NovelToon NovelToon

Cinta Riko Dan Laras

Dia menyebalkan

Suatu pagi, saat pembagian materi berlanjut aku permisi buru buru ketoilet, setelah selesai aku tak sengaja melewati toilet laki-laki, pintunya sedikit terbuka, perlahan lahan aku melihat seorang anak pria yang sebaya denganku memegang pistol sungguhan, dia sedang menodongkan pistolnya di cermin, aku sungguh merasakan ketakutan hingga gemetaran dan ternyata dia menyadari keberadaanku dan aku pun lari sekencang-kencangnya memasuki kelas kembali.

Ketika sampai di kursiku, aku langsung menundukan kepala, menyembunyikan wajah ketakutan, sedikitku intip dari pintu ia hanya melewati kelasku.

"Syukurlah selamat juga nyawaku," kataku dalam hati sambil memegang dada yang bedegub kencang.

Disini lah kehidupan kacauku di mulai.

Perkenalan dulu.

Namaku Laras, aku mahasiswi jurusan desainer, sedangkan anak Laki-laki tadi bernama Riko, ia jurusan manejemen bisnis karena Ayahnya pengusaha, meskipun masih mahasiswa namun usahanya sudah banyak berkembang seperti hotel, restoran, cafe dan lainnya. Sungguh anak yang beruntung.

Masalah ia membawa pistol karena semua pengawal sedang besama Ayahnya, itu hanya berjaga-jaga takutnya musuh Ayahnya tiba-tiba menyerangnya.

Kembali kecerita.

Paginya aku berangkat kuliah, kupikir hidupku akan baik-baik saja seperti biasanya, tak kusangka ketika pembagian materi selesai, di saat anak-anak masih ramai di kelas, aku di tarik ke atas balkon kampus lantai 5, aku sangat ketakutan ketika itu.

"Apa yang kamu liat kemaren di toilet?" Tanyanya pelan.

"Aku tidak melihat apa pun," ku coba jawab dengan santai.

"Jangan berbohong, jika sampai cerita ini tesebar keseluruh kampus tamat riwawatmu, mengerti," katanya mengancam.

Aku terdiam, ia pun berlalu bersama 2 temannya yang lain.

Ke esok harinya aku berangkat ke kampus, sesampainya di kelas semua anak-anak heboh!

Merekapun berhamburan datang kepadaku dan dengan pertanyaan yang membuatku sangat pusing.

"Laras bagaimana Kamu kenal sama dia?"

"Laras apa Kalian dekat?"

"Laras minta nomor WA nya donk?"

"Laras kenalin Aku ke dia donk?"

"Laras,Laras,Laras,Laras................?"

"DIAMMMMMMMM..............!!!!!" Teriakku sekencang-kencangnya.

"Oke aku jelasin, aku ngak dekat sama dia , aku ngak ada nomor WA-nya, karena dia menyeretku kemaren, aku tak sengaja melihat dia sedang berpacaran! oke selesai," jawabku menjelaskan.

"Siapa wanitanya?" tanya Lusi penasaran.

"Aku ngak liat wajahnya, yang pasti dia berkuliah di sini seperti Kita, rambut panjang, wanita yang misteriuslah pokoknya" jawabku ngasal agar tidak di tanyain lagi.

Sungguh tak kuperhitungkan dulu ternyata ceritaku yang asal-asalan tersebut, tersebar keseluruh Kampus.

Lagi-lagi Riko datang ke kelasku dan kembali menyeretku ke balkon lantai 5 tersebut.

"Sungguh pandai mengarang cerita kamu, kenapa kamu tidak jadi penulis saja menulis cerita fiksi?" Tanyanya sambil menatapku tajam.

"Lebih baik cerita seperti inikan ketimbang Aku jujur," jawabku eteng sambil mencibirkan bibirku.

Tiba-tiba saja ia menarik ikat rambutku. Aku kaget.

"Wanita misterius, berkuliah di sini seperti Kita, dan berambut panjang, apa Kamu mengambarkan dirimu?" tanyanya mengangkat alis.

"Kembalikan ikat rambutku!" Sergahku yang berusaha mengapai ikat rambut yang ada di tangannya.

Tiba-tiba ia mencampakkan ikat rambutku ke bawah dari balkon lantai 5 tersebut, Aku panik dan lari melewati tangga langsung menuju dimana ikat rambutku di buang, itu ada pemberian terakhir dari ibuku 2 tahun yang lalu sebelum ia pergi meninggalkanku untuk selamanya.

