...Happy Reading...
... "Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan, tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri penghidupan." ...
Harvard University adalah salah satu universitas riset swasta yang berlokasi di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat dan merupakan salah satu Universitas terbaik di dunia.
Dan disinilah Ganesh Putra Anderson sekarang berada, dengan ditemani Simon Anderson dan istri tercintanya yaitu Raras dalam acara Wisudanya, karena telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Harvard University bahkan dengan nilai IPK yang sangat memuaskan.
" Sayang, selamat ya? akhirnya kamu sudah menjadi sarjana sekarang." Raras menghujani civman diseluruh wajah Ganesh, untung saja Raras menggunakan lipstik yang mate, kalau tidak mungkin wajah Ganesh sudah dipenuhi dengan cap bi bir lipstik warna merah menyala.
" Mom, sudah dong? malu itu dilihatin temen-temenku semua." Ganesh hanya terdiam sambil melirik kanan kiri saat Raras seolah tidak perduli dengan keadaan disekelilingnya yang ternyata melihat kearah mereka dengan senyuman.
" Aku ora perduli, yang penting anakku sudah sarjana dan bisa kembali ke negara tercinta, a... mommy kangen banget sama kamu nak!" Raras terus saja memeluk putra tampan kesayangannya.
" Dad, help me please." Bisik Ganesh saat melirik daddynya yang sedari tadi hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah istrinya, sedari mereka berada didalam pesawat Jet pribadi miliknya, tak henti-hentinya Raras mengoceh kesana kemari membanggakan putra kesayangannya karena sudah berhasil wisuda.
" Mau gimana lagi, dia bahkan tidak tertidur satu detikpun selama perjalanan berjam-jam karena merindukanmu, akhir-akhir ini kamu jarang mau pulang, mommymu sewot terus setiap hari nanyain kamu." Ucap Simon yang seolah curhat tentang Raras.
" Banyak tugas yang harus aku selesaikan agar bisa segera wisuda dad, jadi nggak bisa sering-sering pulang." Jawab Ganesh sambil menghela nafasnya berulang kali.
" Apapun itu, selamat ya nak, akhirnya kamu dapat menyelesaikan pendidikanmu dengan tepat waktu, daddy bangga sekali denganmu." Gantian Simon yang langsung memeluk putra kebanggaannya dengan senyum yang terus mengembang.
Empat tahun sudah Ganesh meninggalkan negara tercinta, dengan segala cerita suka maupun duka, walau yang paling terasa adalah luka hati dan hubungan tanpa kepastian yang dia bawa sampai sekarang.
" Kalau begitu, kamu langsung ikut kami pulang kan nak?" Tanya Raras yang sudah tidak sabar untuk kembali tinggal satu rumah bersama putranya.
" Hmm... sepertinya aku akan pulang beberapa hari lagi mom, masih ada banyak hal yang harus aku selesaikan disini sebelum pulang." Jawab Ganesh yang sebenarnya juga rindu di negara tercinta, apalagi dengan wanita yang sudah meluluh lantahkan hatinya, entah bagaimana kabarnya sekarang, karena mereka benar-benar loss contact setelah kejadian hari itu, bahkan tidak ada satupun dari mereka yang mau berkabar, walau orang tua mereka sebenarnya tidak pernah melarang.
" Hal apa? jangan bilang kamu punya utang ya disini!" Umpat Raras langsung menjelingkan kedua matanya kearah Ganesh.
" Mommy pikir disini ada mbak-mbak sayur yang jualan keliling dan bisa belanja walau hanya modal ngutang?" Ucap Ganesh yang memang selalu rindu dengan banyolan mommynya seperti ini.
" Emang nggak ada ya nak? hah... hidup kurang berwarna kalau belum pernah ngutang!" Oceh Raras yang memang selalu ceplas-ceplos tanpa tahu tempat.
" Emang kamu pernah ngutang dimana yank? jangan bercanda kamu yank, masak istri CEO Anderson Group ngutang sih yank?" Simon langsung terkejut saat mendengarnya.
" Mau gimana lagi yank, mbak sayur mana punya mobil banking, dan lagi mana mau mereka dibayar pakai kartu ATM?" Raras langsung berbicara dengan menggebu-gebu.
