Dihari yang bahagia ini, senyuman manis terlihat merekah dibibir Gheana Putri yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahannya dengan lelaki yang baru dua bulan ia kenal.
Tresna Prasetya adalah lelaki yang ia kenal dua bulan lalu disebuah taman, lelaki yang berhasil mencuri hatinya hanya dalam waktu tiga puluh hari lalu memutuskan untuk meminangnya tiga puluh hari kemudian tepatnya hari ini.
Tresna langsung mendatangi keluarga Gheana, ketika Gheana menjawab kata cinta yang Tresna tanyakan tanpa bosan hingga tiga puluh hari.
Bukan hanya kata cinta, Gheana jatuh hati pada rupa dan sikap yang begitu rupawan yang ada di dalam diri Tresna.
Setelah kurang lebih tiga tahun Gheana berusaha melupakan seseorang yang telah menghancurkan hatinya, Gheana sangat bersyukur karena dipertemukan dengan lelaki sebaik dan juga tampan seperti Tresna.
Tetapi dibalik senyum bahagianya, ada sedikit kekhawatiran yang datang begitu saja.
Lelaki yang selama tiga tahun sangat Gheana usahakan untuk dilupakan itu hadir kembali setelah Gheana menjawab kata cinta Tresna, dan meminta Gheana untuk kembali bersamanya.
Lelaki itu meminta Gheana kembali bersamanya tanpa memperdulikan ucapan Gheana, tentang Gheana yang sudah memiliki kekasih hati yang baru.
Tetapi, rasa khawatir itu segera ia tepis dan berganti dengan harapan agar acara yang disiapkan selama tiga minggu lamanya itu berjalan dengan lancar.
Gheana tidak perlu mengkhawatirkan hari ini, karena hari ini adalah hari bahagianya.
"Pihak mempelai pria sudah datang, mempelai wanita harus segera siap," ujar seseorang memberitahu dari pintu kamar.
Dina, kakak Gheana yang membantu merias Gheana pun mengiyakan karena hanya tinggal memasang pewarna bibir maka riasan Gheana selesai dan akad bisa dilaksanakan.
Ketika Gheana telah siap dengan make up nya, Dina mengangguk menatap Gheana dari pantulan cermin. Senyumnya mengembang, kemudian Dina berniat keluar untuk memberitahukan bahwa mempelai wanita telah siap.
"Mbak," ucap Gheana tiba-tiba sambil menahan Dina, kakaknya.
"Ya, kenapa Ghea?" tanya Dina.
"Aku sudah cantik?" tanya Gheana pelan.
"Iya, mempelai wanita ini sudah cantik. Adikku ini cantik sekali, Mbak mau keluar sebentar untuk memberitahu kalau kamu sudah siap dan akad bisa dilaksanakan. Setelah itu Mbak kesini lagi menemani kamu selama akad, dan mendampingi kamu keluar setelah akad," jelas Dina yang ditanggapi dengan anggukan oleh Gheana.
Dengan tersenyum, Dina menghampiri Ayah dan Ibunya untuk memberitahukan tentang adiknya yang kini telah siap.
Ayah dan Ibu pun tersenyum dan mengangguk kemudian Dina kembali ke kamar untuk menemani adiknya selama akad berlangsung diluar kamar.
Dengan menggunakan microfon, suara Tresna terdengar hingga ke dalam kamar. Gheana yang merasa sedikit berdebar pun memegang tangan Dina, Dina tersenyum dan mengelus tangan Gheana agar Gheana tidak terlalu tegang.
"Bissmillah," ujar Dina membuat Gheana menatapnya dan tersenyum kemudian mengulangi perkataan Dina.
"Saya terima nikah dan kawinnya Gheana Putri binti Akmal Sukrata dengan mas kawin sebuah rumah dan seperangkat alat solat dibayar tunai!" Dengan lantang dan dalam sekali tarikan napas, Tresna mengucapkan akad.
Penghulu bertanya, "Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah!"
"Tidak!"
