NovelToon NovelToon

Perjalanan Hidup NAURA

#1

Naura sedang duduk di depan meja rias, menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di depannya.

Rambut yang masih berantakan dengan pakaian yang terlihat lusuh, dia sedang menunggu penata rias pengantin yang akan meriasnya.

Gadis itu sedikit menoleh ke arah pintu saat mendengar suara pintu kamar terbuka, lalu melihat Merlin, ibu kandungnya masuk dan mendekatinya.

"Naura, kenapa kamu masih belum siap? Pihak dari keluarga Ardinata sebentar lagi sampai. Ayo ibu bantu kamu mengganti pakaianmu! Sebentar lagi penata riasnya juga datang," ucap Merlin sambil memegang pundak Naura.

Naura meraih sebelah tangan ibunya dan menatapnya. "Bu, apa ibu yakin ingin aku menggantikan kakak menikah dengan laki-laki yang sudah dijodohkan dengan kakak?"

Merlin terpaku sejenak dan wajahnya berubah gelisah sedikit panik. Dia mengira kalau Naura akan berubah pikiran dan menolak menggantikan kakaknya untuk menikah.

Jika tahu putri dari keluarga Affandi menolak pernikahan ini, tak hanya mendapat malu, tapi keluarga Ardinata akan benar-benar membuat hancur keluarga Affandi.

Merlin memegang kedua tangan Naura, lalu berlutut di hadapannya. "Naura, ibu memohon kepadamu ... kamu bantu kakakmu ya! Kakakmu pantas mendapatkan laki-laki yang lebih baik. Kalau pernikahan ini batal, maka keluarga Ardinata akan menghancurkan keluarga kita."

Seketika mata Naura memerah menahan air matanya agar tidak keluar dan tatapannya berubah menjadi dingin.

Selama ini, sang ibu kandung selalu memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada kedua anak tiri dari istri ayahnya yang sebelumnya.

Meski Merlin tahu kalau laki-laki yang dijodohkan dengan kakaknya adalah laki-laki berwajah jelek dan impoten, tapi Merlin masih memohon kepada Naura untuk mau menggantikan sang kakak menikah dengan laki-laki itu.

Terdengar suara ketukan pintu, kemudian seorang pelayan masuk. "Nyonya, Nona Naura ... penata riasnya datang," ucap pelayan tersebut memberitau, lalu mempersilakan penata rias itu masuk ke dalam.

Naura bangkit berdiri sambil memegang tangan Merlin dan menariknya untuk berdiri. "Bangunlah, Bu. Aku akan bersiap dan pergi," ucap Naura dingin.

Merlin kembali tersenyum dan mengusap sisi wajah Naura, lalu mengangguk. "Ibu akan turun."

Naura sudah pasrah dan dia segera bersiap untuk turun kebawah. Gadis itu menolak untuk dirias, hanya mengganti pakaiannya saja dan menyisir rambut panjangnya.

Naura keluar dari kamar dan turun ke bawah. Dia sudah melihat banyak pengawal dari keluarga Ardinata untuk menjemputnya.

Pernikahan secara tertulis, tidak ada pesta. Mempelai pria juga tidak terlihat, bahkan tidak ada keluarganya yang mengantar kepergiannya.

Naura hanya berjalan sendirian dengan sekelompok pengawal di belakangnya.

Gadis itu menghentikan langkahnya, lalu menghela napas panjang. Kehidupannya akan benar-benar berubah mulai saat ini.

"Ayo pergi," ucap gadis itu setelah menghela napas, lalu berjalan keluar dan masuk ke dalam mobil yang telah menjemputnya.

Keluarga Ardinata dikenal sebagai keluarga paling kaya di kota B. Satu-satunya penerus langsung dari keluarga Ardinata adalah Aaron Daffa Ardinata, seorang laki-laki yang dikabarkan berwajah jelek dan impoten.

Kabarnya, Aaron saat kecil pernah diculik oleh sekelompok preman saat sedang menunggu ibunya datang untuk menjemput. Aaron mencoba melarikan diri, tapi tertangkap lagi dan para preman melukainya hingga membuatnya menjadi impoten.

Sejak itu, Aaron tidak pernah lagi muncul di hadapan orang.

Rumor yang telah beredar selama ini, bahwa Aaron berwajah jelek, impoten dan sangat kejam, bahkan setiap kali keluarga Ardinata mengirim wanita kepadanya, wanita tersebut tidak akan keluar dengan selamat.

