Kau membuatku gila saat kau yang aku rasa berbeda telah pergi. Dan lebih menggilanya lagi aku tak pernah menemukanmu. Aira! Datanglah padaku, aku menunggumu. -Arka
Jalan yang sepintas normal, membuat pikiran terasa bingung saat klakson mobil, motor saling bersuara membuat satu mobil yang dikendarai Aira dan keluarganya kebingungan. Semua itu membuat mereka berpaling muka kebelakang, dan-- seperti tersambar petir siang hari. Truk besar bermuatan besi tanpa terkendali lagi mendorong mobil Aira yang di dalamnya ada ayah, ibu, Aira dan juga kakak perempuannya 'Selena'
Suara-suara bergemuruh di setiap sudut. Entah apa yang terjadi Aira masih bergeming terpaku dengan kepala berlumuran darah dikeningnya. Tangan Aira meraba-raba kedepan kursi mobil, seraya bersuara lirih. “Ayah ... Ibu ... Ayah- Ibu, bangun ... BANGUN Ayah-- Ibu, Bangun--“ setelah panggilannya yang terakhir, tubuh Aira bergetar. Mendapati kenyataan kalau ayah dan ibunya sudah meninggal di depan matanya sendiri. Lalu skala itu juga Aira menangis melolong sejadi-jadinya, dia belum bisa terima ini semua. Di saat usianya itu masih 15 tahun, dia harus menyaksikan ayah dan ibunya merenggang nyawa tanpa terselamatkan lagi.
Tak lama dengan tangisnya yang terlalu melolong karena syok. Kepala Aira berasa bertambah pening. Darah terus mengalir di pelipisnya. Aira teringat dengan kakaknya; yang tadi duduk di belakang. Perlahan kepala Aira menoleh ke belakang, yang dia lihat ... tidak ada orang dibelakang. Aira merasa gundah, resah, kemana kakaknya? kenapa Selena tidak ada di dalam mobil.
Dengan kepala nyeri dan pening, Aira keluar mobil, mencoba mencari kakaknya. Jalannya terseok-seok, tidak ada satu orang pun yang akan perhatian dengannya. karena, semua orang di sana tengah sibuk sendiri menyelamatkan nyawa mereka masing-masing dari kecelakaan beruntun itu.
Dengan suara lirih serta menahan sakit, Aira berusaha menajamkan pandangannya yang mulai rabun dan terus memanggil kakaknya. "Kak Selena ... Kakak di mana--" suaranya semakin lemah dan Aira terjatuh!
.
.
.
.
******
Saat itu-- wajah mungil nan cantik itu perlahan terlewati hangatnya sinar mentari pagi hari. Matanya dengan lembut perlahan terbuka. Pikirannya yang sepenuhnya belum sadar, dia amati sekeliling ruangan itu. Dilihatnya rumah itu terbuat dari kayu kayu yang sudah mulai rapuh dan dinding cat sudah mulai mengelupas di setiap sisinya. 'di manakah ini?' pikirnya bertanya-tanya.
Aira yang lupa kalau orang tuanya meninggal. Aira bergumam, "Ayah ... Ibu ... Aira sedang dimana ...?" Sementara itu dibalik pintu ada seseorang sedang mengintip Aira yang sedang terlihat kebingungan dan dia segera berlari ke ibunya.
“Ibu ...! Ibu ...! Gadis itu bangun!” teriak Sean.
“Benarkah!” ibu Rasti terhenyak matanya terbelalak besar sempurna.
“Baguslah sayang, warung kita bisa lebih ramai dari biasanya. Hahaha ...," sela pak Zul, Bapak dari Sean.
Keluarga pak Zul ini adalah keluarga kecil yang tinggal di kampung kumuh yang jauh dari perkotaan. Rumahnya sempit berdinding kayu dan mereka membuka warung kecil untuk menyambung hidup mereka. Tapi, Sayangnya warung mereka dijadikan sarana berjudi dan berpesta minuman keras. Dan Sean adalah seorang remaja yang layaknya preman dan sangat susah diatur.
Di sana Ibu Rasti hanya bisa sabar dan mungkin sudah ratusan kali mengingatkan mereka berdua tapi pada ujungnya cekcok yang tiada henti. Enggak urung juga malah tindak kekerasan yang terima Ibu Rasti.