Jantung Gheana bagai berhenti berdetak ketika ada satu sahutan yang bertentangan dengan sahutan lainnya, dari suara Gheana seperti mengenalnya.
Gheana beralih menatap Dina yang sama terkejutnya, tidak ada yang menyangka bahwa kejadian ini akan terjadi.
"Mbak," panggil Gheana pada Dina.
Dina mengangguk, "Tidak ada salahnya kalau kita lihat keluar," jawab Dina, kemudian dirinya serta adik juga bridesmaids lain yang ada di ruangan itu pun bersama-sama keluar dari kamar untuk melihat siapa saksi yang menolak sah nya pernikahan Gheana dan Tresna.
Sesampainya Dina dan Gheana juga bridesmaids nya di ruang tamu yang menjadi tempat akad, terlihat Tresna tengah bertengkar dengan lelaki yang tak lain adalah Vion Grastian.
Si mantan yang terus mengajak Gheana untuk kembali mengulang kisah yang lalu, padahal Gheana sudah memberitahukan padanya bahwa dirinya sudah ada yang baru.
Dengan segera Gheana memisahkan keduanya, "Berhenti Vion!" pekik Gheana sebelum melerai.
Tresna juga Vion langsung berhenti bertengkar, pertengkaran yang terlihat ketika Gheana tiba hanya saling mendorong. Akhirnya Vion menatap Gheana kemudian beralih menatap Tresna, lalu tersenyum miring.
"Bisa-bisanya kau menikahi perempuan yang selalu ku ceritakan, Kak!" teriak Vion sambil menunjuk-nunjuk Tresna, Tresna yang ditunjuk hanya bisa menghindari tunjukan Vion agar tidak mengenai matanya.
Gheana mendorong tangan Vion juga tubuhnya hingga menjauh dari Tresna dan dirinya, kemudian ditatapnya Vion juga Tresna.
"Sebentar... Vion panggil Mas Tresna pake Kak? Maksudnya gimana?" tanya Gheana bingung, Gheana memang tau kalau Tresna memiliki adik laki-laki tetapi sangat sulit untuk ditemui dengan alasan sibuk.
"Dia kakak ku Gheana! Dan kau menikah dengannya, aku---aku tidak menyangka hal itu bisa terjadi," jawab Vion sambil menatap Gheana.
Gheana menggelengkan kepalanya lemah, "Pernikahanku bukan urusanmu Vion! Berhenti kembali mengejar, karena masa lalu tidak akan bisa lagi terulang. Kalaupun bisa, kisahnya akan sama. Berakhir luka dan akulah si yang terluka," jelas Gheana membuat seisi ruangan terdiam.
Gheana mendekati Vion yang mematung, "Kau tau? Tiga tahun! Aku butuh tiga tahun untuk melupakan bahwa aku pernah mengenalmu, dan akhirnya aku bisa kembali membuka lembaran baru bersama Mas Tresna. Tetapi kau! Dengan tega dan merasa tidak berdosa merusak segalanya!!!"
"Berhenti mengacau! Cukup aku yang dulu saja kau kacaukan hidupnya, sekarang...jangan! Izinkan aku bahagia," kata Gheana berakhir dengan tangannya yang mengatur memohon.
Vion menurunkan tangan Gheana kemudian menatap Tresna dengan benci, di benak Vion bagaimana pun juga seharusnya Kakaknya itu tidak menikahi Gheana bahkan mendekatinya pun seharusnya jangan. Tentu saja karena selama ini Tresna adalah tempatnya berkeluh kesah masalah percintaan nya, bahkan foto Gheana pun tentu sudah pernah Tresna lihat.
Vion menatap benci Tresna lagi, karena bukannya membantu Vion untuk kembali mendapatkan cinta Gheana justru yang Tresna lakukan adalah membuat Gheana jatuh cinta terhadap dirinya sendiri.
Andai yang akan menikahi Gheana adalah lelaki lain dan bukannya Tresna, maka mungkin Vion akan terima. Tetapi, jika begini? Vion sangat kecewa.
