jam sudah berlalu, Wang Tian Sin sudah dipindahkan ke dalam kamar. Lelah mental dan fisik membuat Wang Tian Sin terlelap hingga pagi menjelang.
Krek!
Terdengar derit pintu terbuka diikuti langkah pelan terkesan mengendap-endap. Aroma wangi masakan mulai merebak di dalam kamar. Wang Tian Sin membuka matanya dan melihat seorang wanita berdiri di depan pintu dengan nampan di tangan.
"Tuan Muda, Tuan Long memintaku mengantar sarapan ini untuk Anda."
"Hemph... taruh saja di meja. Akan aku makan sebentar lagi." Gadis itu mengangguk dan meletakan nampan sarapan itu di meja. Saat pelayan itu hendak meninggalkan ruangan, Wang Tian Sin kembali memanggilnya.
"Tunggu!" ucap Wang Tian Sin. "Siapa namamu?"
"Jiang Ni, Tuan Muda." Wajah Jiang Ni merona dan tubuhnya terasa panas saat mendengar Wang Tian Sin memanggilnya.
"Nona Jiang, tolong ambilkan air panas dan handuk ." Jiang Ni mengangguk. Jantungnya berdebar kencang seperti mau copot. Wang Tian Sin adalah pemuda paling tampan yang pernah Jiang Ni lihat. Mendengar namanya dipanggil membuat Jiang Ni merasa mendapat anugerah dari dewa.
Beberapa saat setelah Jiang Ni pergi, gadis itu kembali dengan baskom berisi air hangat dan handuk kecil. Wang Tian Sin membasuh mukanya dan rasa segar langsung ia rasakan.
Jiang Ni menyerahkan semangkuk sup yang tadi ia bawa. "Tuan Long Tian memesannya khusus untuk tuan muda."
Wang Tian Sin menerima mangkuk itu dan menghirup aromanya yang begitu nikmat.
Saat Wang Tian Sin hendak menyeruput sup tersebut, terdengar kerusuhan dari depan penginapan.
"Siapa yang telah membunuh adikku!"
Bab 3. Pelajaran Untuk Tangan Setan
Wang Tian Sin yang mendengar keributan berdecak kesal. Baru saja dirinya berniat menikmati sup ikan yang begitu menggoda, tetapi niatnya itu tak bisa terealisasikan karena keributan di lantai bawah.
"Apa pakaianku sudah dibersihkan?" Jiang Ni mengangguk dan memberikan pakaian milik Wang Tian Sin yang sudah ia cuci semalam.
"Keluarlah. Aku ingin berganti pakaian." Muka Jiang Ni merona. Bukannya keluar, Jiang Ni malah terpaku di tempatnya, membuat Wang Tian Sin kembali menyuruhnya keluar. "Tunggu apa lagi? Keluarlah. Aku harus segera berpakaian dan turun sebelum penginapanmu hancur."
Melihat wajah serius Wang Tian Sin membuat Jiang Ni sadar jika keributan di lantai bawah mungkin membawa masalah serius.
"Ba-baik Tuan. Aku akan keluar sekarang." Jiang Ni keluar dengan tergesa meninggalkan Wang Tian Sin. Sementara Wang Tian Sin bergegas mengganti pakaiannya.
Di lantai pertama penginapan yang juga digunakan sebagai restoran, belasan orang berpakaian merah tua memenuhi restoran. Wajah mereka yang menyeramkan semakin tidak enak dilihat saat mereka mulai berulah dengan menghancurkan meja dan kursi.
Pelayan dan penjaga penginapan tidak ada yang berani mendekat karena takut menjadi sasaran orang-orang itu.
"Jika kau ingin mencari pembunuh saudaramu, bukan begini caranya." Suara Long Tian yang penuh wibawa mampu menyita perhatian orang yang sedang mengamuk. Tatapan mereka kini beralih pada Long Tian yang masuk bersama Xiao Lang.
"Jadi kau yang membunuh adikku?!" bentak salah satu orang dengan mata melotot.
Long Tian mendengkus dan menatap Ji Lang dengan tatapan sinis. "Jika bukan aku siapa lagi? Apa kamu pikir di desa Jiang ada pendekar yang cukup kuat untuk membunuh adikmu?"