****
Mereka datangi gadis kecil itu yang kata anak laki-lakinya sudah siuman.
“Lihat ibu, gadis cantik itu kebingungan. Sepertinya anak itu menangis." kata Sean yang mengintip Aira dari lubang pintu mereka.
“Minggir kamu," Ibu Rasti mengetuk pintu. "saya masuk ya nak ...," sambung Bu Rasti berucap.
Aira terperanjat dari lamunannya. “Siapa ...?!!" menjawab dengan perasaan bingung. Bertanya-tanya siapa yang memanggilnya.
Ibu itu berseru namanya sendiri dan membuka pintu kamar Aira. Dan terlihat Aira geragap bangun dari tidurnya.
"Sudah, tidurlah lagi. Tubuhmu terlihat masih lemah sekali."
“Ibu siapa ...? dan aku ada di mana?"
Dengan sikap ramah dan keibuan Ibu Rasti menjelaskan semua. Bagaimana bisa gadis kecil itu bisa sampai di desa kumuh tersebut. Dan Sean ikut mendengarkan Ibunya yang bercerita pada Aira.
Ibu Rasti menceritakan saat Aira yang sudah terdampar di pinggiran sungai, yang mungkin telah terbawa arus deras sungai waktu itu. Hari ini sudah hari kedua setelah Aira ditemukan, setelah Ibu Rasti berusaha keras membawakan Dokter juga mengobati Aira dengan pengobatan tradisional. Mungkin semua ini adalah keajaiban dan keberuntungan untuk Aira karena bisa selamat dari derasnya aliran sungai yang mampu membawa dia ke pemukiman kumuh tersebut.
Aira menunduk. Dia berusaha mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padanya. Tapi, Ibu Rasti tiba-tiba tercengang. Kenapa tiba-tiba Aira sesenggukan menangis. Ternyata Aira sudah mengingat semua yang terjadi pada dirinya. Dia ingat kalau orangtua nya sudah meninggal dan disaat dirinya mencari kakaknya, bukannya ketemu dia malah terperosok ke aliran sungai karena pening dan sakit yang Aira rasakan saat itu. membuat Aira tak sadar sudah berjalan sampai ke pinggiran sungai dan terpeleset terbawa arus sungai.
Segera Ibu menenangkan Aira, dan Sean mengambilkan minum untuk Aira. Aira menceritakan apa yang sudah terjadi dan di pemukiman kumuh itu tidak ada yang tahu kalau ada kecelakaan di jalan besar pinggir hutan tersebut. Karena jarak rumah dan tempat kecelakaan itu sangat jauh. Tempat dimana Ibu itu tinggal adalah termasuk daerah tertinggal. Bahkan belum ada jalanan aspal disana. Dan karena sulitnya jalan yang harus mereka lalui saat mau ke kota, hanya mobil barang dagangan saja yang melintas di sana.
Belum juga menyuarakan keinginannya untuk pulang Ibu sudah menjelaskan seperti itu. Ditambah lagi Aira masih sangat lemah. Mau berjalan pun masih sangat lemah.
"Namamu siapa, Nak ...?"
"Aira, Bu ..."
Kebaikan ternyata hanya sebatas disitu saja. Mereka semua kecuali ibu, memanfaatkan dirinya untuk mencari penghasilan lebih; dengan menjadikan Aira pengantar minuman untuk pelanggan warung mereka. Semua itu membuat Aira terpukul untuk kedua kalinya. Dimana dia seharusnya bisa pulang dan mengetahui keadaan keluarganya tapi mereka memaksa juga mengekang dirinya agar tetap tinggal di pemukiman kumuh tersebut.
Siapa yang tak akan suka dengan kehadiran Aira yang cantik jelita. Meski masih umur 15 tahun. Tubuh kecilnya berbentuk indah selaras dengan mukanya yang putih merona. Sesekali Aira terdiam setelah mengantarkan minuman, sembari menggenggam erat liontin satu-satunya miliknya. Liontin yang sama persis dengan milik kakaknya. Dan dari benda kecil itu Aira berharap bisa bertemu dengan kakaknya.
