Sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Quran
Happy reading
Zana mendelikan matanya tak suka pada Hanu yang baru masuk kamar. Gadis itu membuang wajahnya, seakan tidak sudi menatap wajah Hanu yang satu jam lalu sudah sah menjadi suaminya.
Hanu memperhatikan Zana yang masih belum bisa menerima dirinya sebagai suami dan imam bagi gadis muda yang sudah sah menjadi istrinya.
"Zana kamu tidak makan?. " Tanya Hanu lembut pada Zana. Pasalnya dari awal acara sampai selesai, Zana tidak makan sama sekali.
Zana menatap Hanu dengan tatapan yang begitu sinis.
"Itu bukan urusan kamu! " Ketus Zana. Hanu menanggapi ucapan ketus sang istri dengan sebuah senyuman.
"Nanti makan ya, saya takut kamu nanti sakit. Atau saya ambilkan makanan untuk kamu, mau? " Tawar Hanu.
"Kamu tidak usah sok baik dengan aku! Gara-gara kamu, aku harus menikah dengan kamu dan gara-gara kamu juga,semua masa depan yang sudah aku susun sejak dulu langsung lenyap begitu saja, aku benci kamu! "
Zana langsung melengus pergi dari hadapan Hanu yang mengusap dadanya sabar menghadapi tingkah labil istrinya.
Brakk...
Suara bantingan pintu yang cukup keras Zana layangkan untuk meluapkan kekesalan dan kemarahannya yang bercampur jadi satu.
"Astaghfirullah, " sebut Hanu yang kaget.
🍁🍁🍁🍁🍁
Zana mendudukkan pantatnya kasar di kursi, Idah yang merupakan ibu dari Zana menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Zana. Ia meletakkan panci bekas memasak daging rendang tadi di dekat cucian piring kotor. Idah mendekati Zana, mengusap rambut putrinya lembut.
"Kamu kenapa, nak? Kamu itu seperti orang lagi marah gitu? " Tanya Idah lembut.
Zana, menoleh menatap sang ibu dengan tatapan yang begitu marah.
"Ibu kenapa harus menikahkan aku dengan jurang sapi itu, hah?! Ibu tega mengorbankan aku demi bisa membayar biaya operasi Bapak. Ibu jahat hiks.... Ibu tidak memikirkan perasaan aku dan juga tidak memberitahu soal pernikahan ini . Aku juga punya hak pada diriku Ibu,aku juga berhak menentukan jalan hidup aku sendiri! " tangis Zana pecah, meluapkan semua keluh-kesah dalam hatinya.
Idah langsung menarik Zana dalam pelukannya. Ia mendekap putri kecilnya dengan erat.
"Maafin Ibu sayang. Ibu terpaksa melakukan ini semua. Kita sudah banyak terlilit hutang dan tidak mungkin Ibu harus berhutang. Lagi pula tidak ada yang mau memberikan pinjaman,maafkan Ibu sayang . " Idah mencium kening Zana dengan sayang.
"Zana dengerin Ibu. " Idah menangkup wajah Zana. "Hanu, pria yang baik, hidup kamu akan terjamin bila bersamanya.Dia sangat kaya dan merupakan orang terpandang di kampungnya. Dan Ibu yakin Hanu adalah pria yang tepat untuk kamu, sayang. " ujar Idah, memberikan penjelasan.
"Tapi aku tidak mencintai pria itu, Ibu! " sentak Zana langsung menghempaskan dengan kasar tangan Idah yang ada di wajahnya.
"Lambat laun, cinta itu perlahan akan muncul di hati kamu untuk Hanu dan sebaliknya".
" Terserah Ibu! Aku muak dengan semua ini! "Zana langsung pergi dari hadapan sang Ibu dengan dada yang begitu sesak.
🍁🍁🍁🍁🍁
Zana duduk di sebuah pondok di tepi sawah. Sesekali gadis itu mengusap kasar air mata yang terus turun membanjiri wajahnya. Mata yang begitu sembab dan hidung yang memerah, menghiasi wajah Zana yang masih nampak sangat cantik.
