" Gibran anak haram. Gibran anak haram.."
" Jangan mau berteman dengan gibran. Dia anak haram."
" Ibu nya saja seorang p*lacur."
" Huu, gibran tidak punya ayah."
" Gibran anak haram."
" AKU BUKAN ANAK HARAM."
Gibran kesal, dan langsung meninju seorang anak.
" Argh, huhu huhu.. Akan ku adukan pada ibuku. Huhuhu..."
Anak yang kena pukul gibran, langsung menangis, dan berlari pulang. Sedangkan anak-anak yang lain ketakutan melihat gibran. Akhirnya mereka membubarkan diri. Dan pulang ke rumah masing masing.
" Gibran.., Sudah pulang nak?" Sapa ku.
" Sudah bu.."
Gibran meletakan keranjang yang biasa dia bawa untuk berjualan.
Aku menghampiri gibran yang terlihat lesu.
" Hei boy, kenapa muka nya di tekuk begitu. Jadi jelek dong." Gurau ku, sambil memegang kedua pipi nya.
" Bu, apa benar gibran anak haram?, apa gibran tidak punya ayah?"
Deg !!
Lagi. gibran menanyakan hal ini lagi. Hampir setiap hari, dia menanyakan hal ini. Apa yang harus ku katakan nak. Aku tau di luar sana, mereka semua memperolok mu. Tapi apalah daya ku, memberitahu mu juga percuma. Ayahmu tidak akan kembali pada ibu lagi.
" Nak..."
Brak
Brak
Brak
" Ayuna keluar kamu.."
Brak
Brak
Brak
" Iya, keluar kamu ayuna."
" Ayuna.."
Belum sempat aku bicara dengan gibran, pintu rumah ku di ketuk orang. Seperti nya gibran memukul temannya lagi. Ini sudah ketiga kali nya dalam satu minggu, rumah ku kedatangan banyak tamu.
Bukan untuk bertamu. Melainkan untuk menghakimi ku dan juga anak ku.
Ceklek..
" Heh, ayu. Kamu itu gak bisa mendidik anak dengan benar ya?"
" Iya. Gibran udah sering mukul temen temen nya. Pantas saja dia tidak punya kawan."
" Ayuna, kamu itu gak punya moral apa?"
" Ya jelas tidak. la wong dia saja tidak berpendidikan, dan tidak punya moral. Lihat saja, dia bahkan hamil tanpa menikah."
" bla bla bla bla..."
Gibran semakin memeluk ku erat. Dia seakan menyalurkan kekuatan untuk ku membela diri.
" Bu, saya tegaskan sekali lagi. Saya hamil dengam suami. Dan kami cerai sebelum mengetahui jika saya hamil."
" Ah, alasan."
" Iya, pasti alasan."
Aku ke dalam dan mengambil akte perceraian.
" Lihat. Bisa ibu lihat. Ini adalah akte perceraian saya."
" Halah, palingan ini hanya akal-akal dia saja."
" Jika memang benar. Pasti kamu di cerai karena kamu suka main serong. Iya kan?"
" Bu, saya tidak serendah itu." Sergah ku.
" Halah. Ngaku aja. Bukti nya, anak kamu jadi anak berandalan. Suka mukul teman nya."
" Itu karena mereka selalu memperolok gibran."
" Memperolok apa?"
" Gibran di katai anak haram."
" Lo, kan memang anak haram. Hamil dan melahirkan tanpa suami. Apa dong jika bukan anak haram."
Airmata tak dapat ku bendung. Aku menangis sambil terus membela diri. Hingga seorang penyelamat datang.
" Ibu ibu, sudah. Jangan main bully." Ucap bu sinta.
" Bu sinta jangan terkecoh dengan mula polos ayuna. Hati hati, bisa bisa suami ibu di embat."
" Sudah, sana bubar. Bubar."
" Hu.. Dasar p*lacur."