Vion berakhir memeluk Tresna kemudian menepuk-nepuk pundaknya, "Aku kecewa denganmu, Kak. Kau tau dia perempuan yang ku kejar lagi, tetapi bukannya membantu kau malah merebutnya. Tidak memberiku kesempatan," ujar Vion sebelum melepaskan pelukan dan melenggang pergi dengan cepat.
Tresna termenung setelah pelukan itu, kemudian beberapa detik kemudian segera berlari keluar membuat seisi ruangan yang awalnya mengira akad akan berlanjut tetapi justru dibuat panik karena Tresna berlari tanpa aba-aba.
"Vion!" teriak Tresna sebelum suara hantaman keras terdengar membuat semua orang yang akan menjadi saksi pernikahan antara Gheana dan Tresna terlonjak kaget pada kejadian yang ada didepan mata mereka.
Gheana mematung sesaat sebelum air matanya mengalir begitu saja kemudian berlari dengan cepat menghampiri tubuh berimbah darah itu.
***
Jika tertarik untuk lanjut membaca, jangan lupa klik like dan beri sedikit komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis ~~ Love L0VEEERSS
Tidak ada waktu untuk menangis, sekarang dokter tengah menangani pasiennya.
Di sana, di dekat jendela rumah sakit. Gheana berdiri mematung dengan masih menggunakan pakaian pengantinnya, tatapannya sendu dan pikirannya tak karuan atas kejadian yang baru saja terjadi.
Masih terbayang dengan jelas tragedi yang baru terjadi, saat itu Gheana menghilangkan rasa lemas yang menyerang tubuhnya karena syok kemudian berlari menghampiri tubuh lelaki yang akan menikahinya beberapa menit yang lalu.
Ketika masih sadarkan diri, Tresna terus mengatakan kata "Maaf." Yang Gheana sendiri tidak tau maaf untuk apa, Gheana hanya bisa menangis kemudian memeluk Tresna yang perlahan kehilangan kesadaran nya.
Kemudian setelah Gheana berteriak meminta pertolongan, barulah para penonton itu bergerak membantu. Ada yang langsung menyiapkan mobil untuk membawa Tresna kerumah sakit, dan ada yang membantu membopong tubuh Tresna masuk ke dalam mobil.
Posisi kepala Tresna berada di kedua paha Gheana ketika dalam perjalanan tadi, sambil hati Gheana tak berhenti berdoa agar keadaan Tresna baik-baik saja. Sekalipun terlihat dengan jelas bahwa keadaan Tresna sedang tidak baik-baik saja, tetapi tidak ada yang salah dalam berharap kan?
Sekarang, Gheana beserta keluarganya juga keluarga Tresna termasuk Vion sedang menunggu kabar yang akan diberikan dokter. Jantung mereka sama berdebar nya dan juga dengan harapan yang sama, agar Tresna dalam kondisi baik.
Tiba-tiba Vion berdiri dan berjalan menghampiri Gheana kemudian menariknya menjauh, Gheana yang tak siap pun terkejut dan berusaha agar tangan Vion terlepas dari tangannya. Sayang, tenaga Vion tentu lebih besar dibandingkan dengan tenaga Gheana.
Gheana memandang sekitarnya, padahal Gheana tengah menunggu kabar dokter tetapi Vion malah membawanya ke taman rumah sakit. Entah apa maksudnya, yang jelas Gheana mulai merasa kesal pada sosok lelaki yang kini berdiri dihadapannya tanpa tampang berdosa.
"Dengar... Ini adalah hari pernikahanmu dengan Kakakku kan? Dan sebuah kecelakaan menimpanya, hmmm kau pasti malu kan karena pernikahan mu dengan nya gagal? Bagaimana kalau aku menggantikan posisinya untuk menikahi mu hari ini?" tanya Vion akhirnya setelah berkata panjang lebar membuat Gheana melotot menatapnya dari awal hingga akhir pertanyaan.
"Kau, gila." Dengan penuh penekanan, Gheana mengatakannya kemudian bergegas meninggalkan Vion yang Gheana syukuri karena Vion tidak menahannya pergi.
