NovelToon NovelToon

Bukan Salahku Selingkuh

Chapter 01

"Setelah sekian lama kita menjalin hubungan, baru sekarang kau bilang bosan pada ku. Kenapa, apa kau sudah memiliki pilihan hati yang lain?"

Winda menatap pria yang sudah tiga tahun lebih ini menjadi kekasihnya.

"Jangan menuduh ku yang bukan-bukan. Wajar jika aku bilang bosan tapi itu bukan berarti aku memiliki perempuan lain," ucap Tama dengan entengnya.

"Lalu aku harus apa sekarang?" Winda bertanya dengan suara bergetar.

Tama menarik nafas panjang, di tatapnya perempuan yang selama ini selalu ada di sampingnya. Tama tidak tega untuk memutuskan hubungan dengan Winda, apa lagi kedua pihak dari keluarga mereka sudah saling merestui bahkan selepas Wisuda nanti mereka akan segera menikah.

"Ya tidak melakukan apa-apa, kita jalani saja hubungan ini. Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Aku terlalu berpikir jauh!"

"Terserah kau saja, aku pusing!" ujar Winda memutuskan untuk pergi.

Tama acuh, sikap pria ini mulai berubah akhir-akhir ini. Tidak berniat mengejar Winda, Tama juga memutuskan untuk pergi menemui perempuan yang baru saja dia kenal dua bulan terakhir.

"Sayang, kapan dong kamu memutuskan Winda?" perempuan yang bernama Ranti ini terus bertanya pada Tama.

"Aku tidak bisa memutuskan Winda. Kau tahu sendiri jika kami sudah bertunangan dan tidak akan mungkin aku membatalkannya."

"Lalu bagaimana dengan diri ku, aku tidak mau jadi simpanan mu seperti ini."

"Untuk sekarang kita jalani saja seperti ini. Yang penting kau bisa membuat ku puas dan aku akan terus memenuhi semua kebutuhan mu!"

Ranti tersenyum puas, meskipun tidak bisa mendapatkan hati Tama setidaknya ia masih bisa mendapatkan uang Tama. Secara Tama termasuk anak orang kaya di kotanya sedangkan Winda adalah anak dari salah seorang pejabat di kota yang sama dengan Tama.

Sejak mengenal Ranti, Tama berubah liar. Setiap kali mereka bertemu pasti akan melakukan hubungan suami istri. Hal seperti ini tentu saja Winda tidak mengetahuinya.

"Winda,.....!"

"Hai Ran, ada apa?" Winda membalas sapaan dari temannya yang bernama Rania itu.

"Aku mau bicara sama kamu. Kita cari tempat yang sepi yuk...!"

Rania langsung menarik tangan Winda, mengajak wanita ini mencari tempat untuk mengobrol.

"Ran, ada apa sih?" tanya Winda yang penasaran.

"Ku lihat akhir-akhir ini kau dan Tama jarang terlihat berdua. Kenapa, ada masalah?"

Winda mengerutkan dahinya, memandang curiga pada temannya ini.

"Tidak ada masalah, memangnya kenapa sih?"

"Apa kau tidak dengar gosip yang beredar jika Tama suka pergi menemui Ranti?"

Jleb,....

Tiba-tiba saja ada perasaan mencelos dalam hati Winda.

"Ran, kau tahu dari mana?" tanya Winda yang tidak percaya, "aku dan Tama sudah tiga tahun lebih berpacaran, jangan membuat opini yang bisa merusak hubungan ku dengan Tama."

"Winda, kau ini jangan bodoh. Aku bisa melihat jika sekarang kau dan Tama suka ribut tidak jelas bahkan kalian sudah jarang pergi bersama. Selama apa pun hubungan kalian, tidak akan mungkin berjalan dengan mulus dan lancar. Kau harus mencari tahu tentang hubungan Tama dan Ranti yang tengah beredar."

Winda terdiam, memandang lesu rerumputan hijau yang sedang dia pijak sekarang. Mungkin Rania ada benarnya juga, mengingat akhir-akhir ini sikap Tama berubah dan baru saja tadi Tama mengatakan bosan dengan hubungan mereka.

"Kau benar, aku harus mencaritahu tentang mereka!"