"Dasar orang tua bau tanah! Kalau begitu kau akan menyusul adikku sebentar lagi!"
Ucapan Ji Lang barusan nyatanya mampu membuat Long Tian terkekeh.
"Anak muda, apa kau tidak merasa aneh? Seorang kakek tua yang kau pikir sudah bau tanah ini bisa membunuuh adikmu yang begitu kuat. Apa kau tidak penasaran siapakah diriku?" Ji Lang baru tersadar dengan ucapan orang di hadapannya. Amarah nyatanya berhasil membuat dirinya buta keadaan.
"Aku tidak senang bertarung dengan orang yang tidak dikenal kecuali dalam kondisi mndesak. Adikmu berusaha membunuh muridku, maka sebagai gantinya aku yang membunuh adikmu yang malang."
"Kau!" teriak Ji Lang marah.
"Apa kau tidak bosan terus menunjukku? Panggil nama lebih enak. Long Tian."
"Guru, kenapa sudah banyak keributan di hari yang masih pagi ini?" Seorang pemuda tampan dengan jubah hitam sedang menuruni tangga dengan gadis penjaga penginapan ini."Salju sedang turun tetapi hawa di sini begitu panas."
"Kau!" Ji Lang menunjuk pemuda itu dengan emosi.
Wang Tian Sin tersenyum saat melihat pakaian orang-orang itu sama dengan yang menyerangnya kemarin.
"Aku Wang Tian Sin. Orang yang ingin kalian bunuh. Hanya saja nasib utusan kalian sedang sial. Sudahlah ... aku tidak ingin memperpanjang urusan dengan kalian. Misi kalian membunuhku sudah gagal. Lebih baik kalian pergi dan mencari target lain." Wang Tian Sin kini berdiri di samping Long Tian, menunjukkan wajahnya yang tetap tenang.
"Murid memberi salam, Guru. Terima kasih telah menyelamatkan nyawa Murid." Wang Tian Sin membungkuk hormat pada Long Tian.
Long Tian mengangguk, "Kenapa kau turun?"
"Aku tidak ingin merubah organisasi mereka, Guru," jawab Wang Tian Sin menunjuk orang-orang tangan setan.
Long Tian mengerutkan dahinya penuh tanda tanya "Maksudmu?"
"Mereka ini organisasi tangan setan. Jika mereka sampai menghancurkan tempat ini bukankah orang-orang akan memanggilnya tangan kuli bangunan? Aku rasa itu perubahan yang buruk, Guru."
Tawa Long Tian meledak karena ucapan Wang Tian Sin."Lalu, kau ingin melepas mereka?"
Wang Tian Sin mengangguk mengiyakan.
"Mereka ingin membunuhmu."
Wang Tian Sin menyeringai, lalu menatap orang-orang tangan setan. "Jika mereka tak ingin melepasku aku akan memaksanya."
"Kalian sudah dengar 'kan? Orang yang ingin kalian bunuh saja tak ingin memperpanjang masalah."
Ji Lang mendengkus, tak terima dengan ucapan sepasang guru dan murid dihadapannya. "Kau mudah sekali mengatakannya. Jika muridmu mati kau juga akan menuntut balas, bukan?"
"Hanya orang bodoh yang berpikir seperti itu. Murid boleh membalaskan kematian gurunya, tapi tidak dengan guru! Jika murid mati dalam pertarungan, artinya murid itu bodoh dan pantas mati. Membalaskan dendam hanya membuat jiwa dan raga lelah."
"Orang tua banyak bicara!"
"Orang tua memang harus banyak bicara. Sedangkan kalian para anak muda harus banyak mendengar. Jangan hanya berbuat onar dan mengatakan omong kosong. Gunakan waktu kalian dengan baik, belum tentu kalian akan hidup sampai tua."
"Kau menyumpahi aku mati?!" Mata Ji Lang mendelik saat merasa orang tua di hadapannya menyumoahi dirinya mati.
"Kalian organisasi tangan setan. Pekerjaan kalian adalah membunuh. Jika tidak berhasil maka kalian yang dibunuh. Seperti yang menimpa adikmu itu. Sebelum kematian tiba, gunakan waktu kalian dengan baik. Belum tentu akan berumur panjang sepertiku."