Di pemukiman kumuh itu. Mereka secara keras bertahan hidup di sana. Gadis kecil yang disiksa dan dikekang itu hanya boleh di rumah saja tanpa diberi akses apapun. Tapi, Ibu yang kasihan terus menerus membela Aira yang akhirnya menyekolahkan Aira sekolah di sana.
4 tahun dilaluinya. Tentu bukan hal yang mudah apa yang sudah Aira lalui ... banjiran air mata hingga mengering mungkin sudah dia rasakan. Tapi dia terus bersyukur sampai detik 4 tahun itu dia masih gadis; gadis yang artinya masih perawan.
4 tahun juga dia sekarang sudah berumur 19 tahun. Sungguh cantik hingga banyak sekali yang melamarnya. Tapi, Pak Zul tidak mau kalau bukan orang kaya raya yang membelinya.
Sampai suatu hari, di ruang yang gelap terdengar suara jeritan kesakitan hingga meminta pertolongan pun sama sekali tidak ada yang menolongnya. Bukan siapa-siapa lagi. Itu adalah suara Sean yang tengah kepayahan, kesakitan minta tolong setelah beberapa pukulan dia terima mentah-mentah tanpa ampun. Darah bercucuran di mana-mana. Hingga rasanya Sean ingin mati saja saat itu.
"Tolong ampuni saya bos ... saya akan melunasi semua hutang saya. sekarang juga ...!” permohonan Sean. Dengan tangan bergetar sambil mendekap kaki bos besar itu. “bos menginginkan adikku bukan, baiklah bawa dia. Aku juga mau harga yang setimpal dengan kecantikan adikku itu.” celetuk Sean.
Kesepakatan itu membuat keduanya belah pihak puas dengan hasilnya, tak pelak ayah Sean juga ikut andil dari peristiwa bencana yang akan terjadi pada Aira. Di detik yang sama ... Aira tersenyum lebar. Ibu Rasti membawakan oleh oleh kamera digital terlihat biasa dari kwalitasnya, tapi barang yang biasa itu bisa membuat Aira tersenyum lebar, Aira sudah terbayang mau siapa saja dan apa saja yang akan dia foto.
Senyum lebar itu terhenti seketika saat suara keras pak Zul panggil nama Aira, Aira langsung menyahut santun pada pak Zul, Pak Zul menyuruh Aira ganti baju dan segera keluar. Ibu rasti dan Aira bertanya-tanya sebenarnya kenapa tiba tiba Aira suruh ganti baju bagus ... pak Zul juga meminta ibu untuk tak mengurusi tindakan pak Zul hari ini. Karena Sean lagi sekarat dan hampir saja mati kalau tidak ada pertolongan.
Aira keluar sesudah berganti baju dan tangannya masih membawa kamera digital pemberian ibu Rasti. Nggak lama setelah ganti baju ada beberapa mobil berhenti didepan rumah Ibu Rasti. Mereka berbaju hitam dan berbadan kekar langsung menghampiri Aira. Aira tercengang tiba-tiba orang yang berbadan kekar itu menarik tangan kecilnya. Sontak juga ibu Rasti teriak histeris menangis 'ada apa ini' bapak kasar menghentikan ibu Rasti yang mau menghampiri Aira. Dan Pak Zul keras menampar ibu Rasti, lelaki itu menjelaskan kalau Sean akan mati kalau Aira enggak ikut mereka.
Aira melawan sekuat tenaga dan meneriaki memanggil manggil ibu Rasti diiringi isak tangis Beserta panik yang menyelimuti dalam pikirannya dan mobil itu pun segera membawa Aira melaju keras menuju ke kota besar, untuk menemui Bos besar mereka.
.
.
.
.
lanjut baca Ya...
by UlanZu
"Hahahaha ... bos besar memang sangat pintar cari gadis perawan cantik.” ucap bodyguard Leon. “Lepaskan saya!!" Teriak permohonan Aira yang sekarang ada di lift gedung mewah bertingkat salah satu gedung pencakar langit yang ada di kota besar tersebut, dengan tangan yang terikat ke belakang, Aira terus meronta-ronta ingin di bebaskan.
