NovelToon NovelToon

Mr. Perfect & Miss Careless

Kabur

"Apa?! Bagaimana bisa Qilla keluar dari rumah tanpa seorang pun yang tahu kepergiannya? Sebenarnya apa yang kalian lakukan saat ku tugaskan menjaga putriku?!" Maki laki-laki berumur 46 tahun kepada para bodyguard yang  bertugas di depan kamar putrinya, Ashira Aqilla Putri Sebastian.

"Maaf Tuan, Dion. Kami benar-benar tidak tahu bagaiaman cara Non Qilla itu kabur. Karena kita semua sudah berjaga di depan pintu kamarnya." Salah seorang dari para bodyguard itu menjawab.

"Seharusnya kalian lebih teliti lagi dalam menjaganya! Meski kelihatannya ceroboh, Qilla adalah gadis yang cerdas. Hanya saja aku tidak menyangka kalau kalian akan secepat ini kehilangan dia," lanjut Dion. Dia tampak kesal kepada para bodyguard yang dipekerjakan untuk menjaga putrinya tersebut.

"Mas, bukankah sudah ku bilang, jangan paksa putri kita itu untuk menikah. Kamu tahu kan kalau Qilla masih menyukai kebebasan." Kali ini Mikha ikut berbicara. Dia juga kesal dengan tindakan suaminya yang tiba-tiba saja menjodohkan putri sulungnya tersebut. "Kalau sudah begini, di mana kita akan menemukannya?"

"Maafkan aku, Sayang. Tadinya kupikir dengan menjodohkannya, dia akan lebih bersifat dewasa dan mau bertanggung jawab dengan perusahaan yang sudah aku serahkan kepadanya."

"Tetap saja kamu salah! Bukan salah putri kita kalau dia bersikap sesukanya pada perusahaan yang kamu serahkan, karena Qilla memang tidak ingin menjadi seorang pengusaha."

"Lalu dia inginnya jadi apa? Dia juga tidak berminat untuk menjadi dokter sepertimu atau pun mommy kan, padahal usianya sudah 20 tahun."

"Mas perkembangan setiap anak itu beda, keinginan mereka juga beda. Mungkin di usia itu aku sudah menemukan hal yang ingin aku capai. Tapi, bukan berarti putri kita juga harus sama kan? Kadang karena dia terlalu nyaman dengan hal yang kita berikan, dia sampai tidak tahu hal yang sebenarnya membuat dia tertarik itu apa. Bukan salah dia kalau dia belum menemukan hal itu, tapi salah kita sebagai orang tuanya yang selalu menyuruhnya mengerjakan ini itu dan membuatnya tidak memiliki minat untuk berproses," ucap Mikha panjang lebar. Dia mengakui caranya mengasuh putrinya tersebut salah.

Selama ini, Mikha dan Dion memberikan segala hal yang bahkan belum menjadi pilihan putrinya itu, mereka mengira dengan begitu putrinya akan menyukai segala hal yang mereka sodorkan kemudian menjadi minatnya di masa depan. Namun ternyata, semua itu tidak berlaku pada diri putrinya tersebut. Qilla memang melakukan segala kegiatan yang disodorkan kepadanya, mulai dari membantu perusahaan ayahnya, membantu pekerjaan ibunya di rumah sakit, sampai dengan memperkenalkan putrinya itu tentang salon kecantikan, tetapi sayangnya semua hal itu tidak menjadi minat bagi dirinya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Dion kepada istrinya, Mikha.

"Mana aku tahu. Semua kan karena kamu, Mas, jadi, kamu juga yang harus mencari solusinya. Pokoknya, aku tidak mau tahu, Mas dan anak buah Mas harus menemukan Qilla secepatnya. Aku tidak mau dia kenapa-napa di luaran sana," jawab Mikha. Dia terlalu kesal dengan sikap suaminya yang kadang berlebihan dan otoriter.

"Baiklah, Sayang, aku janji, aku pasti akan menemukan putri kita secepatnya," janji Dion kepada sang istri.

Mikha hanya memutar bola matanya malas. Dia terlalu bosan dengan janji yang diucapkan oleh suaminya tersebut. Berkali-kali dia sudah berjanji kalau dia tidak akan memaksakan kehendak kepada putrinya, namun, berkali-kali pula suaminya itu memaksakan kehendaknya, dan kali ini sampai membuat putri kesayangannya itu kabur.

