NovelToon NovelToon

OH MY NDUT

Ep 01

"Dasar Gendut... jangan makan terus, nanti kamu jadi kaya balon udara..." Seorang lelaki dari kejauhan melempar kata yang membuat Adelia tersakiti, juga tawa terbahak bahak di ikuti beberapa temannya.

"Hahaha...nanti kan kalau perutnya udah gede meletus, deh....hahaha" Timpal salah seorang di samping pemuda berseragam putih abu abu tersebut. Mereka duduk di sebuah bangku tidak jauh dari tempat Adelia saat ini. Ledekan mereka memecahkan seisi kantin siang itu. Banyaknya siswa dan siswi di kantin menambah riuh suasana kantin.

Adelia hanya terdiam melipat tangan di meja dengan melihat makanan yang telah tersaji di depan mejanya. Semangkuk bakso berkuah pedas dengan minuman botol yang telah di pesannya. "Padahal makan saja belum, porsinya juga kecil. Kok aku bisa gendut ya..." Lirihnya meratapi nasib.

Bagi seorang dengan postur tubuh gemuk, tidak ada percaya diri dan seolah menjadi sampah lingkungan setempat. Padahal mereka(Orang gemuk) juga punya hak yang sama layaknya mereka. Tapi, banyak sekali orang membully dan menjauhinya dengan alasan fisik. Kegemukan bagi mereka adalah kotoran yang harus di jauhi sejauh mungkin, padahal mereka pun tidak akan sanggup menerima hinaan yang mereka lontarkan.

"Sabar, ya Del. Jangan dengerin mereka. Kita makan lagi aja yuk..." Zaskia mengusap pundak Adelia. Sahabat satu satunya yang selalu menemani Adelia sejak ia pindah ke kota ini.

"Aku tidak apa apa, kok..." ucapnya dengan meraih sendok di mangkuk kemudian hendak mendekatakan sesendok bakso itu.

"Woy...tu bakso sama kek hidung lo, bulat" Celetuk seorang gadis cantik tengah berdiri di belakang Adelia membawa jus jambu "Banyakin diet dari pada makan. Tu perut udah kaya gentong rumqh gua...hahahaha"

"Bukan gentong lagi tapi udah kaya sumur samping runah gua, gede banget..."Sambung teman Merry.

Adelia merasakan tertekan dengan kondisi tubuhnya saat ini. Ingin sekali ia menjadi kurus supaya tidak di bully habis habisan seperti sekarang ini "Apaan sih..." Adelia mengibaskan tangan Merry yang berada di bahunya.

Merry adalah bunga sekolahan dan juga ketua osis di sekolah itu. Gadis berparas cantik dan tinggi, banyak memikat para lelaki di sekolah. Bahkan, para guru memperhatikakan dirinya karena prestasi yang ia miliki. Meski demikian Merry memiliki sifat buruk, suka menghina, menindas yang lemah, dan juga sok berkuasa.

Maklum, Merry adalah anak dari salah satu infestor teebesar di sekolah tersebut.

Wajar dia sombong, dia cantik, dia manis, dia pintar, anak orang kaya pula.

"Suka suka gua dong. Tangan tangan gua, mau apa Lo...."

Adelia menoleh melihat wajah Merry, matanya terlihat marah tapi tak berani membalas.

"Kenapa liat liat..." Tangan Merry menyentuh kepala Adelia dengan sedikit di tekan kedepan "Cewek gendut kaya Lo itu pantesnya makan di pinggir jalan, bukan di kantin ini. Tau nggak lo...." Dengan kasar Merry kembali memainkan kepala Adelia menggunakan jari telunjukkanya, sesekali ia menekan keras kepala Adelia sampai kepala Adelia hampir menyentuh mangkuk bakso di depannya.

"Gendut, jelek, bodoh lagi. Apa sih kelebihan lo selain iti, ha?" Merry meraih dagu Adelia dengan mencengkeramnya.

Tentunya Adelia marah di perlakukan seperti ini. Ingin rasanya membalas semua perkataan juga perlakuan mereka tapi, ia tidak berani karena mentalnya tidak sebesar mereka, para pembully. Adelia hanya mengepalkan tangan menahan emosi dan malu.