Hampir sampai di lantai atas tempat Leon bekerja. Tiba tiba pintu lift terbuka dan semua mata bodyguard itu dibuat tercengang dan seketika itu juga mereka menunduk hormat. Bahwa Tuan besar mereka datang tanpa diduga duga. Arka Max masuk perlahan bersama Glen asisten kepercayaannya yang sudah bekerja 8 tahun bersama dirinya. Dengan rasa gelisah dan secepatnya para bodyguard Leon mundur memberi ruang untuk Tuan besar Arka Max. Aira yang berada tepat dibelakang Arka tampak memucat pasi dengan kepala menunduk dan tangan bergetar tampak ketakutan yang sedang disembunyikan oleh Aira di hadapan Arka max.
Arka menoleh kebelakang. Melihat tangan perempuan itu terikat. Arka pelan membalikkan badan, mendekatkan diri dan mendongakkan dagu Aira dengan pelan. Sontak Aira yang terkejut langsung mundur kebelakang. Dilihat tubuh Aira tambah gemetar tangannya yang terikat semakin mengepal. Arka terus mendekat menundukkan kepala menelusuri leher sampai pundak Aira ... saat itu Aira benar-benar merasakan pria asing itu mengendus perlahan tubuhnya.
Sebuah emosi yang memuncak tinggi dan tak terkendali. Aira meneriaki pria di depannya itu yang seperti tak punya etika dan rasa sopan sama sekali padanya. “Pergi kau!!" Nada tinggi Aira. Arka yang masih diposisi sebelumnya langsung menyeringai tersenyum miring, tatapan tajam! kepalanya menoleh ke wajah cantik Aira dan Arka berdiri tegak lagi, kembali tangannya mengangkat dagu Aira. “Apa dia tawanan bos kalian, Leon?” tanya Arka ke bodyguard Leon.
“Benar Tuan, kami disuruh membawa gadis ini keruangan pribadi tuan Leon.” jawab bodyguard tersebut. Pintu lift terbuka. Arka dan asistennya langsung menuju ke ruang kerja Leon. Leon yang sedang asik main game di handphone langsung terbangun melihat kakaknya datang. Aksinya yang kelabakan langsung membereskan ruang kerjanya dan menelpon anak buahnya agar menyekap gadis tawanannya tadi di ruang istirahat miliknya, membuat Arka Max langsung bertanya.
“Apa yang sedang kau kerjakan?” celetuk Arka sambil duduk di sofa hitam pekat yang ada di ruangan itu. Dengan senyum meringis dan tangan menggaruk kepala belakang yang tak gatal. Leon menjelaskan kalau ini masih jam istirahat.
“Ini masih jam istirahat kak ..., aku buatkan kopi blue montain kesukaanmu ya!” rayu Leon. Beberapa menit kemudian sembari menyesap kopi blue Mountain yang dibuat khusus untuk Arka. Arka kembali bertanya ke Leon “Apa kau kekurangan wanita? sampai menyekap gadis kecil di ruangan mu?” Mata Leon terbelalak tercengang saat Arka bicara, kenapa kakak nya bisa tahu kalau gadis kecil yang dia bawa. pikir Leon.
“Hahahaha kakak, selalu tahu duluan apa yang aku kerjakan. Menyebalkan! Kak ... kelab-kelab malam yang baru saja dibangun. Biarkan aku saja yang kelola ya? Kelab-kelab malam ini Cuma usaha-usaha kecil kakak. Aku ingin belajar mengelola apa yang sudah termasuk hobi ku. Aku punya hadiah kecil buat kakakku sayang yang rupawan ini ... nanti aku kirim ke apartemen kakak." Leon berbicara dengan mata berbinar bak kucing yang dapat ikan besar.
“Aku akan pikirkan itu. Kau belajar disini dulu dan pahami cara kerjanya dulu.” Arka menyerahkan berkas-berkas yang sudah di bawa Glen. Yang dari tadi terdiam di samping Arka max. Setelah berlama lama membual dengan Leon adik kesayangannya itu. Arka beranjak pergi. Hari sudah beranjak malam. Arka yang berjalan melewati pintu keluar kantor besar itu menanyakan apakah ada jadwal lainnya lagi hari ini.
