NovelToon NovelToon

Destiny Seeker

Prolog

Kehidupan mulai bangkit kembali, yang sebelumnya sengsara kini mulai makmur, masing-masing dari mereka telah menggenggam apa yang menjadi hak mereka.

Masa-masa kelam setelah kekacauan agung telah berhasil mereka lewati.

Over World, merupakan salah satu dari sekian banyak Dunia yang berada di Yggdrasil. Hanya memiliki satu Benua dan populasinya berjumlah lebih dari 27 miliar jiwa.

Satu-satunya Benua yang dimiliki oleh Over World, Altesia dibagi menjadi 4 bagian menurut mata angin. Diantaranya ada West, East, North dan South Mainland.

Setiap Mainland memiliki keunikannya tersendiri, mulai dari budaya, geografi, musim, iklim, hingga mahluk yang tinggal pada tempat tersebut.

Di beberapa bagian Mainland pasti akan ada pihak yang memimpin, diantaranya ada 12 pihak besar yang terdiri dalam 2 kelompok yaitu; Seven Great Nobles dan Five Great Kingdom.

Namun tidak hanya mereka, pada bagian milik kelompok tertentu, mereka memimpin wilayah mereka sendiri dengan cara yang berbeda-beda.

Dan salah satu diantaranya adalah Elf yang terbagi menjadi beberapa suku, dengan Half Elf sebagai yang terkuat dalam deretan suku tersebut.

\=/\=\=/

Sebuah Kota kecil yang indah, terletak diantara perbatasan West-South Mainland, Sera merupakan Kota tempat tinggal anggota cabang Keluarga Izura bersama banyak Elf di sekeliling mereka, dengan sosok kecil mungil yang bernama Viole sebagai penengah diantara kedua suku tersebut.

Anak laki-laki yang tidak mengetahui kemana orang tuanya pergi sejak dirinya lahir dan tinggal berdua bersama Kakeknya adalah latar belakang dari Viole.

Beberapa kali dia sempat bertanya kepada Kakeknya kemana Ayah dan Ibunya pergi, namun jawaban yang pria tua itu berikan selalu sama. Mereka berdua sedang berada di tempat yang jauh.

Mendengar jawaban tersebut, terkadang Viole merasa iri ketika melihat anak-anak lain bermain bersama orang tua mereka. Dia menganggap dirinya telah dikucilkan dan mendapatkan diskriminasi.

Namun setelah beberapa waktu berlalu, pemikirannya mulai diubah oleh Kakeknya yang hangat, hanya dengan bersama sosok orang tua pengganti yang baik, Viole sudah mendapatkan cukup kebahagiaan.

Dia merasa lebih baik sekarang.

Setiap hari demi mendapatkan uang, anak berusia 6 tahun itu akan pergi ke Hutan untuk mencari kayu, Spirit Fruit atau Magic Plant bersama Kakeknya.

Paling sering tujuan mereka berdua pergi ke hutan adalah untuk mencari Magic Plant, kenapa? Karena Zhen, Kakek Viole merupakan seorang peracik obat yang disebut dengan Alchemist.

Menjual obat adalah sumber mata pencaharian terbesar mereka, karena di Sera hanya terdapat sedikit orang yang menguasai Ilmu tersebut.

“Wah...!”

Setiap kali memperhatikan Kakeknya saat sedang meracik obat, Viole selalu merasa terkagum-kagum. Menurutnya itu sangat keren.

Membuat obat untuk menyelamatkan atau mempermudah hidup orang lain tidak bisa dilakukan oleh orang biasa, mereka adalah pahlawan sejati bagi Viole.

Dari Kakeknya, anak itu terinspirasi, kemudian mulai mempelajari dasar-dasar tentang Ilmu Alchemy dengan sepenuh hati, dia sangat bersemangat.

“Suatu hari nanti aku pasti akan menjadi seperti Kakek! Pahlawan hebat yang menyelamatkan Dunia! Ha ha ha ha!” Viole berdiri di atas meja sambil memegang botol obat milik Kakeknya.

Zhen hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Viole, dia bersyukur karena bisa memiliki keturunan yang sangat berambisi.

Namun pada saat yang bersamaan dia juga merasa kecewa, karena tidak akan pernah bisa melihat perkembangan Viole dalam menjadi sosok hebat di masa depan nanti.

<----<>---->

Ditengah kobaran api, Zhen memeluk Viole yang sedang menangis ketakutan. Dari telapak tangannya tiba-tiba muncul sebuah kertas, kemudian ia serahkan benda tersebut kepada Viole.

“Nak, baca surat ini setelah situasinya membaik... Pikirkan tentang masa depan mu dan jangan pernah melihat ke belakang. Kakek menyayangimu.“

“Tunggu! Kakek mau kemana?!” Viole merengek, dia menahan Zhen agar tidak pergi. Menghadapi puluhan ribu orang secara bersamaan adalah tindakan yang gila, Viole menolak keinginan Kakeknya.

SRRGGGG!

Zhen mengabaikan ucapan Viole, dia justru menggunakan Sihir, mengurung cucunya sendiri dalam sebuah pohon rindang. Sedikit kejam, tapi dia harus melakukannya supaya nyawa anak itu tetap aman.

“Hah... Padahal baru tujuh tahun, tapi mereka sudah berhasil menemukanku. Anak muda zaman sekarang memang terlalu bersemangat ya... Hahah.”

Zhen mengepalkan tangannya, dia berdiri dibarisan paling depan tanpa rasa takut. Berbekal sebuah ranting pohon, pria tua itu langsung berhadapan dengan puluhan ribu musuh.

“Tuan-!”

“Hrmm.” Zhen mendorong seorang pemuda yang berniat membantunya. “Aku sudah siap untuk mengorbankan nyawaku, kalian para generasi muda jangan ikut campur.”

“Tapi Tuan-! Anda...”

“Del, aku sudah terlalu tua, sepuluh tahun lagi sudah dapat dipastikan bahwa aku akan terbaring lemas karena usia. Jadi setidaknya, biarkan Kakek tua ini mati dengan keren...”

Zhen membalikkan badan, kemudian menggunakan Sihir masif yang membuat seluruh Kota Sera ditutupi oleh kayu, membentuk kubah kuat tanpa celah. “Ku titipkan Viole kepadamu.”

SWOOOSH!!

<----<>---->

Sore hari.

Rintik hujan mulai jatuh, membasahi bumi yang sudah basah oleh darah. Pada sebuah tenda Viole memandangi telapak tangannya sendiri, diam bersama kesunyian.

Dari dalam saku bajunya, Viole mengeluarkan sebuah kertas kumal. Dengan mata penuh kekosongan bocah itu menatap ke arah kertas tersebut, membaca seluruh isinya secara perlahan.

‘Maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukannya. Kamu mungkin mereka marah dan menganggap diriku tidak bertanggung jawab, tapi kumohon, suatu hari nanti kembalilah ke Kediaman Keluarga Utama. Semua jawaban yang kamu inginkan berada di sana.