Rasa kecewa, kesedihan dan putus asa yang dirasakan Naura membuatnya merasa tidak lagi peduli dengan rumor tersebut. Sekali pun Aaron adalah seorang iblis.

Setibanya di sebuah rumah putih yang cukup besar dengan tiga lantai, pengawal mengantar Naura masuk dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, kemudian segera pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

Naura melihat sekeliling dalam kamarnya, tidak banyak barang, hanya ada ranjang queen size, meja dan lemari saja.

Dia duduk di tepi ranjang dan merenung hingga langit yang terlihat dari jendela kamar semakin gelap.

Ada yang membuka pintu kamarnya dan Naura menoleh. Dia melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintunya kembali dan menyalakan lampu.

Seketika Naura mengangkat sebelah tangannya untuk menutupi wajahnya ketika cahaya lampu yang begitu terang menyinari seluruh ruangan kamar.

Perlahan, Naura menurunkan tangannya dan mengangkat wajah untuk melihat laki-laki yang masuk ke dalam kamar.

Dia bangkit berdiri dan terpaku menatap lebar laki-laki bertubuh tinggi tegap yang sedang melangkah ke arahnya.

Ada rasa keterkejutan saat Naura melihat laki-laki itu. Bukan karena wajahnya yang sangat jelek, tapi justru wajah laki-laki itu tampan. Sangat tampan, bahkan terlampau tampan.

Setelan jas berwarna gelap yang dipakai pria itu, membuatnya terlihat semakin menawan. Postur tubuh dan bentuk wajahnya begitu sempurna, tampan dan terlihat tidak biasa.

Pria itu melangkah dan dengan cepat sudah berdiri di hadapan Naura yang masih terpaku menatapnya.

Aaron juga menatap Naura beberapa detik, lalu mengernyitkan kening. "Wajahmu jelek sekali," ucapnya datar.

Naura sedikit mengerjapkan mata, dia sama sekali tidak peduli dengan ucapan Aaron yang mengatakan kalau dirinya sangat jelek.

"Si-siapa kamu?" tanya Naura dengan tergagap dan penuh kewaspadaan.

Aaron menatap tajam gadis itu, "Apa kamu tidak tahu, kamu menikah dengan siapa?" tanyanya sambil mendekat pada Naura.

Aroma wangi dari tubuh Aaron bercampur mint dari napanya, membuat tubuh Naura sedikit gemetar.

Meski merasa sedikit takut, tapi Naura tetap berdiri dengan tegap menatap pria itu. "Tentu saja aku tahu. Aku menikah dengan Aaron Daffa Ardinata!" jawab Naura tegas.

Mendengar jawaban Naura, Aaron pun semakin menatapnya tajam. Lagi-lagi ada wanita yang masih mempercayai rumor bahwa dirinya jelek dan impoten.

Melihat ekspresi Naura yang terlihat gugup dan gemetar, membuat Aaron menjadi tertarik. Dia pun menyunggingkan senyumnya menatap Naura.

"Kalau begitu senang bertemu denganmu, kakak ipar sepupu. Aku Samuel, adik sepupu Aaron," ucap Aaron memperkenalkan diri kepada Naura sebagai 'Samuel', adik sepupunya.

"Aku rasa, kakak ipar sepupuku ini tidak ingin menghabiskan malam pengantin bersama laki-laki payah dan tidak berguna seperti kakak sepupuku, bukan?" lanjut Aaron sambil sedikit membungkuk dan mendekatkan wajahnya pada Naura.

Aaron sengaja menekan kata-kata 'payah' dan tidak 'berguna' untuk melihat ekspresi Naura sekaligus ingin menggodanya.

Naura melangkah ke samping menghindari tatapan 'Samuel' yang begitu dekat karena merasa tidak nyaman.

Dalam hati, Naura mempercayai kata-kata pria itu yang mengatakan bahwa kakak sepupunya payah dan tidak berguna, tapi yang pasti, rumah Aaron ini tidak mudah didatangi oleh sembarang orang.

"Kamu tolong jangan bicara seperti itu. Bagaimanapun juga, dia tetap kakak sepupumu," ucap Naura dengan tulus membela Aaron yang telah menjadi suaminya.

Bahkan adik sepupunya mengatakan seperti itu kepadanya. Naura merasa kalau kehidupan Aaron sangat tidak baik dan begitu menyedihkan. Ada rasa kasihan juga respect terhadap Aaron.

