Hai perkenalkan nama ku Fiorella Eleua Mendes biasanya di panggil Fio aja, soalnya ribet wkwk. Tapi kalo nenek aku biasanya panggil Pio, lah lebih aneh lagi kan wkwk. Kalian pasti mikir aku adalah bule ya? Yapss bener banget aku adalah si anak blasteran papa Mark dan mama Donita. Jadi papa ku itu asli dari Italia sementara mamaku adalah wanita pribumi asli. Entah keberuntungan mama yang bagus atau bagaimana aku tidak tahu hingga bisa dapet papa yang gantengnya pake banget, tapi mamaku juga cantik banget kok.
Aku anak kedua dari dua saudara, alias aku punya kakak laki-laki yang juga ganteng banget tapi suka jail. Kakak aku bernama Galen Parama Mendes biasanya sih aku panggilannya kak Ale tapi kalau kebanyakan orang panggilnya Rama, lokal banget nama panggilan kakakku wkwk. Dia tuh sebenarnya care banget sama keluarganya tapi karena kita jarang ketemu jadi dia suka jail banget kalo ketemu. Kak Ale sekarang sedang berkuliah disalah satu universitas negeri di Jakarta.
Jadi hari ini aku dan mama sedang bersiap-siap untuk kembali ke tanah air. Yapss aku dan keluargaku berencana untuk menetap di Indonesia mulai sekarang. Dan ini juga keinginan lama mama yang belum terlaksana. Sebenarnya tinggal di Italia sangatlah tidak buruk disana aku juga mempunyai banyak teman dan juga lingkungan rumah kami sangatlah sehat. Tetapi Indonesia begitu menggoda untuk mama, ya mau tidak mau kita sekeluarga harus pindah lagipula kak Ale juga berada di Indonesia sendiri tentu saja itu membuat mama semakin khawatir.
Oh ya mama ku dulu adalah seorang kepala departemen pemasaran disalah satu perusahaan yang cukup terkenal di kota tempat kami tinggal. Tapi beberapa tahun yang lalu mama sudah mengundurkan diri dan menjadi ibu dan istri yang baik di rumah. Sedangkan papaku adalah seorang pengacara, beliau bekerja di sebuah firma hukum yang lumayan besar juga. Dan karena mama ingin tinggal di Indonesia, papa memutuskan untuk membuat firma hukum sendiri disana. Dan kebetulan perusahaan papa juga sebentar lagi sudah selesai. Bertepatan dengan kontrak kerja papa yang di Italia juga selesai.
Jika kalian mengira aku bukan lahir di Indonesia, kalian salah besar. Dulu aku lahir di Indonesia setelah usia delapan tahun, papa mengajak keluarga kecilnya untuk pindah ke Italia karena disana papa mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus. Sementara itu kak Ale yang saat itu duduk di bangku sekolah dasar memutuskan untuk menetap di Indonesia bersama nenek dan bibi. Bukan tanpa sebab kak Ale tidak mau ikut, jadi saat itu dia sedang mengikuti perlombaan tingkat nasional taekwondo dan dia benar-benar menyukai olahraga yang bisa dibilang cukup ekstrim itu. Oleh karena itu papa menyetujui jika kak Ale tetap di Indonesia.
Sedangkan untuk aku saat itu masih bisa dibilang kecil jadi ikut saja apa yang mama katakan. Padahal waktu itu aku sedang menyukai pria tetangga rumah yang usianya tidak jauh berbeda denganku. Dia sangat tampan dan juga baik, kami sering menghabiskan waktu bersama. Karena mama dan mama anak laki-laki itu bersahabat. Ahh tapi sekarang aku tidak terlalu banyak berpikir mengenainya lagipula kita sudah lama tidak bertemu dan berkomunikasi, mungkin dia juga sudah tidak mengingatku lagi kan?
"Sayang kamu udah bawa semua barang-barang kamu? " Tanya mama dengan suara lembutnya. Wanita hebat ku ini memang selalu menjadi yang terbaik.
"Udah ma, beberapa barang yang lain juga udah aku kirim dulu beberapa hari yang lalu! " Jawabku sambil memakai sneakers yang akan menemaniku menginjakkan kakiku kembali ke tanah air setelah sekian lama. Oh ya asal kalian tahu kenapa aku mengatakan ini kali pertamanya setelah sekian lama aku berada di Italia kembali ke Indonesia karena aku benar-benar tidak pernah berkunjung ke Indonesia lagi. Hanya satu alasannya, aku sangat takut untuk naik pesawat terbang. Jadi jika waktu liburan tiba aku hanya akan menghabiskan waktu ku disini dan keluarga ku lah yang akan berkunjung ke Italia.