Begitu Gheana tiba di tempat nya yang semula, keadaan di sana sudah berubah. Nike Anjelika, Ibu nya Tresna terlihat menangis di pelukan suaminya, Prasetya Pratama.
Gheana yang bingung melihat situasi itupun segera menghampiri keluarga nya yang kemungkinan tau tentang kondisi Tresna saat ini, Gheana sedikit mengutuk Vion karena menariknya begitu saja tadi membuat Gheana tidak mendengar penjelasan dokter.
Gheana menghampiri Dina yang terlihat duduk sambil memangku anak nya, "Mbak," panggilnya.
Dina menoleh dan menyuruh Gheana untuk duduk, Gheana pun duduk sesuai permintaan Dina.
"Tadi Mbak liat kamu ditarik sama laki-laki itu, siapa dia sebenarnya?" tanya Dina penasaran, karena saat pertengkaran antara calon adik ipar dengan lelaki itu tadi Dina tidak begitu memperhatikan.
"Dia Vion Grastian. Adik dari calon suamiku, Mbak," jawab Gheana singkat.
"Lalu?"
Gheana mengangguk-anggukkan kepalanya, "Dia mantanku," jawab nya singkat lagi.
"Tadi pas kamu pergi, dokter ngejelasin kalo kondisi Tresna sangat kritis. Dia kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi darah, tapi darah yang dibutuhkan lagi kosong di rumah sakit ini," jelas Dina tanpa diminta penjelasan oleh Gheana.
Dina tau, Gheana pasti butuh penjelasan itu.
Gheana terdiam sesaat, "Apa golongan darah nya, Mbak?" tanya Gheana kemudian.
"Ab+," jawab Dina cepat.
"Apa bisa mengajukan untuk mendonorkan darah?" tanya Gheana lagi.
"Ya, tentu," jawab Dina.
"Eee... tapi, apa keluarga Mas Tresna nggak ada yang mau donorin darah nya?" tanya Gheana kemudian, bingung.
"Kondisi mereka semua dalam keadaan tidak terlalu sehat untuk melakukan transfusi darah," jawab Dina menjelaskan.
Gheana menganggukkan kepalanya, kemudian beranjak dari duduknya ketika pintu ruangan itu terbuka. Gheana segera menghampiri dokter bersamaan dengan keluarga Tresna, mereka menunggu kabar yang akan diberikan dokter.
"Keadaan pasien semakin kritis, sebaiknya temukan pendonor darahnya cepat," ucap dokter tersebut menjelaskan tentang keadaan Tresna secara singkat.
"A--aku, dok!" seru Gheana membuat semua menatapnya.
"Dia calon suamiku, ambil darahku sebanyak yang dibutuhkan," kata Gheana berharap dokter menyetujuinya.
Dokter menatap Gheana sebelum menganggukkan kepala, "Kita akan melakukan pengecekan terlebih dahulu, apakah kondisi pendonor bisa mendonorkan darahnya," jawab dokter itu lalu meminta Gheana mengikutinya ke ruang transfusi.
Langkah Gheana terlihat pasti, dia ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk calon suaminya itu. Dia yakin bisa mendonorkan darahnya, tentu saja karena Gheana merasa dia dalam kondisi sehat.
Gheana duduk di kursi yang disediakan, lalu dokter pun mulai melakukan pemeriksaan terhadapnya. Setelah selesai, Gheana diminta menunggu di depan ruangan agar memudahkannya jika dipanggil.
Gheana terdiam menunggu hasil pemeriksaan tadi sambil duduk dan matanya menatap terus-menerus pada pintu yang sekarang tertutup.
Gheana langsung berdiri ketika pintu ruangan terbuka bersamaan dengan dokter yang melangkah keluar, dokter itu tersenyum dan mengangguk. "Persiapkan dirimu untuk transfusi darah," ujar Dokter itu kemudian melenggang pergi menghampiri keluarga pasien untuk memberitahukan bahwa pendonor darah telah ditemukan.