Kamu bisa mengetahui semuanya. Yah... Ada beberapa alasan yang membuat diriku tidak bisa menemui mu, kebenarannya akan menjadi jelas tergantung kepada niat mu.

Untuk sementara waktu bersabarlah, kamu masih memiliki masa depan, dunia terbentang luas dipenuhi oleh harapan. Banyak orang menantikan kedatangan mu, banyak sekali. Jadi aku mohon, teruslah hidup.

Ya! Kamu bebas untuk melakukan apapun kepadaku jika kita sudah bertemu nanti, apapun. Kamu boleh memukul ku, menendang ku, mempermalukan ku atau bahkan membunuh ku.

Tapi ku mohon, laksanakan satu saja permintaan egois ku ini. Tolong temui aku dalam keadaan yang layak, tunjukan keseriusan mu dalam menjalankan prinsip untuk bertahan hidup dan perlihatkan kemampuan mu.

Dengan begitu aku bisa tersenyum bahagia, bangga kepadamu, karena kamu sudah menjadi jauh lebih berhasil dalam menggapai kehidupan dibandingkan dengan orang tua mu.

Salam hangat, dari Ayah.’

SRAAK!

Will Continue in Chapter-1 >>>

\=\=\=

Hai, coller Arya disini, jadi aku berniat menawarkan cerita tentang orang yang ingin memperbaiki hidupnya dan menggapai kebahagiaan yang dia inginkan.

Novel ini adalah remake dari cerita yang sebelumnya, bakal ada banyak banget perubahan, tapi inti ceritanya akan tetep sama.

Kisah tentang emosi manusia yang mungkin sering kalian temui atau rasakan, action? Ada beberapa, xianxia ku ini sedikit ku buat berbeda agar ada suasana baru.

Jujur aja banyak Novel lain yang terlalu membosankan untuk dibaca karena hanya mengulang cerita yang sudah ada dengan sedikit perubahan yang tidak berarti.

Mungkin cuma karya Shujinkouron dan Arya Frost yang memiliki sesuatu, tapi aku masih berusaha untuk mencari juga membuat miliku sendiri.

Udah sih itu aja, semoga kalian suka! Dan selamat menikmati~

Tambahan, aku tidak mempunyai maksud tertentu, cerita ini hanya hasil pemikiran ku sendiri. Jangan terpengaruh dengan konten yang ada di dalamnya, semua itu bukanlah hal yang patut untuk dipraktekkan. Jadilah pembaca yang bijak dan uwao.

Bang, like bang ;-;

Chapter 1 – Eternal Name's

Seorang pria mengangkat kepalanya, dia menatap langit yang begitu gelap, terduduk di atas ribuan, atau bahkan ratusan ribu jasad tanpa nyawa.

Matanya terlihat kosong dan hatinya terasa hampa, sepertinya dia sudah sangat kelelahan. Tanpa rasa risih sedikitpun, pria itu berjalan melangkahi mayat musuh-musuhnya.

Suara percikan dari darah dan daging yang hancur terdengar setiap kali dia melangkah. Siapapun pasti akan langsung lari saat melihatnya.

Bayangkan saja, dikelilingi oleh ribuan orang mati dan kau menyaksikan si 'pencipta' dari mayat-mayat tersebut melangkah tanpa emosi sama sekali.

Pemandangan yang cukup mengerikan, untuk membuat pria terkuat sekalipun pingsan ditempat.

<----<>---->

Dahulu kala puluhan ribu tahun yang lalu, Yggdrasil, pohon kolosal yang membawa banyak Dunia di dahannya masih dalam keadaan damai.

Dunia yang menggantung di sana juga sangat indah, di penuhi oleh pohon hijau dan air yang mengalir tanpa hambatan. Sebuah tempat yang pantas untuk disebut sebagai Utopia.

Di Yggdrasil juga tidak ada pertempuran antar Dunia setelah ratusan ribu tahun, menandakan bahwa tempat tersebut terjaga dengan baik.

Namun, kedamaian indah itu tidak bertahan lama. Karena suatu 'Kelompok Perusak' yang tiba-tiba muncul memulai kekacauan yang tidak diinginkan, perlahan namun pasti.

Bersama kemarahan mereka, sebuah Kelompok misterius bernama Alter Lenioria beserta pemimpin mereka Seven Deadly Sins, mulai membuat kekacauan di Yggdrasil.

Menyebabkan kehebohan besar hampir di seluruh Dunia.

Bagaimana tidak? Mana mungkin ada Kelompok yang mampu dan berani mengusik kedamaian Yggdrasil? Mereka pasti hanya sekumpulan orang gila.

Namun, itulah yang terjadi dan yang akan terjadi.

Pada awalnya mereka hanya menyerang Dunia kecil yang lemah, membuat penghuni Dunia itu tunduk, kemudian menjadikan mereka sebagai sekutu untuk memperkuat pasukan.

Setelah itu, baru mereka menyerang Dunia yang lebih kuat, begitu terus hingga kekuatan mereka sudah tidak masuk akal lagi untuk disebut sebagai sebuah 'Kelompok.'

Berbekal kekuatan besar tersebut, 'Kelompok' Alter Lenioria yang dipimpin oleh tujuh orang penyandang Tujuh Dosa Besar, memulai invasi terbesar mereka.

Berbeda dengan sebelumnya, mereka tidak bergerak dalam satu gerombolan besar, namun berpencar untuk mendapatkan hasil dengan cepat.

Dan akibat dari perbuatan mereka, Yggdrasil yang dulunya tenang, indah dan damai kini berubah menjadi lautan api yang hanya diisi oleh pertempuran tanpa akhir.

Nyawa yang melayang sudah tidak bisa dihitung lagi, rasa sakit yang sedalam samudra tercipta bagi mereka yang kehilangan.

Kegelapan menyelimuti semua orang, perasaan untuk terus membalas tidak pernah padam, selalu bertambah, hingga salah satu diantara mereka mati.

Itulah kenapa perang masih terus berlanjut meski ratusan tahun sudah berlalu.

Tentu apa yang Alter Lenioria perbuat adalah sesuatu yang salah dan harus segera dihentikan. Tapi, bagaimana jika orang yang melakukan semua itu adalah mahluk tanpa perasaan?

Mereka adalah mahluk yang absurd, hidup tanpa cinta dan hanya memiliki hasrat untuk menghancurkan. Tapi mereka juga bukan mahluk bodoh yang sangat memuja kekuasaan.

Tidak, bukan itu yang mereka inginkan. Seluruh perjalanan panjang yang dipenuhi oleh darah, mereka lakukan hanya karena ingin membalaskan dendam.

Bukan pada Dunia mereka ingin membalas, melainkan Para Dewa, mahluk luar biasa yang berkuasa atas apa yang mereka kuasai.