"Kamu sudah siapkan sayang? " Tanya papa sembari mengusap surai berwarna coklat ku. Aku sangat tahu pasti papa sangat khawatir dengan anak perempuan satu-satunya ini.
"It's okey pa, aku udah siap. Kemarin juga udah konsultasi ke dokter! " Jawabku sambil tersenyum untuk mengurangi rasa khawatir papa.
"Okey anak papa yang paling cantik ini memang yang terhebat! " Katanya lagi kemudian memelukku untuk menyimpan rasa rindu yang mungkin akan datang. Fyi, papaku tidak ikut penerbangan hari ini. Jadi beliau akan menyusul di lain hari karena masih harus menyelesaikan beberapa hal disini.
" Oh ya sayang, aku udah menyiapkan beberapa kebutuhan kamu yang mungkin akan kamu butuhkan saat kita tidak ada. Aku sudah menyiapkan beberapa jas, kaos kaki beserta ****** ***** yang bisa kamu pakai untuk pergi ke kantor. Aku juga sudah menyiapkan beberapa vitamin di kotak obat." Ucap mama sambil memeriksa beberapa dokumen yang akan kami gunakan saat penerbangan nanti.
"Sayang, I'm not a kid anymore, I can prepare everything myself! "
"Are you serious? Even yesterday you didn't know where your socks were! " Jawab mama sambil mencebikkan bibirnya, mengejek kebiasan papa yang sedikit ceroboh.
Aku pun tertawa mendengar mereka yang sedang berdebat kecil itu. Aku tahu hal-hal kecil itulah yang membuat mereka semakin jatuh cinta untuk setiap harinya. Apalagi ini adalah pertama kalinya mereka berpisah di tempat terjauh setelah sekian lama bersama. Dan aku sangat yakin papa pasti akan sangat merindukan mama melihat bagaimana ke-bucinan papa terhadap mama. Aku jadi iri, aku ingin mendapatkan suami yang seperti papa. Yang benar-benar memembuat mama menjadi seperti seorang RATU.
"Okey karena kalian sudah siap, lebih baik kita berangkat ke bandara sekarang. Don't be late girl's! " Seru papa sembari membawa koper milikku dan mama keluar rumah. Aku sangat bersyukur sekarang sudah ada kantor jasa kirim yang benar-benar sangat membantu. Jika tidak ada, aku tidak tahu lagi harus dengan cara apa membawa barang-barang kami yang begitu banyak bersama kami.
Akhirnya setelah menempuh waktu selama tiga puluh menit, kami tiba di bandara Fiumicino atau bandara internasional Leonardo Da Vinci dimana bandara yang akan mengantarkan kami ke Indonesia. Sepanjang perjalanan tadi papa tidak henti-hentinya mengingtkan ku dan mama untuk selalu menjaga kesehatan dan memberinya kabar setiap saat. Ahh aku juga sangat jatuh cinta dengan pria hebat ku satu ini.
Pada akhirnya setelah kami menyelesaikan boarding pass dan pesawat take off atau lepas landas menuju ke tempat tujuannya.
Aku tahu suatu saat pasti aku akan merindukan negara ini lagi. Aku pasti akan merindukan teman-teman sekolah dan bermain ku. Dan merindukan suasana musim salju yang tidak bisa aku dapatkan di Indonesia. Akhirnya aku memilih untuk memejamkan mata sembari menunggu pesawat tiba di bandara internasional Soekarno-hatta.
Author pov
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 16 jam, pesawat yang ditumpangi Fio dan mamanya pun tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. Sementara itu mama Nita sudah bersiap-siap untuk turun sedangkan si cantik putri kesayangannya masih asyik memejamkan matanya. Mama Nita hanya bisa menggelengkan melihat tingkah putrinya itu, sebab dari mulai pesawat lepas landas sampai tiba di tanah air Fio hanya menghabiskan waktunya untuk tidur. Mama Nita tidak habis pikir bagaimana bisa Fio menjadi orang yang takut ketinggian padahal pada zamannya dulu saat masih muda, dia sangat menyukai ketinggian.