Aku mencari kesana kemari sambil meneteskan air mata, namun tak kunjung kutemui. Aku hampir putus asa, tapi teringat itu pemberian Almarhumah Ibu aku tatap mencarinya hingga ketemu.

Riko pun ikut turun dan menatapku dari kejauhan.

"Kenapa ia mencarinya sambil meneteskan air mata, apa begitu penting hanya ikat rambut sampai mencari segitu gigihnya?" tanya Riko dalam hati.

Tak lama kemudian aku pun menemukan ikat rambut tersebut sambil kegirangan dan tanpa sadar Riko merampas kembali ikat rambutku.

"Ini sebagai jaminannya jika kamu menyebar cerita karanganmu lagi" katanya masuk kedalam mobilnya.

"Brengsek, kembalikan ikat rambutku" teriakku marah.

"Baiklah, jika kamu tidak menyebarkan rumor lagi" jawab Riko sambil menyengir.

"Awas ilang , Ku gorok luuuuuuuu..." teriakku, karena mobil Riko langsung melaju kencang.

"Apa hidupnya ngak akan senang, kalau ngak gangguin hidup orang lain apa?" Gerutuku dalam hati.

Aku pun langsung pulang, melangkahkan kaki dengan malas.

Aku tinggal bersama Ayah saja, dan Ayahku kerja jualan bakso keliling, tapi syukurnya kebutuhan tercukupi hingga aku bisa kuliah di Universitas favoritku.

Ayahku sedang siap-siap mau berangkat jualan karena saat tengah hari ia pulang, dan melanjutkan di sore harinya.

"Kenapa wajahmu cemberut nduk?" Tanya Ayah mengkerutkan dahinya karena heran.

"Ikat rambut ibu di ambil orang gila yah" kataku sambil duduk di teras rumah dengan suara lemas.

"Kenapa di pakai, kok ngak di simpan?" Tanya Ayah lagi.

"Beberapa hari ini aku rindu sama Ibu yah, makanya aku pakai, dan ngak taunya malah di ambil anak nakal yang kurang kerjaan" jawabku dengan wajah yang masih lemas.

"Ya udah esok kalo ketemu di ambil lagi, itu pemberian mendiang ibumu nduk, ya udah Ayah pergi dulu , jangan lupa makan ya" kata Ayah sambil menghidupkan motor dan pergi menjauh.

"Ya yah" jawabku sambil berdiri masuk ke rumah dengan langkah gontai.

"Ibu maafin Laras ya, Laras ngak bisa jagain pemberian Ibu dengan baik, semoga Ibu tidak marah ya" keluhku sedih sambil terbaring di kamar lusuhku.

Tanpa sadar aku pun tertidur, dan aku malah memimpikan Riko yang menyebalkan itu, di mimpiku dia malah memasukan ikat rambutku kedalam sungai yang airnya mengalir, aku pun menangis histeris sambil mengejar ikat rambutku.

Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, tak terasa air mata menetes, ternyata aku nagis beneran.

Aku pun menuju kedapur karena perutku sungguh terasa lapar.

"Semoga saja besok dia mengembalikan ikat rambutku" kataku dalam hati.

***

Ke esokan paginya Aku berangkat pagi-pagi sekali, dan sambil menunggu dia di depan pintu masuk, sekitar setengah jam aku di sana barulah aku melihat Riko bersama teman-temannya datang, aku langsung menarik tangannya menuju ruang kosong.

"Kembalikan ikat rambutku sekarang" kataku mengulurkan tangan.

"Apa sebegitu pentingnya bagi mu?" Tanyanya sambil melihat wajahku lekat.

"Ya, Sangat penting" jawabku tegas, sambil menatap balik wajahnya.

"Oh... coba katakan seberapa pentingnya benda ini?" Tanyanya lagi sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajahku.

Kutolak dadanya hingga berjarak sedikit.

"Kau harus tau, gimana rasanya orang yang paling kamu cintai pergi tapi ngak pernah kembali lagi untuk selamanya, satu-satunya yang paling berharga adalah barang pemberian terakhirnya" sergahku dengan mata berkaca-kaca.

Dia pun terdiam sejenak sambil menatap mataku yang hampir saja menangis.

BERSAMBUNG

SEKIAN TERIMA KASIH

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA😁

Aku harus sabar

"Apa ini dari mendiang pacarmu?" Tanyanya berdelik.