" Jangan malu-maluin kamu yank? lain kali ambil uang cash banyak-banyak, di Brangkas juga masih banyak uang kan!" Simon menanggapi ocehan Raras dengan serius, seolah dia mengutang senilai milyaran rupiah.
" Yaelah.. kurang goceng doang bang, itu juga karena nggak punya uang kembalian mbaknya." Raras tidak mau kalah menjawab omelan suaminya.
" Astaga mom, dad sudah dong, kenapa jadi berantem soal utang sayur disini sih?" Ganesh menatap kedua orang tuanya dengan jengah.
" Daddymu itu nggak mau ngalah!" Raras langsung terlihat cemberut.
" Ya sudah, kalian berdua pulang saja dulu, acaranya juga sudah selesai kan?" Ucap Ganesh yang tidak mau ribet.
" Okey, kalau begitu kami langsung pulang saja ya nak, soalnya besok daddy ada meeting penting, jadi nggak bisa lama-lama disini." Simon langsung menepuk bahu putranya sambil tersenyum, cabang perusahaan yang semakin banyak membuat Simon sedikit kuwalahan dalam mengatur waktu sekarang.
" Hmm... tetep safety and healthy ya mom and dad." Ganesh merengkuh tubuh mereka berdua.
" Daddy tunggu kedatanganmu di Perusahaan ya nak, kami sangat membutuhkanmu disana." Simon langsung merangkul pinggang istrinya yang terlihat masih sangat merindukan putranya.
" Cepet pulang ya nak, jangan lama-lama disini." Raras kembali memeluk putranya.
" Siap mom, Ganesh akan segera pulang ke negara kita." Ganesh tersenyum dan melambaikan tangannya kearah kedua orang tuanya yang berjalan meninggalkan kampusnya.
" Honey, congratulations!" Tiba-tiba seorang gadis cantik nan seksi terlihat memeluknya dari belakang.
" Thank you beb." Jawab Ganesh yang langsung membalas memeluknya dengan erat.
" I'm really miss you? these few days, you are very busy?" Rengek gadis itu dengan manja, bahkan bajunya yang kurang bahan itu sedikit terangkat keatas karena sedari tadi terus menggera yangi tubuh Ganesh.
" I'm so sory beb, I have a lot to do." Ganesh hanya bisa pasrah saja saat wajahnya kembali dihujani oleh civman, tapi bukan seperti mommynya yang penuh kasih sayang, melainkan penuh naf su yang terlarang.
Semenjak melihat Adelia untuk yang terakhir kalinya berpelukan dengan seorang pria yang selalu membakar api cemburunya saat itu, Ganesh seolah sudah tidak mengenal lagi apa itu kata 'setia', selama ini dia sering gonta ganti pasangan, bahkan sehari pernah sampai tiga kali, namun dia tidak pernah mau melakukan hubungan se ks bebas, mungkin hanya sekedar pemanasan dan berakhir didalam kamar mandi menghabiskan sabun cair satu botol.
" Come on honey, let's book a room, now?" Gadis itu seolah tidak sabar ingin berduaan dengan Ganesh.
" Okey, let's go baby." Bahkan Ganesh memukul buntut gadis itu dengan gemas, apalagi dengan bajunya yang kurang bahan, membuat Kang Pisang dari negara manapun berontak.
" GANESH PUTRA ANDERSON, ikut pulang dengan kami sekarang juga!" Teriak seorang wanita yang sangat Ganesh hafal, tidak lain tidak bukan yaitu adalah sang mommy tercinta.
Saat Raras dan Simon hampir keluar dari kampus bergengsi di seluruh dunia itu, dia lupa memberikan kado jam tangan termahal yang sudah dia pesan untuk hadiah kelulusan putranya.
Namun ternyata saat Raras kembali masuk kedalam kampus, dia melihat putranya sedang berpelukan mesra dengan seorang gadis berambut pirang dan berbody aduhai sekali, dan yang membuat emosinya semakin meradang, dia melihat tangan putranya memukul buntut wanita itu bahkan dengan sedikit mere masnya.
" Astaga, matilah aku!" Umpat Ganesh yang langsung mendorong gadis dalam pelukannya itu.
Sedangkan gadis itu hanya bisa melongo saat melihat seorang wanita yang bahkan menyingsingkan gaun panjangnya sampai ke lutut, sambil berjalan cepat dengan mata melotot kearah mereka.