Dokter berhenti dihadapan keluarga Tresna yang mengharapkan kabar baik, "Setelah melakukan pengecekan tadi, calon istri pasien bisa mendonorkan darahnya," ujar Dokter membuat keluarga Tresna bernapas lega.
"Syukurlah," kata mereka bersamaan.
Dokter pun segera melangkah ke ruang transfusi darah untuk mengambil darah Gheana dan di donorkan ke Tresna, Gheana terlihat sangat siap ketika Dokter kembali.
"Siap?" tanya dokter memastikan.
Gheana mengangguk yakin.
Kemudian dokter melakukan transfusi darah sesuai prosedur nya, setelahnya mempersilahkan Gheana untuk beristirahat terlebih dahulu di ranjang yang ada di ruangan tersebut sementara dokter itu pergi ke ruangan dimana Tresna berada.
Gheana berbaring sambil menatap langit-langit ruangan, ditarik dan hembuskan nya napas dengan stabil. Pikirannya ia tenangkan dengan cara berusaha berpikir positif, Tresna pasti akan baik-baik saja.
Setelah dirasa keadaannya sudah stabil, Gheana segera meninggalkan ruangan tersebut dan menghampiri keluarganya yang sedang menunggu Tresna.
Lagi, Gheana duduk di dekat Dina yang masih memangku anaknya.
"Ghe, mungkin sebentar lagi Mbak pulang," ujar Dina tepat ketika Gheana mendaratkan bokongnya di kursi.
Gheana menatap Kakak nya dan beralih menatap keponakannya yang terlihat mulai sedikit rewel, tidak seanteng sebelumnya.
"Mysell rewel ya, Mbak?" tanya Gheana yang dijawab dengan anggukan kepala Dina.
"Iya, dia mulai rewel. Jadi mungkin sebentar lagi Mbak pulang," jawab Dina sambil tangannya menepuk-nepuk punggung anaknya pelan agar tidak terlalu rewel.
Gheana menganggukkan kepala nya dan menyandarkan kepalanya ke dinding setelahnya, kepalanya terasa sedikit pusing sekarang.
***
Jika tertarik untuk lanjut membaca, jangan lupa klik like dan beri sedikit komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis ~~ Love L0VEEERSS
Keadaan Tresna mulai stabil setelah mendapatkan donor darah dari Gheana, beberapa anggota keluarga Gheana juga Tresna ada yang sudah pulang. Yang tersisa hanya Gheana, Vion, kedua orang tua Tresna, juga kedua orang tua Gheana.
Gheana berbaring dengan kepala nya berpangku di kedua kaki Ibu nya, sedangkan kepala Ibu nya menyandar di pundak sang Ayah.
Vion berada di tembok sebrang tempat Gheana berbaring, matanya dengan lekat menatap wajah yang matanya terpejam indah. Seketika, Vion merasa bodoh karena pernah melukai wanita secantik Gheana yang berakhir penyesalan di dalam dirinya.
Beberapa menit kemudian, mata indah milik Gheana terbuka perlahan karena ada sedikit keributan yang sampai ke telinga nya. Dilihatnya orang tua Tresna tengah berbincang dengan dokter, dengan suara tak tidak terlalu keras namun sampai ke telinga Gheana.
"Bukankah keadaannya sudah stabil? Lalu kenapa?" tanya Pak Prasetya sambil memeluk dari samping istrinya yang jika tidak dipeluk seperti itu, maka mungkin akan terjatuh karena lemas mendengar berita dokter.
"Bu, kenapa?" tanya Gheana pada Wina--Ibu nya yang sekarang menatap Gheana.
"Keadaan Tresna kritis karena ada pendarahan di kepalanya," jawab Wina menjelaskan dengan singkat dari yang ia dengar.
Gheana segera bangun dan menghampiri dokter, "Tapi keadaan nya bisa stabil lagi kan?" tanya Gheana dengan cepat.
Dokter menatap Gheana sekilas lalu mengangguk dan kembali menatap Pak Prasetya, "Kami akan mengusahakan yang terbaik, saya hanya ingin memberitahu informasi terkini tentang pasien," ujar dokter itu lalu beralih menatap Gheana yang terlihat dengan jelas kekhawatiran nya.