"Sayang kamu mau ke mana?" tanya Dion saat melihat Mikha berjalan meninggalkan kamar putri mereka.

"Aku mau ke kamar. Ingat! Malam ini kamu tidur bareng Atta, aku mau tidur sendiri," jawab Mikha dengan perasaan kesal. 

Attarazka Putra Sebastian adalah putra kedua dari Mikha dan Dion. Dia memiliki selisih umur 5 tahun lebih muda dari kakaknya Qilla. 

"Tapi, sayang….  "

"Tidak ada tapi-tapi." Mikha terus melangkah keluar meninggalkan kamar tersebut.

Dion hanya bisa mengesah kasar. Gara-gara keegoisannya, putri kesayangannya kabur dari rumah, dan kini, istrinya pun ikut marah dengan dirinya.

"Kalian semua cari putriku sampai dapat! Ingat! Jangan sampai kalian melukai putriku saat ingin membawanya kembali!" Suruh Dion kepada para bodyguardnya.

"Baik, Tuan." Jawab para bodyguard itu kompak. Mereka segera meninggal kan bos mereka untuk mencari Qilla.

Pergi ke Jogja

"Akhirnya aku berhasil kabur juga dari rumah," ucap seorang gadis yang baru saja turun dari kereta. Gadis yang bernama lengkap Aqilla Ashira Putri Sebastian itu pun langsung keluar dari stasiun. Dia mencari kantor pos untuk bisa mengembalikan semua kartu yang dimilikinya kepada sang ayah. Aqilla ingin membuktikan bahwa dirinya bisa hidup mandiri dengan caranya sendiri.

Setelah memasukkan kartu-kartu tersebut ke dalam satu amplop, Aqilla segera menyerahkannya kepada petugas yang sedang bertugas di kantor pos.

"Semoga setelah aku mengembalikan kartu-kartu itu ke daddy, daddy tidak lagi bisa menemukanku," batin Aqilla.

"Aku harus memulai hidup baruku di luar kota atau ke tempat yang belum pernah aku datangi," kembali Aqilla membatin. Akhirnya Aqilla memutuskan untuk pergi ke Jogja, kota yang sama sekali belum pernah dia datangi.

**

Sementara itu di tempat lain, seorang wanita berambut sebahu sedang berusaha untuk meminta maaf kepada sang kekasih. Sudah berulang kali wanita tersebut meminta maaf dan berulang kali pula laki-laki yang saat ini berada di hadapan wanita itu enggan memberikan maafnya.

"Ar, plis, maafin aku! Aku janji, itu pertama dan terakhir kalinya aku mengkhianatimu. Tolong, Ar, beri aku kesempatan!" pinta wanita itu dengan tatapan menghiba.

"Kamu bilang apa barusan? Pertama?" Laki-laki yang dipanggil Ar itu menggeleng. "Kamu lupa, tiga bulan yang lalu kamu juga sudah mengkhianatiku dengan berselingkuh dengan lawan mainmu di sebuah film kan? Kamu kira aku bodoh dan tidak mengetahui kelakuanmu itu?"

"Itu hanya settingan, Ar. Kami berpura-pura pacaran agar film yang kami bintangi bisa diterima oleh masyarakat," wanita itu kembali memberi penjelasan kepada sang kekasih. Dia berusaha merayu dan duduk di pangkuan laki-laki yang dipanggil Ar tersebut. Namun, tanpa diduga laki-laki itu malah bangun dari posisinya dan membuat wanita itu jatuh tersungkur.

"Ar, kamu menyakitiku," ucap wanita itu.

Laki-laki tersebut mengambil gagang telepon yang ada di depannya untuk menghubungi seseorang.

"Vano, suruh security ke ruanganku!"

"Ar, kamu ingin mengusirku dengan memanggil security?"

"Benar."

"Ar, tapi, aku ini kekasihmu."

"Lebih tepatnya, mantan. Ingat! Kamu yang mengkhianatiku, jadi jangan salahkan aku kalau aku memutuskanmu secara sepihak."

"Ar."

Tidak lama dua orang security datang bersama dengan laki-laki yang mengenakan jas hitam.

"Bawa dia keluar dari sini!" suruh laki-laki itu kepada dua security tadi.

"Mari Nona, silakan keluar atau kami akan menyeretmu dengan paksa!" ujar salah seorang security.