Dengan gelar dan kemampuan seperti itu, seharusnya mereka mau mendengarkan suara dari mahluk yang turun langsung dari mereka. Namun apa yang terjadi? Ya, mereka hanya melihat dalam kesunyian, tanpa melakukan apapun.

Seakan-akan apa yang mereka turunkan hanyalah bahan tontonan, sesuatu yang tidak penting sama sekali dan sama derajatnya dengan hama pengganggu.

Tindakan para Dewa sama saja dengan orang tua yang menelantarkan anaknya sendiri, mereka adalah sampah tanpa tanggung jawab. Atas dasar itulah, Alter Lenioria melakukan semua ini.

Menuntut balas kepada para Dewa menggunakan kekuatan yang tidak kalah besarnya, mereka akan melakukan apapun, demi mencapai tujuan tersebut.

Sekalipun harus berkorban nyawa.

<----<>---->

Ratusan tahun telah berlalu sejak perang dimulai. Namun sampai sekarang, perang besar tersebut masih terus berlangsung tanpa jeda sama sekali.

Kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah mereka terus bertempur, memikirkan banyak strategi dan segala kemungkinan untuk meraih kemenangan.

Keduanya berusaha sekeras mungkin, mereka tidak mau kalah. “Apapun yang terjadi, pihak kita harus menjadi pemenang! Jangan sampai musuh mengambil kesempatan!”

Suara penyemangat dari Kubu Dewa terus terdengar sepanjang pertempuran,

Namun pada akhirnya Seven Deadly Sins lah yang mendominasi dalam setiap alur peperangan. Mereka marah, menguasai benteng-benteng milik Kubu Dewa, menjatuhkan harga diri musuh mereka.

Meski terkesan kecil, apa yang telah Alter Lenioria raih merupakan kemajuan besar. Buktinya terlihat setelah tahun-tahun berikutnya.

Dengan sangat cepat dan agresif, Alter Lenioria mengambil alih banyak wilayah Kubu Dewa, memaksa mereka untuk mundur jauh kebelakang, hingga pada akhirnya para Dewa serta orang-orang yang mendukung mereka terpojok.

Semua itu bisa terjadi bukan tanpa alasan. Walau Kubu Dewa menang dalam hal jumlah, tapi mereka tidak sehebat Alter Lenioria dalam kekuatan tempur dan susunan strategi.

Berbeda dengan kebanyakan orang lemah yang menikmati hidup mereka dalam kedamaian, kebanyakan anggota dari Alter Lenioria bisa dibilang telah terjun ke dalam nereka semenjak dilahirkan.

Membuat, tubuh serta mental mereka berbeda, menjadikan mereka mampu beradaptasi dengan sangat cepat dalam situasi seekstrem apapun.

Sangat berbanding terbalik dengan mahluk yang tercipta dari masa-masa indah itu. Mereka sungguh tidak mampu untuk terus mengimbangi Alter Lenioria di dalam pertempuran.

<----<>---->

Waktu kembali berlalu, kini sudah lebih dari 71% wilayah milik Kubu Dewa telah dikuasai oleh Alter Lenioria, hanya dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun.

Kubu Dewa benar-benar terpojok sekarang, gerakan mereka terbatas karena dikekang oleh kekuatan luar biasa, mereka hanya bisa menggigit jari dari balik bayangan.

Segala usaha telah mereka kerahkan. Menggunakan strategi baru, strategi mereka diputarbalikkan, mengerahkan petarung kuat, muncul yang lebih kuat dan begitu terus hingga mereka berada pada situasi yang sekarang ini.

“Apakah kami akan mati? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?” Itulah yang terus dipikirkan oleh para Dewa. Rasanya konyol sekali mati karena keturunan mereka sendiri.

Mungkin ini yang dinamakan 'Senjata Makan Tuan' tapi tidak ada yang memikirkannya lagi, tidak ada yang mau dan untuk apa melakukannya?

Saat ini Kubu Dewa benar-benar frustasi, segala usaha mereka terasa sia-sia dihadapan kegagalan yang senantiasa menanti.

Beban pikiran itu terus menghantui mereka, membuat kepala mereka dipenuhi oleh skenario rumit yang sulit untuk dijelaskan.

Hati mereka tenggelam, dilahap oleh kegelapan abadi yang diciptakan oleh para Iblis. Tidak ada jalan keluar, hanya lorong tanpa ujung yang terlihat.

'Kelompok Perusak' itu terus saja berjalan, menggerogoti segalanya tanpa pernah merasa puas.

“Ya, inilah akhirnya.”

Hari itu, detik itu Guardian God terkuat, Lynx menundukkan kepala. Dia pergi menuju medan pertempuran tanpa membawa pasukan sama sekali.

Pada tangan kanannya, dia menggenggam sebuah batang kayu dengan kain putih. Dia menghela nafas, terdiam sejenak, kemudian..... berteriak. “KAMI MENYERAH!!!”

Suara keras Lynx menggema, menggelegar hingga terdengar pada setiap sudut di Yggdrasil.

Setelah menyuarakan itu, Lynx mencengkram erat bendera kecil di tangnya, lantas mengangkatnya sebagai tanda bahwa dirinya bersungguh-sungguh.

Namun, sebelum itu sempat tperjadi...

Langit yang sebelumnya terlihat hampa serta gelap, mendadak menjadi terang, diikuti dengan guntur, angin kencang, gempa, tsunami dan tekanan udara yang terjadi di seluruh Yggdrasil.

Kumpulan bencana alam itu terjadi secara bersamaan, hingga menyebabkan tubrukan yang menciptakan bencana alam lainnya, seperti gunung meletus.

Itu terlalu mendadak.

Bagi kebanyakan orang, apa yang sedang terjadi pasti bukan pertanda baik, namun bagi para Dewa, ini merupakan anugerah tiada tara. Nyawa seluruh Dewa sekalipun tidak akan bisa membayarnya.

Seluruh Dewa segera bertekuk lutut, bahkan yang berada di medan pertempuran juga melakukannya, mereka menunjukkan rasa hormat yang begitu besar.

Pada saat yang bersamaan dari arah langit, terlihat siluet dua belas pasang kaki yang perlahan turun untuk menapaki tanah.

Orang-orang pasti akan bersikap biasa saja jika yang turun hanya mahluk biasa, namun kali ini berbeda. ke-12 kaki tersebut terlihat sangat besar, bahkan lebih besar dari gunung terbesar sekalipun.

Hal Itu membuktikan bahwa mereka bukanlah sosok sembarangan, bencana alam yang baru saja terjadi juga pasti merupakan akibat dari kedatangan mereka.

Mereka adalah awal, mereka merupakan simbol dan juga kunci dari semua hal yang ada di alam semesta ini. Mereka adalah Heaven's Light, 12 Dewa dan Dewi pertama yang menciptakan alam semesta.

\=/\=\=/

Tidak berselang lama setelah tanda-tanda kemunculan 12 Dewa dan Dewi terlihat, Seven Deadly Sins yang lebih sering menyembunyikan diri, kini telah berdiri di medan pertempuran.