" Ayuna, kamu tidak apa apa?" Tanya bu sinta.
" Iya bu, saya tidak apa apa. Terima kasih sudah membantu."
" Sama sama. Ada apa lagi?"
" Seperti biasa bu, gibran di bully. Dan dia hanya membela diri nya sendiri."
Bu sinta menatap iba gibran, kemudian merentangkan ke dua tangan nya.
" Sini sayang, peluk nenek."
Gibran langsung berlari memeluk bu sinta.
Bu sinta adalah satu satu nya orang yang bersikap baik pada ku, di kampung ini. Beliau lah yang mengijinkan aku menyewa rumah nya, dengan membayar uang sewa semampu ku. Terkadang, bu sinta menolak jika aku akan membayar tunggakan rumah sewa ku. Yang sudah menunggak selama enam bulan.
" Terima kasih ya bu, lagi lagi ibu sudah menolong kami."
" Iya, sama sama. Jangan sungkan, kalau butuh sesuatu datang saja ke rumah." Ucap bu sinta ramah.
" Baik bu. Gibran, ayo kita masuk, nak." Ucap ku.
Gibran menghampiri ku.
" Bu, gak masuk dulu?" Tawarku pada bu sinta.
" Tidak usah, saya ada urusan. Saya pamit ya.."
" Iya bu.."
Sepeninggalan bu sinta, aku mengajak gibran masuk.
..
Malam hari ..
Seperti biasa aku makan malam dengan nasi goreng dan telur dadar.
" Bu, gibran ingin sekali makan pizza, dan burger. Seperti kawan kawan yang lain. Kapan kapan boleh kan bu, kita makan pizza dan burger. Terus kita jala jalan ke mall. Gibran ingin sekali tahu, mall itu seperti apa."
" Iya sayang. Ibu janji, akan membawa gibran makan pizza dan pergi ke mall."
" Benarkah?" Ucap gibran dengan mata berbinar.
" Iya sayang. Tapi gibran harus sabar yaa, menunggu ibu punya cukup uang, untuk membawa gibran ke mall."
" Baik bu."
" Anak pintar. Sekarang, ayo kita makan."
" Seperti biasa, nasi goreng ibu yang terbaik." Ucap gibran.
Tok
Tok
Tok
" Yuna.."
" Ayuna..."
" Bu, seperti nya itu suara bu sinta." Ucap gibran.
" Iya, ada apa ya beliau malam malam datang ke rumah." Ucapku sambil meletakan piring yang hendak ku cuci.
Gibran menggeleng tanda tidak tahu, lalu melanjutkan makan malam nya.
" Tunggulah disini, ibu akan melihat nya."
" Ya ibu."
Tok
Tok
Tok
" Ayuna..."
" Iya, sebentar."
Aku segera berlari agar cepat sampai dan segera membuka kan pintu.
" Ayuna.."
" Bu Sinta. Mari masuk bu.."
Setelah kami masuk dan duduk.
" Ada apa bu, tumben malam malam?" Tanya ku.
" Gini. Tadi ibu sebenernya mau memesan kue tart. Tapi toko nya sedang libur sampai satu minggu ke depan. Padahal rencana nya besok ibu akan membuat pesta kejutan buat galang. Cucu ibu."
" Lo, galang ada disini?"
" Besok lukman akan membawa nya mengunjungi ibu. Dan besok adalah hari ulangtahun nya. Ibu pikir akan membuat pesta kecil kecilan. Karena ibu tidak bisa memesan kue. Bagaimana jika yuna saja yang membuatkan kue?"
" Yuna?" Aku menunjuk diriku sendiri.
" Iya. Kue yuna kan enak."
" Ah, ibu terlalu berlebihan. Kue yuna biasa saja bu, jika dibandingkan dengan kue di toko toko."
" Sudah sudah. Pokok nya kue yuna enak. Jadi, luna mau kan membantu ibu."