"Aku akan pergi sendiri," jawab wanita itu dengan marah. "Arvin, ini bukan terakhir kalinya aku ke sini. Aku pasti akan kembali lagi ke sini dan akan kupastikan kalau kamu akan kembali lagi denganku!"

Laki-laki bernama Arvin itu hanya memutar bola matanya sambil mengibaskan satu tangannya sebagai isyarat agar dua security itu membawa wanita yang ada dihadapannya itu pergi.

Wanita itu keluar dengan diikuti dua security tadi.

Arvin menghela napas lega. Dia kembali duduk di kursi kebesarannya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Gue rasa sebelum lo memiliki kekasih baru, Nadin tetap akan kembali ke sini untuk meminta balikan lagi sama lo," ucap Vano sambil duduk di kursi kosong yang ada di depannya.

"Emang kurang waras dia. Dia yang ngekhianati gua, eh, malah dia yang ngebet pengen balikan. Dasar sarap!" Arvin begitu kesal dengan mantan kekasihnya yang bernama Nadin itu.

"Wajar sih kalau si Nadin masih ngarepin lo, secara pas lo masih jadi kekasihnya, lo nurut banget sama dia. Sampai-sampai waktu gue ngasih tahu lo kalau Nadin punya affair sama lawan mainnya saja lo kagak percaya."

"Anggap saja kalau dulu gue emang dibutakan oleh cinta. Tapi, sekarang gue udah melek, Van. Gue nggak ogah lagi kalau harus mengulang kesalahan yang sama," jawab Arvin.

"Kenapa lo nggak coba menjalin hubungan sama cewek lain? Bukannya bokap sama nyokap lo lagi nyariin lo jodoh ya?"

"Males, gue. Sampai kapan pun gue nggak bakal mau dijodohin. Pacar yang udah kita kenal dari awal aja bisa ngekhianatin kita, apalagi cewek asing yang nggak kita kenal sama sekali, ogah gue."

"Tapi menurut gue, Nadin nggak bakal berenti ngajak lo balikan sebelum lo beneran punya pacar baru."

"Gampanglah, itu urusan nanti. Yang penting sekarang tuh cewek udah pergi dari depan gue."

Arvin dan Vano, di perusahaan mereka adalah atasan dan bawahan. Namun, hubungan mereka lebih dari itu. Mereka sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Ohya, Ar, besok lo ada kunjungan ke Jogja selama satu minggu. Lo mau gue nyiapin tiketnya sekarang atau besok?"

"Biar gue siapin sendiri." Vano menatap Arvin penuh tanya.

"Gue mau sekalian ambil cuti sebulan. Lo bantu gue handle perusahaan."

"Tapi.... "

"Tenang saja, entar gue suruh adik gue ke sini juga buat bantuin lo." Arvin menaik turunkan alisnya. Dia tahu kalau sahabatnya itu sudah menyimpan perasaan kepada adiknya sejak SMA.

"Apaan sih lo."

"Udah nggak usah sok, sebagai kakak, gue kasih lo restu kok buat bisa ngedapetin cinta adek gue." Arvin bangun dari posisinya.

"Lo mau kemana?" tanya Vano saat melihat Arvin berjalan menuju pintu.

"Gue mau ngerefresh otak gue dulu. Lo handle pekerjaan gue hari ini ya." Tanpa menunggu jawaban dari Vano, Arvin langsung keluar dari ruangannya.

"Bener-bener bos durhaka, main pergi aja," gumam Vano.

Rebutan Becak Motor

Gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan ribuan kendaraan yang lalu lalang di sekitarnya menjadi ciri khas tempat yang sedang Arvin kunjungi saat ini. Arvin berdiri tepat di depan sebuah kolam raksasa dengan air mancur dan tugu yang ada di tengah-tengah kolam tersebut. Dia berdiri tepat di hadapan kolam tersebut, menatap gemerciknya air yang ada di hadapannya.

"Apa gue ke Jogja sekarang aja ya," gumam Arvin. Entah kenapa mendadak dia ingin segera pergi ke Jogja agar bisa secepatnya menghindar dari Nadin.

"Gue pesen tiket sekarang aja deh." Arvin membuka layar ponselnya dan mencari agent travel online. Dia memesan satu tiket pesawat tujuan Jogjakarta untuk penerbangan hari ini. Namun ketika dalam perjalanan menuju ke bandara mendadak Arvin membatalkan penerbangannya dan memilih naik kereta api. Arvin yakin kepergiannya kali ini tidak akan terendus oleh Nadin.