"Jam 9 malam nanti nona Karla dari bintang kelab malam kelas atas mengundang Tuan makan malam di apartemen mewahnya.” kata Glen.
“Batalkan saja, hari ini aku ingin istirahat di apartemenku saja." ujar Arka.
"Baik tuan." sahut hormat Glen.
********
Arka hanya ingin sendiri saat ini ..., setelah masuk apartemennya, Arka menaiki tangga seraya melepaskan jas yang di kenakannya seharian tadi dan melonggarkan dasi yang dia pakai. Tanpa ragu membuka pintu kamarnya sendiri dan menyalakan lampu kamarnya. Seperti er*ngan gadis terdengar dari kamar nya. Arka langsung beranjak menuju suara er*ngan itu yang terdengar seperti dari sofa kamar miliknya.
Mata Arka seketika terbelalak, dia melihat gadis mungil duduk di sofa kamarnya dengan ikatan di pergelangan kaki, tangan dan juga lakban dimulut nya. Arka berjalan pelan menuju Aira dan membuka lakban tersebut dengan pelan ....
“Tolong lepaskan saya, Tuan ...,” sambil memohon, terlihat di sudut mata Aira sudah berkaca-kaca air mata. "biarkan saya pula—ng! Maksud saya. Antarkan saya di pinggiran kota. Saya mohon, Tuan.”dengan menunduk, Aira memohon dengan penuh harap. Meski dia sendiri juga tidak tahu akan kemana. Tapi, dari pada dan di sekap seperti ini mending Aira hidup di jalanan sampai dia bisa kembali ke kontrakannya dulu.
Tiba-tiba tubuh Aira melejit kaku, matanya terbelalak saat kedua tangan Arka melingkari pinggang Aira dengan posisi yang sangat dekat dengan tubuh Aira yang tengah duduk di sofa brown yang senada dengan desain warna kamar Arka.
"Sebelum kau pergi bukannya kau harus terlepas dari tali ini, bukan?!” Arka membungkuk dan melepaskan tali yang mengikat tangan Aira. Dengan mundur perlahan jemari Arka mengangkat dagu Aira, memusatkan pandangan Aira ke tatapan Arka saat itu, tapi Aira langsung menunduk dengan cepat setelah melihat tatapan mata sayu Arka yang sangat menggoda; menggoda siapapun yang melihatnya dan pasti akan terpesona oleh tatapan mata Arka saat ini.
Sementara itu tangan Aira sudah terlepas dari ikatan tali yang mengikat erat tangannya tadi. Aira mengangkat kedua tangannya dengan gembira dan menatap sebentar mata Arka "Bolehkah saya pergi? Talinya sudah terlepas." Arka yang didepannya dengan mata terbelalak langsung tertawa terkekeh-kekeh mendengar kata-kata polos dari gadis polos itu.
“Harus ada imbalan kalau kau ingin pergi," seru Arka. Hati yang gemuruh-- tangan kecil Aira mulai kembali bergetar. Aira yang menunduk sangat terlihat kalau matanya bisa terbaca oleh Arka Max, kalau Aira lagi panik. Ternyata ide polos Aira itu tidak berhasil ke Arka. Yang ada dia malah ditertawain. Padahal Aira berpikir tadi semoga saja pria ini tidak suka gadis polos. Tapi dari raut muka Arka malah sebaliknya. Membuat Aira beringsut takut akan ada sesuatu terjadi padanya.
"Apa kau takut? aku sangat ahli membuat wanita kelabakan diatas ranjang bersamaku." Bisikannya yang sangat dekat itu membuat rasa gelenyar ke telinga Aira. Spontan Aira dorong dada Arka yang begitu sangat dekat dengannya.
Suara Aira terbata-bata. "Tolong tuan biarkan saya pergi. imbalannya, saya tidak akan melaporkan Tuan ke polisi atas tindakan Tuan saat ini."
Arka malah meraup menggendong tubuh mungil Aira. Berjalan menuju tempat tidur Arka yang sangat luas dan akan lebih menikmati Aira dari pada di sofa yang kecil tersebut. "Salahnya aku menginginkanmu saat ini." Arka melemparkan begitu saja tubuh Aira yang langsung melenting menelangkup tubuhnya. Sementara itu Arka melepaskan dasi dan membuka sebagian kancing bajunya, merangkak mendekati pelan Aira seakan seperti seekor singa yang mendapatkan santapan enak ditengah kelaparannya saat ini.