" Tapi bu, yuna tidak punya oven dan mixer yang bagus. Mixer yuna cuma yang murahaan."
" Nanti ibu antar kesini barang dan bahan yang dibutuhkan. Ya, yuna mau membantu ibu kan?"
" Bagaimana kalau ternyata kue buatan yuna tidak enak."
" Enak pasti enak. Ibu akan membantu yuna. Bagaimana?"
" Baiklah bu."
" Bagus. Kalau begitu, ibu pulang dulu. Mengambil bahan dan barang yang di perlukan."
Bu sinta kemudian pamit. Selang tiga puluh menit kemudian, bu sinta kembali datang bersama suami nya.
Aku yang memang sudah menunggu, langsung membantu membawakan barang dan bahan yang akan di gunakan.
" Letakan di situ saja bu." Ucapku pada bu sinta.
" Oven nya diletakan dimana?" Tanya pak ali. Suami bu sinta.
" Di sana saja pak."
" Bu, bapak pamit pulang ya, ada urusan sebentar. Nanti ibu telepon bapak saja, jika sudah selesai." Ucap pak ali kepada bu sinta.
" Ya sudah, sana bapak pergi."
Setelah mobil pak ali hilang dari pandangan. Aku langsung menutup pintu, dan mengunci nya.
" Eh eh, bukan nya itu mobil pak ali, suami bu sinta?"
" Iya benar. Pak ali barusaja keluar dari rumah ayuna."
" Ternyata ayuna memang seorang pel*cur."
...----------------...
...----------------...
......................
...Jangan lupa ☺️...
...Like...
...komen...
...vote...
...hadiah...
Semalaman ayuna begadang demi membuat kue hidangan dan kue ulang tahun, untuk cucu bu sinta.
Bu sinta harus pulang, jadi lah ayuna mengerjakan semua nya sendirian.
" Akhirnya selesai.."
Ayuna melihat ke arah jam.
" Astaga, sudah pukul 02:00. Seperti nya besok harus libur jualan kue dulu."
Melihat gibran yang tertidur, karena lelah membantu ayuna di dapur. Membuat rasa lelah ayuna hilang. Dia mendekati putra kesayangan nya itu.
CUP
Ayuna mencium kening pangeran kecil nya itu.
" Ibu.." Gibran terbangun.
" Hei, ibu membangunkan mu ya.." Tanya ayuna.
" Tidak, apa ibu sudah selesai."
" Sudah, ayo kita tidur di kamar."
Ayuna membopong gibran yang setengah sadar itu, menuju kamar.
Keesokan hari nya. Pagi pagi buta, bu sinta dan suami nya datang untuk mengambil kue di rumah ayuna.
Tok
Tok
Tok
" Ayuna.."
" Ayuna.."
Ceklek..
" Eh gibran. Ibu mu mana?," Tanya bu sinta.
" Ibu sedang mandi."
" Ya sudah, nenek ke sini mau ambil kue."
" Masuk saja nek." Ucap gibran.
Sinta dan suami nya langsung masuk, dan mengambil beberapa macam kue yang sudah di buat ayuna.
" Bapak angkat kue tart nya saja. Biar ibu yang membawa ini." Ucap bu sinta sambil membawa 3 kotak besar berisi berbagai macam roti dan kue kering.
" Ya sudah."
Bu sinta segera memasukan kotak itu ke dalam mobil. Dan saat itu, bu sinta sedang melihat bu desi
" Astaga, aku lupa memberitahu bu desi, jika anaknya harus datang siang nanti."
Bu sinta segera mendatangi bu desi.
Bersamaan dengan itu, ayuna mengantar pak ali, suami bu sinta keluar rumah.
" Buk, lihat deh."
" Ada apa?"
" Itu kan pak ali.."
" Iya, lihat lihat, pagi pagi keluar dari rumah ayuna."
" Duh, jangan jangan. Mereka kumpul kebo lagi."