"Merry, kamu ini apa apaan, sih. Adelia itu juga teman kita, kenapa kamu menghinanya seperti ini..." Zaskia bangkit lalu memaki Merry. Tak terima sahabatnya di perlakukan seperti itu. Penolakan semua siswa di kelas cukup membuat Adelia hancur, di tambah lagi sebagian besar dari siswi ikut membully fisiknya. Sungguh kejam kehidupan yang menimpa Adelia.

"Apa, ha? kamu mau membela si gendut ini..." Dengan wajah sombongnya, Merry menumpahkan jus di tangan kirinya "Makan ni jus jambu biar bau badan lo hilang...hahahaha" Semakin lama semakin keterlaluan manusia satu itu. Makhluk ciptaan Tuhan sedang di permalukan sedemikian rupa. Tapi, bukan salah Tuhan melainkan salah Adelia sendiri karena tidak memiliki jiwa kuat sehingga mampu membela dirinya sendiri.

"Hahahahahaha...." Semua orang di kanrir tertawa melihat wajah Adelia di guyur jus. Adelia mengusap wajahnya lalu berlali menuju kamar mandi. Terlihat air mata Adelia membasahi pipi "Kamu keterlaluan sekali..." ucap Zaskia seraya meraih tas Adelia dan juga miliknya.

"Adel, tunggu..." Zaskia mengejar Adelia.

"Merry, cukup." Seorang lelaki bangkit

"Eh, Doni. Makan bareng, yuk...." Belum apa apa, Merry sudah lebih dulu mendekati lelaki tampan itu. "Aku lapar..." ia menggelendot di bahu lelaki itu. Namun, tanpa di sadari lelaki itu mengambil segelas air putih di meja seseorang.

Byur...

Terlihat kemucuran air menyelinap masuk ke dalam pakaian dan juga membasahi rambut indahnya.

"Astaga, apa apaan kamu Don...." Merry melepas lengan lelaki itu sebab, kepalanya di guyur air.

"Kamu memang cantik dan smart. Tapi, sayang kamu tidak punya hati..." Doni mengibaskan lengannya yang mana tadi telah di sentuh oleh Merry "Lain kali kamu harus berkunjung ke rumah sakit buat operasi hati kamu itu, mungkin hati kamu sudah busuk dan kadaluarsa...." ucapnya seraya berjalan menjauh. Lelaki ini palingbtidak suka ada bullying di sekolah.

Merry kesal seraya mengehentakkan kaki "Ih....menyebalkan"

Meski Merry tersiram air, banyak siswa yang menolongnya dengan menyodorkan tisu dan lain sebagainya. "Udah, udah. minggir kalian...." Karena emosi dan malu, Merry pun pergi dari kantin tersebut bersama teman temannya. Rok abu abu yang di kenakan terlihat basah, di tambah baju putih yang menampakkan warna merah muda bra yang di pakainya. Banyak mata melotot melihat kemolekan tubuh bunga sekolah itu. "Apa liat liat..." Ucap salah satu telam Merry. Yang lainnya memakaikan jaket menutup sebagian besar tubuh Merry.

"Bro, Lo kenapa belain si gendut itu, jangan bilang lo suka sama tu anak?" Tanya teman Doni yang tadi bersamanya tengah menikmati makanan kantin. Ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut temannya, sontak saja langkah Doni terhenti "Gak usah buat asumsi yang bukan bukan, gak jelas banget." Ketika Doni memasakkan kedua tangannya ke falam saku celana, tanpa sengaja ia menoleh dan betapa terkejutnya dia saat itu melihat sosok yang ada di belakang

"Permisi..." Adelia berjalan dengan menggandengn tangan Zaskia.

"Astaga, jadi gak enak kan. Kamu sih..." Doni menjitak kepala temannya. Tidak menyangka ucapannya terdengar langsung oleh Adelia. Pasti ucapan itu membuat Adelia semakin terpuruk. Namun, Doni tidak ada keberanian untuk meminta maaf pada Adelia.

"Wah ini dia tanda tanda cinta...." Ledek Marko dengan menyenggol bahu Doni "Lo doyan ama yang kek gitu, kalo gua ma ogah"

Plak...

Doni memukul lengan Marko "Dia juga ogah sama Lo kali. Udah udah, ayo masuk kelas..."

