NovelToon NovelToon

Rania

1.Berangkat Ke Jakarta

Hari ini akhirnya aku berangkat juga ke Jakarta. Setelah berhasil membujuk bunda yang awalnya tidak memberi izin pergi. Memang berat meninggalkan bunda tapi aku juga ingin mengubah nasib di Jakarta. Kalau masih dikampung aku hanya menyusahkan bunda,paman dan bibi saja.

Ketika aku sedang bersiap-siap karna sebentar lagi mau berangkat ke terminal bus,bunda datang ke kamarku.

''Boleh bunda masuk sayang''Tanya bunda yang sudah berdiri di depan pintu kamarku.

''Masuk bun''Jawabku

''Nanti di Jakarta kamu harus bisa jaga diri. Disana tidak sama disini. Hidup disana sangat keras nak dan satu lagi kamu harus janji tetap dengan penampilanmu sekarang''

''Iya bun'' Jawabku. Karenaku tahu dari semenjak SMA bunda sudah menyuruh memakai kacamata tebal. Setiap ditanya bunda selalu jawab untuk kebaikanmu.Aku selalu menurut apa yang bunda katakan. Karena setiap melihat wajah bunda serasa ada luka yang tersimpan disana.

Namaku Rania Anastasya.W. Umurku 24 tahun. Sebenarnya wajahku cantik.Terutama mataku mirip sekali dengan bunda, tapi bunda tidak membolehkanku berdandan layak anak gadis lainnya. Jadilah penampilanku biasa saja yang terkesan agak culun. Aku juga penasaran dengan huruf W dibelakang namaku dan lagi-lagi bunda tidak mau menjawab. Mungkin saja itu nama dari ayahku. Entahlah karena aku tidak pernah tahu siapa ayahku.

''Sebenarnya bunda masih belum bisa melepasmu pergi. Tapi karna kamu yang bersikeras pergi bunda bisa apa. Entah apa yang akan kamu hadapi dikota besar nanti nak. Disana penuh dengan kepalsuan'' Kata bunda dengan wajah sedih dan ada rasa kwatir yang tergambar seolah-olah bunda pernah mengalaminya. Itu membuatku semakin ingin pergi ke Jakarta. Mengapa bunda terlalu keras melarangku pergi? Kalau hanya menantang bahaya aku sudah biasa menjaga diriku sendiri.

'' Rania bisa jaga diri kok bun, lagian selama kuliah Rania juga tinggal sendiri dikota''

''Tapi Jakarta beda nak... Disana lebih berbahaya dari pada ditempatmu kuliah dulu''

Kupeluk bunda... Untuk meyakinkan kalau aku akan baik baik saja di Jakarta.

''Oh ya bunda ada sesuatu untukmu''

Bunda mangeluarkan sebuah kalung dengan huruf R. Kalung perak tua tapi masih terawat. Kuperhatikan kalung itu ternyata dibelakangnya ada tanggal lahir bunda.

''Ini kalung pemberian nenek dan kakekmu dulu ketika bunda kecil. Huruf R disini sebenarnya untuk nama kamu sekarang Rania. Itu nama bunda dulu sebelum bunda hilang dan diasuh di Panti Asuhan. sekarang nama Rania sudah jadi namamu. Bunda juga nyaman dengan nama yang diberi ibu panti dan karena kalung ini pula bunda bisa bertemu pamanmu yang ternyata kakak kandung bunda. Simpan baik-baik kalung ini karena ini peninggalan nenek dan kakekmu satu-satunya''

''Iya bun... Biar langsung Rania pakai,makasih ya bun'' Sambil kupeluk bunda. Kuperhatikan ada bulir air mata keluar dari mata bunda. Wajah bunda ya sudah dipenuhi garis-garis halus tidak mengurangi kecantikannya.

''Udah siap Ran?'' Tanya paman ternyata dia sudah berdiri di depan pintu kamar.

Paman adalah kakak laki-laki bunda, dirumah kami tinggal berempat. Aku,bunda,paman Rendra dan istri bibi Susi. Kalau ayahku jangan tanya karena dariku lahir tidak pernah bertemu. Bunda juga tidak pernah cerita tentang ayah. Apalagi bertanya sama paman dia tidak akan pernah menjawab pertanyaanku.