Bahkan mereka sudah tiba sebelum Heaven's Light mendarat.

Jika dibandingkan dengan 12 sosok tersebut, mereka bertujuh sangatlah kecil. Namun, mereka tetap berdiri, tidak ada sedikitpun rasa takut dalam diri mereka.

Malahan, yang lebih terlihat dari mereka hanyalah emosi absurd yang sulit untuk dijelaskan.

Angin kencang berhembus, tanah terguncang lebih hebat lagi, debu beterbangan kemana-mana dan bebatuan hancur tanpa sisa.

Akhirnya Heaven's Light mendarat, ini adalah pertama kalinya setelah 272.340 tahun mereka tidak turun ke Dunia.

Dan kali ini mereka dipaksa untuk turun hanya karena tujuh berandalan kecil yang membuat masalah. Keadaan yang seharusnya bisa ditangani oleh para Dewa biasa.

DUMP!!!

Segera, mereka semua berlari sejauh mungkin, bahkan para Dewa yang sebelumnya begitu hormat kepada Heaven's Light, kini juga ikut berlari,

Karena mereka sadar, mereka tidak akan bisa bertahan saat para Dewa Agung mulai serius menunjukkan kuasa mereka.

Namun berbeda dengan Saven Deadly Sins, mereka masih diam ditempat membawa seluruh isi hati mereka. Tubuh mereka tetap berdiri dengan kokoh, menghadap kepada entitas yang ditakuti oleh siapapun di alam semesta ini.

Dengan amarah yang meluap-luap, Wrath Sins, pemimpin dari Seven Deadly Sins mengangkat tangan dan jari telunjuknya menunjuk ke satu arah.

Satu arah yang sudah pasti, menuju ke salah satu Dewa Agung dengan pakaian serba hitam serta aura yang mencekam. Kemudian dia mengucapkan sesuatu.

“Kini, kau disini. Sang penghantar kematian, sekaligus penguasa para Roh... Kaulah yang selanjutnya. Kalian para pencipta dari alam semesta, akan segera tergantikan, kalian pemilik kehendak yang lebih tinggi, akan segera tertimbun oleh debu yang sama menjijikannya dengan tindakan kalian dan pertempuran ini akan segera mengakhiri keberadaan kalian.”

Tepat setelah kalimat itu selesai diucapkan, pertempuran akhir pun dimulai. Pertempuran yang akan menentukan siapa yang menjadi pemenangnya, sekaligus pertempuran yang akan mengakhiri sejarah kelam Yggdrasil.

Pertempuran ini juga mencatat, bahwa dulu pernah ada perang besar yang telah merenggut kedamaian Yggdrasil dengan triliunan nyawa sebagai korbannya.

Perang tersebut tidak terjadi karena penyebab biasa pada umumnya, seperti ideologi atau politik. Tapi kali ini terjadi karena rasa benci tujuh orang, hanya tujuh orang terhadap para Dewa.

Nama dari tujuh orang itu tidak akan pernah bisa dilupakan, mereka akan terus diingat sebagai momok Dunia dengan segala kekejaman mereka.

Tidak akan ada yang mau memaafkan mereka. Tidak ada, bahkan dengan imbalan Harta Surgawi sekalipun.

Nama mereka akan abadi, karena memang itulah mereka, Seven Deadly Sins, kelompok kecil yang telah menciptakan sejarah terkelam pada Yggdrasil.

Dan bersama sejarah itu pula mereka mati, meninggalkan mimpi buruk yang kini diberi nama; Eternal Name's.

Will Continue In Chapter-2 >>>

–––

Whao, beri tepuk tangan kepada Wrath Sins karena sudah menyajikan pertunjukan yang sangat meriah. Klop klop!

Chapter 2 – Takdir

Pada Kota Sera yang baru, sebuah Kota yang di selimuti oleh banyak pepohonan rindang layaknya Hutan para Elf, di sanalah Viole tinggal.

Dia masih berteduh pada tempat yang sama, namun kehidupan Viole berubah drastis dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Setiap hari terasa sangat sulit baginya, dalam melakukan hal apapun dia selalu mengeluh dan merasa sangat tersiksa.

Hatinya hancur, dia meringkuk di pojok ruangan. Air mata anak itu tidak bisa berhenti menetes, mengalir deras bersamaan dengan isi kepalanya yang terus berputar.

Andai saja ada orang lain di sampingnya, mungkin kondisinya tidak akan separah ini, namun sekarang Viole sendirian, anak itu tidak memiliki siapapun.

Lambat laun, secara perlahan, kesepian menggerogoti dirinya.

<----<>---->

7 Tahun Kemudian.

“Aah... Mimpi itu lagi... Sialan! Aku tidak akan pernah terbiasa.” Viole memijit pelipisnya yang terasa sakit, dia baru saja bermimpi buruk.

Pemuda itu terus melihat mimpi barusan selama seminggu terakhir. Mimpinya selalu sama, hanya perjalanan yang terasa sangat panjang.

Pemuda tersebut bernama Izura Viole. Rambutnya berwarna putih langit dengan mata biru safir, Viole tidak terlalu tinggi [167cm] serta tampangnya biasa saja.

Tidak ada sesuatu yang istimewa dari bocah itu, selain statusnya dimasa lalu dan dirinya yang merupakan seorang Half Elf.

Setelah sakit kepalanya hilang, tubuh Viole kemudian bergerak, dia melangkah kesana-kemari untuk mengambil makanan juga demi membersihkan diri.

Dia tinggal di rumah yang sangat sederhana dan hanya memiliki sedikit uang, jadi makanan yang dia makan pun seadanya saja. “Siang hampir tiba.”

Setiap hari Viole akan pergi berburu di hutan belakang untuk mencari uang, berangkat pada siang hari kemudian kembali ketika matahari akan terbenam.

Saat sedang merapihkan pakaiannya untuk segera pergi berburu, Viole tidak sengaja melihat ada setangkai bunga di atas meja.

Viole diam untuk sesaat, memikirkan kenapa ada bunga di sana, sampai akhirnya dia ingat bahwa hari ini merupakan hari yang penting.

Segera Viole mengambil bunga tersebut, kemudian dia keluar rumah sambil membawanya di tangan kiri.

Rumah Viole berada cukup jauh dari pusat Kota, jadi dia perlu berjalan untuk beberapa waktu sebelum bisa melihat pemandangan Kota yang ramai, bersih serta ditumbuhi banyak pohon.

Dalam perjalanan, Viole melewati rumah lamanya yang terlihat jauh lebih layak daripada yang sekarang. Ya, walaupun rumah itu sudah berubah menjadi puing-puing bangunan.

“Hah... Ini sudah yang ke-2543 kali.” Viole menghela nafas panjang, melihat orang-orang yang berlalu-lalang, seolah tidak menganggap dirinya ada.

Perlakuan itu bukan tanpa alasan, seluruh penduduk Kota, membenci Kakek Viole.