Ep 02

Ketika semua siswa masuk kelas, Adelia meminta ijin pada wali kelas untuk pulang lebih awal. Badannya lengket dan basah sebab di siram jus oleh Merry. Para guru sudah tidak asing dengan kepulangan Adelia ini sebab, kerap kali siswa di sana membuat ulah. Meski begitu para guru juga telah mengingatkan mereka agar tidak berbuat hal seburuk itu pada Adelia. Tapi, apa boleh buat namanya siswa pasti ada saja ulahnya. "Kalau begitu kamu boleh pulang dulu"

"Terima kasih, bu" Ucapnya seraya mencium tangan guru tersebut.

"Adelia, kamu harus diet, biar teman kamu tidak membully kamu terus. Apa kamu tidak sakit hati..." Sambung salah seorang guru di ruangan tersebut.

Mendengar kalimat monohok itu, semakin membuat Adelia terluka. Bagi mereka semua itu hanya lelucon tapi, bagi Adelia ucapan itu bagaikan duri yang menancap tajam.

"Terima kasih untuk sarannya pak."Hanya di balas senyum getir oleh Adelia.

Kebetulan di ruang guru hanya ada wali kelas Adelia dan guru matematika yang tengah menata lembaran kertas.

"Saya permisi pak, bu..." Dengan sopan Adelia menundukkan kepala seraya keluar ruangan.

Ketika ia hendak pergi, datanglah Doni membawa setumpuk buku menuju ruang guru

"Mau kemana kamu, del...?" Tanya Doni.

Adel hanya diam lalu kambali melangkahkan kaki..

"Dasar gendut. Di tanya baik baik malah sok jutek...." Ucap teman Doni.

"Hust...jangan di perpanjang. biarkan saja" Meski Doni terlihat acuh terhadap siswi lain tapi sebenarnya dia simpati pada Adelia.

"Jangan bilang lo suka cewek gendut itu? mata lo si taruh di mana frend."

"Apaan sih, ya nggak mungkin gua suka sama dia. Kaya nggak ada cewek lain saja..."

Kebetulan Adelia mendengar jawaban Doni, tentu saja membuatnya semakin terluka.

"Jika mereka tau siapa kamu sebenarnya, apa kamu masih mengelak jika kita dulu pernah menjalin kasih...." Lirihnya seraya berlari kecil

Segera Adelia pulang dengan berjalan kaki. Jarak yang harus dia tempuh dari sekolah sampai rumah lumayan jauh hampir empat kilo. Adelia juga bukan terlahir dari kalangan orang berpunya, ia hanyalah anak dari seorang petani. Kehidupannya serba kekurangan. Ia berangkat dan pulang sekolah hanya berjalan kaki. Tidak seperti yang lainnya, pulang dan betangkat sekolah naik motor atau naik angkutan umum. Kehidupan mengharuskannya menjadi pribadi kuat, menghajar mentalnya sampai sedemikian rupa. Di balik itu semua terselip bahagia yang telah menantinya.

Di sepanjang jalan pulang, Adelia membayangakan perlakuan teman temannya itu "Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin gendut, aku ingin jadi orang kurus seperti mereka" Berjalan dengan berlinang air mata. Sungguh pukulan yang berat mendapat perlakuan sekotor itu dari teman temannya.

Tin tin...

Seorang memakai jaket hitam dan helm hitam berhenti di sampingnya "Biar gua anter lo pulang..." Dia adalah kakak kelas Adelia, Ilham. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba tiba Ilham memberinya tumpangan gratis.

"Tidak kak, rumah saya dekat kok. Terima kasih" Adelia sengaja menolaknya karena dia tidak ingin berdebat dengan temannya. Karena, Ilham adalah pacar dari teman sekelasnya.

"Loh kok kamu nangis, kenapa?"

Adelia hanya menggeleng kepala "Kelilipan saja..." Jelasnya seraya menyapu sisa air mata.

"Mending ikut gua aja, biar gua anter lo pulang"

"Tidak kak, terima kasih. Saya jalan kaki saja."

"Benar nih gak mau ikut? liat badan lo kaya gitu, emang enggak malu jalan sendiri dengan baju kotor kek gitu. Kebetulan gua males sama mapel hari ini." Jelasnya seraya melepas helm "Udah ayo naik"

"Tapi, kak..." Adelia masih takut lalu ia menoleh kanan kiri takut ada siswa melihat mereka, nanti malah salah faham yang berujung tidak baik.

"Udah tenang, aman kok" Ucap Ilham santai

Dengan sedikit ragu, Adelia pun naik motor Ilham. Mereka berdua pulang bersama. Adelia merasa senang karena pertama kalinya ia menemukan lelaki yang baik seperti Ilham.