Suara isakan tangisan yang terdengar sesegukan, karna terlalu lamanya Zana menangis. Dunia memang tidak adil bagi Zana. Sejak kecil ia harus merasakan hidup susah, apapun yang ia inginkan harus selalu di kubur dalam-dalam karna perekonomian keluarganya yang begitu terpuruk apalagi di masa pandemi seperti ini . Zana hanya seorang gadis yang baru lulus SMA satu minggu yang lalu. Niatnya setelah lulus ia ingin mencari pekerjaan untuk membantu biaya perawatan dan operasi Bapaknya, tapi dengan teganya Ibu menikahkan dirinya dengan Hanu,seorang pria asing yang tidak pernah ia kenal.
Zana tau, ini semua untuk biaya operasi Bapaknya yang mengidap penyakit paru-paru. Tapi kenapa harus dirinya yang di korbankan untuk menikah dengan Hanu.
Sebuah tangan kekar mengusap pipi Zana dengan lembut, menghapus air mata yang membasahi wajah Zana.Gadis itu langsung menoleh ke sebelahnya, melihat sang pelaku yang tidak lain adalah Hanu, yang masih mengusap-ngusap pipinya.
"Kenapa menangis? Kalau kamu ada masalah cerita sama saya. Saya tidak suka melihat kamu menangis seperti ini. " ujar Hanu lembut.
Zana langsung menepis kasar tangan Hanu . "Kamu jangan ikut campur dengan urusan aku! Aku menangis juga karna kamu, karna kamu.... Hidup aku hancur!! " teriak Zana dengan napas yang menggebu-gebu.
Hanu menundukkan kepalanya sejenak, dan kembali menatap Zana yang menatap nyalang pada dirinya.
"Saya minta maaf. Mungkin saya sudah menghancurkan masa depan kamu karna menikah dengan saya. Tapi saya janji , tidak akan membatasi apapun yang ingin kamu lakukan dan tidak mengekang kamu dengan pernikahan yang mengikat kita berdua dalam sebuah hubungan yang sakral ini. " tutur Hanu lembut seraya tersenyum.
Hanu menggenggam tangan Zana yang hendak melepaskan genggamannya, tapi Hanu makin mempererat genggaman tangannya pada tangan Zana.
Pria itu menatap dalam mata Zana yang diam terpaku seakan terhipnotis dengan tatapan teduh Hanu yang begitu menenangkan. Entah sejak kapan benda kenyal dan lembab itu menenpel di kening Zana. Hanu mengecup mesra kening istri kecilnya.
Hanu menatap Zana yang menampilkan wajah yang nampak terkejut dengan apa yang ia lakukan.Tampak sangat menggemaskan melihat ekpresi Zana seperti itu bagi Hanu yang tersenyum.
"Sekarang kita pulang, Ibu nyariin kamu, khawatir. " ujar Hanu menarik lembut tangan Zana.
Zana seakan pasrah di giring Hanu. Baru kali ini ia di perlakukan sangat lembut oleh seorang pria, ia merasa di istimewakan.
🍁🍁🍁🍁🍁
Zana memperhatikan kendaraan yang melewati mobil yang mereka berdua tumpangi sekarang. Hari ini Zana akan ikut Hanu yang merupakan suaminya. Mereka berdua akan pulang ke kampung halaman Hanu yang cukup jauh dari tempat tinggal Zana.
Dalam pikiran Zana saat ini, bertemu di mana ibunya dengan Hanu sampai menikahkan dirinya dengan pria yang tidak ia kenal asal-usulnya ini. Bahkan jarak tempat tinggalnya dengan Hanu cukup jauh sekali. Apa mungkin ibunya yang sengaja datang ke rumah Hanu , memohon agar menikahi dirinya, dengan syarat mau membantu pengobatan bapaknya yang masih terbaring di rumah sakit. Tapi entahlah, ia sudah pusing memikirkan jalan hidupnya yang akan berakhir bahagia atau semakin menderita setelah menikah dengan Hanu.