Aira mulai panik. Dia terus merangsek menjauhi Arka. Dengan tangan menyilang ke dadanya Aira memohon agar Arka berhenti. Tubuh Arka yang sudah dipenuhi gairah yang mendidih dalam hatinya, tidak menggubris omongan Aira dan malah melepaskan bajunya. Maju mendekati Aira dan mendekati tubuh Aira.
”Aku menginginkanmu saat ini. Jadi menurutlah maka kau tidak akan kesakitan.” Dengan suara parau dan mata yang sudah berkabut. Tangan Aira yang mungil berusaha mendorong sekuat tenaga, tapi Arka seperti membatu dengan tatapan tajam yang seolah menusuk pandangan Aira padanya. Arka yang tidak tahan lagi langsung mendekati bibir merona Aira dengan penuh gairah.
“Apa ini ciuman pertamamu?” Pertanyaan Arka setelah melepaskan ciumannya pada Aira. Aira tampak megap-megap. Arka tersenyum kecil Arka sangat menyukai gadis sepolos Aira yang belum tersentuh sama sekali. Yang biasanya Arka bermain dengan wanita wanita yang sangat ahli berhubungan. Dan sayangnya malam itu malam yang langka buat Arka. Dan malam itu Arka tak melepaskan Aira begitu saja kalau belum berhasil mendapatkan apa yang Arka mau.
.
.
.
Chapter ini sudah dalam revisi oleh Author. Sengaja menghilangkan hal hal vulgar di bab yang ini.
Sepertinya malam itu memang malam yang panjang. Pergulatan yang penuh tenaga dan penuh gairah. Arka yang menguasai Aira benar benar terasa keletihan, hingga Aira pun sangat kelelahan terlihat lunglai dan tertidur lelap dalam tidurnya yang hanya terselimuti kain tanpa sehelai kain pun pada tubuhnya.
Arka yang saat itu terbangun duduk bersandar dengan telanjang dada, sambil menatap Aira lembut. Secara impulsif tangannya menelusuri rambut Aira lembut ... seperti terkena sengatan listrik. Arka dengan cepat mengalihkan tangannya, dia hanya berfikir sedang apa aku ini.
Arka langsung mengambil rokok di laci kecil dekat ranjangnya. Pandangannya teralihkan pada tas kecil milik Aira, setelah menyalakan ujung putung rokoknya. Arka membuka isi tas kecil tersebut. Dengan tersenyum heran ketika dengan rasa penasaran dalam benaknya. Arka tanpa ijin pemiliknya perlahan membuka tas Aira dan Arka mengerutkan kening dia heran dalam tas itu Cuma ada kamera digital biasa bahkan Arka bisa membelinya hingga ratusan kamera biasa tersebut. Tidak ada uang, handphone, ataupun make up. Terbesit dalam pikirannya untuk mengerjai Aira. Arka membuka perlahan selimut Aira yang masih lelap dalam mimpinya. Arka memotret Aira yang tak sehelai pun memakai pakaian. Dengan senyum jahilnya Arka berulang kali memotret tubuh Aira. Setelah puas Arka kembalikan lagi ke dalam tas kecil Aira.
Tak berhenti disitu Arka meniupkan asap rokoknya pada tubuh mungil itu. Aira yang terpaksa bangun dari alam bawah tidur lelapnya langsung terbatuk-batuk. Saat membuka mata, Arka sedang merunduk kan tubuhnya dan dengan muka yang sangat dekat dengan wajah Aira.
Aira yang masih terbawa atmosfer dalam mimpinya, dia hanya terdiam dengan mata yang sayu setelah keletihan semalaman. Perlahan Aira mengedipkan bulu mata nan cantik itu dan perlahan lebih cepat Aira yang tersadarkan langsung terbangun duduk. Tangannya mencari selimut yang menyelimuti dirinya yang tanpa sehelai kain pun.