"Bukan urusanmu, brengsek! Kembalikan!" Sergaku lagi.

"Baiklah, nanti setelah pulang kuliah aku kembalikan" katanya sambil meninggalkanku pergi.

Aku masih terdiam terpaku berdiri. perasaanku, aku entah ada di dunia yang mana.

Tiba-tiba Lusi datang melihat aku terpaku ia pun menepuk pundakku, barulah aku tersadar.

"Kamu ngapain disini menangis?" Tanya Lusi heran.

Aku pun segera menghapus air mataku.

"Aku sedih Lus, ikat rambut ibuku di ambil Riko" jawabku sambil memeluk Lusi.

"Oke yang sabar ya, apa dia akan mengembalikan lagi ngak?" Tanya Lusi sambil menepuk pundakku.

"Katanya nanti pulang sekolah" kataku menjelaskan.

"Nanti kita tunggu oke!" Hibur Lusi.

"Oke lah kalau begitu" kataku dengan cemberut.

Kami pun memasuki kelas, perasaanku sangat lama pelajaran hari ini, apa aku terus terpikirkan ikat rambut ibuku

Setelah kuliah usai aku langsung bergegas mencari Riko, kutunggu di depan pintu namun belum juga terlihat batang hidungnya.

Seketika itu Lusi datang menghampiriku.

"Laras maaf ya aku ngak bisa nemenin kamu, soalnya adikku Dino demam, barusan di telpon Ibu mau bawa ke klinik" kata Lusi sambil memelas.

"Oke ngak papa Lus, pergi aja ,apa parah?" Tanyaku kasihan.

"Ngak, cuma demam aja kok" kata Lusi membuatku lega.

"Oke nanti selesai ini ku kerumahmu ya"

"Iya, aku pergi dulu ya Laras" kata Lusi melambaikan tangan.

"Ya hati-hati Lus"

"Oke!" Jawabnya singkat sambil berlari.

Terasa 1 jam aku menunggu Riko yang menyebalkan itu, sehingga sepi di ruang tersebut, aku pun melangkah keluar, tiba-tiba mobil Riko berhenti di depanku.

Ia membuka kaca jendela mobilnya sambil memainkan ikat rambut Ibuku, sungguh membuatku naik darah.

"Cukup Riko kembalikan" kataku tegas.

"Oh ternyata Kamu mengetahui namaku" seringainya.

"Siapa yang tidak mengenalmu makhluk yang paling menyebalkan sepertimu" kataku marah.

"Ah masa, padahal banya wanita tergila-gila padaku jangankan anak di bawah umur sampai nenek-nenek pun ngefans samaku" katanya sambil membanggakan diri.

"Itu mereka tidak tau sifat aslimu, jika Mereka tau , Mereka pun merasa jijik" kataku sambil memandang kesamping.

"Bukan mereka yang tidak tau , kamunya perempuan aneh" katanya meledek.

Ingin rasanya aku mencakar dan mencekiknya namun ia pun menginjak pedal gas mobilnya,sambil mengeluarkan tangannya yang memegangi ikat rambut ibuku.

Tanpa pikir panjang aku melihat batu sebesar kepalan tangan orang dewasa, aku pun mengambilnya lalu melemparkan ke kaca jendela belakangnya.

Trannkkk...

Eh...ternyata tepat sasaran, kaca jendelanya pecah.

Mobil Riko pun langsung berhenti.

"Oh tuhan... apa yang telah aku lakukan" rintihku dalam hati sambil menyesal.

Riko pun turun melihat kondisi mobilnya, ia pun langsung menatapku, ia berjalan menuju ke hadapanku.

"Kamu sungguh wanita pemberani ya, berani menantangku!" Katanya melirikku.

"Oh baru tau"Kataku nantang.

"Apa Kamu tau berapa harga mobil itu?" Katanya sambil menunjuk mobilnya.

"Ngak tau dan ngak mau tau" sergahku.

Ia pun mendekati wajahku, aku ketakutan menekuk wajahku kebawah dan memejamkan mataku.

"Heh! Kenapa Kamu memejamkan matamu, berharap Aku menciummu" katanya sambil menjauhkan kembali wajahnya, membuatku malu.

"Dasar gila lu" sergahku.

"Oke siapa namamu?" Tanyanya santai sambil melihat tulisan nama di dada kiriku yang tertulis nama panjangku. Aku berusaha menutup namanya.