..."We all have this perfect picture in our minds of how things are supposed to be, and that’s why we all end up being disappointed."...
...(Kita semua punya gambaran sempurna dalam pikiran kita tentang bagaimana hal-hal seharusnya terjadi, dan itulah mengapa kita merasakan kecewa)...
...Happy Reading...
Melindungi dan mengayomi seluruh lapisan masyarakat memanglah salah satu tugas dari anggota kepolisian.
Begitu juga dengan anggota kepolisian yang dipimpin oleh Raymond yang telah berhasil memberantas buronan yang akhir-akhir ini sudah meresahkan warga.
Dalam beberapa tahun ini, setelah Ray berhasil menyelesaikan pendidikannya menjadi anggota kepolisian dan ditugaskan ke berbagai daerah, sudah beberapa kali dia mencetak prestasi sehingga tahun ini Ray berhasil dipromosikan untuk naik pangkat.
" Hah, menyesal aku nemenin kamu nangkap buronan kemarin." Ucap salah satu polisi wanita yang tiba-tiba langsung masuk dan duduk didepan meja Ray.
" Why? what's wrong with you? kita berhasil menangkap buronan kelas kakap dan bahkan orang-orang yang ikut andil dibelakang mereka juga kan, ini salah satu prestasi buat tim kita juga loh?" Ray langsung menyandarkan tubuhnya di kursi dan menatap Celine rekan kerjanya dengan tatapan heran, disaat mereka senggang begini, mereka berdua memang sering ngobrol santai karena ruangan kerja mereka bersebelahan di kantor itu.
" Iya, tapi karena itu juga kita jadi nggak bisa jadi satu tim lagi sekarang." Umpat Celine yang malah merasa sebaliknya, dia selalu merasa nyaman jika ngobrol dengan Ray, karena dia tipe pria yang asyik diajak ngobrol tentang masalah apapun.
" Harusnya kamu bersyukur, semua tim kita naik pangkat semua bukan?" Ray malah tersenyum, ada apa dengan wanita ini pikirnya, mendapat prestasi kenapa malah terlihat sedih begini, harusnya kan bangga.
" Masalahnya kita semua akan terpisah, padahal kita kan tim paling solid, aku jadi kurang bersemangat." Celine pindah duduk dan memilih menjauh disudut ruangan, dia tidak ingin wajah sedihnya terlalu terlihat.
" Astaga Celine, mau sekarang atau besok juga kita pasti akan menjalani kehidupan masing-masing bukan? apalagi kalau kita sudah berkeluarga semua, sudah pasti kita akan berpisah juga kan?" Ray kembali merasa heran, mereka juga berasal dari berbagai daerah, lambat laun mereka juga pasti akan berpisah pikirnya.
" Tapi kenapa kamu mesti pindah sih Ray? disini aja kan bisa?" Pinta Celine yang memang terlihat lesu, karena memang sedari awal dia merasakan kenyamanan dan cemistri saat satu tim dengan Ray.
Tapi aku maunya terus bareng sama kamu Ray, bahkan aku pernah memimpikan untuk hidup berkeluarga denganmu dan menua bersamamu.
Raymond adalah salah satu anggota polisi yang juga menjadi terfavorit bagi para anggota polisi wanita yang bertugas disana, karena selain tampan dia juga humoris dan tumbuh menjadi sosok yang menyenangkan, jadi saat jaga atau dinas bersama Ray, waktu tanpa terasa cepat berlalu begitu saja tanpa ada kata membosankan disana.
" Aku memang sengaja minta pindah, karena kedua orang tuaku setiap kali aku telpon, ngomel terus meminta aku untuk pindah tugas." Ray mengingat Mala yang selalu merengek berulang kali agar Ray minta dipindah tugaskan.
" Kamu kan bisa menolaknya dengan berbagai alasan?" Celine pun mengalami hal yang sama, tapi karena mengenal Ray lah dia lebih memilih tetap dinas disana.
" Hmm... karena aku juga merindukan mereka." Jawab Ray yang tiba-tiba tersenyum saat memikirkan sesuatu, selain mommy, daddy dan kakaknya, terlintas juga wajah Hanami disana yang membuatnya semakin rindu.
Aku juga merindukan si gadis tomboy itu, pengen liat gimana reaksinya kalau lihat aku sudah berseragam begini? pengen juga adu taekwondo lagi dan yang pasti untuk mengalahkan dia.