" Ini tidak bisa di biarkan. Kita harus lapor pak RT. Kita tidak mau kan di kampung kita ada seorang pelacvr."
" Ayo kita lapor pak RT."
Sementara itu.
" Ohya, ini.. sebagai ucapan terima kasih."
Pak ali memberikan sebuah amplop coklat pada ayuna.
" Apa ini pak?"
" Sudah terima saja. Ini dari saya dan ibu."
" Tapi pak.."
" Saya pamit ya.." Ucap pak ali.
Kemudian bu sinta datang.
" Loh, ibu dari mana?. Bapak pikir ibu sudah di mobil."
" Ibu tadi dari rumah bu desi, ibu lupa, anak bu desi belum ibu beritahu."
" Ya sudah, ayo kita pulang. Sebentar lagi lukman pulang."
" Itu nya sudah diberikan pada ayuna." Tanya bu sinta.
" Sudah bu."
" Ya sudah. Ayo kita pulang"
" Bu sinta, tunggu." Cegah ayuna.
" Ada apa?"
" Ini buk. Ibu tidak perlu repot repot memberi ini segala. Saya ikhlas membantu ibu."
Ayuna mengembalikan amplop yang diberikan pak ali kepada bu sinta.
" Lo, saya juga sudah ikhlas memberikan ini kepadamu. Terima ya.."
Bu sinta mengembalikan lagi amplop kepada ayuna.
" Tapi bu.."
" Ya sudah, kalau tidak mau, berikan pada gibran. Buat dia saja, agar dia bisa beli pizza dan pergi ke mall."
Bu sinta tersenyum sambil menatap gibran yang hendak keluar menemui nya.
" Darimana ibu tau?" Tanya ayuna.
" Semalam dia cerita ke ibu, kata nya jika kamu sudah punya cukup yang, kamu akan membawa nya ke mall. Bener kan?. Ya sudah itu buat ke mall saja." ucap bu sinta.
" Tapi bu.."
" Sudah. Gak ada tapi tapi. Jangan lupa nanti gibran ajak kerumah ya. Ingat, tidak usah bawa apa apa. Galang tidak suka kado." Tegas bu sinta, lalu segera naik ke dalam mobil. Dan pergi dari rumah ayuna.
Setelah kepergian bu sinta dan pak ali.
Beberapa warga beserta pak RT, datang berbondong bondong ke rumah ayuna.
" Itu pak wanita j*lang nya."
" Dia sudah mengoda pak ali."
" Iya dia adalah pelacvr."
" Usir saja dari kampung kita pak."
" Pantas saja gibran tidak punya ayah. La wong ibu nya seorang pelacvr."
" Anak saya bukan anak haram. Gibran ku bukan anak haram." Teriak ayuna.
Gibran ketakutan, dan memeluk ayuna.
" Stop stop stop. Ibu ibu tenang. Tenang. Kita bisa bicara baik baik." Ucap pak RT.
Pak RT, kemudian menjelaskan kepada ayuna, maksud kedatangan mereka. Sontak saja, ayuna langsung menangis mendengar bagaimana dia di fitnah.
" Sungguh pak RT, saya hanya membuat kue atas perintah bu sinta. Beliau juga semalam ada di rumah saya." Ucap ayuna.
"Halah alasan."
" Iya, alasan saja itu. Biar tidak di usir."
" Ya benar."
" Sudah sudah. Sebaiknya ayo kita kerumah pak ali. Agar semua nya jelas.*
" Ayo ayo.."
Mereka pun segera berjalan menuju rumah pak ali.
" Pak ali.. pak ali.."
" bu sinta.. bu sinta.."
Teriak para ibu ibu..
" Lo lo lo, ada apa ini pak RT, kenapa datang berbondong bondong ke rumah saya. Dan kenapa ayuna di seret seret begitu." Ketus bu sinta.
" Bu, ibu tau. Ayuna ini ada main dengan suami ibu."