Tangan Arka dengan sigap mengambil kain itu, dengan seringai dan tatapan manis tertuju ke Aira. Arka benar benar puas bisa beberapa kali mengerjai Aira yang polos itu. "Berikan itu padaku!!” Bentak Aira yang secepat mungkin menelangkup kan tubuh dengan tangan menyilang ke dadanya.
“Semua sudah terlihat olehku. Apa yang harus kamu tutupi." Dengan sedikit lidahnya menjilat bibir bawahnya sendiri. Serta jari yang mengiringi mengusap perlahan bibir bawah Arka yang basah dengan air liurnya sendiri.
"Kau akan ku laporkan ke polisi dan akan membusuk dipenjara!” Kecam Aira yang mulai terbangkit kan emosinya.
“Nanti saja lapor nya setelah aku merasa puas olehmu. Kita harus mandi dulu sebelum aki pulangkan kamu."
Aira semakin erat menelungkup kan tubuh dengan kepala menunduk kepalanya. Aira baru menyadari dibawahnya ada bercak bercak darah. Tangan Aira mengepal bekas darah dibawahnya tersebut, hingga hati dan pikiran dikuasai oleh amarah yang sangat kental terhadap laki laki asing yang memaksakan kehendaknya kepada Aira tanpa perijinan apapun dari Aira. Sementara Arka yang akan meraup tubuh Aira, Aira secepat kilat menampar keras pipi Arka sampai membekas merah.
“Siapa kamu?! siapa kamu bisa menyentuhku tanpa seijinku!" ucapan Aira dengan nada penekanan penuh Amarah.Arka memejamkan matanya dengan menggertak kan giginya dan mengelus pipinya perlahan. Tangan Arka yang langsung setengah mencekik leher Aira.
"Lantas siapa kamu hingga berani menamparku.” nada geram Arka.
Aira mendongakkan kepala dan menatap tajam mata Arka. "Kamu orang yang memperkosa ku. Kamu yang memaksaku ada disini, dan sekarang keluarkan aku dari sini."
Arka menghela nafas meredakan emosinya. "Kau pintar sekali membubarkan nafsuku barusa. Ambil kain itu lalu mandilah aku tunggu disini.” suruh Arka
Aira bergegas mengambil kain yang dibalut kan ke tubuhnya, lalu berlari kecil ke arah kamar mandi. Setelah sekian waktu di kamar mandi terdengar percikan air yang menyirami dari rambut sampai ke ujung kaki Aira. Seakan Aira terlena dengan segarnya guyuran air tersebut hingga terlupa akan kewaspadaannya waktu saat ini. Seperti hembusan angin lembut, tiba tiba ada lengan kekar yang melingkari leher Aira membisikkan "Kau tidak mengunci pintu kamar mandi nya ya." Tubuh Aira membeku. Terasa dibelakangnya ada orang yang memeluk lembut saat ini dibawah guyuran air shower.
Aira yang membalikkan badan, refleks mendorong kuat tubuh kekar itu dan menjauhkan diri ke belakang, tapi sebelum Aira bisa menghindar. Tangan Arka menghentikan Aira dengan tangannya melingkari pinggang gadis itu dan mendorong tubuh Aira ke sisi tembok. Dengan sekejap ciuman bengis tanpa jeda diluncurkan ke bibir Aira dan Aira tidak bisa menolak lumatan demi lumatan hingga Arka menenggelamkan lidahnya terpaut pada lidah Aira yang dengan nafsu "Aku yang akan memandikanmu." Tangan Aira yang sibuk mendorong dan mencakar tubuh Arka tak bisa menghalangi keinginan Arka saat ini. Tangan Arka yang tak terkendali lagi sudah menyusuri tubuh Aira dengan halus dan membungkam omelan Aira dengan ciuman yang kuat.
Aira yang sudah memakai baju terdiam sejenak hingga mulailah Aira meratapi dan menangisi kejadian yang dia alami saat ini. Aira berpikir 'Ya aku wanita kotor sekarang, wanita tidak berguna, tidak ada harga yang pantas lagi buatku' Tangisan ini mulai menjadi-jadi. Tak bisa lagi Aira tahan antara penyesalan dan harga diri yang sudah dirampas pria di luar itu.