''Sudah paman''Jawabku.

''Ya sudah kita langsung berangkat sekarang,nanti ketinggalan bus'' Kata paman.

Kami pun keluar kamar dengan membawa tas pakaianku. Didepan sudah ada bibi istri paman. Bibi adalah orang yang baik juga dan sangat sayang padaku. Dia bahkan sangat baik sama bunda. Mungkin karena bunda adik iparnya. Tapi menurutku tingkahnya lebih dari mengangap saudara ipar.

''Rania berangkat ya bun. Kalau sudah sampai rania telepon bunda'' Sambil kupeluk bunda yang sudah menangis lagi. Sedih rasanya meninggalkan bunda tapi demi masa depan dan cita-citaku,harus bisa kutahan.

Setelah puas kupeluk bunda lalu kupeluk bibi,titip bunda ya bi. Kalau ada apa-apa kabari Rania''.

''Iya Ran, kamu hati-hati disana'' Ucap bibi yang juga menangis ketika kupeluk.

''Yuk paman kita berangkat'' Setelahku lepaskan pelukan dari bibi. Aku ingin cepat-cepat pergi karena sudah tidak tahan melihat kesedihan kedua perempuan yang sangat ku sayangi. Biasa goyah pendirianku untuk pergi.

Ketika kami berangkat kulihat bunda masih menangis dipelukan bibi. Siapa yang tidak sedih meninggalkan orang tercinta. Tapi demi masa depanku harus kuat. Karena perpisahan memang menyedihkan tapi bersifat sementara. Dengan berjalan waktu semua akan kembali seperti sedia kala.

Dua puluh menit kemudian kami sampai diTerminal. Aku diantar pakai motor sama paman. Maklum cuma itu kendaraan yang kami punya. Apalagi kami tinggal di kampung yang jauh dari kota.

''Kamu hati-hati disana ya Ran. Paman tau betapa kerasnya hidup disana dan paman tahu betapa takutnya bundamu melepaskan kamu pergi. Ingat pesan bunda penampilanmu jangan diubah terutama kacamata. Jangan pernah sekali-sekali kamu lepas'' Nasehat paman.

''Sebenarnya Rania penasaran kenapa harus berpenampilan seperti ini paman. Setiap Rania tanya bunda selalu jawabnya demi kebaikanmu dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang dari dulu pengen Rania tanyakan'' Kataku sama paman

''Suatu saat kamu pasti akan tahu alasannya. Kamu anak yang pintar ketika waktunya tiba tanpa kamu mintapun bunda atau paman pasti akan memberi tahu mu'' Jawab paman.

''Ya tapi sampai kapan paman?''Tanyaku

''Sampai waktunya tiba'' Jawab paman singkat

selalu mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan. Karenaku tahu paman tidak akan pernah bercerita sebelum bunda setuju.

''Paman atau kamu yang nelpon Angga'' Tanya paman

Angga adalah anak paman, beda tiga tahun dariku sekarang sedang kuliah dikota dekat kampung kami.

''Biar Rania aja yang telepon nanti paman''Jawabku.

''Ya sudah kamu cepat naik busnya. Bentar lagi busnya berangkat'' ucap paman. Aku bisa melihat kesedihan yang sama dengan bunda dari wajah paman saat melepasku pergi. Tetapi paman tetap tegar tidak mau melihatkan kesedihanya padaku. Paman adalah orang yang juga sangat aku sayangi, karrna dia juga sosok pengganti ayah yang selama ini aku rindukan.

''Iya... Rania berangkat dulu ya paman,titip bunda'' Sambilku cium tangan paman.

Jam sudah menunjukan pukul sebelas siang. Kulangkah kaki menuju bus yang akan membawa ku pergi ke Jakarta. Setelah duduk dikursi penumpang kulihat paman masih menunggu keberangkatanku. Bus mulai berjalan meninggalkan Terminal. Kulambaikan tangan tanda perpisahan dengan paman sampai bus menjauh dan paman tidak terlihat lagi.

Akhirnya Jakarta i'am coming. Kutunggu apa yang ada disana.

Salam dari author..Terus dukung karya author ya..

Maaf kalau ada kekurangan dalam penulisan cerita.. Ini karya pertama author.