" Iya, semalam kami melihat suami ibu keluar dari rumah ayuna"
" Pagi tadi juga kami melihat ayuna keluar mengantar pak ali, dengan rambut basah. Mereka pasti main serong."
" Iya benar"
" Sumpah demi apapun, saya tidak melakukan nya." Tegas ayuna.
" Halah. Mana ada pelacvr ngaku pelacvr."
" Jadi ini gara-gara semalam?" Tanya bu sinta.
" Iya benar."
" Sebentar.."
Bu sinta masuk ke dalam dan keluar lagi bersama pak ali.
" Pak, jelaskan kepada mereka. Untuk apa kita kerumah ayuna semalam, dan tadi pagi." Tegas bu sinta.
Pak ali kemudian menceritakan dengan detail setiap hal yang dia dan bu sinta lakukan.
" Tuh, dengar ibu ibu. Mangkan nya jangan asal nuduh dan asal seret sebelum tau yang sebenarnya." Ketus bu sinta.
Para warga, khusus nya emak emak, yang tadi nya dengan semangat meneriaki ayuna pelacvr, dan menuduh gibran anak haram. Langsung diam seribu bahasa. Setelah pak ali sendiri menceritakan kejadian yang sebenarnya.
" Lain kali, kalian itu cari dulu informasi nya dengan benar. Jangan main asal nuduh begini. Sudah ayo sekarang kita bubar." Ucap pak RT.
" Awas jika kalian menuduh ayuna yang tidak tidak lagi" Ancam bu sinta.
" Maaf kan kami bu sinta."
" Jangan minta maaf padaku. Minta maaf lah pada ayuna, dan juga gibran. Yang sudah kalian tuduh sebagai pelacvr dan anak haram." Ketus bu sinta.
Para emak emak kemudian meminta maaf sambil menjabat tangan ayuna.
Setelah semua nya bubar.
" Maafkan semua warga yang ada di sini, ya ayuna. Mereka memang orang orang sinting." Ucap bu sinta.
" Iya bu, tidak apa apa."
" Ya sudah, ayo kamu dan gibran masuk ke dalam. Sekalian bantu menyiapkan suguhan." Ajak bu sinta.
" Tapi bu, saya dan gibran belum ganti pakaian."
" Pakai baju ibu, seperti nya ibu masih menyimpan beberapa baju saat gadis dulu." Kekeh bu sinta.
" Tapi nek, gibran pakai baju apa?" Celoteh gibran.
" Kamu pakai baju gilang saja. Pasti muat." Ucap pak ali.
" Ah, ya benar. Gilang juga tidak akan keberatan meminjam kan baju nya untuk mu. Ya, mau ya ayuna. Daripada kamu harus bolak balik " Timpal bu sinta.
" Hmm, baiklah bu. Sekali lagi maaf jika saya merepotkan." Ucap ayuna.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Jangan lupa tinggalin...
...like...
...komen...
...vote...
...hadiah...
Acara ulang tahun cucu bu sinta, berjalan sederhana namun meriah. Hanya sedikit yang di undang. Karena memang gilang tidak terlalu suka dengan pesta.
" Bu sinta, kue nya enak banget lo."
" Iya, ibu pesan dimana?"
" Pasti pesanan khusus, mungkin dari kota, ya kan bu."
" Saya suka kuker nya. Kapan kapan kalau ke kota, saya nitip yang seperti ini dong bu sinta, boleh kan?"
" Ngapain jauh jauh ke kota, la wong saya beli nya di sini." Jawap bu sinta ramah.
" Masak sih buk?, Tiara cake gak kayak gini rasa nya."
" Iya, Tiara cake ramai kan, hanya karena itu satu satu nya toko kue di kampung kita."
" Betul, rasa nya juga biasa saja. Masih enak kue ini."
" Kalian tau kue itu buatan siapa?"
" Buatan siapa bu?"