"Oh Laras Wati, nama yang sungguh jelek" ejeknya membuatku kesal.

"Oke, aku kebengkel dulu bonnya atas namamu"ia pun pergi menuju mobilnya.

Ketika memasuki mobilnya ia pun tersenyum licik.

"Inilah saatnya aku mengerjaimu habis-habisan Laras Wati" kata Riko tersenyum.

Aku menghela nafas, sungguh tak bisa berkata-kata.

"Apa yang telah aku lakukan, meskipun begitu, aku tidak perlu memecahkan kaca mobilnya, bagaimana aku membayarnya nanti" keluhku dalam hati dan pulang tanpa mendapatkan hasilnya.

Riko pun melaju di jalan dengan mobil pecahnya, tanpa ia sadari dari belakang ternyata di ikuti Ayahnya , karena ayahnya pulang dari kantor melihat kaca mobil anaknya pecah.

Datang lah seorang kariyawan bengkel tersebut menghampiri Riko.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanyanya sopan.

"Iya, kaca jendela mobil belakangnya pecah" jelas Riko.

"Oh kenapa bisa begitu parahnya?" Tanya pegawai itu heran.

"Pacar saya lagi marah dan ngambek jadi ngak sengaja memecahkan kacanya" jawabnya ngasal.

"Baik tuan kami akan memperbaikinya tapi harap menunggu dua sampai tiga hari" kata pegawai sopan.

"Baiklah" jawabnya singkat.

Ia pun menelpon salah satu temannya yg bernama Radit, karena ia minta di jemput untuk mengantarnya pulang kerumah.

Di perjalanan pulang.

"Kenapa kaca mobilmu bisa pecah?" Tanya Radit.

"Di pecahin Laras" katanya santai.

"Siapa Laras?" Tanya Radit

"Perempuan yang kuambil ikat rambutnya" jelas Riko.

"Heh! Sungguh, apa kamu kurang kerjaan, sepertinya dia perempuan kasar"

"Hahaha biar hidupku semakin berwarna, selama ini wanita hanya datang dan memujaku, sungguh membosankan, aku butuh tantangan, saat ini setidaknya aku mempunyai mainan baru" katanya dengan penuh kemenangan.

"Sungguh aku tak mengerti dirimu sekarang" kata Radit sambil menyetir mobil kesayangannya.

Di saat bersamaan, Ayah Riko turun dari mobilnya dan mendatangi mobil milik anaknya.

Seketika itu kariyawan bengkel pun menghampiri ayah Riko.

"Ada perlu Saya bantu Tuan" katanya sopan.

"Oh iya ini mobil milik anak saya, apa yang terjadi sehingga kacanya pecah begini?" Tanya ayah Riko heran.

"Oh dia mengatakan bahwa pacarnya tidak sengaja memecahkan kaca jendela mobilnya karena ia sedang ngambek Tuan"kata kariyawan tersebut (sungguh kariyawan yang jujur, ngak bisa nyimpan rahasia).

"Oh baiklah, tolong totalkan notanya saya akan membayarnya"

"Baik Tuan" kata pegawai itu mengangguk.

Tak berapa lama kariyawannyapun datang.

"Ini notanya Tuan totalnya 5000.000"

"Baik saya transfer saja ya"

"Ya Tuan terima kasih"

Ayah Riko pun segera meluncur pulang kerumah.

Beberapa hari kemudian mobil Riko pun sudah selesai dan bisa di ambil, Riko pun langsung kebengkel dan menanyakan totalnya.

"Sudah di bayar ayah Tuan beberapa hari yang lalu" jelas kariyawan tersebut.

"Oh totalnya berapa?"

"5000.000 Tuan" kata pegawai itu.

"Boleh Saya minta nota kosongnya?" Tanya Riko.

"Baik lah" kariyawan tersebut pun menyodorkan selembar nota kosong.

Riko pun mengisi nota tersebut.

Ia pun mengisinya atas nama LARAS WATI

bon yang harus di bayar ia meletakan angka 10.000.000 (sepuluh juta)

ia menuliskan sambil tersenyum licik.

Ke esokan harinya sekarang gantian Riko datang pagi yang menungguku di depan pintu.

Tak lama aku pun datang bersama Lusi.

Riko pun menatap wajahku dan langsung pergi, ternyata ia hanya memastikan bahwa aku datang kuliah hari ini.

Sebel aku.