"Kau! Terima ini!" Ji Lang menyerang Long Tian menggunakan golok. Long Tian tersenyum tipis dan mengangkat tangan kirinya dan mengibas udara kosong ke arah Ji Lang.
Brak!
Seperti mendapat dorongan yang sangat besar, tubuh Ji Lang mundur hingga menabrak meja. Namun, pria itu tidak menyerah. Dia kembali mengangkat goloknya lalu melompat ke arah Long Tiang berniat memangkas jarak. Belum sampai dia pada Long Tian, musuhnya kembali mengibaskan tangan membuat tubuh Ji Lang terpental.
"Pelayan! Catat semua kerugian! Mereka akan membayar dua kali lipat!" Jiang Ni mengangguk lalu mengeluarkan pena dan kertas, mulai mencatat kerugian penginapan.
"Bangsat! Kau yang mengatakannya kenapa kami yang harus membayar?"
"Pelayan! Kalian dengar, kan? Dia ingin membayar sebanyak tiga kali lipat."
"Omong kosong!" bentak Ji Lang. Dia meminta anak buahnya ikut menyerang Long Tian.
"Serang dia!" teriak Ji Lang.
Wang Tian Sin hendak maju menyerang Anggota Tangan Setan, tetapi Long Tian kembali menariknya. "Mundur. Aku sedang ingin bermain."
Belasan orang yang datang bersamanya maju menyerang Long Tian. Dalam sekali kibas Long Tian berhasil membuat lawannya terpental. Bahkan, ada beberapa orang di antara mereka yang terpental keluar penginapan.
"Masih ingin melawan?" Long Tian berkata dengan dinginnya. "Baiklah, hitungan ketiga kalian tidak pergi, maka aku yang akan melempar kalian."
"Satu ... tiga!"
"Orang gila!" umpat Ji Lang. Baru saja dia memberikan kode kepada anak buahnya untuk pergi dari sana, tapi Long Tian berhitung seenaknya sendiri.
Long Tian maju dengan langkah yang tak bisa dilihat oleh para tangan setan karena sangat cepat. Pundak mereka tiba-tiba terasa di cengkeram dan sesaat kemudian mereka merasa dihempaskan oleh sesuatu yang begitu kuat hingga mereka keluar dari penginapan.
Dalam sepuluh tarikan napas, tidak ada anggota tangan setan yang tersisa di penginapan.
"Hitung semua kerusakan. Aku yang akan membayarnya." Long Tian menatap Jiang Ni sebentar, lalu berjalan melewati gadis itu tanpa berkata lagi.
"Ta-tapi Tuan... bukankah mereka yang akan membayar?"
"Mereka sudah pergi. Aku hanya menggertak mereka. Kau catat saja dan hitung. Akan aku bayar saat keluar dari tempat ini." Jiang Ni mengangguk dan membungkuk hormat.
Long Tian naik ke lantai dua penginapan diikuti oleh Wang Tian Sin dan Xiao Lang.
"Kau belum memakannya?" tanya Long Tian saat melihat sup ikan yang ia pesan masih utuh tak tersentuh.
"Bagaimana aku bisa makan jika ada perang di bawah sana?" jawab Wang Tian Sin. Pemuda itu kemudian duduk dan menyeruput sup ikan itu langsung dari mangkuknya.
Hangat langsung dirasakan oleh perut Wang Tian Sin yang tidak diisi dari dua hari lalu.
"Guru ... bagaimana guru tahu kalau aku dalam bahaya?" tanya Wang Tian Sin penasaran.
"Bagaimana aku tahu itu tidak penting. Tapi ... kenapa kau menjadi incaran dari tangan setan itu yang terpenting."
Wang Tian Sin membetulkan posisi duduknya dan menarik napas panjang. "Sebenarnya aku melihat hal yang seharusnya tidak aku lihat. Mungkin mereka merasa aku menjadi ancaman."
"Hal apa itu?"
"Ini menyangkut kekaisaran. Aku akan mengatakannya di gunung Long Hong."
Tak ingin berlama-lama menahan penasaran, Long Tian memutuskan untuk segera pulang ke tempat asalnya, membuat Wang Tian Sin kegirangan.
"Jika begitu, besok kita akan pulang ke gunung Long Hong."
"Yea! Akhirnya!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!