Arvin mengirim pesan kepada sahabat, sekrataris, sekaligus asisten pribadinya untuk memintanya menghandle semua pekerjaannya untuk sementara waktu. Tidak lupa Arvin juga memberitahu adiknya, Queen agar bisa membantu pekerjaan Vano.

Lima menit kemudian ada panggilan masuk dari Vano.

"Gila lo, Ar. Main pergi aja, pekerjaan lo hari ini itu banyak dan harus selesai sebelum lo kunjungan ke Jogja besok. Apa susahnya sih lo mundur sehari ke Jogjanya," cerocos Vano dari ujung sana.

"Gue udah ngehubungi Queen buat bantu lo sekarang, jadi ambil kesempatan itu buat ngambil hati adek gue. Tapi, ingat ya, lo jangan macam-macam sama adik gue!" Vano yang tadinya masih ingin berbicara panjang lebar kepada bos sekaligus sahabatnya itu langsung terdiam seketika.

"Van, lo denger gue nggak?" tanya Arvin.

"Iya, gue denger kok."

"Pokoknya lo harus nyelesaiin pekerjaan gue hari ini sebagai ucapan terima kasih lo karena gue udah ngasih kesempatan buat deketin adik gue."

"Gue nggak nyuruh lo buat ngelakuin itu kok."

"Ya udah deh gue hubungi Queen lagi dan bilang kalau dia gak perlu ke kantor gue karena lo bisa handle pekerjaan gue sendiri."

"Jangan! Jangan!"

Arvin tersenyum, akhirnya dia berhasil memaksa Vano menyelesaikan pekerjaannya hari ini.

"Lho tadi katanya lo nggak nyuruh gue ngelakuin itu?"

"Karena lo udah ngehubungin si Queen, jadi apa salahnya kalau dia juga bantuin pekerjaan lo. Dia kan bisa sekaligus belajar, seenggaknya dia bisa belajar menjadi bos yang bertanggung jawab nggak kayak orang yang gue kenal," jawab Vano panjang lebar.

"Lo ngatain gue bos nggak bertanggung jawab?"

"Ye siapa juga yang bilang kalau itu lo. Tapi, kalau lo ngerasa syukur deh."

"Sialan lo. Gue tutup sekarang ya udah mau nyampai nih." Arvin segera menutup panggilannya. Dia kembali ke rencana semula yaitu pergi ke Jogja dengan menggunkan kereta.

Arvin menyuruh sopirnya untuk mengambil mobil yang dikendarainya di stasiun. Dia segera menitipkan kunci mobilnya tersebut kepada satpam yang bertugas untuk diberikan kepada sopir pribadinya yang masih berada di jalan. Dia kemudian masuk ke dalam stasiun dan segera naik ke kereta Taksaka Luxury tujuan Jogjakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 8 jam akhirnya kereta itu tiba di stasiun Tugu. Arvin segera turun dari kereta, dia segera mencari angkutan umum untuk secepatnya sampai ke Malioboro, Arvin ingin mencari hotel atau penginapan yang ada di sana.

"Pak." Panggil Arvin kepada tukang sopir becak motor yang sedang berhenti di depan sebuah toko. Arvin menghampiri tukang becak tersebut.

"Hotel Grand ya, Pak," ucap Arvin sambil naik ke atas becak. Namun, sebelum ia naik seorang gadis sudah menyerobotnya terlebih dulu.

"Mbak aku duluan lho yang manggil," protes Arvin.

"Kata siapa? Dari tadi tuh aku udah naik dan aku turun karena ada yang mau aku beli."

"Iya, Mas, bener. Tapi, sebenarnya barusan Mbaknya bilang mau ganti naik andong aja makanya berenti di sini."

"Tuh kan, Mbak. Artinya becak ini milikku sekarang, kalau Mbak mau naik cari becak yang lain sana!" Tanpa memperdulikan wanita itu, Arvin menarik tangannya untuk turun. Dia pun langsung naik ke atas becak motor tersebut untuk segera menuju ke hotel yang ingin dia tuju. Meskipun kesal dengan terpaksa gadis itu pun mencari becak motor yang lain untuk ditumpangi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!