"Sayang bangun dulu, nanti di rumah lanjut lagi tidurnya! "
"Hmm iya ma! " Jawab Fio seadanya. Ahh perjalanan jauh benar-benar membuatnya jetlag apalagi dengan naik pesawat terbang seperti ini. Gadis bermata coklat itu tampak mengedarkan pandangannya pada sekitar, rasanya ingin sekali dia kembali tidur.
"Fio nanti tidurnya dilanjut di mobil, sebentar lagi pesawatnya mendarat! Kamu siap-siap, jangan sampai ada barang kamu yang ketinggalan! " Peringat sang mama mengingat anak gadisnya yang cukup ceroboh dan sedikit pelupa itu.
"Ayeyey captain! " Seru Fio yang mana membuat sang mama tersenyum. Mama Nita sudah merasa lega melihat senyum putri tersayangnya mengingat bagaimana wajah gugup putrinya saat masih akan take-off.
Akhirnya pesawat pun benar-benar sudah mendarat dengan selamat di bandara internasional Soekarno-Hatta. Mama Nita dan Fio pun segera turun bersama dengan penumpang lainnya.
"Huft, akhirnya sampai juga! " Seru Fio sembari mengambil ponsel untuk memotret dirinya di tempat yang baru.
"Kakak katanya jemput dimana Fi? " Tanya mama Nita, kini mereka sedang mengantri untuk mengambil koper.
"Katanya sih di sekitar sini ma, aku juga kurang tahu! "
Setelah mendapatkan koper mereka, mereka pun segera menuju pintu keluar. Melihat sekeliling untuk menemukan orang yang mereka cari. Mama Nita sendiri juga masih asing dengan bandara ini sebab beliau juga jarang berkunjung ke Indonesia. Terakhir kali mama Nita berkunjung dengan papa Mark saat nenek Fio meninggal, itupun sudah sekitar satu tahun lalu.
"Ma! " Teriak seorang laki-laki muda yang sedang bersandar pada sebuah tembok. Melihat dua orang wanita yang amat sangat dikenalinya keluar dari bandara sembari menarik koper ditangan masing-masing.
Mama Nita pun tersenyum dia sangat mengenali laki-laki yang kini berlari padanya itu. Bagaimana tidak mengenalinya, meskipun mereka dipisahkan oleh jarak tetapi dengan kemajuan teknologi sekarang jarak bukanlah hal yang tersulit.
"Mama, I miss you so much! " Ucapnya sambil memeluk erat wanita paruh baya itu. Mama Nita pun melakukan hal yang sama, memeluk erat satu-satunya anak laki-laki yang sangat dicintainya. Dan inilah salah satu alasan kenapa mama Nita ingin kembali ke tanah air segera, dia tahu dulu tidak banyak waktu yang dapat dia habiskan bersama sang putra dan kini karena semuanya sudah sesuai tempatnya mama Nita memutuskan untuk menjaga sang putra meskipun bisa dikatakan terlambat.
"I miss you too son! Kamu sepertinya hidup dengan baik disini meskipun tanpa mama! " Kata Mama Nita sembari mengusap kepala anaknya yang kini tingginya sudah melampaui jauh darinya. Dia sangat senang, meskipun mereka tinggal berjauhan tetapi melihat anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik.
"Tidak ada yang seperti itu ma, aku tumbuh dengan baik karena mama juga. Karena jika aku tidak tumbuh dengan baik mama pasti akan sedih dan marah kan! " Jawabnya kemudian mencium pipi mamanya itu.
"Yaaa! kalian berdua saling berpelukan dan melupakan aku! " Kesal Fio yang sejak tadi tidak dihiraukan oleh kedua orang didepannya itu.
"Wah mama kenapa pulang bawa boneka kurcaci? " Tanya Ale sembari memasang wajah seolah-olah terkejut dengan keberadaan adiknya. Yang mana membuat sang adik semakin kesal.
"Kak Ale nyebelin banget sih hih! " Kesal Fio sembari memukul sang kakak dimana membuat Ale semakin senang untuk menggoda adiknya itu.
"Hahaha... wah boneka sekarang sudah sangat canggih ya ma, bisa marah-marah! "
"Kak Ale... ya udah kalo gitu, kadonya buat kak Ale aku cancel aja! " Kesal Fio kemudian memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
"Emang adek punya kado apa buat kak Ale? "
" Kadonya di cancel, nggak ada kado buat kakak huh! " Jawabnya masih sewot dengan kakaknya meskipun di dalam hatinya merasakan rindu dengan kakaknya.