"Jangan berhenti berdoa dan berharap tentang keadaan pasien," katanya kemudian masuk ke ruang rawat Tresna lagi.
Gheana menatap orang tua Tresna, lebih tepatnya menatap Nike--Ibunya Tresna yang menangis dalam pelukan Pak Prasetya--Ayahnya Tresna.
Gheana kembali ke tempatnya semula, dilihatnya ponsel. Jam di ponselnya menunjukkan pukul tiga sore, Gheana menarik napas. Gheana tak pernah berhenti berharap yang terbaik tentang kondisi calon suaminya itu.
Pernikahan yang sudah disiapkan selama tiga minggu lamanya, gagal dan berantakan hanya karena masa lalu yang ternyata adik dari calon suami Gheana. Gheana bertemu tatap dengan Vion yang tak bosan menatap Gheana, senyum tersungging begitu saja di bibir Vion membuat Gheana segera berpaling.
"Dia lelaki gila," gumam Gheana pelan.
Bagaimana Gheana tidak berkata Vion gila, sedangkan lebih dari sekali Gheana menjelaskan bahwa dirinya sudah memiliki calon suami, sudah memiliki kekasih hati yang baru. Tetapi, Vion masih saja mengejar dan meminta Gheana untuk kembali.
Seakan lupa pada luka yang Vion goreskan pada Gheana, Vion terus mengejar setelah apa yang dilakukannya dulu.
Sungguh, berbagai cara telah Gheana lakukan hanya untuk melupakan kisah bodoh itu. Tetapi, bahkan tiga tahun berlalu Gheana belum juga lupa sedangkan Vion berbahagia dengan kekasih baru nya yang selalu berganti-ganti.
Lalu, tepat di taman itu. Gheana tidak menyangka akan dipertemukan dengan Tresna, entah cinta pada pandangan pertama atau bercanda. Tepat dihari pertama mereka jumpa, diakhir pertemuan pertama mereka, Tresna mengatakan bahwa dia jatuh cinta dengan Gheana dan bertanya apakah Gheana mau menjadi istrinya.
Gheana hanya menjawab dengan tawa kecil dan menganggap itu bercanda, tetapi di hari berikutnya Tresna meminta untuk kembali bertemu. Mereka berkomunikasi lewat perpesanan karena sudah bertukar nomor dihari pertama pertemuan itu, Gheana yang tengah berada di jam kerja memutuskan untuk mengiyakan ajakan Tresna untuk bertemu.
Kemudian, mereka bertemu setelah Gheana selesai bekerja yang kebetulan Tresna juga sudah selesai bekerja. Mereka memutuskan untuk bertemu di salah satu cafe yang berada di dekat tempat Gheana bekerja, Gheana sampai lebih awal karena jaraknya yang dekat.
Sambil menunggu Tresna datang, Gheana memesan minuman terlebih dahulu karena merasa sedikit haus.
Tresna datang dengan senyuman dan sebuket bunga, Gheana menggeleng tak percaya pada apa yang dilihatnya.
"Bunga yang indah untuk Nona Gheana, bagaimana? Maukah menjadi istriku?" tanya Tresna di awal perjumpaan di pertemuan kedua.
Gheana menggeleng, "Berhenti bercanda," katanya sambil tertawa pelan dan mengambil sebuket bunga mawar yang Tresna sodorkan, "Terima kasih," ujarnya kemudian.
Tresna hanya tersenyum dan duduk, kemudian mereka memesan makanan dan makan bersama. Hal yang sama terjadi selama tiga puluh hari, hingga dihari ke tiga puluh itu Gheana memutuskan untuk menjawab dengan jawaban yang berbeda.
"Kalau aku menjawab mau, apa yang akan Tuan Tresna katakan selanjutnya?" tanya Gheana memanggil Tresna dengan embel-embel Tuan karena Tresna juga memanggilnya dengan sebutan Nona.