" Iya, aku mau pesan banyak kalau memang beli nya di kampung kita."
" Iya, aku juga pengen beli kuker nya."
Bu sinta menoleh ke arah ayuna, seperti mengatakan bolehkah aku memberi tahu pada mereka, jika ayuna lah yang membuat semua kue yang ada di sini. Ayuna menggeleng.
" Yang membuat semua kue ini. Adalah orang yang sama, yang kalian sebut sebagai pelacvr."
Semua orang yang ada di sana terkejut, sekaligus memandang ke arah ayuna yang terlihat menundukkan kepala.
" Maafkan kami ayuna, kami bersalah."
" Iya, maafkan kami."
" Kami janji akan merubah sikap kami."
" Iya kami berjanji.."
.
Setelah acara selesai.
" Nih, buat kamu."
Galang memberikan seluruh kado yang di bawa teman teman nya.
" Ha?, kenapa kamu memberikan nya pada ku?" Tanya gibran.
" Aku tidak suka kado. Aku lebih suka membeli dengan uang ku sendiri. Ini, ambilah."
" Tapi...."
" Sudah tidak apa apa, gilang memang seperti itu." Ucap lukman, ayah gilang. Yang datang dan bergabung bersama mereka.
" Tapi paman, ini sangat banyak."
" Anggap saja, itu hadiah untuk gibran. Karena selama ini gibran sudah rajin membantu ibu." Lukman tersenyum dan mengelus kepala gibran.
Gilang bangun, dan berjalan menuju kamar nya, lalu kembali dengan membawa sebuah kardus.
" Apa itu?" Tanya lukman.
Gilang membuka kotak kardus. Dan mengeluarkan isi nya.
" Gilang, bukankah ini milikmu?"
" Ya, dan sekarang aku ingin memberikan nya kepada gibran."
" Kenapa?, apa gilang tidak menyukai nya?" Tanya lukman.
" Bukan gilang tidak menyukai nya. Tapi baju dan barang barang gilang sudah banyak. Lebih baik di berikan untuk mereka yang membutuhkan."
Lukman tersentuh dengan apa yang dilakukan gilang.
" Kemarilah.." Perintah lukman.
Cup
Lukman mencium kening gilang.
" Ayah bangga pada mu."
" Terima kasih ayah."
Gilang memeluk ayah nya.
" Senangnya punya ayah."
Mata gibran berkaca kaca. Gilang melepas pelukan nya.
" Jika gibran mau, gibran boleh memanggil paman lukman dengan sebutan ayah."
Lukman menatap gibran dengan senyuman. Sedang gibran menatap balik dengan tatapan tidak percaya.
" Bolehkah?"
Gibran menatap gilang, seperti meminta ijin. Gilang mengangguk.
"Tentu saja boleh. Nenek sinta dan kakek ali kan juga menganggap mu sebagai cucu nya, dan aku menganggap mu sebagai saudara ku. Jadi, ayahku adalah ayah mu juga. Walau kita terlahir dari orang tua yang berbeda."
Gilang menghampiri gibran yang mata nya mulai berair. Dan memegang bahu nya.
" Sudah sana, sebelum aku berubah pikiran." Kekeh gilang.
" Sekarang ayo, panggil paman ayah." Ucap lukman, sambil merentakan ke dua tangan nya.
" Ayah...."
Gibran menangis sambil memeluk lukman.
" Gibran punya ayah, gibran bukan anak haram lagi. Aku bukan anak haram kan ayah." Isak gibran dalam pelukan lukman.
" Ya, gibran bukan anak haram. Tapi anak ayah lukman mulai sekarang."
Gilang ikut memeluk gibran dan lukman.
"Gibran punya ayah, gibran bukan anak haram lagi. Aku bukan anak haram lagi."
Gibran terus mengulangi kata kata nya.
Ayuna melihat itu dengan airmata yang tak henti henti nya mengalir. Bu sinta mendekati ayuna, dan langsung memeluk nya.