Keluarga Ardinata memang terkenal sangat kaya dan terpandang sejak dulu. Jika melihat keadaan Aaron, Naura dapat merasakan kalau kehidupan Aaron selama ini pasti sangat menderita.

...__________...

#2

Aaron masih terus menatap Naura. Ia merasa heran. Ternyata masih ada wanita yang bisa bicara seperti itu kepadanya meski wanita dihadapannya ini sangatlah jelek.

Aaron menatap lekat dan dalam Naura. Melihat penampilannya dengan rambut yang terlihat sedikit berantakan, memakai kaca mata berbingkai hitam, poni yang hampir menutupi bagian matanya, pakaian yang terlihat sangat sederhana sedikit lusuh, juga banyak jerawat diwajahnya yang kuning dan gelap membuat Aaron tidak ingin berlama-lama melihatnya.

Aaron yakin kalau wanita ini bukanlah wanita yang telah dijodohkan kepadanya. Karena dikabarkan bahwa wanita yang dijodohkan kepadanya sangatlah cantik.

Tapi Aaron sama sekali tidak peduli. Keluarga Ardinata pun juga tidak mempedulikan dan tidak mempermasalahkan siapa pun yang mau menikah dengan Aaron Daffa. Entah wanita itu cantik ataupun jelek. Asal dia bisa memberikan keturunan, itu sudah cukup.

Aaron semakin tajam menatap Naura dan tiba-tiba ia mendorong Naura hingga tubuh kecil Naura terbaring diranjang. "Disini tidak ada orang lain. Kamu tidak perlu berpura-pura kepadaku. Melihatmu yang seperti ini, aku tau belum ada seorang pria yang mau menyentuhmu kan? Anggap saja aku sedang berbuat baik kepadamu dan akan membuatmu puas dimalam pengantinmu ini." Ucap Aaron terdengar sangat merendahkan Naura bahkan selesai bicara, tangan Aaron menerobos masuk kedalam pakaian Naura.

Naura dapat merasakan sentuhan lembut dari tangan Aaron yang mungkin akan membuatnya ketagihan. Tapi seketika Naura tersadar dan 'PLAKKK!'

Ia menampar dengan sangat keras wajah tampan 'Samuel'.

"Jangan menganggap orang lain akan selalu berpikiran kotor seperti kamu! Sebaiknya kamu cepat pergi sebelum kakak sepupumu datang maka aku akan memaafkanmu dan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa!" Ucap Naura dengan tegas meski ia berusaha tetap berani dan terlihat tenang, tapi ia tidak bisa menutupi tangannya yang gemetar.

Aaron menatap tajam Naura. Tatapan yang begitu dingin. "Beraninya kamu menamparku? Belum pernah ada seorangpun yang berani menamparku apalagi wanita seperti kamu!" Ucap Aaron sambil menarik dan memegang erat tangan Naura.

Naura memberontak hingga kacamata yang dipakainya terjatuh. Aaron dapat melihat matanya yang jernih dan bersinar begitu indah. Tapi juga tampak gemetar karena ketakutan dan merasa cemas.

Seketika hati Aaron pun melunak. Ia bangkit berdiri memnenahi jasnya masih dengan tatapan dingin dan sinis menatap Naura. "Kamu tunggu saja laki-laki payah dan tidak berguna itu sampai kembali!" Ucap Aaron lalu berbalik dan pergi.

'BRAKKK!'

Aaron menutup pintu dengan membantingnya.

Naura sedikit terkejut mendengarnya namun ia bisa menghela nafas lega setelah 'Samuel' pergi meninggalkannya dan berharap tidak pernah lagi bertemu dengannya.

Setelah Aaron keluar dari kamar, ada pengawal yang melihatnya dan terpaku sejenak. "Tuan Muda Aaron, ada apa dengan wajahmu?"

Aaron mengusap wajahnya dengan dingin dan mendengus kesal. "Tadi tidak sengaja menabrak pintu!"

Pengawal tersebut hanya berani bertanya dalam hatinya kemudian. Pintu apa yang bisa meninggalkan bekas lima jari diwajah?

Tidak berani banyak bicara lagi, pengawal tersebut menyerahkan sebuah dokumen kepada Aaron dengan penuh hormat. "Ini data pribadi Nyonya Muda yang anda inginkan."

Aaron menerima dokumen itu. Ia membuka dan membacanya.