2.Sampai Di Jakarta

Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam akhirnya aku sampai di Jakarta.Terminalnya cukup ramai. Ku cari nomor sahabatku diponsel. Sebelum berangkat ke Jakarta aku sudah mengabarinya dan salah satu alasan bunda mengizinkan pergi karna ada dia disini.

Tut tut tut..

''Hallo Ran'' jawab Sisi

''Hallo Sisi aku udah sampai kamu dimana?''Tanyaku

''Kamu jalan aja kaluar gerbang terminal aku menunggu diluar'' Jawab Sisi

''Oke'' kumatikan telepon.

Tidak lama setelah itu sampailH aku di luar gerbang terminal.

''Raniaaaa''teriak Sisi sambil berlari ke arahku.

Kupeluk sahabat yang kurindukan itu. Ya nama Sinta Anggraini. Gadis cantik dan modis seorang dokter kecantikan yang wajahnya ala-ala unnie korea. Kalau diperhatikan kan sekarang penampilannya dengan penampilanku berbeda 180 derajat. Tapi itulah Sisi dia tulus bersahabat denganku dan dialah satu-satunya orang yang mau menerimaku apa adanya. Kami bersahabat dari SMA sampai kuliah. Kami tetap sama-sama walaupun beda jurusan. Dia mengambil jurusan kedokteran sedangkan aku mengambil jurusan bisnis manajemen. Setelah wisuda Sisi pindah ke Jakarta dan melanjutkan kuliah spesialis kecantikannya dan sekarang sudah bukak klinik kecantikan sendiri. Walaupun orang tuanya salah satu pemilik rumah sakit terbesar di Jakarta dan sekarang di kelolah oleh kakaknya yang juga seorang dokter. Sedangkan dia lebih memilih mandiri.

''Apa kabarmu Ran. Aku kangen pake banget sama kamu'' Ucapnya dengan senang. Betapa gembiranya dia ketika aku bilang mau ke Jakarta.

'' Sehat, kamu keliahatan tambah cantik aja..hehe'' jawabku

''Hii... Ya dong secara aku seorang dokter kecantikan. Kalau aku jelek mana ada yang mau datang ke klinikku'' jawab Sisi dengan gaya agak sedikit centil terkesan manja. Ya seperti itulah Sisi kalau bertemu denganku.

''Hmm iya juga sih'' jawabku.

''Yuk kita ngobrolnya di dalam mobil. Bisa gosong aku lama-lama disini panasnya full'' Ajak Sisi sambil bantu bawa tasku dan jalan ke arah mobilnya.

''Nggak apa gosong-gosong dikit. Ikan bakar aja enak kalau ada gosong-gosongnya'' jawabku santai.

''Whaaat... Diriku yang cantik ini disamakan dengan ikan bakar?''Ucap Sisi cemberut.

''Hahaha. Ya enggaklah.. Itu cuman perumpamaan''jawabku.

''Oh iya.. Gimana kabar bunda? Kangen sekali aku sama bunda apalagi nasi uduk plus sambal yang tiada dua..''tanya Sisi setelah kami sampai didalam mobil.

''Bunda sehat, ya gitulah kamu tau sendiri gimana bunda. Begitu berat dia melepasku kesini. Kalau bukan kubilang kamu yang nyuruh dan mohon-mohon aku ke Jakarta mungkin masih belum dibolehkannya aku pergi. Dan satu lagi selama disini penampilanku harus tetap seperti ini. Tidak boleh dirubah itu janjiku sama bunda'' Jelasku.

''Kalau soal penampilanmu aku no comment la. Mungkin bunda punya alasan tesendiri. Secara aku yang cewek aja melihat wajah aslimu itu aja bisa segitu sukanya apalagi cowok'' jawab Sisi sambil mengemudikan mobilnya.

Selain keluargaku Sisi lah yang tahu wajah dibalik kacamata tebalku ini. Itu dia tahu karena tidak sengaja menjelang kami wisuda. Waktu itu Sisi datang kerumahku yang kebetulan aku lagi tidur dikamar. Dia langsung aja masuk kekamar dan melihat penampilan asliku. Betapa hebohnya dia waktu itu. Tapi setelah aku jelas alasannya dia berjanji akan merahasiakannya.

''Kita langsung aja ke apartemenku biar kamu bisa istirahat dulu'' Kata Sisi.