" Adek ada kadonya buat kakak ya ma? " Tanya Ale pada mamanya yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran keduanya. Layaknya tokoh kartun anak-anak, tom & jerry. Disetiap pertemuan mereka akan saling menyerang satu sama lain. Tetapi dengan mudahnya untuk berbaikan. Bisa dikatakan begitu lah cara mereka menunjukkan kasih sayang satu sama lain yang sejak kecil sudah dipisahkan oleh tempat dan waktu.
" Ada, beberapa waktu lalu adek minta mama buat temenin beli kado tapi mama nggak ada waktu? "
" Wah beneran? Aaaa ya ampun ternyata mama bawa anak kesayangan cantik keluarga nih! "
" Dih penjilat! " Seru Fio sambil mencebikkan bibirnya.
"Udah-udah jangan berantem dulu, berantemnya nanti di rumah lagi! Kasian adik masih jetlag! "
Akhirnya mereka pun berjalan menuju tempat dimana mobil mereka parkir. Disana sudah ada sopir yang sedang menunggu mereka. Setelah memasukkan koper ke dalam mobil, mobil yang mereka tumpangi pun meninggalkan area parkir bandara.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam akhirnya mereka pun sampai di rumah yang mana dulu pernah ditinggali. Sebenarnya perjalanan dari bandara ke rumah tidaklah terlalu jauh tetapi bagaimana pun ibukota yang penuh dengan kemacetan tidak bisa dihindarkan. Sebelum sampai rumah mereka memutuskan untuk makan malam di restauran terdekat sesuai permintaan Fio. Gadis yang sekarang berusia tujuh belas tahun itu sudah sangat merindukan makanan khas tanah kelahirannya. Meski saat di Italia pun mama Nita sering membuatkan makanan khas Indonesia tetapi makan makanan dari asalnya tentu mempunyai kelezatan tersendiri.
"Dek mana hadiah buat kakak? " Tanya Ale saat Fio baru saja keluar dari mobil.
" Ada tapi kakak bantu aku beres-beres kamar dulu, barang-barang yang Fio kirim udah sampai kan? "
" Udah tapi masih di kamar tamu bawah belum sempet kakak bawa ke kamar kamu! " Jawab Ale sembari mengeluarkan koper milik mama dan adiknya.
" Ih kak Ale udah kayak penjabat aja nggak punya waktu! Atau jangan-jangan kak Ale disini sibuk pacaran nggak kuliah? " Tanya sang adik yang langsung dibantah oleh Ale sendiri.
" Nggak ya, kakak beberapa hari ini ada kegiatan kampus! Kamu jangan ngarang ih! " Jawab Ale merasa adiknya telah menyebarkan gosip yang tidak tidak. Sementara itu mama Nita hanya menggelengkan kepalanya padahal belum masuk ke dalam rumah tetapi pertengkaran dua bersaudara sudah dimulai.
Gadis dengan bola mata warna hazel itu tampak mengerjapkan matanya. Menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela kamarnya. Fio menggeliat kan tubuhnya, rasanya punggungnya seperti ditusuk paku bumi saja setelah naik pesawat kurang lebih selama enam belas jam.
"Hoamm! " Sekali lagi gadis itu kembali menguap kemudian membenarkan letak selimutnya yang berantakan dan berusaha menutupi matanya yang silau akan cahaya matahari. Tapi baru saja hendak kembali memejamkan mata, suara laki-laki yang sangat dikenalinya mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabaran.
" Dek sama mama disuruh bangun sarapan, kalo mau tidur lagi nanti tapi sarapan dulu! " Teriak Ale sembari mengetuk pintu kamar adiknya dengan begitu keras bahkan sampai terdengar dari lantai bawah.
"Aaaa kak Ale...! " Teriak Fio dengan kesal, kakaknya itu selalu saja menggangu dirinya.
" Cepetan mama udah nunggu daritadi tau! "
Dengan langkah malas, Fio pun turun dari ranjangnya. Kemudian berjalan ke arah pintu untuk memberitahu pada kakaknya jika dia sudah bangun.
" Fio udah bangun kakak! " Ucapnya sembari membenarkan rambutnya yang berantakan.