Mobil berwarna hitam itu berhenti di depan pagar rumah yang cukup besar. Hanu memberikan ongkos pada sopir taksi tersebut dan mengangkat barang-barang yang kebanyakan milik Zana.
"Assalamu'alaikum! " ucap Hanu saat memasuki rumah, dengan Zana yang mengikuti dari belakang.
"Waalaikumsalam! " sahut seorang wanita yang berjalan kearah Hanu dengan setelan baju gamis panjang berwarna coklat muda dan hijab berwarna hitam yang menjulur sampai dadanya.
Wanita itu berjalan cepat kearah Hanu dengan senyuman yang terus terukir. Ia langsung mencium tangan Hanu lembut dan di balas kecupan sayang orang Hanu di kening wanita cantik tersebut.
Zana yang melihat itu, mengerutkan dahinya, bingung dan heran.
"Dia siapa? " ucapan yang keluar dari bibir Zana, membuat Hanu dan wanita itu secara bersamaan menatap Zana.
Hanu mendekati Zana, menarik tangan istri kecilnya dengan lembut, untuk mendekati Aniya Diana yang merupakan istri pertama Hanu.
"Zana, perkenalkan ini kakak madu kamu, Aniya Diana dan Aniya perkenalkan ini Zana adik madu kamu.Saya berharap kalian bisa akur. " ujar Hanu.
Aniya langsung menjabat tangan Zana dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Lainnya halnya dengan Zana yang langsung menghempaskan tangan Aniya dengan kasar, membuat wanita itu terkejut.
"Jadi aku istri ke dua kamu?! " bentak Zana dengan suara yang tersekat di tenggorokan, tidak terima. Air mata Zana langsung meluruh membasahi wajahnya.
"Zana dengerkan penjelasan saya dulu, " ujar Hanu . Zana menoleh menatap Hanu dengan sorot mata kebencian dan terluka. Bahkan yang ia rasakan lebih sakit dari penderitaan yang sebelumnya.
Zana menampilkan telapak tangannya, agar Hanu tidak mendekati dirinya. Ia masih syok dengan ini semua. Ibunya tega menjual dirinya dengan pria yang sudah beristri. Rasanya Zana ingin tertawa sekeras-kerasnya, menertawakan takdir hidupnya yang selalu ada penderitaan dan air mata.
Bersambung...
***Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komen, vote dan beri hadiah ya.
Terima kasih***
...Sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Quran....
...Happy reading...
"Ceraikan aku sekarang!Aku tidak mau jadi istri kedua apalagi harus berbagi."bentak Zana dengan mata yang memerah, berair.
"Astaghfirullah,Zana.Saya tidak akan menceraikan kamu!" tegas Hanu.
"Tapi aku mau cerai dari kamu!Aku tidak mau jadi istri kedua hiks...kamu jahat, merahasiakan ini semua dari aku ,kalau aku akan menjadi istri kedua kamu,aku benci kamu hiks.. ".
Zana langsung berlari keluar rumah dengan air mata yang berderai,dada yang sangat sesak dengan kenyataan yang sangat menyakitkan.Hanu langsung mengejar Zana yang entah lari kemana.Ia takut terjadi apa-apa dengan istri keduanya apalagi Zana tidak mengenal tempat ini.
Brakk...
Zana.Gadis itu jatuh tersungkur di tanah.Kakinya tersandung batu.Suara isakan tangisan Zana semakin kencang.Tangannya mengusap-ngusap lututnya yang mengeluarkan berdarah.Bukan luka di lututnya yang membuat ia makin menangis tapi kenyataan pahit yang harus ia terima.Kenapa Tuhan tidak henti-hentinya memberikan ia ujian yang bahkan lebih berat dari yang ia alami sebelumnya.
Hanu yang melihat Zana terduduk di tanah langsung mendekati dengan wajah yang tampak panik,apalagi melihat lutut Zana yang terluka.
" Ayo kita obati luka kamu,nanti infeksi."ujar Hanu hendak mengangkat tubuh Zana, tapi langsung di dorong kasar oleh gadis itu agar menjauh darinya.