Ia merasa tertarik membaca tentang kalau ibu kandung dari Naura. Ibu kandungnya sangat menyayangi dan memanjakan kedua anak tirinya. Tapi terhadap Naura yang jelas-jelas adalah anak kandungnya sendiri tidak pernah peduli bahkan bersikap sangat kejam.

Aaron membaca bab selanjutnya dan ia mengernyitkan keningnya lalu menatap pengawalnya. "Apa dia benar-benar idiot?" Tanyanya kepada pengawal.

"Benar Tuan Muda." Jawab pengawal sambil mengangguk.

"Periksa ulang!" Ucapnya dengan tatapan dingin memberi perintah kepada pengawal tersbeut untuk memeriksa ulang tentang data probadi Naura.

Saat ia menemuinya tadi, ia bisa dengan jelas melihat cara Naura bicara terlihat sangat normal dan tidak seperti orang idiot.

Lagipula, Aaron belum pernah melihat ada orang idiot yang dalam keadaan seperti itu bisa melawannya dengan penuh semangat bahkan menamparnya dengan sangat kejam.

Aaron pun menjadi sangat marah lalu melempar dokumen itu kepada pengawalnya. "Cepat kamu periksa ulang! Kalau kamu tidak bisa memberikan data pribadinya yang membuat aku puas, maka pergilah dan jangan pernah menemui aku lagi!"

"Ba-baik Tuan Muda."

Pengawal itu langsung beranjak pergi untuk memeriksa ulang tentang data pribadi Naura.

...

Keesokan harinya, Naura terbangun dan terkejut karena melihat kearah jendela ternyata hari sudah terang.

Ia masih memikirkan Aaron Daffa. Semalam Aaron tidak kembali. Ia merasa tenang tapi juga ia merasa ada yang membebani hati dan pikirannya yang membuatnya merasa tidak tenang.

Naura pun segera beranjak kekamar mandi. Selesai mandi dan menggosok giginya, Naura keluar dari kamar. Ada pengawal yang selalu berjaga disana melihatnya lalu mengantarnya keruang makan.

Saat Naura sampai diruang makan, ia terpaku karena kembali melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi dan tegap keluar dari arah dapur.

Saat ia bisa melihat dengan jelas kalau laki-laki bertubuh tinggi dan tegap itu adalah 'Samuel', Naura segera berbalik dan ingin pergi. Tapi sebelum ia melangkahkan kakinya, ia mendengar 'Samuel' menyapanya.

"Selamat pagi kakak ipar sepupu." Ucap Aaron terdengar merdu ditelinga Naura.

Pengawal yang mengantar Naura mendengar Tuan Mudanya memanggil istrinya sebagai kakak ipar sepupu, ia merasa heran dan hanya berani bertanya dalam hatinya saja. Apa maksud Tuan Muda memanggil Nyonya Muda kakak ipar sepupu? Apa mereka berdua sedang bermain drama?

Naura sangat tidak menyukai 'Samuel' setelah pertemuan pertamanya kemarin. Ia merasa kenapa 'Samuel' yang merupakan adik sepupu Aaron masih berada dirumah kakak sepupunya ini?

Tapi, ia masih bisa membalas sapaan 'Samuel' dengan wajah tanpa ekspresinya. "Pagi." Ucap Naura sambil menaikkan kaca matanya lalu menoleh kearah pengawal yang mengantarnya. "Apa Tuanmu belum kembali?" Tanyanya kepada pengawal.

Pengawal yang merasa kebingungan melirik kearah Aaron lalu menjawab Naura dengan sekenanya.

"Belakangan ini Tuan Muda sedang kurang sehat. Jadi, dia sedang berada dirumah sakit."

Naura pun menunjukkan ekspresi wajahnya yang polos. Sejak kecil, ia selalu diajarkan oleh Merlin tidak boleh terlihat lebih menonjol dari kakaknya. Jadi ia selalu menyembunyikan kampuan yang sebenarnya dihadapan orang.

Naura bisa melihat kebohongan dari pengawal. Meski begitu, dihadapannya ia tetap menganggukkan kepalanya. "Oh begitu? Kalau begitu, apa aku boleh pergi melihatnya?"

"Sebaiknya jangan!" Jawab pengawal tersebut masih berbohong.

Naura merasa kalau sepertinya Aaron Daffa memang tidak menyukainya dan memberi perintah kepada semua pengawalnya untuk tidak mengijinkan siapa saja melihatnya termasuk dia yang telah menjadi istrinya.