Arka mendengar semua tangisan Aira dari balik pintu kamar mandi. Seakan tangisan itu bisa memukuli hati Arka yang belum pernah dia rasakan sebelum- sebelumnya. Setelah Aira keluar pintu kamar mandi Aira langsung ditarik tangan Arka “Kau mau apa lagi!" tegas Aira. “Jadilah simpananku, kau akan punya segalanya Apartemen, perhiasan apapun yang kau butuhkan aku sediakan."
Aira berjalan sambil lalu mengabaikan perkataan Arka "Aku hanya ingin pergi dari sini."
“Kalau kau pergi sekarang kau tidak dapat apapun."
“Aku juga bukan barang yang dijual terus menghasilkan uang.”
“Wajah polosmu itu membuatku memohon agar tetap tinggal."
“Aku sudah selesai, bukakan pintunya." Aira mengambil tas.
“Aku serius. Kau akan rugi enggak dapat apapun dariku.”
“Bukakan pintu keluar untukku."
“Baiklah. Kau jangan menyesal keperawanannya hilang begitu saja.”
“ Sejak awal aku sudah menyesal bisa di sentuhmu."
“Kau--" nada geram Arka.
Akhirnya dibukakan pintu apartemen mewah tersebut dan Aira keluar tanpa menoleh kebelakang.
****
15 menit kemudian
Bib.. Bib.. Bib...
Bunyi bel pintu Arka, dan Arka membukakan pintu tanpa berpikiran siapa yang datang. Biasanya Leon yang datang buat mengantar sarapan pagi khusus kakak tersayangnya. Leon tidak ijinkan orang lain yang mengantarnya. Dengan mata terbelalak disusul senyum tipis Arka. "Jadi kau menyerah?"
“Kasi aku uang tunai." Aira menunduk.
Arka sejenak terdiam tenggelam dalam pandangannya ke Aira, dia tidak memahami dirinya, kenapa dia mau membujuk Aira jadi simpanannya. Mungkin yang terpikirkan saat itu jadi simpanan pemuas nafsu saja bukan jadi kekasih atau apalah itu yang menjalin ikatan dihati.
“Jadi kau bersedia?" tanya Arka kembali. Dengan perlahan mundur dengan wajah menunduk Aira terpaksa dan memberanikan diri menghadapi semua ini. “Kasi aku uang tunai, aku hanya ingin sedikit saja agar aku bisa makan dan membayar angkutan umum." ujar Aira.
"Kau benar benar keras kepala.”Tangan Arka menarik Aira keluar apartemen menuju garasi mobil. Dengan menyetir sendirian tanpa sopir Arka menyodorkan uang yang begitu banyak bagi Aira dan cek dengan jumlah yang sangat besar hanya untuk makan saja tidak akan habis oleh Aira.
“Kau masih tetap mau tinggal atau pulang?"
“...Ak. Aku--Mau pulang."
“Dimata rumahmu?”
“... Emmm Disebelah sana. Nanti kau berhenti saat aku bilang berhenti. Rumahku digang kecil.” Arka melajukan mobilnya keluar garasi, dan mengarah kemana Aira mau turun. Aira dengan sedikit bingung, terlihat mengintip intip disetiap jalan ... Arka yang memandanginnya sangat jelas terbaca kalau Aira kebingungan.
“Kau punya rumah?" tanya Arka penasaran.
“Tentu saja aku punya ..." Dengan mata waswas menjawab pertanyaan Arka.
“Kita balik ke apartemenku saja."
“Tidak! itu... Itu digangkecil itu. Berhenti disini."
“Aku antar kau sampai rumah."
“Jangan! anjingku bisa makan orang jahat."
“Kau pikir aku orang jahat!”
Saat mobil berhenti Aira menyerahkan cek dengan jumlah yang amat besar yang dikasikan Arka dan hanya mengambil uang tunainya saja. Lantas Arka jadi tertegun melihat tingkah Aira yang seperti ingin cepat pergi setelah berada satu ruangan dengan iblis jahat. Dengan segera Aira membuka pintu mobil dan keluar lalu berlari kecil.Arka yang masih kebingungan dengan sikap Aira. Arka langsung melontarkan teriakan kecil pada Aira yang agak jauh darinya
“Siapa namamu gadis kecil..?!!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!