BERSAMBUNG

SEKIAN TERIMA KASIH

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA😁

Kata katanya membuatku kesal

Aku pun kebingungan, dan langsung menuju kekelasnya yang di ikuti Lusi sahabatku.

Ketika kelas selesai sedangkan anak-anak masih di lokal, Riko menarik tanganku ke balkon lagi.

"Heii... aku bukan pembantumu yang seenaknya kau tarik-tarik"kataku sambil marah.

"Ya sebentar lagi kau akan menjadi pembantuku"ujarnya.

"Apa maksudmu?"tanyaku tak mengerti.

Riko pun menyodorkan selembar nota yang di dalamnya tertulis nama LARAS WATI yang berhutang sepuluh juta, mataku pun langsung terbelalak tidak percaya.

"Coba katakan bagaimana kamu pembayarnya, apa mengunakan tubuh mu?"katanya sambil menunjukan seringai giginya.

"Hei ..brengsek lu pikir aku cewek gampangan, meskipun satu hari kau minta melayanimu langsung lunas hutang ini, namun aku tidak akan sudi, lebih baik aku bekerja seumur hidup"kataku marah.

"Sungguh kata yang tepat sasaran ,kalau begitu jadi pembantuku sampai hutang ini lunas, atau kamu akan di kejar-kejar kariyawan bengkel ini"katanya dengan tersenyum yang membuatku jijik.

"Kamu!"sungguh aku tak bisa berkata-kata lagi, namun apalah dayaku memang aku yang salah.

"Tapi kembalikan ikat rambutku dulu"jawabku pasrah.

"Tunggu hutangmu selesai baru aku kembalikan"ujarnya.

"KAMU...!"kata-katanya membuatku hilang akal.

"Oke! mari kita bahas cara kamu membayar hutang, besok aku akan menyerahkan kontrak bayar hutangnya"senyumnya sambil meninggalkanku sendiri yang masih berdiri tidak percaya, sedangkan aku masih mahasiswi tapi mempunyai hutang yang besar menurutku, aku mengengam erat kertas tersebut, sambil mengeluh

"Tuhannnnnnn.......kenapa sejak bertemu dengannya hidupku sungguh kacau, apakah ini hukumanku karena tidak bisa menjaga peninggalan ibu yang terakhir,maafkan aku ibu"rintih hatiku sambil menangis.

Aku pun pulang dengan langkah gontai.

"Ada apa nduk? Mukamu di tekut begitu"tanya ayah.

"Aku baik-baik saja yah"jawabku dengan malas.

"Apa kamu sakit?"tanya ayah lagi sambil memegangi dahiku, merasakan suhu tubuhku.

"Tidak apa-apa ayah, aku mau istirahat dulu ya ayah"ujarku langsung nyelonong masuk ke kamar.

"Apa kamu tidak makan dulu nduk?"tanya ayahku khawatir.

"Tidak ayah aku masih belum lapar"

"Oh ya lah"jawab ayahku pasrah.

Aku pun masuk kamar langsung terbaring kelelahan, aku pun menatap kertas yang kuremas tadi, sungguh aku masih belum percaya aku berhutang sebanyak ini, dan aku harus merahasiakan hutang ini dari ayah, ayah tidah boleh tau masalah ini kucoba memejamkan mataku untuk melupakan sejenak rasa melelahkan hidup ini, tak terasa aku pun tertidur.

***

Keesokan harinya aku berangkat kuliah seperti biasa, kucoba menghilangkan rasa lelahku semalam.

Tiba-tiba tanpaku sadari Riko langsung menarikku menuju arah balkon lagi.

"Heh, lepaskan"teriakku.

Riko pun memberi beberapa lembar kertas untuk aku membacanya.

Kulihat satu persatu , sungguh mataku terbelalak, semuanya sungguh tak masuk akal.

Yang di dalam tertulis, aku harus mengikuti semua apa yang di perintahnya, setiap hari menjadi pembantunya di sekolah akan di potong 50.000, akan tetapi jika hari libur ketika riko meminta nya untuk bekerja akan di potong 100.000, jika aku menolak ketika dia memerintahkan melakukan sesuatu akan di tambah menjadi 300.000.

Dan apa bila Riko merasa bosan dia akan memutuskan kontrak kapanpun ia mau meskipun hutang masih ada.

"Heh, brengsek kamu gila ya, kapan selesainya hutang ini bangsat!"sergahku dengan marah-marah tak karuan.