" Jadi beneran, kamu tetep mau pindah Ray?" Celine semakin menekuk wajahnya, padahal dia berharap bisa membujuk Ray untuk membatalkan kepindahannya, seharian ini dia sudah merancang kata-kata yang tepat untuk merayu Ray, namun sekarang seolah kata-kata itu terbang melayang entah kemana.
" Hmm.. hari ini aku terakhir dinas di kota ini, mungkin lusa aku akan berangkat ke daerahku." Jawab Ray yang sebenarnya juga sudah tidak sabar lagi.
" Coba pikir ulang deh Ray, tega banget sih kamu mau ninggalin kita?" Ucap Celine terus berusaha membujuk.
Lebih tepatnya ninggalin gw Ray, nggak bisa dibayangin deh dinas tanpa adanya kamu, seolah penyemangat kerjaku menghilang.
" Kan masih banyak anggota lainnya yang masih tetap disini, walau mungkin yang imut dan tampan cuma gw doang, hehe?" Seperti biasa Ray selalu membuat suasana menjadi riuh renyah.
" Kamu itu nyebelin banget deh!" Umpat Celine sambil tersenyum kecut, seolah rayuannya tidak ada yang berhasil satu pun.
Tapi memang kamu yang paling tampan sih menurutku Ray? selama ini hanya kamu yang bisa membuatku tertarik dengan seorang pria.
Celine hanya bisa mengucapkan semua dalam hati, sebenarnya sudah sejak lama juga dia ingin mengungkapkan perasaannya, namun dia masih gengsi dan berharap Ray mempunyai perasaan yang sama dengannya, namun sepertinya harapannya tidak sesuai dengan kenyataan.
" Jangan lupa nanti malam datang ke acara perpisahanku ya? nanti aku share lokasi lewat chat, okey?" Ray memang sengaja membuat acara perpisahan untuk sekedar mengobrol santai dengan rekan kerjanya sebelum mereka berpisah, karena banyak kenangan suka maupun duka diantara mereka.
" Ray, sebenarnya kamu---" Celine ingin mencoba memancing perasaan Ray namun dia kembali ragu, karena dia rasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengutarakan apa yang dia rasakan, karena masih ditempat kerja.
" Kenapa?" Tanya Ray sambil merapikan mejanya karena jam kerjanya saat ini sudah hampir berakhir.
" Nggak jadi deh, lain kali saja, hehe.." Celine langsung berdiri dan merapikan seragamnya kembali.
" Beneran nggak jadi nih?" Tanya Ray memastikan lagi, takutnya ada yang penting.
" Iya nggak papa, tidak mendesak kok." Jawab Celine dengan senyum manisnya.
" Wokey, kalau begitu aku harus menemui komandan kita dulu, ada hal penting yang harus aku bicarakan dan ada beberapa dokumen yang harus aku serahkan kepada beliau sebelum aku pindah tugas." Raymond langsung membawa beberapa map untuk dia bawa ke ruangan komandannya.
" Siap, kalau begitu sampai jumpa nanti malam ya Ray." Ucap Celine yang akhirnya hanya bisa bungkam, karena dia tidak punya wewenang kusus untuk tetap melarang Ray pindah dari sana.
" Okey, jangan sampai nggak datang loh ya, karena entah kapan lagi kita bisa ngumpul bareng lagi." Ray menepuk lembut bahu Celine yang terlihat lesu dan tidak bersemangat lagi.
" Tentu, aku pasti akan datang untukmu." Padahal tadi sebenarnya Celine yakin bisa meluluhkan hati dan membatalkan keputusan dari Ray.
Tanpa kamu suruhpun aku pasti akan datang menemuimu Ray, dengan senang hati, bahkan menemani disetiap langkahmu pun aku rela, aku tidak bisa membayangkan jika setiap hari tidak bisa melihatmu lagi, apa aku bisa semangat bekerja lagi.
Dan akhirnya mereka berdua sama-sama keluar dari ruangan dan menuju ke tempat tujuan mereka masing-masing.
..."*Jalinan kasih sayang tidak bisa dipaksakan, bisa saja orang berpura-pura pengasih, tapi dengan cara itu kelak dia akan menangis perih."...