" Jangan sentuh aku!Aku tidak sudi di sentuh tangan kamu.Ka-kamu pembohong,demi untuk kepuasan n*fsu kamu,kamu menikahi aku untuk melayani kamu'kan.Iyakan?! "sentak Zana yang di balas gelengan cepat oleh Hanu.
" Saya tidak seperti yang kamu tuduhkan,sekarang ayo ikut saya pulang."Hanu langsung mengangkat tubuh mungil Zana yang memberontak.
" Lepaskan aku,aku tidak mau ikut kamu! Lepaskan hiks... "Zana kembali menangis meraung-raung dalam gendongan Hanu yang terus melangkahkan kakinya menuju rumah itu kembali.
••••
Hanu membaringkan Zana di kasur dengan hati-hati.Aniya datang membawa baskom dengan handuk kecil dan obat P3K .
" Terima kasih, sayang."ucap Hanu yang di balas senyuman manis oleh Aniya.
" Mas, aku ke dapur dulu ya.Pasti Zana lapar belum makan, "ujar Aniya. Zana menatap ke arah lain tidak sudi menatap wajah kakak madunya.
Hanu hanya bisa menghela napas berat, melihat sikap Zana pada Aniya. Tapi Hanu yakin istri keduanya perlahan akan menerima statusnya sebagai istri keduanya dan menerima Aniya.
Zana meringis merasakan handuk kecil itu menyentuh permukaan luka di lututnya.
" Di tahan ya, sebentar lagi selesai ngobatinnya."ujar Hanu seraya tersenyum lembut pada Zana yang mendelikkan matanya sinis.
••••
Zana duduk di kursi di meja makan. Ia memperhatikan Aniya yang mempersiapkan makan siang dengan Hanu yang membantu istri pertamanya itu.Hati Zana benar-benar di selimut rasa benci pada Hanu dan ibunya yang telah menipu dirinya.
" Zana makan dulu ya.Mau saya suapin?"tawar Hanu.
" Aku bisa sendiri!"Zana merebut kasar piring yang sudah berisi lauk dan nasi itu dari Hanu.
Zana menyuapkan makanan dengan kasar ke mulutnya hingga terdengar bunyi benturan sendok pada giginya.
" Makan'nya pelan-pelan,Zana.Nanti kamu tersedak."tegur Hanu yang duduk di sebelah Zana, memperhatikan.
Zana hanya memutar bola matanya malas ,mendengar ocehan Hanu yang menurutnya pura-pura peduli dan perhatian pada dirinya.Aniya yang melihat suaminya yang terus memperhatikan Zana, istri kedua Hanu.Merasakan sesak dan hati yang berdenyut nyeri. Bohong, bila ia tidak cemburu, bahkan hatinya sangat cemburu melihat perhatian kecil yang di berikan Hanu pada Zana. Mata teduh Hanu yang selalu menatap dirinya dengan tatapan memuja sekarang harus di bagi dengan Zana, adik madunya yang sekarang mendapatkan tatapan Hanu yang sulit di artikan oleh Aniya.
Apakah Hanu mulai tertarik dengan Zana?Sedangkan mereka baru beberapa hari bersama.
Bersambung...
Zana termenung, matanya menatap lurus ke arah persawahan yang ada di belakang rumah Hanu .Ia masih belum menerima dengan semua keadaannya saat ini. Kenapa Ibunya tega menjual dirinya dan menikahkan dirinya dengan pria yang sudah beristri?
Dulu Zana pernah bermimpi menikah dengan pria yang juga mencintai dirinya,menjadikan dirinya satu-satunya wanita dalam hidup pria yang nanti akan menjadi suaminya kelak, tapi apa? Sekarang ia menikah jadi istri yang kedua.
Sebuah tangan kekar memeluk Zana dari belakang.Ia bisa merasakan hembusan napas yang terasa hangat menerpa permukaan kulit lehernya.Zana langsung berbalik badan menatap Hanu yang tersenyum dengan tatapan mata yang selalu memberikan ketenangan padanya.