...__________...

#3

Aaron yang sejak tadi berdiri diam, ia meletakkan sarapan diatas meja dengan wajah datar dan dinginnya. "Ayo cepat sarapan!"

Naura kembali terpaku dan berfikir. Sejak ia datang kemari, ia hanya melihat banyak pengawal dirumah Aaron. Saat tadi ia turun keruang makan juga tidak melihat ada pelayan disini. Jadi, apa 'Samuel' yang menyiapkan sarapannya sendiri?

Aaron yang masih melihat Naura hanya berdiri diam. Ia berjalan mendekatinya. "Kenapa? Apa kakak ipar sepupu takut aku racuni?" Tanyanya dengan tatapan tajam terlihat menakutkan.

Seketika Naura melangkah mundur. "Terimakasih sudah menyiapkan sarapan. Tapi maaf, aku tidak lapar!" Ucap Naura dengan cepat lalu berbalik dan pergi dari ruang makan.

Saat melihat ada pengawal diruang tamu, ia menghampirinya. "Bisa antar aku pulang sebentar? Aku mau mengambil barang-barangku dirumah." Tanya Naura dengan wajah polos meminta pengawal mengantarnya pulang kerumahnya untuk mengambil barang-barangnya juga pakaiannya.

Karena saat kemarin ia pergi kemari, ia sama sekali tidak membawa apapun. Jadi ia ingin pulang dan mengambil pakaiannya juga beberapa barang-barangnya.

Rumah Aaron terletak ditengah-tengah lahan yang sangat luas. Naura bisa melihat ada pantai dari kejauhan melalui jendela kamar yang ditempatinya. Dan saat kamarin menuju kamari, ia tidak melihat ada transportasi umum yang lewat disepanjang jalan ini.

Pengawal tidak berani langsung menjawab Naura. Ia melihat kebelakang Naura dan Naura pun mengikuti arah pandang pengawal.

Entah sejak kapan 'Samuel' sudah berdiri dibelakangnya dengan bersedekap. "Kakak ipar sepupu ingin pulang kerumah mangmabil barang-barang? Biar aku yang mengantarmu dan tidak perlu merepotkan orang lain."

Belum sempat Naura menjawab, 'Samuel' sudah merangkul bahunya dan mengajaknya keluar menuju mobilnya.

Naura yang sangat tidak menyukai 'Samuel' terutama sikapnya yang kurang ajar ini, dengan cepat menghempaskan tangannya dengan ekspresi jijik. "Tidak perlu!" Ucap Naura dengan dingin.

Naura merasa heran dan masih belum mengerti dengan 'Samuel'. Baru semalam, dia mengatakan dirinya sangat jelek. Tapi kenapa masih saja mengganggunya?

Pengawal tadi menghampirinya dengan penuh hormat. "Nyonya Muda, biarkan Tuan...Tuan sepupu mengantarmu." Ucap pengawal yang hampir keceplosan menyebut Tuan Muda pada Aaron yang sedang berperan sebagai 'Samuel' dan langsung mengoreksinya.

"Bisa menyentuhmu, sangat menyenangkan." Bisik Aaron pada Naura sambil merangkulnya lagi membuat Naura seketika menghempas tangannya lagi dan terpaksa masuk kedalam mobil 'Samuel' karena takut kalau laki-laki kurang ajar dan tidak tau malu ini akan melakukan sesuatu yang keterlaluan terhadapnya.

Akhirnya 'Samuel' yang mengantar Naura pergi.

Mereka berdua hanya diam setelah masuk kedalam mobil. Naura memasang sabuk pengaman dan sama sekali tidak menoleh atau pun melirik kearah 'Samuel'.

Melihat Naura yang seperti ini, membuat Aaron semakin tertarik kepadanya.

Wanita yang menjadi istrinya ini memang sangat jelek. Tapi, dia selalu jujur.

Awalnya, Aaron hanya ingin menggoda Naura saja. Tapi saat melihat reaksi Naura yang seperti itu membuatnya menjadi sangat menarik. Aaron pun ingin melanjutkan permainannya ini.

Tidak terasa, mobil sport berwarna hitam milik Aaron telah sampai didepan rumah keluarga Affandi.