..." Seperti hati yang sudah lagi tak bisa bersama, tapi memaksa agar tetap bersama dan akhirnya akan saling melukai dan saling mematahkan*."...
...Happy Reading...
Siang hari yang terik pun kini telah berlalu, jalanan sore mulai padat merayap karena memang sudah jamnya pulang kerja dari tempat kerja mereka masing-masing, sedangkan Ray sengaja datang ke kafe yang sudah dia pesan lebih awal untuk mengecek tempat acara syukuran naik pangkat dan acara perpisahan pindah tugas, dia melihat persiapan ruangan dan juga makanan terlebih dahulu, agar semuanya nanti dapat berjalan dengan lancar.
" Ray?" Sapa seorang tamu undangannya yang ternyata adalah Celine, dia berjalan mendekat dengan senyum yang tidak pernah pudar, saat melihat wajah tampan Ray, hati Celine memang selalu bergetar apalagi kalau senyuman manis pria itu tertuju kepadanya, seolah bunga-bunga bermekaran disekelilingnya.
" Hei.. kamu sudah datang? mana yang lainnya?" Tanya Ray yang langsung melongok dibelakang tubuh Celine namun tidak ada orang lain lagi.
" Belum datang, aku sengaja datang duluan agar bisa ngobrol banyak denganmu." Jawab Celine yang sudah terlihat cantik dengan dress mewahnya, padahal acaranya hanya bertemakan santai, bukan acara formal, namun dia memang sengaja ingin terlihat cantik di depan pria idamannya.
" Owh begitu?" Ray melirik jam tangan mahal miliknya dan ternyata memang masih awal lagi, pantas saja yang lain belum ada yang datang.
" Ray boleh nggak kita ngobrol berdua dulu?" Pinta Celine yang langsung duduk disamping Ray.
" Tentu, kita kan memang cuma berdua disini, selain mbak karyawan kafe ini?" Ray merasa heran sendiri, tidak biasanya Celine bersikap seperti ini.
" Aku pengen ngomong serius sama kamu." Ucap Celine dengan tekad yang sudah bulat.
" Tentang?" Entah mengapa jantung Ray malah jadi terasa dag dig dug ser sendiri, seolah ada yang aneh dari perilaku Celine.
" Bisa kita bicara di ujung sana." Celine menunjuk sofa di ujung ruangan kafe tersebut.
" Okey tidak masalah, kita bisa kesana sekarang." Jawab Ray yang langsung berjalan menuju kearah sofa dengan berbagai asumsi yang terlintas di otaknya, namun dia mencoba untuk tetap santai dan cool seperti biasa.
" Ray, sebelumnya aku minta maaf." Posisi duduk Celine bahkan terlihat lebih condong kearah Ray.
" Untuk?" Ray malah terlihat sedikit menggeser tubuhnya mundur dari tempat dia duduk, dia lebih suka menjadi pria yang agresif daripada pihak wanita yang lebih agresif seperti ini menurutnya.
" Aku... aku sebenarnya ingin tahu bagaimana tentang, emm.. perasaan kamu denganku?" Akhirnya pertanyaan itu berhasil terlontar juga dari mulut Celine walau sedikit ragu.
" Ehermm.." Dia merasa ingin terbatuk namun dia tahan sebisanya.
" Perasaan? maksud kamu perasaan yang bagaimana?" Tanya Ray yang langsung terkejut dengan pertanyaan rekannya yang terkesan lebih mendalam.
" Selama ini kita selalu jaga bersama, bahkan kalau dikirim ke daerah terpencil kita juga selalu bersama, dan menurutku kamu selalu baik denganku, kamu sosok yang perhatian dan pengertian, apa kamu tidak punya perasaan lain selain sebagai teman denganku?" Tanya Celine yang mencoba memberanikan diri karena mungkin hanya ini kesempatannya yang tersisa.
Mati gw, perhatian yang bagaimana? kayaknya aku biasa aja deh, sama semua polwan juga begitu, aku perlakukan semua sama, apa yang beda coba?
Terkadang wanita saat diberikan perhatian dan pengertian yang menurut Ray hanya biasa saja tapi terasa istimewa bagi orang lain, itu mengapa berulang kali banyak gadis yang mengungkapkan perasaan dengannya namun tidak dia terima, karena memang Ray hanya menggangap mereka semua sebagai teman, karena sejak dulu dia selalu diajarkan oleh ayahnya untuk memuliakan seorang wanita, namun ternyata itu semua mereka salah artikan, begitu juga dengan Celine yang salah sangka terhadap semua perlakuan Ray.