"Bagus lah kalau kau sadar. Ingat Winda, menjalin hubungan lama itu tidak akan menjamin sebuah kebahagiaan. Aku akan membantu mu."

"Besok tidak ada kuliah, apa kau mau ikut bersama ku?"

"Kemana?" tanya Rania penasaran.

"Mengikuti Tama, aku juga penasaran dengan kegiatan yang dia lakukan akhir-akhir ini."

"Kau jemput saja aku, ok!"

Winda hanya tersenyum tipis, mengiyakan permintaan Rania. Winda yang lelah memutuskan untuk pulang ke kontrakan yang berada tak jauh dari kampusnya.

Di lemparnya tas sembarangan, Winda kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur. Winda membuka ponselnya, tidak ada satu pun chat atau panggilan masuk dari Tama. Sungguh ini tidak seperti biasanya, Winda mulai curiga pada kekasihnya itu.

Siang telah berganti malam, Winda masih menunggu balasan chat yang di kirim pada Tama namun sampai detik ini pun tidak ada. Pada akhirnya Winda terlelap begitu saja.

Sedangkan Tama yang sejak siang bersama dengan Ranti malah pergi ke club malam. Sejak mengenal Ranti, Tama jadi suka minum-minuman keras.

Ranti adalah perempuan bebas, tapi dirinya sangat pandai membawa diri. Semua kata-kata yang ia ucapkan akan membuat para lelaki menurut padanya.

Pukul dua dini hari, Ranti mengajak Tama pulang ke rumahnya. Ranti sendiri asli dari kota S dan kuliah di kampus yang sama dengan Tama dan Winda.

Kedua orangtuanya sudah meninggal, kakaknya juga sudah menikah dan tinggal bersama sang suami. Jadi, Ranti bebas melakukan apa pun di rumahnya. Bahkan hampir setiap malam Tama tidur bersama dengannya. Mereka sudah seperti pasangan suami istri.

Tidak, bukan hanya Ranti. Masih ada lagi beberapa wanita yang menjadi selingkuhan Tama. Tama suka wanita liar yang mau di ajak berhubungan badan. Beda dengan Winda yang masih sangat polos karena Winda sengat menjaga nama baik keluarganya.

Tama mabuk, sedangkan Ranti tidak. Wanita ini tersenyum lebar, dengan leluasa Ranti membuka dompet Tama, mengambil beberapa lembar uang lalu menyimpannya. Sudah biasa seperti itu, dirinya seperti seorang pencuri.

Malam berganti pagi, sampai detik ini Tama juga tidak menghubunginya. Hati Winda marah, jengkel pada kekasihnya yang sekarang sangat acuh ini. Mengingat ucapan Rania kemarin, entah kenapa membuat Winda menjadi percaya begitu saja.

Pukul satu siang, Winda pergi menjemput Rania di tempat kos yang berjarak tak jauh dari tempat tinggalnya.

Mereka bingung ingin pergi kemana, apa lagi sekarang wajah Winda sangat kusut karena ponsel Tama sama sekali tidak aktif sejak sore kemarin.

"Kita kemana sekarang?" tanya Winda bingung.

"Bagaimana jika kita memantau ke rumah Ranti saja?"

"Memangnya kau tahu di mana rumah Ranti?"

"Tentu saja,...!"

Pada akhirnya mereka pergi, entah kenapa perasaan Winda mendadak tidak enak. Semoga saja apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.

Rumah Ranti berada tepat di pinggir jalan raya dan memiliki halaman yang lumayan luas. Winda dan Rania memarkir mobil sedikit jauh agar tidak ketahuan kemudian mereka mulai memasuki pekarangan rumah Ranti.

"Itu kan mobil Tama....!" Rania menunjuk ke arah mobil yang berwarna merah yang terparkir rapi di samping halaman rumah Ranti.

Langkah Winda kaku, di lihatnya secara seksama mobil tersebut. Benar, itu adalah mobil milik Tama. Hati Winda hancur, tidak mungkin tunangannya ini bermain api di belakang dirinya.

Chapter 02

"Pintunya terkunci Ran, gimana kita mau masuk?" Winda bingung, "masa iya mau nangkap basah harus mengucapkan salam dulu sih?''