Tapi Viole sudah terbiasa atas perlakuan yang mereka berikan, jadi dia hanya berjalan santai, tanpa memperdulikan tatapan sinis yang diarahkan kepadanya.

Semuanya terasa baik-baik saja, meskipun ada sedikit batu kerikil yang melayang.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Viole tiba ditempat tujuannya, yaitu sebuah pemakaman. “Aku datang...”

Kaki Viole tergerak, berjalan melewati makam juga orang-orang yang sedang berada di sana. Sama seperti sebelumnya, dia diabaikan.

Viole baru berhenti melangkah setelah sampai di ujung pemakaman, terlihat ada sebuah makam lusuh yang ditumbuhi oleh rumput sert tanaman menjalar.

Wajah Viole yang sebelumnya datar, kini dihiasi oleh sebuah senyuman kecil ketika melihatnya.

“Lama tak bertemu... Kakek.”

Bersamaan dengan perkataannya, tangan kanan Viole menyingkirkan bunga yang sudah layu dari makam Kakeknya, kemudian menggantinya dengan bunga yang baru.

Setelah mengganti bunga itu, Viole segera membersihkan batu nisan Kakeknya yang kotor ditutupi oleh debu.

“Alchemist King – Izura Zhen...,” ucap Viole dengan suara lirih, tapi bukan nama itu yang tertulis pada permukaan batu nisan.

Viole menundukkan kepalanya, dia kemudian duduk bersila menghadap kepada Zhen.

Dia masih tersenyum tanpa perubahan. “Kakek... Hari ini usiaku telah genap 14 tahun, yang berarti aku sudah mendapatkan izin untuk mendaftarkan diri ke Sraye [Petualang]

Seperti yang dirimu harapkan, aku akan menjadi Petualang yang ternama. Tapi tidak hanya itu, aku mungkin juga bisa menjadi Alchemist hebat sama sepertimu, diriku yang sekarang... Berani menjaminnya.”

Berbicara dengan orang yang sudah mati, memang terkesan gila. Namun di Over World berlaku suatu hukum.

Di mana, seseorang dapat berinteraksi dengan orang yang sudah mati, asalkan dia berbicara dengan orang mati tersebut ditempat terakhir tubuhnya berada.

Meski tidak bisa secara langsung, tapi itu masih tetap bisa dilakukan.

Namun, seperti yang terlihat, Zhen tidak merespon ucapan Viole. Bahkan memberikan pertanda pun tidak dan selalu seperti itu setiap kali Viole mengunjungi makamnya.

“Ya... Aku tau, apa yang barusan ku katakan memang terkesan terlalu angkuh. Aku bukanlah siapa-siapa, berbanding terbalik dengan mu. Tapi, aku harus terus berusaha...

Sekeras mungkin... Dan sebaik mungkin... Itukan yang dulu kau ajarkan padaku? Kakek...” Viole menghela nafas, kemudian mengangkat kepala untuk menatap batu nisan Kakeknya.

Sekarang senyuman pada wajah anak itu telah menghilang sepenuhnya, matanya yang datar menatap tajam ke depan.

“Kau mengajariku untuk tetap bersemangat, walaupun rintangan yang ku hadapi sangatlah berat dan bisa membuatku putus asa, aku tidak boleh menyerah, tapi... Tapi kenapa?!”

BRAK!

Viole memukul nisannya Zhen. “Kenapa kau malah menyerah begitu saja?! Kau dengan begitu mudahnya mengakhiri hidupmu sendiri dengan alasan yang sangat tidak jelas!”

Telapak tangan Viole mengepal erat. “Kenapa kau melakukan itu? Biarkan saja penduduk Kota ini mati... Nyawa mu jauh lebih berharga dari pada para sampah ini... Lalu sekarang, apa yang kau dapatkan?

...Tidak ada, mereka justru membencimu... Jawab pertanyaan ku, kenapa? KENAPA?!”

Viole terdiam, dia terduduk di atas tanah dengan ekspresi wajah yang begitu kosong.

Sambil menggenggam erat sebuah bunga yang telah membusuk, Viole terus menunggu. Namun, setelah beberapa menit berlalu Zhen tak kunjung memberikan jawaban.

Tentu tindakan Kakeknya itu membuat Viole marah.

Tapi yang dia lakukan hanya berdiri, kemudian pergi meninggalkan makam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ekspresi kecewa, terlihat jelas pada wajah Viole.

<----<>---->

Karena hari masih siang, Viole pun memutuskan untuk pergi berburu. Dia segera mengambil sebuah Pedang pendek dirumahnya, kemudian pergi menuju hutan belakang.

Pekerjaan ini agak berbahaya, tapi Viole harus melakukannya dan mendapatkan hasil, jika tidak, perekonomiannya bisa berantakan.

Berbekal ilmu yang Kakeknya ajarkan selama kurang lebih 3,5th dan pengalamannya selama ini, Viole cukup percaya diri untuk mengahadapi Monster di dalam hutan yang disebut Mystical Beast.

Walau begitu, yang dapat Viole hadapi hanyalah tingkat rendah, karena dia hanya memiliki sedikit Mantra dan dia tidak terlalu faham bagaimana caranya menggunakan Sihir.

Viole kekurangan uang untuk membeli hal semacam itu agar bisa dirinya pelajari. Alhasil, dia harus benar-benar menggunakan otaknya supaya perburuan ini berjalan lancar.

“Serpens Cervorum, mereka adalah Lakt Mystical Beast dengan pergerakan yang cepat dan racun mematikan.” Viole mengamati mangsanya dari balik semak-semak.

Karena sulit untuk langsung melawannya, Viole mencoba untuk mengamati keadaan sekitar terlebih dahulu, saat ini dia sedang berada di hutan bagian luar yang dipenuhi oleh pepohonan.

Yang berarti tempat ini cukup sempit, sedangkan Rusa biasanya bergerak secara tak beraturan.

Serpens Cervorum, 70% kemungkinan Viole bisa langsung menangkapnya jika bergerak dari balik pepohonan secara acak.

“Hah... Emosiku masih belum stabil, mungkin saj-- Ah! Sudahlah!” Mencoba untuk mengurangi beban pikirannya, Viole langsung bergerak secara perlahan dari balik pepohonan.

Sebisa mungkin dia tidak membuat suara, sambil mengawasi Rusa berekor ular yang sedang memakan rumput itu.

Pada saat yang bersamaan Pedang miliknya menyala, dialiri oleh semacam energi magis berwarna putih. Kemudian, dari mulut Viole terucap sesuatu.

“Etus Ars – Shrap Sword.”

TDAAK!!

Tepat setelah Mantra itu terucap, Viole langsung melompat, berlari mengitari pepohonan, kemudian secara tiba-tiba muncul begitu saja dihadapan Serpens Cervorum.

Pedang tajam yang dipertajam itupun diayunkan, bersama dengan hawa dingin yang dapat membekukan darah.

CRAT!!