"Dih anak cewek jam segini baru bangun bukannya bantuin mama di dapur! " Kritik sang kakak yang mana membuat Fio mencebikkan bibirnya.
" Iya besok Fio bangun pagi, lebih pagi dari ayam jago yang berkokok! Ayo sekarang kita sarapan, Fio udah laper banget! "
" Eits... eits... eits cuci muka dulu! Muka kayak sapi kecebur sungai gitu! Jorok! " Perintah Ale sembari menarik adiknya untuk kembali ke dalam kamar dan setidaknya mencuci muka sebelum sarapan.
"Iya-iya kak Ale turun dulu sana bikin polusi udara aja! " Kata Fio sembari berlari sebelum sang kakak mengeluarkan tanduknya mendengar ucapannya tadi.
" Dasar bocil! " Ucap Ale tak mau kalah dari sang adik.
Laki-laki berusia dua puluh tahun itu kemudian berjalan meninggalkan kamar adiknya kembali ke ruang makan dimana sang mama sudah menunggu. Selain mama disana juga ada seorang asisten rumah tangga yang mereka cari sebelumnya. Sebenarnya mama Nita mengatakan jika dirinya tidak perlu asisten rumah tangga sebab dia bisa menangani semua urusan rumah tangga sendiri. Tetapi karena papa Mark yang begitu posesif dan overprotective terhadap istrinya itu mau tidak mau mama Nita pun harus menerima keputusan sang kepala keluarga.
" Mana adikmu Le? " Tanya mama saat sang anak sudah berada di tangga terakhir sementara itu anak perempuannya juga belum kelihatan batang hidungnya.
"Masih cuci muka katanya tadi ma! " Jawab Ale kemudian duduk tepat di depan sang mama.
"Mau mama ambilin dulu nasi gorengnya? "
"Iya ma, aku udah kangen banget sama masakan mama! " Jawab Ale kegirangan melihat nasi goreng yang sudah dibuat oleh mama Nita.
Mama Nita pun tersenyum melihat binar bahagia dari wajah sang anak. Sebenarnya dia sendiri juga merindukan putranya itu, putranya yang tidak pernah rewel dengan apa yang dimasak untuknya.
"Oh iya kata papa peralatan buat kantor baru mau dateng ya? "
"Iya ma katanya sih kalau nggak hari ini ya besok, belum pasti juga! Tapi kemarin Ale bilang kalau bisa kirimnya agak sorean aja pas Ale udah selesai kuliahnya! "
" Kamu fokus kuliah aja masalah peralatan kantor biar mama nanti yang tanganin, biar dikirim ke rumah aja. Kantor juga belum sepenuhnya selesai kan? "
"Tapi nanti sama papa gimana? Papa marah nggak kalo mama ngurus gituan? Nanti Ale dimarahin papa, nggak mau ah! Kemarin aja waktu mama belum dateng papa telfon Ale berjam-jam cuma suruh jagain dia bidadarinya! Telinga Ale sampai panas dengernya! " Ucap Ale sembari mengusap telinganya mengingat papanya yang tidak henti-hentinya memberi wejangan padanya untuk menjaga adik dan mamanya.
" Hahaha... nggak apa-apa nanti biar mama yang bilang ke papa. Lagian kalau ditaruh di kantor takutnya hilang kan belum selesai benahin kantornya! "
"Hu'um juga sih ma, apalagi barang-barang yang dipesen papa import semua harus nunggu beberapa bulan baru sampai! "
Saat mereka berdua asyik berbicara, tak lama kemudian Fio pun turun masih dengan piyama tidur serta sandal rumahnya. Tetapi kali ini, pemilik mata warna hazel itu sudah merapikan rambutnya.
"Pagi ma! " Sapa Fio sembari mencium pipi sang mama kemudian duduk disampingnya. Saat sudah duduk dan hendak menaruh kepalanya di atas meja, mama segera menggelengkan kepalanya. Pertanda jika Fio tidak boleh melakukan hal itu.
"Maaf ma, Fio lupa! " Katanya sambil tersenyum memperlihatkan gigi seperti biji mentimun miliknya.
"Mana kado buat kakak? " Todong sang kakak saat Fio baru saja membalikkan piringnya dan hendak menyendok nasi goreng makanan favoritnya.
"Ya ampun kak Ale, tolong mengertilah sedikit! Adikmu ini nyawanya baru saja terkumpul dan bersatu, bisa-bisanya ya kamu! " Ucap Fio penuh dramatis sambil menggelengkan kepalanya seakan-akan tidak percaya dengan ucapan kakaknya.