"Makasih, kak" Ucap Adelia yang kala itu masih di bonceng oleh Ilham.

"Sip, lah. Santai aja..."

Tak berapa lama mereka sampai di gang sempit "Lo turun sini aja ya, takutnya nyokap Nara di rumah. Di kiranya gua selingkuh sama Lo..."

Adelia turun dari motor "Iya kak, makasih banget ya, kak"

Ilham menutup helmnya, bersiap memutar motor "Santai lah, del. Gua cabut dulu ya..." Segera Ilham pergi lalu entah pergi kemana.

Sesampainya di rumah, kedua orang tua Adelia masih belum pulang. Ia pun membuka pintu lalu melempar tasnya di atas sofa "Ibarat ini Merry udah gua bejek bejek..." seraya menginjak sebuah kain di lantai.

"Rasanya pengen gua lempar dia ke laut" Adelia masih kesal, sampai melampiaskan amarahnya pada benda di sampingnya. Benda mati yang tidak tau menahu masalahnya.

"Ih......" Giliran tempat tisu menjadi sasaran utamanya "Kapan sih gua kurusnya, udah berbagai cara gua lakukin tapi hasilnya kagak ada...."Adelia memukul tembok, meluapkan kekecewaannya tersebut. Kedua tangannya memerah, air mata mengucur deras, dan hati memanas.

Setelah beberapa saat ia meraung sendirian, kini Adelia menuju kamarnya hendak membersihkan pakaian. Ketika ia masuk kamar, matanya tertuju pada sebuah bingkai di depan meja "Andai kamu masih di samping ku, kita pasti bisa sama sama kaya dulu lagi. Tanpa kamu, hidup ini semakin pahit..." Air matanya menetes deras, sosok lelaki tampan dengan senyum tengah menggendeng seorang gadis kecil. "Kakak, ade rindu...." Di peluklah foto tersebut. Kakak kandung Adelia tinggal di luar negri mencari nafkah untuk keluarga mereka. Sudah sejak lama mereka tidak bertemu, hanya bisa mendengar suaranya. Maklum, Adelia hanya mempunyai ponsel tanpa kamera. Kakak adelia bekerja di sebuah perusaan buah. Gajinya lumayan besar tapi, setiap bulan harus membayar cicilan sertifikat rumah yang tergadai kala itu. Keluarga mereka terpaksa menggadaikan sertifikat rumah untuk membiayai operasi Adelia saat dirinya masih duduk di bangku Smp. Sudah tiga tahun kakak Adelia tidak pulang, keluarga sangat merindukannya terutama Adelia.

Tanpa sadar Adelia tertidur dengan memeluk fito kakaknya, ia juga belum sempat membersihkan diri.

"Del, Adel, Adelia, kamu sudah pulang, nak?" Dari luar terdengar seorang wanita memanggil manggil nama Adelia "Nak...." ketika beliau membuka pintu kamar, di lihatnya Adelia terbaring dengan memeluk foto seseorang.

Dengan senyum wanita itu mendekat "Kamu pasti kangen sama kakak..." Beliau hendak mengambil foto dalam dekapan putrinya, betapa terkejutnya beliau melihat baju dan rambut Adelia penuh dengan noda.

"Astaga, pasti kamu di bully lagi..." Perlahan sang ibu mengusap rambut Adelia seraya matanya berkaca kaca. Tidak ada satu pun ibu yang tega melihat anaknya di bully hampir setiap hari "Kenapa kamu tidak membalas mereka, nak..." Sang ibu mencium kening putrinya.

"Ibu..."Tentu saja Adelia terbangun, ia bangkit lalu duduk "Ada apa? apa ibu sakit?" Dengan panik Adelia meraih tangan ibunya.

"Justru mama mau tanya kenapa setiap hari kamu di perlakukan buruk oleh teman teman kamu , nak? kenapa kamu tidak melawan, sayang" Karena tidak tahan melihat penderitaan putrinya, beliau memeluk Adelia dengan erat

Dalam dekapan sang ibu, Adelia tersenyum "Tunggu sampai adelia kurus, pasti mereka tidak lagi membully adel. Ibu tenang saja Adel tidak apa apa kok..." Mendongak melihat wajah sang ibu.