Tanpa mengetahui siapa pembunuhnya, Rusa itupun mati ketika Pedang milik Viole menancap di kepalanya.

Viole memang sengaja menunggu sedikit lebih lama, supaya rusa tersebut merasa aman untuk makan pada area ini, setelah itu baru dia memberikan serangan kejutan.

Dengan begitu, Viole bisa langsung menyelesaikan pekerjaannya hanya dengan menggunakan satu serangan.

“Aeh... Kepalanya ternyata sangat keras, padahal aku sudah menggunakan Shrap Sword.” Viole mencabut Pedang miliknya dari Serpens Cervorum, kemudian mulai mengambil bagian penting milik Mystical Beast itu.

“Ular yang menjadi ekornya harusnya bisa mendeteksi keberadaan ku, tapi sayang sekali, Elemen ku adalah Es.”

Setelah selesai mengambil beberapa bagian dari tubuh Mystical Beast tersebut, bersama sebuah kain kumal, Viole kembali ke Kota Sera.

Sesampainya di Kota, dia langsung menjual hasil buruannya kepada seorang Pandai Besi yang sudah menjadi langganannya sejak lama.

Mereka berdua juga sudah lama saling kenal.

Pandai Besi itu terlihat layaknya pria biasa, dia tinggi, lumayan berotot dan berkumis tipis. “Ohho... Viole, apa yang kau bawa hari ini?” Dia menyambut hangat kedatangan Viole.

“Serpens Cervorum, baru kali ini aku menemuinya.”

“Whoa, sepertinya kau beruntung. Dia cukup langka di hutan ini.”

“Benarkah?!” Salah satu alis Viole terangkat, dia tidak pernah mendengar tentang itu sebelumnya.

“Ya... Kemari, akan ku tentukan harganya setelah melihat kualitasnya.”

Ada sedikit senyuman pada wajah Viole, dia lantas menyerahkan keranjang berisi Serpens Cervorum itu untuk diperiksa oleh Del si Pandai Besi.

“Hmm, lumayan bagus. 4 Koin Perak, ambil ini.” Del menyodorkan tangan dengan beberapa Koin diatasnya.

Kepala Viole terangkat ketika melihat jumlahnya. “Bukankah ini terlalu banyak? Biasanya aku cuma dapat satu.”

“Sudah kubilang, kau beruntung hari ini,” ucap Del sambil tersenyum lembut.

Karena senyuman tersebut Viole mau tidak mau harus menerimanya, walaupun dia tau bahwa harganya tidak akan semahal ini. “Terimakasih.”

Del memberi anggukan kecil, kemudian menyuruh Viole untuk segera pulang. Bocah itu menurut saja, karena memang matahari sudah mulai tenggelam.

“Sayang! Apa yang kau lakukan?!” Tak lama setelah Viole pergi, muncul seorang wanita dari dalam rumah Del, dia terlihat cukup kesal.

“Bukankah kau sudah memperbolehkan ku untuk membeli hasil buruannya?” Del lantas berdiri, mendekati Istrinya itu.

“Tapi aku tidak menyuruhmu untuk memberinya bonus! Kakeknya telah menyebab-!”

“Sudah hentikan! Dia hanya anak kecil, anak biasa! Dosa Tuan Zhen bukanlah dosa yang harus dia tanggung! Viole pantas untuk menerima belas kasihan orang lain!”

Mendengar itu, Istri Del langsung terdiam. Dia kemudian masuk kembali kedalam rumah dengan perasaan kesal.

Sedangkan Del hanya bisa menggelengkan kepala, jalan pikiran Istrinya membuat kepalanya sakit.

<----<>---->

Empat Koin Perak, biasanya Viole hanya mendapatkan 1 atau 2 Koin Perak perhari, itupun tidak selalu. Jadi hasil hari ini benar-benar sangat besar bagi dirinya.

“Semoga besok aku bisa menemukan Mystical Beast yang lebih berharga, supaya bisa mendapatkan 4 Koin Perak ini tanpa belas kasihan.”

Viole memandangi beberapa Koin mengkilap ditangannya, mungkin dia bisa membeli baju baru dengan menggunakan uang ini.

Jarak antara rumah Del dengan rumahnya Viole cukup berdekatan, ketika di perjalanan pulang, Viole tidak sengaja melihat ada sebuah Kereta Kuda dengan beberapa Prajurit pergi meninggalkan Kota.

Kereta Kuda itu terlihat sangat mewah, dengan banyak hiasan mahal terpasang di sana, pasti di dalamnya berisi seorang Bangsawan kelas atas yang merupakan anggota utama.

Kebetulan, Viole mengenali siapa Bangsawan yang berada di dalam sana. “Oh dia pergi hari ini. Baguslah, jangan kembali kalau bisa.” Tapi sepertinya Viole membenci orang itu.

Krieeeeeek...

“Aku pulang...... Hmm..... Seperti biasa, rumah ini sepi sekali... Haha...”

Pemandangan rumah yang sederhana dilengkapi dengan pencahayaan yang remang-remang, menyambut mata Viole.

Untuk sekali lagi dadanya terasa sesak, namun Viole sudah terbiasa dengan hal ini.

Empat Koin tadi tidak jadi dia belanjakan, dia lebih memilih untuk menyimpannya saja.

“Mungkin aku bisa membeli beberapa persediaan makanan untuk besok.”

Langit-langit yang reot dan pencahayaan redup dari sebuah lentera, Viole lihat ketika dirinya membaringkan tubuh pada kasur kumal miliknya.

Entah kenapa malam ini Viole malas sekali untuk pergi makan, jadi dia memutuskan untuk tidur lebih awal. Tak berselang lama, mata Viole pun tertutup.

“Satu lagi hari yang menjengkelkan, telah ku lewati.”

Ya, seperti itulah hari-hari yang harus Viole jalani. Dia hanyalah anak yang tidak tau apa-apa, jadi kenapa dirinya harus menanggung beban seberat ini?

Sendirian, dikucilkan dan dipandang sebagai sampah masyarakat. Siapapun pasti tidak ingin merasakannya, begitu pula dengan Viole.

Namun, dia kebingungan harus melakukan apalagi, semuanya terasa sia-sia.

Oleh karena itu, sekarang, Viole memutuskan untuk hanya berusaha sebaik mungkin dalam menerima takdir ini, dia membuang semua keluhan kesahnya, menjalaninya dengan hati yang lebih lapang.

<----<>---->

DRUAK!!

Ditengah malam yang sunyi, suara keras terdengar dari luar. Membuat Viole yang mendengarnya terbangun. “Hah... Ayolah, biarkan aku beristirahat!”

Viole merasa sedikit kesal, dia lantas mengambil Pedang yang tergeletak di atas meja untuk segera mengecek kondisi di luar.

Kejadian seperti ini memang sudah tidak jarang terjadi, jadi Viole bisa langsung tau apa yang harus dilakukan agar tetap aman. “Mystical Beast kah? Semoga saja.”