Rania tertawa mendengar ucapan Winda, tahu kan rasanya menahan tawa yang tidak bisa di lepaskan?

"Rumahnya juga gak besar, sebaiknya kita cari kamar Ranti. Aku yakin pasti mereka ada di kamar sekarang!"

Dengan perasaan yang berdebar, Winda menggenggam erat tangan Rania. Rasa penasarannya semakin besar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam.

Mereka memutari rumah Ranti, dengan langkah pelan agar tak menimbulkan suara. Untung saja rumah Ranti sedikit jauh dari rumah tetangga karena memiliki halaman yang luas.

Langkah Winda dan Rania tiba-tiba terhenti. Telinga mereka memanjang saat mendengar suara ******* yang sangat di kenali Winda.

Hatinya semakin tak karuan, sungguh Winda belum siap dengan kenyataan ini. Jendela kaca yang terbuka, di halangi tralis besi.

Rania yang penasaran langsung mengintip.Matanya terbelalak melihat pemandangan yang menjijikan di dalam. Sedangkan Winda hanya diam terpaku dengan air mata yang sudah siap meluncur bebas.

"Win, sebaiknya kau jangan lihat!" bisik Rania.

"Tidak, aku ingin melihat apa yang sudah terjadi...!" kekeh Winda.

"Ku rasa jangan, sebaiknya kita pergi...!" ajak Rania hendak menarik tangan Winda namun dengan cepat Winda menepis tangan Rania.

Winda maju beberapa langkah, Berdiri tepat di depan jendela. di lihatnya pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Dengan jelas siang ini Winda melihat Tama sedang beradu fisik di atas ranjang. Bergulat manja, saling memberi sentuhan kenikmatan.

Hanya diam seperti orang bodoh, Winda menyaksikan Tama dan Ranti sedang bercinta.

"Terus sayang,....teruskan...!'' ucap Tama yang sangat menikmati permainan Ranti.

Terdengar begitu menggelikan dan menjijikan, dengan hati panas Winda memukul jendela kaca tersebut dan berteriak histeris memanggil nama Tama.

Tama dan Rania terkejut, permainan yang semula panas mendadak hambar tak terasa. Keduanya menoleh ke arah jendela. Panik, Tama panik saat melihat wajah kekasihnya yang sudah berurai air mata.

Rania yang melihat Winda lemas langsung menyeret temannya itu pergi. Tama menyudahi pemainnya, pria ini mengejar Winda.

Ranti berusaha menahan, tapi Tama tetap mengenakan pakaiannya kemudian pergi.

"Shiiiit,.....!" Dengan tubuh polosnya Ranti mengumpat kesal. Sejenak terpikir apakah Winda tadi merekam aksinya bersama Tama.

Winda dan Rania sudah pergi dari rumah Ranti. Sungguh hancur hati Winda, kesetiaan selama tiga lebih ini di bayar dengan pengkhianat.

Winda dan Rania sudah berada di kos an Rania. Winda masih menangis sesegukan tak percaya.

"Sudahlah Win, jangan menangis lagi. Mungkin Tama bukan jodoh mu," ucap Rania sambil mengusap pundak Winda.

"Tapi aku sangat mencintai Tama. Kau tahu sendiri kami sudah bertunangan."

"Jadi, sekarang kau maunya gimana?" tanya Rania ikut pusing sendiri, "untuk sekarang kau tenangkan dulu hati mu. Biarkan bajingan itu merasa bersalah!" kesal Rania.

Sedangkan Tama, lelaki ini terus menghubungi Winda. Tama tidak menyangka jika Winda bisa memergokinya bersama Ranti. Ke sana ke mari mencari Winda, pada akhirnya Tama menemukan Winda di kos an Rania.

"Mau apa kau kesini hah?" sentak Rania yang benar-benar kesal pada Tama.

"Suruh Winda keluar, aku ingin bicara sama!" titah Tama seolah tidak merasa bersalah.

"Wah, enak sekali kau ini. Kalau kau sudah tidak mencintai Winda, kenapa kau tidak bicara baik-baik. Kasihan dia...!"