" Celine, sebelumnya aku minta maaf karena telah membuat kamu salah sangka, tapi aku memang hanya menganggap hubungan kita ini sebatas teman saja, sama seperti yang lainnya." Ucap Ray perlahan, agar tidak menyinggung perasaan wanita yang biasanya selalu sensitif.
" Apa sedikitpun, tidak ada perasaan lain untukku?" Celine menundukkan pandangannya, antara malu dan tetap nekad berjuang demi cinta.
" Celine.. kamu adalah teman terbaikku, aku tidak mau melukai hatimu, tapi aku juga tidak bisa memberikan harapan lebih dari itu, karena memang aku, emm--" Dia menggantungkan ucapannya.
" Memang apa? apa kamu sudah punya wanita lain dihatimu?" Tanya Celine yang langsung ke titik pointnya.
" Hmm... mungkin bisa dibilang begitu." Karena memang Raymond belum yakin, tapi dia memang tidak mau memberikan harapan apapun untuk Celine, karena dia tidak mau PHP in seseorang apalagi seorang cewek, karena kalau mereka sudah nekad, akan fatal akibatnya.
" Tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu jalan atau pergi cuti dengan seorang wanita manapun? bahkan telponan mesra juga belum pernah lihat, padahal kita sering seharian dinas bersama." Sudah kepalang basah, sekalian saja dia korek info secara mendalam pikirnya.
" Owh... dia bukan dari daerah ini dan kami memang jarang telponan, kita sibuk dengan pekerjaan kita masing-masing." Jawabnya dengan sedikit ragu.
" Apa kamu tidak berbohong kepadaku?" Celine seolah menangkap keraguan dari wajah Ray saat ini.
" Celine, kita tetap bisa berteman kan?" Tanya Ray yang ingin mengalihkan topik agar Celine tidak terlalu banyak bertanya tentang hal pribadinya.
" Apa kamu sama sekali tidak menyukaiku? atau mungkin mencoba untuk menyukaiku? aku akan menunggumu Ray, bahkan aku rela jika harus pindah tugas denganmu, di kotamu sekarang." Celine sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan Ray saat jawaban yang dia terima tidak sesuai dengan keinginannya.
" Celine, maafkan aku, tapi aku sungguh tidak bisa, aku takut akan lebih melukai hatimu, mungkin kita hanya cocok untuk sekedar berteman saja." Jawab Ray dengan tegas, dia memang tidak mau pura-pura suka hanya untuk membahagiakan seorang wanita dihidupnya.
" Ya sudahlah, kalau begitu aku pamit saja, selamat atas kenaikan pangkatmu, dan hati-hati dijalan, maaf aku tidak bisa mengantarmu besok." Celine terlihat sangat sedih.
" Apa kamu tidak mau menunggu rekan-rekan kita dulu?" Tanya Ray yang mencoba untuk menahannya.
" Maaf, aku ada acara mendadak malam ini, sampaikan saja salamku untuk semua." Jawab Celine tetap tidak menoleh, bahkan dia terus menundukkan kepalanya saat mulai berjalan meninggalkan Ray yang sebenarnya juga merasa tidak enak hati, karena acaranya bahkan belum dimulai sama sekali.
" Okey, terima kasih atas kedatanganmu Celine, good luck for you." Ucap Ray yang hanya dibalas anggukan kepala saja dari Celine.
" Maaf Celine, aku harus menolakmu secara langsung, karena gadis tomboy itu tidak pernah bisa pergi dari ingatanku." Ray pun hanya bisa menghela nafasnya berulang kali sambil menatap kepergian polwan cantik rekan kerja di kantornya.
Karena entah mengapa selama ini wanita yang selalu ada dihati Raymond cuma Hanami saja, dia pikir awalnya cuma karena rasa kasian saja terhadapnya, namun ternyata sampai detik ini gadis tomboy itu masih saja selalu terngiang-ngiang di pikirannya.
..."Jangan pernah memberikan seseorang harapan palsu karena pada akhirnya itu amat menyakitkan."...
..." Karena penolakan yang jelas, selalu lebih baik daripada janji palsu."...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!