Perlahan-lahan, Viole melangkah menuju pintu keluar dengan sikap waspada. Namun, sebelum dirinya sampai, suara itu kembali terdengar.

Berbeda dengan yang sebelumnya, sekarang suara-suara bising tersebut diikuti dengan teriakan para warga.

Mereka terdengar panik dan terkejut, seolah ada sesuatu yang membuat para orang-orang keturunan Naga ini ketakutan.

“Ada penyerang!”

“Hoi!! Cepat bangun!”

“Mereka bukan orang semba-!”

SRUAAK!!!

Mendengar suara tersebut, Viole langsung panik. Wajahnya seketika memburuk, jantungnya berdetak lebih cepat dan nafasnya jadi tak beraturan.

“Huh... Apa?”

Viole masih belum bisa mencerna situasinya, ini terlalu mendadak.

Ada penyerang, sudah pasti mereka bukan orang lemah karena berani menyerang Bangsawan sekuat Izura.

Pertempuran besar pasti akan terjadi jika memang penyerangnya sekuat itu. “Aku tidak akan siap jika itu benar-benar terjadi.”

Viole pun duduk, menenangkan diri, dia berusaha untuk berfikir sekeras mungkin supaya bisa lolos dari situasi ini dengan selamat. “Jumlah, ya aku harus mencari tau jumlah serta lokasi mereka!”

Viole menghela nafas, kemudian berdiri.

Pemuda itu sudah kembali tenang, dia segera mengambil beberapa persiapan untuk pergi keluar, sebisa mungkin dirinya harus bertahan.

DUAR!! BLAR!! JDAAR!!!

Namun saat Viole sudah berdiri di depan pintu, ledakan yang sangat besar tiba-tiba terdengar dari pusat Kota. Yang mana, ledakan tersebut tidak mungkin terjadi jika pertahanan pertama belum ditembus.

Pertahanan kuat yang bahkan tidak bisa ditembus oleh segerombolan Mystical Beast sekalipun. Sulit dipercaya mereka bisa merusaknya dalam waktu kurang dari 10 menit.

Pada saat itu juga, Viole langsung kembali teringat akan kejadian tujuh tahun yang lalu. Di mana ada banyak sekali 'Orang Kuat' menyerang Kota Sera.

Insiden itu, membuat banyak orang harus tewas dan mengukir sebuah trauma yang mendalam pada diri Viole.

Dia tidak akan melupakannya, itu akan terus membekas di dalam dirinya. Pembantaian sepihak penuh darah yang membuatnya berada pada posisi sekarang ini.

Akankah, kejadian tersebut terulang kembali?

Memikirkannya saja sudah membuat tangan Viole gemetaran. “Jujur saja aku takut, tapi aku tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan mereka yang berada di garis de-”

BRUAAK!!

“Hekh-”

Tiba-tiba, dengan kecepatan yang sangat tinggi, seseorang menabrak dinding rumah Viole.

Secara refleks, Viole langsung menutupi kepalanya menggunakan kedua tangan, untuk berlindung dari puing-puing bangunan yang terlempar.

Kejadian itu terjadi begitu cepat.

Setelah merasa aman, Viole membuka matanya. Pada saat itu juga, dia benar-benar terkejut, jantungnya sempat berhenti sejenak ketika melihat tubuh seorang pria terkapar tanpa nyawa.

Viole dapat memastikannya, karena...

“Ini---- bohongkan?”

... Kepala pria itu, menggelinding tanpa ekspresi menyentuh kakinya.

<----<>---->

Sementara Viole tengah menghadapi dirinya sendiri, keadaan di luar sudah sangat kacau. Seluruh warga menjadi panik karena peristiwa ini terjadi begitu mendadak.

Mereka yang belum bisa mencerna keadaan, terpaksa bertempur dalam kebingungan. Sedangkan yang menyadari kalau ini adalah ulah penyerang tak dikenal, juga tetap kebingungan.

Karena. “Apa salah kami?”

Tanpa memperdulikan pertanyaan itu, empat orang yang menyerang bersama pasukannya, dengan cepat memporak-porandakan Kota.

Mereka semua bergerak cepat membantai satu-persatu warga. Seluruh jagoan yang berada di Kota Sera sampai tidak berkutik sama sekali.

Dengan kekuatan yang sedemikian besarnya, dalam waktu singkat, mereka sudah memenuhi Kota dengan darah dan mengubah Sera menjadi lautan api.

Malam yang seharusnya damai serta menyenangkan ini, harus berubah menjadi malam berdarah yang disinari oleh bulan merah.

Dan itu, terjadi hanya karena empat orang saja.

<----<>---->

Di suatu tempat, seorang gadis terlihat sedang berjalan santai ditengah kekacauan ini, dia seolah tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi.

CRAAT!!

Namun meski sifatnya seperti itu, dia tetap membunuh setiap orang yang berada di dekatnya. “Hah... Membosankan, mereka semua lemah.”

“Illie! Apa yang kau lakukan?” Entah dari mana asalnya, seorang pria tua dengan rambut putih panjang yang tersibak angin, tiba-tiba muncul.

“Aku hanya ingin mencari orang kuat, Master sendiri untuk apa mencari ku?” Ekspresi wanita bernama Illie itu terlihat murung.

Sedangkan si Master, Master Yi menepuk jidatnya sendiri. “Mana mungkin ada orang kuat di Kota ini, sudahi kebiasaan konyol mu itu dan lakukan saja tugas kita!”

“Ermh... Baiklah-”

“VIOLE!!”

“Hm?”

Dari arah selatan, seorang pria tiba-tiba berteriak. Dia berlari menuju satu arah dengan tubuh yang dipenuhi oleh darah orang lain.

Tanpa mempedulikan keberadaan Illie dan Master Yi, dia terus berlari, melewati mereka berdua dan baru berhenti di depan rumah yang sudah hancur.

“Viole!” Si pria kembali meneriakkan nama tersebut.

Master Yi menggelengkan kepalanya. “Aku tidak bisa terlalu lama disini, kau urus saja sisanya, ingat! Jangan melakukan hal bodoh.”

SWUUS!!

Setelah mengucapkan itu, Master Yi menghilang, meninggalkan hembusan angin yang sangat kencang.

Pada saat yang bersamaan muncul pria lain, dia melompat dari satu bangunan kebangunan berikutnya, kemudian mendarat tepat didepan rumah yang sudah rusak tadi.

Melihat hal tersebut, Illie langsung bersemangat. Diapun bergegas menuju ke sana tanpa pikir panjang. “Sepertinya ini akan menyenangkan.”

<----<>---->

“Viole!” Del, dia masuk kedalam rumah Viole dengan sangat terburu-buru. Dirinya dipenuhi oleh darah dan amarah, namun juga ketakutan.

Namun, pengalamannya selama bertahun-tahun tidak akan membuatnya tumbang begitu saja. Dia adalah seorang pria, salah satu jagoan Kota Sera.