"Kamu jangan kurang ajar denganku! Aku tidak sudi di sentuh kamu! "ketus Zana pada Hanu yang tidak memudarkan senyumannya.
"Jangan marah-marah seperti itu terhadap suami itu tidak sopan, sayang."Goda Hanu.
"Sayang, sayang.Sampai kapan pun jangan harap aku akan menganggap kamu sebagai suami aku,kamu itu penipu dan pembohong! "
Zana langsung pergi dari hadapan Hanu dengan hati yang sangat dongkol.Ia ingin mencari ketenangan untuk memenangkan pikiran dan hatinya tapi harus di ganggu oleh Hanu.
Hanu menghela napas panjang, sepertinya butuh perjuangan yang ektra agar bisa mendapatkan hati Zana yang keras seperti batu.
"Mas," panggil Aniya yang datang dari dapur dengan membawa secangkir kopi panas.
Hanu menoleh menatap Aniya, tersenyum.Ia mengambil kopi yang di sodorkan Aniya, menghirupnya sedikit karna masih terlalu panas.
"Sangat nikmat seperti biasanya, " puji Hanu yang di balas senyuman manis oleh Aniya.
"Mas Hanu, mas Hanu.Selama menikah 8 tahun kamu selalu memuji kopi buatan aku, setiap aku buatkan. Kenapa harus di puji,hmm? "tanya Aniya.
Hanu meletakkan kopi yang telah ia minum di meja yang ada di sebelahnya.
"Jelas, karna wajib bagi aku selalu memuji makanan dan minuman yang kamu buat. Karna istri ku yang cantik ini membuatnya dengan penuh cinta, makanya apapun yang kamu buat selalu enak. "
Aniya tersenyum tersipu malu dengan pipi yang memanas. Berapa kali pun Hanu memujinya, ia akan tetap tersipu malu. Dari awal pernikahan hingga 8 tahun sudah usia pernikahan mereka berdua Hanu selalu bersikap romantis dan memperlakukan dirinya seperti awal mereka menikah.
Hanu menikahi Aniya atas permintaan kedua orang tua Aniya sendiri.Hanu menikahi Aniya sebagai bentuk kebaikan orang tua Aniya yang sudah merawatnya dari kecil,di mana kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal.Kalau kalian tanya Hanu mencintai Aniya apa tidak?Maka jawaban tidak. Hanu terlalu pintar menutupi perasaannya. Walau tidak mencintai Aniya, Hanu memperlakukan Aniya sebagai mestinya sebagai seorang istri.
Hanu tidak ingin menyakiti hati Aniya, selama 8 tahun menikah ia masih belum mencintai wanita yang sudah menemani dirinya selama 8 tahun. Tapi Hanu berjanji pada kedua orang tua Aniya akan membahagiakan Aniya.
"Sayang, kamu beneran tidak keberatan atau sakit hati dengan pernikahan kedua ku?Aku tidak ingin menyakiti kamu,Aniya" Ucap Hanu lembut.
Aniya menggenggam tangan Hanu, menatap lekat suaminya.
"Mas, aku tidak keberatan kamu menikah lagi.Yang meminta kamu menikah juga aku'kan.Aku hanya minta satu hal dari kamu agar bisa bersikap adil pada kami berdua , " Ujar Aniya tersenyum.Namun,ucapan di lisan Aniya berbeda dengan hatinya yang menolak.
"InsyaAllah, aku akan berusaha adil pada kalian berdua. Katakan dengan ku bila suatu saat aku tidak bersikap adil pada kamu, sayang. Aku tidak ingin menyakiti hati kamu,"ujar Hanu dengan tatapan hangatnya.
Aniya langsung memeluk Hanu yang membalas pelukannya. Aniya bersyukur pada Allah yang sudah memberikan suami sebaik dan selembut Hanu.
••••
"Ayo naik Zana,"titah Hanu.
Zana membuang napasnya kasar dan langsung menaiki motor scoopy berwarna hitam,ia duduk menyamping.Gadis itu tersentak ketika Hanu menarik kedua tangannya dan melingkarkan di pinggang pria tersebut.