''Iya'' jawabku. Yang aku tahu Sisi memang lebih memilih tinggal di apartemen daripada dirumah orang tuanya. Selain alasan lebih dekat dari klinik tentu saja supaya bisa mandiri.

Sekitar dua puluh menit kami sampai diapartemen Sisi. Apartemennya berada di lantai lima dan lumanyan luas dengan tiga kamar. Sisi langsung mengajakku kedalam kamar yang sudah disediakannya. Rencana untuk sementara aku tinggal disini sampai mendapatkan pekerjaan. Setelah itu baru cari kontrakan dekat tempat kerjaku.

''Apa kamu sudah ada rencana mau melamar pekerjaan dimana?'' Tanya Sisi sambil menyodorkan ku minuman.

''Udah. Kebetulan aku sudah membuat beberapa lamaran tinggal kirim aja CV'' Sambil kuterima minuman yang diberikanya. Memang kerongkonganku terasa haus dengan sekali teguk air minuman digelas ludes aku minum.

''Ya udah aku ke klinik dulu. Nggak apa-apa ditinggal sendiri. Tadi aku sudah ada janji dengan seorang pelanggan '' kata Sisi.

''Ya nggak apa-apa.. Maaf ya udah merepotin kamu'' kataku.

''Santai aja kali sama sahabat sendiri ngak ada kata repot. Malah aku senang ada kamu disini. Jadi ada yang temanin aku'' ucap Sisi.

''Hehe'' jawabku sambil garut kepala yang tidak gatal.

'' Aku udah pesan makanan online. Bentar lagi datang'' ucap Sisi

''Makasih ya. Aku mau nelpon bunda dulu takutnya dia kwatir karna belum dihubungin''

''Ya udah aku pergi dulu.. Mungkin agak malam baru pulang kalau kamu ngantuk tidur aja dulu ngak usah ditunggu dan titip salam sama bunda'' kata Sisi.

Setelah Sisi pergi aku langsung nelpon bunda mengabarin kalau aku sampai di Jakarta dengan selamat dan sekarang sedang dirumah Sisi.

Tut tut tut

''Hallo sayang'' jawab bunda

''Hallo bun. Rania sudah sampai di Jakarta dan sekarang lagi diapartemen Sisi''

''Iya. apa ada kendala dijalan tadi? tanya bunda

''Tidak bun semua aman'' jawabku

''Oh ya dimana Sisi? Bunda kangen ngobrol dengannya''

'' Sisi udah kembali ke kliniknya bun. Karna ada janji dengan pelanggannya. Setelah antar rania dia langsung pergi. Katanya titip salam sama bunda

''Iya salam balik''

''Ya udah bun. Rania mau istrahat dulu. Nanti rania telepon bunda lagi ya''

'' iya ''jawab bunda.

Kumatikan telepon .Setelah itu ku telepon Angga, anak paman yang sudah menjadi adikku satu-satunya.

Tut tut tut

''Hallo kak'' angkat Angga

'' Hallo dek . Kakak cuman mau ngabarin kamu kalau kakak sekarang di Jakarta''

''H**aah.Kapan kakak berangkat? Kenapa tidak kabarin aku sih? Kalau tau gitu aku kan bisa antar kakak.''

''Hehe...Coba tanya satu-satu. Nih tidak udah kayak kereta api aja panjang. Tadi jam sebelas kakak berangkat. Kalau kakak kabarin pasti reaksi kamu seperti ini dan lagian kakak tidak mau mengangu kuliah kamu''

''Ya setidaknya kakak telepon aku dulu''

''Iya maaf . Udah dulu ya dek kakak mau istirahat''

''Iya kakak. Jaga diri kakak disana''

Kumatikan hp. Tidak lama makanan yang dipesan sisi datang. Perutku lumayan lapar tanpa menunggu lama langsung aja kumakan. Karna hari udah sore selesai makan, aku membereskan pakaian dikamar setelah itu langsung mandi biar segar dan bisa istirahat. Menunggu hari esok. Semoga semua yang aku rencanakan berjalan dengan lancar tampa ada kendala. Dan mmemulai pertualangan di kota besar seperti Jakarta.

Jangan lupa like & commentnya !!!

Maaf kalau ada kekurangan dari novel author.. Maklum ini karya pertama author.