Tresna tersenyum, "Kalau hari ini Nona menjawab mau, maka besok aku akan menemui keluarga Nona. Lalu lusa, akan ku bawa kedua orangtuaku. Dan selanjutnya, pernikahan kita akan terjadi. Satu lagi, tiga puluh hari ini aku tidak bercanda, Nona."
Gheana tertegun mendengar jawaban Tresna, Gheana bingung harus berkata apa. Beberapa detik kemudian, Gheana menoleh ke arah Tresna yang menatapnya lekat.
"Ulangi pertanyannya," kata Gheana.
Tresna mengambil tangan Gheana yang sedikit bergetar, Tresna tersenyum "Maukah menjadi istriku?" tanya nya kemudian.
Gheana tersenyum, mengangguk membuat Tresna mematung.
Gheana dibuat terkejut dengan sentuhan di bahunya membuatnya menoleh, Gheana tersenyum kikuk. Pikirannya melayang mengingat pertemuan pertama hingga pertemuan ke tiga puluh dengan Tresna, membuat Gheana tak menyangka bahwa hari ini pernikahan itu hampir terjadi.
"Apa yang kau pikirkan, nak?" tanya Bu Wina yang merasa heran karena melihat putrinya tersenyum malu-malu sejak tadi.
"Ah, itu Bu. Aku teringat dengan awal-awal pertemuanku dengan Mas Tresna," jawab Gheana sambil menunduk.
Gheana tersenyum simpul ketika Bu Nike dengan Pak Prasetya menghampiri, Nike duduk di samping Gheana membuat Gheana menoleh.
Bu Nike mengambil tangan Gheana, bibirnya tersenyum tetapi mata nya menatap dengan sendu.
"Tidak ada yang mengharapkan hal ini terjadi terhadap Tresna, pernikahan yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari terpaksa tertunda. Sekarang, Gheana pulanglah dulu kerumah untuk berganti pakaian. Telinga ku masih bisa mendengar beberapa omongan orang yang lewat sejak pagi tadi," kata Bu Nike bermaksud meminta agar Gheana pulang sebentar untuk berganti pakaian.
Hari semakin sore, dan sejak pagi tadi tiba beberapa orang yang lewat secara bisik-bisik membicarakan tentang Gheana yang mengenakan gaun pengantin. Mereka prihatin, tetapi salah dalam berbicara membuat Bu Nike yang mendengarnya menjadi tak enak hati.
Gheana tersenyum, ia mengkhawatirkan Tresna sampai lupa bahwa masih menggunakan pakaian pengantin.
Ponsel nya dilihat lagi, jam menunjukkan pukul 16.00 membuat Gheana mengangguk.
"Mama akan mengabari tentang keadaan Tresna lewat aplikasi perpesanan, atau mungkin... Kita bisa bergantian menjaga Tresna?" ujar Bu Nike diakhiri dengan tanya.
Gheana mengangguk setuju, "Mama jangan lupa memberi kabar," jawab Gheana menyebut Bu Nike dengan sebutan Mama sesuai dengan permintaan Bu Nike sendiri ketika dua keluarga itu tengah membahas soal pernikahan Gheana dan Tresna.
Bu Nike memeluk Gheana, "Hati-hati di jalan," kata nya kemudian melepaskan pelukan itu dan beralih menatap Vion yang hanya diam bersandar pada dinding.
"Vion, antar kan calon kakak ipar mu juga orang tua nya pulang. Setelah itu kembali lagi ke sini," pinta Bu Nike pada Vion yang langsung di jawab dengan anggukan kepala.
Lalu Vion, Gheana, Bu Wina serta Pak Akmal pun berjalan meninggalkan depan ruangan tempat Tresna tengah di tangani. Mereka akan menggunakan mobil Vion dan disetiri oleh nya, Gheana dan Bu Wina duduk di tempat penumpang sedangkan Pak Akmal duduk di kursi samping kemudi berdampingan dengan Vion.
***
Jika tertarik untuk lanjut membaca, jangan lupa klik like dan beri sedikit komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis ~~ Love L0VEEERSS
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!