Naura ingin melepaskan sabuk pengaman. Aaron yang melihatnya, ia menyerongkan tubuhnya kearah Naura dan jari-jari lentiknya yang indah menekan pengait sabuk pengaman hingga terlepas.

Meski hati Naura merasa tenang, tapi ia tidak bisa menyembunyikan rona merah diwajahnya karena melihat wajah tampan 'Samuel' yang begitu dekat didepan wajahnya. Jantungnya pun berdegup dengan cepat.

Hanya dengan menatap wajah tampannya saja, semua wanita pasti akan langsung jatuh hati kepadanya.

Tapi ketika Naura mengingat sikapnya semalam yang kurang ajar dan tidak tau malu, membuatnya langsung merubah ekspresi wajahnya seperti semula lagi.

"Aku mau turun." Ucap Naura sambil menaikkan kaca matanya dengan wajah tanpa ekspresinya dan terlihat dingin.

Aaron memicingkan matanya menatap Naura dan suasana didalam mobil seketika berubah.

Naura bisa merasakan perubahan pada wajah 'Samuel'. Ia pun bersiap membuka pintu mobil dan turun. Tapi tangan 'Samuel' dengan cepat memegangi tangannya untuk mencegahnya membuka pintu.

Tubuh tinggi dengan lengan yang panjang berada didepan Naura dan jika dilihat dari depan mobil, Aaron seperti sedang memeluk Naura.

Aaron menatap lekat mata Naura yang terlihat bersih dan Indah dengan tenang. "Aku sudah mengantar kakak ipar sepupu. Apa tidak ada ucapan terimakasih darimu untukku?" Tanya Aaron pada Naura dengan maksud tertentu.

Naura dengan wajah polosnya menunduk lalu menyengir. "Terimakasih." Ucapnya kepada 'Samuel'.

Semua anggota keluarga Affandi yang selalu melihat Naura seperti itu, membuat mereka malas dan tidak mempedulikannya. Naura pun berharap semoga 'Samuel' juga sama seperti mereka.

Tatapan Aaron turun pada bibir merah Naura yang terlihat mempesona. Sudah jelas, wajah Naura tampak gelap dan kusam. Tapi bibir merahnya mampu membuat Aaron tergoda.

Naura telah menjadi istri SAHnya secara tertulis. Lalu kenapa ia harus menahannya?

"Terimakasihmu tidak tulus. Terpaksa aku mengambil sendiri ucapan terimakasih darimu." Ucap Aaron kemudian memiringkan kepalanya dan langsung mencium bibir merah Naura.

Naura merasakan sesuatu yang dingin dan lembut yang menempel dibibirnya. Ia mengulurkan tangannya ingin mendorong Aaron tapi kedua tangannya ditahan oleh Aaron.

Aaron merasa puas melihat reaksi Naura yang seperti ini. Sebelah tangannya melepas kacamata Naura dan ia dapat melihat dengan jelas mata Naura yang bersinar sangat indah.

Dengan begini, Aaron merasa kalau Naura menjadi lebih enak dipandang.

Naura sudah sangat marah dibuatnya hingga wajahnya memerah. Laki-laki didepannya ini sungguh sangat keterlaluan. Didepan rumah keluarga Affandi pun masih berani bersikap tidak tau malu dan sangat tidak sopan terhadapnya.

Aaron menyudahi ciumannya meski masih merasa tidak rela melepaskan bibir merah Naura. "Lain kali, jangan pakai kaca matamu yang jelek ini. Kalau aku masih melihatmu memakainya, maka aku akan langsung menciummu!" Ucap Aaron dengan nada perintah menatap Naura.

Bibir merah Naura terasa hangat dan manis. Membuatnya ingin mengulanginya lagi saat ada kesempatan.

Naura semakin geram dibuatnya. Ia menatap tajam laki-laki tidak tau malu ini dan ingin memakinya. Tapi saat ia membuka mulutnya ingin memaki, terdengar suara seorang wanita dari luar memanggil namanya.

"Naura!"

Naura pun menoleh dan melihat kearah luar kaca jendela mobil. Ia dapat melihat Merlin ibu kandungnya tampak sangat terkejut dan marah kepadanya.

"Naura! Kenapa kamu ada disini?!" Seru Merlin menatap Naura dengan tatapan penuh kemarahan.

Naura memeremas tangannya sendiri dan hatinya sangat cemas karena ini hari pertamanya setelah menikah dan didepan rumahnya sendiri, ia bersama laki-laki lain berciuman?

...__________...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!