3.Tawaran Kerja Dari Kak Davin

Seminggu sudah aku dijakarta dan tidak ada satupun dari surat lamaranku yang diterima. Apa karna penampilanku yang culun maka susah mendapatkan pekerjaan. Padahal aku kan lumayan pintar. Bunda sudah menyuruh-nyuruhku pulang kalau memang tidak ada pekerjaan di sini. Tapi aku tidak boleh menyerah ini baru seminggu. Orang saja berbulan-bulan mencari pekerjaan belum tentu juga berhasil.

Hari ini aku diajak Sisi ke kliniknya. Dan seperti biasa Sisi sibuk dengan pelanggannya dibantu dua orang karyawannya. Sedangkan aku hanya duduk sambil memperhatikan pelanggan Sisi yang datang maupun pergi. Dari tatapan mereka aku bisa tau, kalau mereka menghina penampilanku. Secara disinikan klinik kecantikan yah yang datang orang-orang pengen cantik.

Tapi no problem. Aku udah biasa melihat tatapan mereka sambil berbisik-bisik seperti itu.Seolah-olah dalam hatinya bertanya kamu siapaaa kamu siapaa.Hahaha. Udah kayak lagu ditiktok aja.

Sebenarnya gaya culunku itu bukan kebanyak seperti orang lain. Aku kelihatan culun karna kacamata tebal aja. Pakaianku lebih ketomboy sih. Dengan baju kaus oblong diluarnya pakai kemeja dan celana jeans serta rambut yang dikucir ekor kuda.Bukan dikepang dua.

Kulihat Sisi keluar dari ruangan rawat pelanggannya.

''Mau kemana Si?'' tanyaku belum sempat Sisi jawab.

''Siang sayang'' kudengar suara seorang pria menyapa Sisi. Setelah kuperhatikan pria tampan itu ternyata kak Davin pacar Sisi. Ya aku tau karna pas kuliah dulu dia sering kekampus kami. Apalagi Sisi juga sering menceritakannya.

''Siang sayang'' jawab Sisi sambil memeluk cowoknya.Entah tidak tahu seorang jomblo lagi duduk disini mereka asyik bermesraan.Huhu. Emang ya kata orang kalau sama pacar, dunia serasa milik berdua yang lain itu ngontrak. Biarpun aku tidak tahu kalau yang sebenarnya, maklum jomblo dari lahir.

''Hai Ran... Kamu disini?'' tanya kak Davin sambil berjalan kearahku duduk.

''Hai kak. Iya kalau udah berdua aku yang sebesar ini tidak keliahatan'' jawabku pura-pura cemberut.

''Hehe ayolah... Kayak tidak tahu kami aja'' timbal Sisi sambil tersenyum bahagia pacarnya datang.

''Kenapa mukanya ditekuk gitu Ran. Udah jelek jadi plus-plus jeleknya..Hehe'' ledek kak Davin.

''Makasih pujiannya kak'' jawabku malas.

''Gini loh yank. Rania galau karena lamaran kerjanya sampai sekarang tidak ada yang respon dari perusahaan tempat dia melamar. Apa di perusahaan tempatmu ada lowongan untuk Rania?'' tanya Sisi pada kak Davin.

''Mmmm kalau untuk sekarang belum ada lowongan .Tapi kalau jadi sopir kamu mau? Kebetulan bos aku lagi butuh sopir untuk antar jemput dari rumahnya kekantor. Karena sopir yang lama udah berhenti dan gajinya lumayan loh'' kata kak Davin.

''Kata Sisi kamu bisa nyetir dan pernah bawa mobil untuk taksi online. Berarti kamu udah punya sim dong?''sambung kak Davin lagi.

''Gimana Ran'' tanya Sisi

''Tapi kalau kamu tidak suka ntar kita cari kerjaan yang lain. Bagiku kamu disini aja, aku udah sangat senang. Jadi kamu ngak usah sungkan biarpun belum dapat kerja'' Sambung Sisi sambil duduk disebelah ku.

''Mmmm sebenarnya aku ngak masalah sih kak kerja apa aja yang penting halal. Dan yang penting lago bosnya ngak cerewet. Bosan juga duduk-duduk aja lihat Sisi kerja dan aku kan juga butuh uang hehe'' jawabku

''Tapi apa tidak masalah dengan penampilanku kak?'' tanyaku lagi.