Walaupun kecil, dia harus tetap melakukan sesuatu.

“Paman-- Del?” Viole meringkuk dipojok ruangan, traumanya membuat anak muda itu hancur ketika dipaksa untuk menghadapi situasi yang seperti ini. Bahkan untuk berjalan pun dia tidak bisa.

“Apa yang kau lakukan?! Cepat pergi dari sini, api akan segera menyambar rumahmu!”

“Tapi, ada penyerang...” Viole menjambak rambutnya sendiri, dia bahkan sampai menangis. Kondisi mentalnya sungguh menyedihkan.

Entah sudah berapa kali dirinya menangis, tapi baru kali ini Viole menangis karena ketakutan. Menandakan betapa tak berdayanya dia dihadapan ancaman yang tak diketahui.

“Nak... Kau lihat darah yang di tubuhku ini?” Suara Del terdengar lirih.

Perlahan Viole membuka matanya, pandangannya bergerak, memandangi Del yang sedang berjongkok dihadapannya.

Betapa terkejutnya Viole saat melihat tubuh Del dipenuhi oleh darah, diikuti dengan beberapa kristal cair yang menetes dari kelopak mata pria itu. “Paman...”

“Ya, ini adalah milik Istri dan Ibuku, aku gagal dalam menyelamatkan mereka, karena itulah takakan kubiarkan kau mati disini-”

BRUAAK!!

“Dan aku akan memutarbalikkan keinginan mu, dasar hama.” Seorang pria memaksa masuk ke dalam rumah Viole, dia menghancurkan pintu menggunakan tangannya yang menyala.

Energi magis meluap-luap dari tangan pria itu. Tanpa pikir panjang dia langsung menyerang, melayangkan sebuah pukulan yang akan membuat mereka berdua mati seketika.

“Vii, biarkan aku yang menyelesaikan ini ya?”

Namun tangannya terhenti seketika sebelum bergerak terlalu jauh. Illie lah yang menghentikannya.

Pria bernama Vii itu menghela nafas atas tindakan yang Illie lakukan. Dia langsung melepaskan tangan perempuan itu dari dirinya, kemudian berbalik untuk pergi.

Sepertinya Vii sudah sangat terbiasa dengan kelakuan rekanya itu. “Jangan menggangguku.” Tapi dia tetap saja merasa kesal.

WHOUUS!

“Hmmph... Dasar sok cuek. Aaah, tapi yang lebih penting sekarang, haloo!” Illie menyapa dengan senyuman, dia terlihat sangat ramah.

Walaupun wanita itu baru saja menyelamatkan nyawanya, Del tidak akan terkecoh. Dia segera mengambil Pedang milik Viole, kemudian memasang kuda-kuda untuk bertarung.

Orang yang ada dihadapannya ini adalah orang gila yang otaknya sedikit miring, jadi dia harus benar-benar bersiap supaya Viole bisa kabur dari sini.

“Heh... Tidak ramah sekali.” Jari tangan Illie menyala.

“Viole, aku akan mengalihkan perhatiannya, kau larilah sejauh mungkin dari sini. Tolong buat aku mati tanpa memiliki lebih banyak penyesalan, buang keraguan mu.” Del berbisik,

Membuat Viole yang ingin membantah, kembali terdiam. Dia sebenarnya masih sedikit ragu, namun dia tidak bisa terus bersikap seperti ini. “Aku harus mengubah hidupku... Harus.”

Viole pun mengusap air matanya sambil berdiri, dia akan menunjukkan keseriusannya kali ini.

Mendengar suara pelan itu Del tersenyum tipis, lantas dia melangkah mendekati Illie tanpa memberi aba-aba, memaksa gadis tersebut menahan serangannya.

Orang yang bisa lari dari rekanya Vii, sudah pasti memiliki beberapa trik. Itulah yang membuat Illie mundur satu langkah. “Apa yang ingin kau lakukan?” Dahinya mengerut.

“Membuatmu bingung.”

BRAAK!!

Del tiba-tiba menghentakkan kakinya, membuat lantai rumah Viole hancur. Pada saat yang bersamaan dia melompat kearah kiri membawa Pedang yang siap menebas.

Itu dia aba-abanya, namun Viole masih menunggu untuk beberapa saat sampai Del benar-benar melayangkan tebasannya.

Pedang itupun terayun, melihatnya Viole segera berlari secepat mungkin, melewati titik buta Illie.

Tentu, wanita itu tidak akan membiarkan Viole lewat begitu saja. Namun saat akan menyerang, pandangannya tiba-tiba menjadi gelap total untuk sepersekian detik.

“Ap-?!”

SRAKT!!

Kerena tidak dapat melihat apapun, akibatnya Illie harus menerima tebasan dari Del. Membuka jalan lebar bagi Viole untuk kabur.

Viole langsung memanfaatkan kesempatan tersebut, namun dia sempat menoleh kebelakang dan melihat bahwa tebasan barusan tidak begitu berarti.

Hal tersebut membuat Viole merasa bimbang, tapi setelah melihat ekspresi wajah Del, hati pemuda labil tersebut langsung kembali teguh... Untuk terus berlari, pergi dari tempat ini.

Will Continue In Chapter-3

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Ilust Credit: Mushoku Tensei Wiki Fandom.

Nih, sedikit penjelasan tentang Mystical Beast. Kenapa ku taruh sini? Karena aku nggak tau harus masukin penjelasan ini dimana, kalo soal Mantra dan Sihir itu masih bisa kutaruh dicerita jadi lanjut baca aja.

1-Basic Mystical Beast, jenis ini adalah yang terlemah, mereka hanya sedikit lebih kuat dari pria dewasa dengan beberapa Mantra dan Sihir.

2-Lakt Mystical Beast, mereka mulai terlihat kuat dengan taktik dasar mereka dan ini adalah batas Mystical Beast yang bisa Viole kalahkan untuk saat ini.

3-Roaist Mystical Beast, tidak ada yang terlalu spesial ditingkat ini, kecuali mereka yang mulai mampu menggunakan Sihir.

4-Misict Mystical Beast, tingkatan keempat, maka kekuatan mereka akan meningkatkan 4 kali lipat dari sebelumnya.

5-Seap Mystical Beast, kecerdasan serta kekuatan mereka meningkat cukup signifikan dan mereka mulai bisa mengucapkan bahasa manusia.

6-Threat Mystical Beast, sekarang mereka mulai dianggap sebagai ancaman jika tinggal di daerah tertentu.

7-Culosum Mystical Beast, kau lebih baik lari sejauh mungkin jika melihat mereka.

8-King Mystical Beast, jumlah mereka memang hanya kurang dari 100. Tapi, sekali mereka mengamuk, banyak pihak besar harus turun tangan untuk mengatasinya, Sang Bencana.

9-Emperor Mystical Beast, tingkatan ini dianggap telah punah karena sudah 5000th lebih tidak terlihat. Namun, mereka tetaplah Monster dari segala Monster.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!