Tama keras kepala, tidak mau mendengarkan ocehan Rania. Tama menerobos masuk ke dalam.

Winda terkejut melihat Tama yang berdiri di hadapannya, perasaan marah dan sesak di dadanya sudah bercampur aduk.

"Aku minta maaf!" ucap Tama dengan entengnya.

"Kau jahat Tama!" sahut Winda dengan suara bergetar, "kau tega mengkhianati ku bahkan kau tega berhubungan badan dengan perempuan lain...!"

"Aku khilaf, dia yang menggoda ku!" bohong Tama.

"Cih,.....!" Rania hampir saja muntah mendengarnya.

"Pergilah Tam, biarkan aku menenangkan pikiran ku," ujar Winda yang sudah tidak tahu lagi ingin berbuat apa, "jika kau minta hubungan ini berakhir, maka akhir saja sekarang."

Tama memicingkan matanya, entah kenapa pria ini tidak suka mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Winda.

"Aku tidak mau putus dari mu!" ucap Tama dengan tegasnya.

Winda terkekeh geli, hatinya sakit namun ia masih sempat tertawa.

"Keegoisan macam apa yang sedang kau main sekarang hah?" tanya Winda menatap tajam wajah Tama.

"Kita sudah bertunangan," ujar Tama mengingatkan, "apa kau mau keluarga kita malu karena pernikahan kita batal? ingat Winda, papah mu seorang pejabat terkenal."

Alasan klise yang mampu membungkam mulut Winda. Keluarga mereka sudah sangat menantikan pernikahan Winda dan Tama setelah wisuda nanti.

"Kau harus bijak mengambil keputusan Winda. Orangtua mu pasti akan mengerti dengan apa yang sudah terjadi...!"

Rania mencoba membuka jalan pikiran Winda.

Tama menoleh ke arah Rania, di tatapnya wanita itu dengan wajah tidak suka.

"Sebaiknya kau diam!" sentak Tama, "ini bukan urusan mu!"

Rania memutar bola matanya jengah, melihat dari diamnya Winda sudah bisa di tebak akhirnya seperti apa.

Tama menarik tangan Winda, mengajak wanita itu pergi dari kos an Rania. Terserah, tidak masalah bagi Rania setidaknya ia sebagai seorang teman sudah berusaha mengingatkan.

Mobil berhenti di jalanan sepi, Tama menoleh ke arah Winda yang matanya sudah sembab memerah.

Tiba-tiba saja Tama memeluk Winda, membuat tangis wanita ini semakin kencang.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku khilaf, aku janji tidak akan melakukannya lagi. Win, jangan akhiri hubungan ini. Pikirkan nama baik keluarga kita kedepannya."

"Kau menyakiti ku sedalam ini Tam, kau tidur dengan perempuan lain...!" lirih Winda dalam isaknya.

Sebenarnya, bukan sekali ini saja Tama tidur Ranti atau wanita lainnya. Hanya saja pria ini pintar dalam menutupi kebusukannya. Mungkin saja hari ini adalah hari kesialan bagi Tama.

"Win, aku benar-benar minta maaf!" sekali lagi Tama meminta maaf, pria ini menundukkan kepala lalu mengeluarkan air mata berharap Winda mau memaafkannya.

Drama, Tama pandai dalam merangkai kata. Tama mengeluarkan sejuta kata rayu penuh makna, mengatasnamakan keluarga agar dapat maaf dari Winda.

Demi waktu yang sudah tiga tahun lebih berjalan bersama dengan segala kebesaran hati Winda memaafkan Tama. Kecintaannya begitu dalam pada pria ini. Bukannya apa-apa, Tama adalah cinta pertama Winda.

Begitu bodohnya Winda, satu kebusukan yang nyata ia lihat di depan mata masih bisa termakan oleh bujuk rayu Tama. Winda memaafkan Tama, lalu dengan mudahnya Tama mengucapkan janji tidak akan mengkhianatinya lagi.

Masalah hari ini selesai, meskipun Winda sudah memaafkan Tama dan hubungan mereka kembali berlanjut. Tapi, Winda tidak bisa melupakan apa yang sudah ia lihat tadi.

Chapter 03

WARNING....!!