"Nggak bisa, kamu udah janji sama kakak dan kakak juga udah nepatin janji buat bantuin kamu beresin kamar tapi kamunya malah tidur huft! "
"Hehe ya kemarin kan aku capek kak, nanti deh abis ini kalau Fio nggak lupa! "
"Dih kamu ya emang nggak niat buat kasih ke kakaknya! Sekarang aja habis ini kakak mau ke kampus ada acara sebentar! "
" Wihh kakak habis ini mau ke kampus ya? " Tanya Fio yang hanya di jawab deheman oleh sang kakak.
"Aku mau ikut, kalau kakak ngizinin aku ikut nanti aku kasih hadiahnya! "
"Lah kenapa kamu mau jadi ikut ke kampus sih? "
"Aku bosen di rumah kak lagipula sekolah aku juga belum dimulai sekalian aku juga mau jalan-jalan! Tahu sendiri kan adikmu ini sudah sangat lama meninggalkan negara ini! " Kata Fio dengan nada sedih pada akhir ucapnya, dibuat seolah-olah dia sangat menginginkan hal itu.
" Nanti kakak ada kegiatan sama temen-temen nggak bisa jagain kamu terus, next time aja deh! "
" Big no! aku maunya sekarang. Kalau kakak izinin aku ikut hari ini aku bakal bantuin kakak buat bilang ke papa kalau kakak mau tukar mobilnya, gimana? "
Ale yang mendengar tawaran dari sang adik pun terlihat senang. Dirinya sendiri bukan tidak berani bilang pada papanya jika ingin berganti mobil, hanya saja dia baru berganti mobil dua bulan lalu dan tabungannya juga menipis tidak cukup untuk menukar mobil lamanya. Dengan adanya Fio yang bilang ke papa Mark setidaknya nanti papa pasti akan membantu masalah ke uangnya karena tahu sendiri si tuan putri yang meminta pasti raja akan mengabulkannya.
"Beneran kamu bakal bilang ke papa? "
"Iya beneran kak, dijamin deh mobil kakak bakal ganti dalam satu minggu ini! "
"Oke, tapi kamu juga bilang ke papa buat tambahin duit kakak! "
"Tenang aja, semuanya beres! "
"Oke deal! " Kata Ale kemudian menjabat tangan sang adik yang mana diikuti pula oleh sang adik. Sementara itu mama Nita hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan siblings yang sejak dulu tidak pernah berubah itu. Sang kakak yang sangat mudah diperdaya oleh adiknya tetapi tetap nurut aja.
"Tunggu dulu, Fio punya satu permintaan lagi! "
"Apa lagi sih dek, jangan bilang kamu berubah pikiran. Perjanjian aja baru dibuat! " Ucap Ale khawatir jika Fio tiba-tiba membatalkan ucapnya.
"Enak aja, nggak gitu. Fio cuma mau kalau ke kampusnya naik motor milik kak Ale! "
"Tapi motor kak Ale ada di apartemen! "
"Ya udah nanti kita ambil dulu ke apartemen setelah itu kita ke kampus kak Ale! "
"Tapi kamu mabuk nggak naik motor? " Tanya Ale khawatir mengingat adiknya itu tidak pernah naik motor setelah tinggal di Italia.
" Nggak tahu makanya kita coba dulu! "
"Ma gimana boleh nggak? " Ale pun bertanya pada sang ibu untuk mendapatkan izin. Bagaimana pun izin orang tua adalah yang terpenting sebelum kita melakukan sesuatu hal.
" Iya tapi kalian harus tetep hati-hati! Ale juga harus bener-bener jagain Fio! "
"Siap ma, udah sana kamu mandi dulu dek! Kamu kalau mandi bisa setengah hari sendiri! "
"Ih aku mandi lama ya karena biar bersih lah! Emang kakak mandi bebek cuma lima menit udah keluar lagi! "
"Enak aja mandi bebek, kamu itu mandi kebo alias berendam kayak kebo." Ucap Ale tak mau kalah ganti mengolok-olok adiknya.
"Udah jangan bertengkar, Fio kamu segera mandi nanti kak Ale terlambat ke kampusnya! Kamu Ale juga siap-siap dulu! " Kata Mama Nita menengahi pertengkaran dua anaknya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!