''Ya enggaklah..Bosku tu orangnya cuek ngak akan memerhatikan penampilan. Yang penting kamu kerja dengan profesional itu saja udah cukup. Dan satu lagi malah bagus penampilan kamu kayak gini, karena tunangan bosku orangnya cemburuan'' jawab kak Davin dan sedikit berbisik.

Kami pun tertawa melihat gaya bicara kak Davin. Setelah itu kami mengobrol. kak Davin orangnya asyik jadi biarpun dia pacar Sisi tapi aku tidak canggung duduk bersama mereka. Malah suasananya jadi ceria.

Sejam kemudian kak Davin pamit kembali kerja.

''Besok kamu antar aja CVnya ke perusahaan. Ntar syarat-syarat dan alamatnya aku WA aja'' kata kak Davin.

''Siip kak... Makasih ya udah bantu aku''jawabku senang akhirnya ada harapan dapat pekerjaan.

''Kamu sahabat Sisi udah sewajarnya aku bantu'' kata kak Davin

''Ya udah sayang aku kekantor dulu ya...'' pamit kak Davin sama Sisi.

''Iya hati-hati dijalan yank'' jawab Sisi sambil melambai tangannya.

Setelah kak davin pergi. Aku juga pamit mau beli minuman yang letaknya tidak jauh dari klinik Sisi. Karena sekarang pikiran aku sudah plong. Jadi aku berjalan dengan santai ke tempat membeli minuman.

Bruuuukk

''Aduuuhh'' pekik seorang wanita.

Ternyata aku menabrak orang yang baru keluar dari sebuah toko. Aku bantu wanita itu berdiri, sambilku ulurkan tangan tapi dia malah menepis tanganku

''Kau tidak punya mata ya'' teriaknya sambil berusaha berdiri.

''Maaf ya mbak'' kataku

''Maaf-maaf enak aja mulut kau bicara ya. Tidak lihat kakiku jadi sakit tahu'' teriaknya lagi sambil marah-marah.

Sebenarnya kupingku udah mulai pegal mendengarnya teriak-teriak. Kulihat penampilannya elegan dan cantik. seperti umurnya lebih muda dariku. Tapi ternyata penampilan tidak menjamin sifat seseorang.

''Bukannya saya sudah minta maaf dan lagian saya juga sudah mau bantu mbak berdiri. Mbaknya aja ngak mau dibantu. Jangan suka marah-marah mbak ntar cantiknya luntur'' jawabku santai.

''Hei culun. Ngak usah ya kau bela-bela diri segala.. Udah pakai kacamata setebal ini, masih juga menabrak aku. Siapa juga sudih megang tangan kau jijik tahu'' teriaknya dengan gaya arogan.

Sebenarnya sabarku juga ada batasnya. Tapi kalau aku marah juga, apa bedanya aku dengan dia.

''Mbak ngak malu apa marah-marah dilihat orang'' tanyaku lagi. Karna aku lihat orang yang lewat udah banyak yang melirik kami.

''Bodoh amat, yang penting kau harus ganti rugi'' katanya lagi.

Belum sempat aku menjawab udah terdengar suara pria memanggil dari dalam mobil.

''Chyntia cepat... Mau disini terus atau ikut'' tanya pria dari dalam mobil.

''Iya tunggu bentar yank''jawabnya

''Untung tunanganku datang kalau tidak habis kau'' katanya lagi sambil berlalu menuju kemobil.

Sayup-sayup kudengar dia mengadu sama tunangannya.

''lihat siculun itu menabrakku sampai jatuh'' katanya mengadu.

''udahlah... Kamukan baik-baik saja'' jawab tunangannya.

''Tapi...'' mobil itu pun melaju. Kulirik sekilas terlihat pria didalam mobil tampak malas mananggapinya.

Orang-orang yang tadinya berkumpul pun sudah bubar. Kulanjutkan berjalan menuju toko tempat menjual minuman.

Terkadang dalam kehidupan itu saling menghargai orang lain penting. Jangan karena kita merasa lebih dari orang lain, jadi kita seenaknya menghina orang. Apa yang kita tanam itu yang kita tuai.

Bantu author like & votenya ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!