CERITA DI ANGKAT DARI KISAH NYATA SESEORANG DI BAUR DENGAN KEHALUAN.

*****

Untuk beberapa hari berjalan hubungan Winda dan Tama kembali baik-baik saja. Winda, bisa di katakan perempuan bodoh yang bisa-bisanya termakan dengan ucapan manis Tama.

Tanpa sepengetahuan Winda, Tama kembali menemui Ranti. Mereka tidak bertemu di rumah atau pun tempat umumnya. Di sebuah hotel, yang berada di perbatasan kota.

"Kalau kita ketahuan lagi bagaimana?" tanya Ranti.

"Winda tidak mungkin tahu, aku sudah bilang padanya jika aku pulang ada urusan keluarga!"

"Kau ini memang pandai dalam berbohong!" ujar Ranti dengan senyum lebarnya lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher Tama.

Seperti biasa, jika sudah bertemu seperti ini Tama dan Ranti akan melakukan hubungan suami istri. Bagi Tama, hanya Ranti yang mampu memuaskan nafsunya.

Setelah puas berhubungan badan dengan Ranti, Tama langsung mengenakan kembali pakaiannya.

"Baru juga bertemu, sudah mau berpisah lagi. Memangnya kau mau kemana?" Ranti bertanya dengan wajah cemberut.

"Adik ku mengajak bertemu, aku tidak bisa menolaknya!"

Ranti menatap mata Tama, mencari celah kebohongan dari pria tersebut.

"Jangan bilang kau tidak percaya?" Tama menebak, "aku bisa membohongi Winda tapi tidak dengan mu!"

Begitu manis kata-kata yang keluar dari mulut manis Tama. Sebagai seorang pemain handal dalam urusan bercinta, Tama juga pengarang handal dalam merangkai kata.

Tama pergi, sebelum pergi tidak lupa memberikan Ranti beberapa lembar uang. Ini lah yang di sukai Ranti, Tama begitu royal padanya.

Bukan bertemu adiknya, Tama pergi bertemu dengan seorang wanita. Tidak, bukannya Winda dan Ranti masih ada dua belas wanita yang berkeliaran dalam hidup Tama.

Hebatnya Tama, selama berpacaran hingga bertunangan dengan Winda, pria ini sangat pintar menutupi semua kebusukannya.

"Aku mencium aroma parfum perempuan lain dari tubuh mu. Apa kau habis main?" tanya perempuan yang bernama Fani.

"Jika kau tidak mau ya sudah, jangan kebanyakan bertanya!" ketus Tama seolah tak merasa bosan dengan kepuasan hasratnya.

"Tidak, bukan begitu maksud ku. Aku hanya bertanya, apa salahnya?"

"Tidak salah juga, cepat layani aku...!"

Fani, seorang perempuan pengangguran yang hidup dari uang-uang pria seperti Tama. Bersama Fani, Tama kembali melakukan hubungan suami istri. Sudah biasa seperti ini, Tama suka celup sana celup sini.

Winda, seperti biasa wanita ini pergi dengan Rania. Tidak ada mata kuliah atau hal apa pun, mereka hanya tinggal menunggu waktu wisuda saja.

"Di mana Tama?" tanya Rania hanya sekedar basa basi.

"Pulang, katanya ada masalah keluarga!" jawab Winda membuat Rania tertawa, "kenapa kau tertawa?"

"Apa kau percaya jika dia pulang?"

"Tama sudah berjanji pada ku tidak akan membohongi ku lagi."

Begitu bodohnya Winda, hingga membuat Rania geram sendiri pada temannya ini.

"Pasangan, kalau sudah berani berbohong apa lagi berselingkuh. Pasti dia akan mencari cara untuk mengulanginya lagi," tutur Rania berusaha menasehati Winda.

"Tapi aku sudah mengenal Tama hampir empat tahun. Aku tidak bisa melepaskan dia begitu saja!"

"Kau terlalu bodoh dalam urusan cinta. Untuk apa kau mempertahankan lelaki seperti Tama yang sudah jelas-jelas kau saksikan sendiri dia berhubungan badan dengan perempuan lain."

"Mungkin Tama hanya khilaf saja!" ucap Winda dengan polosnya.