Ep 03

Setelah membersihkan diri, Adelia membantu ibu memasak di dapur. Menunggu kepulangan Ayahnya. Ayah Adelia bekerja di perkebunan teh, begitu pula dengan ibunya. Tapi, jam kerja mereka berbeda. Ibu Adel bekerja hanya sampai jam 1 siang dan ayahnya bekerja sampai jam 5 sore.

Kehidupan mereka jauh dari kemewahan. Bahkan, untuk makan sehari hari saja mereka harus menunggu hasil penjualan teh. Jika ada sisa mereka menyisihkan untuk biaya sekolah Adelia. Bersyukurnya, semenjak anak sulung mereka merantau di negri orang, kehidupannya berangsur membaik. Sang kakak rela bekerja keras demi menyekolahkan adik tersayanganya.

Untuk kebutuhan sekolah Adelia sudah di tanggung semuanya oleh sang kakak. Dari biaya, seragam, dan kebutuhan lainnya. Sudah lama kakak beradik terpisahkan oleh jarak dan keadaan. Semua itu harus di jalani demi tercapainya semua cita cita. Harapan kakaknya adalah menyekolahkan Adelia sampai kuliah, sampai kehidupannya mengubah takdir. .

"Jadi inget sama kakak, bu. Sayur lodeh sama pindang ini kan makanan kesukaan dia." Ucap Adelia seraya menunjuk sayur yang belum di racik, serta ikan keranjang yang masih di tempatnya.

"Iya, kakak kamu bisa ngabisin nasi satu bakul." Ibu Adelia tersenyum seraya menyentuh pundak putrinya.

Adelia merasa sedih mengingat jarak yang memisahkan kedua saudara tersebut "Kira kira kakak kangen makanan ini tidak ya, bu" Terlihat mata Adelia berkaca kaca hendak memuntahkan isi di dalamnya.

"Jelas kakak kangen masakan ibu, dong. Masakan ibu tidak ada tandingannya, lho..." Ucap sang ibu supaya Adelia tersenyum.

Meski sang ibu tidak memungkiri kerinduannya terhadap sang putra, tapi baliau berusaha kuat di depan putrinya. Sesekali air matanya meleleh "Sudah, jangan bahas kakak lagi. Kasian nanti bapak pulang makanan belum ada yang matang.. " Seraya menyeka air mata

Adelia pun mengulas senyum sembari kembali meracik sayur mayur. Sedangkan sang ibu lanjut menanak nasi.

Mereka masak bersama, saling membantu satu dengan yang lain.

Sebelum lanjut memasak, Adel meminta ibu mengikat rambutnya "Ibu, tolong ikat rambut Adel"

"Sebentar sayang, ibu cuci tangan dulu"

Dengan mata berair Adel menyeka air matanya

"Bawang merah ini membuat mataku perih"

"Kan sudah ibu bilang biar ibu yang kerjakan. Adel bantu yang lain saja" Seraya mendekati Adel lalu mengijat rambut putri kesayangannya.

"Bantu apa lagi bu, potong sayur sudah, mencuci sayur sudah. Jadi Adel bantu kupas bawang saja." Jelasnya dengan kembali meraih pisau, hendak melanjutkan mengupas bawang merah.

"Nak boleh bantu ibu belikan garam di warung, soalnya garam di rumah habis"

Adelia pun mengangguk, kemudian bergeges menuju warung. Di persimpangan jalan, ia melihat sebuah rumah kosong yang telah lama di tinggalkan kini berpenghuni kembali. Dulunya rumah itu kosong sebab keluarga yang menempati rumah itu pindah ke luar kota, sedangkan penjaga rumah terswbut sudah lama meninggal dunia. Kesan mistis di rumah tersebut banyak membuat masyarakat berasumsi yang tidak tidak.

"Aw...." karena tidak memperhatikan jalan, Adelia menubruk sesuatu di depannya "Astaga, kenapa ada tiang listri di sini, sih. Aduh....sakit" Sembari mengusap usap dahinya.

Dari kejauhan ada sosok lelaki tertawa lirih melihat kelakuan Adelia. Lelaki tampan itu berdiri di depan rumah yang tadi di lihat oleh Adelia. Sosok pemuda tinggi dqn tampan memakai kaca mata dan tampangnya cool bagai pangeran "Kalau jalan itu mata sama kaki di pake jangan dong" Ucapnya dari kejauhan.

Adelia merasa malu, sehingga menutup wajahnya dengan satu tangan. Ia pun pergi dari tempat tersebut menuju warung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!