" Terima kasih bu, ibu dan bapak sudah sangat baik kepada kami." Ucap ayuna dalam pelukan bu sinta.
" Iya nak, sama sama. Kalau saja putri ku masih hidup. Mungkin dia sudah sebesar diri mu. Jangan sungkan lagi ya nak, anggap aku adalah ibu kandung mu." Ucap bu sinta.
Ayuna semakin terisak dan memeluk bu sinta.
" Ehem.., semua nya berpelukan. Lalu bapak memeluk siapa?" Tanya pak ali yang baru saja datang.
" Meluk saja gak apa apa pak. Saya mau kok." Ucap joko, sopir sekaligus pembantu laki laki di rumah bu sinta dan pak ali.
" Heh! daripada berpelukan dengan mu. Lebih baik aku memeluk tembok saja."
" Hehe..."
Pak joko menggaruk garuk kepala nya lalu pergi ke belakang.
...
" Ayuna, kamu pulang diantar pak joko ya. Biar sekalian di bantu membawakan barang milik gibran."
" Apa tidak merepotkan bu?" Tanya ayuna.
" Memangnya, kamu bisa membawa semua itu?"
" Hehe, enggak sih."
" Ya sudah, diantar pak joko saja"
" Baik bu, kalau begitu saya dan gibran permisi. Sekali lagi terima kasih."
" Iya sama sama. Besok besok main kesini ya, mumpung gilang masih lama di sini."
" Siap nek." Ucap gibran semangat.
" Terima kasih ya gilang."
" Sama sama."
Ayuna dan gibran pulang ke rumah dengan di antar pak joko.
Sesampainya di rumah, mereka langsung membongkar kado dan barang pemberian gilang. Ada baju, tas, buku, alat tulis, sandal, sepatu. Dan masih banyak lagi.
" Sekarang, bereskan kemari gibran. Baju gibran yang sudah tidak muat dan jelek bisa di buang." Ucap ayuna.
" Baik bu."
Gibran membawa satu kardus pakaian dari gilang. Dan menata dalam lemari pakaian nya. Sedang ayuna. Mencari tempatz untuk meletakan buku dan alat tulis, serta tas dan sepatu.
.
Keesokan hari nya, seperti janji ayuna. Dia mengajak gibran jalan jalan ke mall. Perjalanan membutuhkan waktu 30 menit. Mereka menempuh perjalanan dengan menggunakan bus.
Sesampai nya di mall, gibran sangat gembira.
" Wah ibu, lihat. Ternyata mall itu sangat besar ya..."
" Iya sayang. Ayo kita masuk. Kita makan burger dan pizza, seperti yang gibran mau."
" Hore...."
Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall, gibran tidak henti henti nya tersenyum dan kagum melihat banyak sekali barang di dalam mall tersebut.
" Bu, ayo kita ke sana."
Gibran menunjuk tempat bermain.
" Iya, setelah kita makan. Oke."
" Janji.."
" Janji, hari ini adalah hari untuk gibran. Gibran boleh bermain sepuasnya."
" Ye, terima kasih bu."
Gibran menarik lengan ayuna, lalu mencium pipi kanan dan kiri ayuna.
" Ayo kita makan."
Direstoran cepat saji, ayuna memesan burger dan pizzaa ukuran kecil untuk gibran. Dan paket sarapan untuk dua orang.
" Wah bu, ayam nya sangat enak. Seandainya gibran bisa makan ayam seperti ini setiap hari ya..."
" Doakan ibu banyak rejeki. Nanti ibu akan sering mengajak gibran kesini."
" Beneran?"
" Iya, untuk anak ibu yang paling ganteng."
" Terima kasih bu.."
" Sama sama sayang, ayo cepat habiskan. Lalu kita pergi bermain."
...****************...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Jangan lupa tinggalin...
...like...
...komen...
...vote...
...hadiah...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!