"Ini adalah perintah, mulai hari ini bawakan tasku ke kelasku"kata Riko sambil melemparkan tasnya kepadaku, tanpaku sadari aku menangkapnya.

Aku pun menghela nafas sambil mengikutinya dari belakang dengan pasrah.

Aku mengikutinya hingga kekelasnya, di saat pejalan dengan bangganya dia mengatakan bahwa aku pembantunya.

Ada yang tertawa ada juga yang merasa iri melihat dengan tatapan menusukku, bahwa mereka juga ingin di dekat Riko meski hanya menjadi pembantunya.

Sesampainya di kelas.

"Baiklah asiatenku tugasmu selesai sampai disini kerna hari esok ada kerjaan yg lebih berat lagi"katanya berbisik di telingaku membuat telingaku memerah.

"Dasar orang gila"sergahku

aku pun langsung bergegas meninggalkannya, ia pun tersenyum miring melihat kepergianku.

Di lorong koridor anak-anak masih menatapku sepajang jalan, membuat aku tidak nyaman, tiba-tiba ada 3 anak yang menghadangku.

"Hey... bagaimana caramu bisa menjadi asisten Riko? Apa kau menjual dirimu satu malam untuknya? A?.tau kau menggunakan trik kotor lainnya?"tanyanya yang sedang mengintrogasiku.

"Minggir, aku mau lewat!"ujarku datar.

Ketika aku mau melangkahkan kaki temannya yang satu lagi menghalangi jalanku

"Kamu katakan dulu apa trik mu?"

"Aku tidak mempunyai trik apapun"kataku sambil mendorong temannya yang lain langsung berlari kencang.

Akhirnya sampai di kelasku ,aku langsung duduk karena lelah berlari, anak-anak lain memandangiku, sedangkan Lusi langsung mendekatiku.

"Apa yang terjadi Laras, kenapa kamu membawa tas Riko, apakah sekarang kamu menjadi pengikutnya Riko sehingga dengan suka rela membawa tasnya"tanya Lusi bertubi-tubi.

"Apa???...ya kali aku mau membawa tas orang gila itu, aku berhutang sepuluh juta padanya"kataku sambil berbisik.

"APA....kamu...."langsung mulut lusi kututup dengan tanganku agar yang lain tidak mendengarkannya.

"Ssstttttt, gilamu jangan kencang-kencang, apa kamu mau menjatuhkan mertabat temanmu ini"kataku memelas

"Iya maaf, apa kamu bilang kamu punya hutang sepuluh juta, kenapa bisa kamu berhutang dengannya apa dia rentenir?"tanyanya lagi.

"Kemaren aku tidak sengaja memecahkan kaca mobilnya, dan nota hutangnya atas namaku, biar aku tidak di tagih oleh orang kariyawan bengkel, aku harus menjadi pembantunya dan dia akan melunasi hutangnya, sungguh hidupku sial sekarang"keluhku.

"Ye... ini bukan sial namanya ini justru berkah, kalau aku di posisimu umurku di kurang 10 tahunpun aku rela, siapa yang tidak mau berada di sisinya , seorang primadona kampus, orang terkaya, meskipun menjadi pembantupun aku rela"kata lusi sambil menghayal mendongakkan tangannya di dagunya.

Aku nyengir mendengar ucapannya, iya juga dia fans berat Riko, dan timbul lah ide cemerlangku

"Oh ya lusi, bagaimana kalau kamu mengantikanku besok"kataku kepada Lusi.

"Ah! benarkah, apa kamu yakin?"tanyanya tak percaya.

"Iya"jawabku mantap.

"terima kasih Laras"kata Lusi dengan mata berbinar dan memelukku.

Syukurlah, setidaknya aku besok bisa melewati hari yang berat seperti yang di katakan Riko tadi, meskipun sehari untuk menenangkan pikiranku, dan besok aku akan meminta izin sakit, jadi ada Lusi yang mengantikanku membawakan tasnya, dan kurasa dia rela.

"Maaf Lusi, bukan aku memanfaatkanmu, tapi ini permintaan dan impianmu yang ingin di dekat Riko meskipun hanya sebentar saja. Sebenarnya jika kau tak mau aku tidak memaksamu menggantikanku ,tapi jika bisa tentu saja aku akan membiarkanmu bersamanya"kata ku dalam hati

BERSAMBUNG

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DAN LIKE YA

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!