Rania menarik nafas panjang, memutar bola matanya malas. Entah jenis pelet seperti apa yang di tiupkan Tama pada Winda hingga membuat wanita ini bodoh.

Notifikasi pesan masuk dari ponsel Winda berbunyi, menghentikan obrolan keduanya. Winda membuka ponselnya, betapa terkejutnya wanita ini ketika melihat foto Tama sedang merangkul seorang perempuan. Bukan Ranti, entah siapa yang jelas Winda tidak mengenalnya.

"Win, kau kenapa?" tanya Rania bingung karena mata Winda mendadak merah berkaca-kaca.

Ponsel tersebut lepas dari genggam Winda, dengan cepat Rania mengambil lalu melihatnya.

Bukan hal yang mengejutkan lagi bagi Rania, sudah berulang kali Rania mengatakan jika Tama banyak bermain dengan perempuan selain Winda.

"Apa masih ingin kau pertahankan?" tanya Rania begitu kesal.

Winda hanya diam, menata hati yang sudah berantakan.

"Ran, bantu aku untuk mengikuti kegiatan Tama setiap hari. Aku ingin memastikan sendiri masalah ini."

"Apa lagi yang kau pastikan hah?" tanya Rania kesal, "sudah jelas bukti di depan mata. Apa lagi yang ingin kau buktikan?"

"Setidaknya aku ingin melihat dengan mata kepala ku. Ran, apa salah ku? kenapa Tama jahat pada ku?"

Air mata Winda kembali mengalir deras, pesan gambar dari nomor tidak di kenal itu bukan hanya mengirim satu foto Tama dan satu orang perempuan tetapi juga dengan beberapa perempuan yang berbeda.

Saat Winda ingin menghubungi nomor tersebut, entah kenapa nomor tersebut sudah memblokir nomor ponselnya.

"Haduh, aku sudah tidak tahan melihat kau di sakiti seperti ini. Kau putus saja dengan Tama. Bicara baik-baik dengan keluarga mu Win, orangtua mu pasti mengerti. Mana mungkin mereka mau anaknya di sakiti seperti ini," cecar Rania lagi-lagi membuat Winda terdiam.

Kembali dengan hari-hari galau, Tama masih bersikap baik dan sok manis di depan Winda. Setelah kejadian dua hari yang lalu, Winda mencoba tenang dan tidak bertanya hal apa pun pada Tama karena wanita ini ingin membuktikan sendiri.

Hari ini, Winda di temani Rania kembali mengikuti Tama kemana pun pria itu pergi. Menggunakan mobil yang berbeda dari yang di pakai biasanya, Winda terus mengikuti mobil Tama yang entah kemana tujuannya.

"Stop Win, jangan kau teruskan. Kita tunggu di sini saja. Lihat, Tama keluar bersama seorang perempuan," ujar Rania menunjuk ke arah Tama yang berjalan masuk menuju hotel.

Winda hanya diam di balik kemudinya. Winda sudah tidak sanggup lagi berkata-kata. Foto yang di kirim padanya ternyata benar adanya.

Bukan hanya satu atau dua hari Winda mengikuti Tama. Hampir setiap hari Winda mengikuti Tama kemana pun pria tersebut pergi.

Alhasil, bukanya bahagia yang di dapat Winda melainkan luka yang kembali terasa. Betapa sesaknya hati Winda ketika mengetahui Tama suka pergi ke hotel bersama perempuan yang berbeda.

Winda sudah tidak tahan lagi, wanita ini memutuskan untuk melabrak Tama, menangkap basah pria ini yang hendak masuk kedalam hotel.

Tama hanya berdiri santai melihat Winda yang sudah beradu fisik dengan perempuan yang sedang bersama kekasihnya itu.

Rania geram, memukul Tama yang merasa seolah dirinya yang paling tampan menjadi rebutan.

"Kita putus....!" ucap Winda dengan isak tangisnya kemudian pergi.

Rania mengejar Winda, teman paling bodoh sejagat kota. Tama dan perempuan tersebut tidak jadi masuk kedalam hotel. Tama memberi perempuan tersebut beberapa lembar uang untuk ongkos pulang sedangkan dirinya pergi menyusul Winda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!