"Apaan sih!Aku tidak mau pegangan!" sentak Zana menarik paksa tangannya yang masih di pegang Hanu.
"Kalau kamu tidak pegangan nanti jatuh.Saya kalau mengendarai motor cukup kencang,"ujar Hanu.
"Aku tidak peduli, "Zana langsung menarik tangannya, Hanu menghela napas.
Pria itu mulai menyalakan stater motor dan menjalankannya.Zana langsung memeluk pinggang Hanu erat, pria itu menjalankan motornya sangat cepat.
" Pelan-pelan bawa motornya,aku takut!"ujar Zana sedikit berteriak.
" Iya, sayang. Tapi kita harus cepat sampai di peternakan jadi kamu pegangan yang kuat."Intruksi Hanu. Zana makin mempererat pelukannya.
Tidak berapa lama,Hanu dan Zana sudah sampai di peternakan sapi yang lumayan besar. Zana melongo melihat banyaknya sapi dan bau menyengat dari kotoran hewan penghasil susu tersebut.
Hanu turun dari motor setelah Zana. Ia mengambil masker di kantong bajunya dan memakainya.
" Pakai ini supaya tidak terlalu menyengat bau kotoran sapinya . "ujar Hanu, memasangkan masker pada Zana yang menatap suaminya.
Mata mereka berdua tidak sengaja bertemu dan terkunci beberapa detik. Zana langsung memalingkan wajahnya ,memutuskan kontak mata pada Hanu. Entah mengapa ia jadi gugup sendiri.
Hanu tersenyum.Ia menarik pergelangan tangan Zana lembut, membawa istri kecilnya ke dalam peternakan.
Mouuu....
Suara sapi yang seolah menyambut ke datangan Hanu.Zana menatap sekitar peternakan.Ia merapatkan tubuhnya pada Hanu karna jarak dirinya dengan sapi sangat dekat,dan ia takut.
" Kamu takut? "tanya Hanu yang di angguki Zana.
" Kamu tidak usah takut mereka semua jinak-jinak.Yang belum jinak cuma kamu ke saya, "ujar Hanu terkekeh.Zana langsung memukul lengan Hanu,tak suka.
"Tidak usah bercanda,"ketus Zana.
" Sini tangan kamu ,coba usap-usap kepala si kitty."suruh Hanu.
" Hah?kitty? "beo Zana dan Hanu menganggukan kepalanya.
" Iya, namanya kitty. Kitty ini sapi yang paling genit lho.Dia sering godain saya, "ujar Hanu.
" Setres kamu,mana ada sapi bisa godain manusia? "ujar Zana tak habis fikir.
" Contohnya pas saya datang dia langsung bersuara. Itu berarti sapinya lagi godain saya."ujar Hanu terkekeh.
Zana menggelengkan kepalanya. Semakin ke sini, ia makin tau sifat asli Hanu.
" Sayang sini,"panggil Hanu.
" Apaan sih pakai panggil, sayang, sayang.Rasanya aku ingin mendengarnya."
Bukannya marah dengan ucapan ketus Zana, Hanu tersenyum.
" Saya panggil kamu dengan sebutan sayang, agar semua orang tahu, kalau kamu istri saya dan milik saya."ujar Hanu lembut .
Zana mendelikkan matanya pada Hanu.
" Suami itu harus memiliki panggil kesayangan terhadap istrinya. Contohnya Rasulullah yang memanggil Sayyidah Aisyah dengan sebutan Humaira. "tutur Hanu sambil melihat-lihat peternakan sapinya.
" Kalau begitu kenapa, kamu juga manggil mbak Aniya dengan sebutan sayang. Aku tidak mau di panggil samaan seperti mbak Aniya. "ujar Zana menekuk wajahnya. Hanu terdiam sejenak.
" Kalau begitu kamu aku panggil,Humaira saja ya, "ujar Hanu.
" Kok Humaira sih? "tanya Zana tak mengerti.
"Itu panggilan yang romantis. Panggilan yang sama dengan panggilan Rasulullah kepada Sayyidatina Aisyah," tutur Hanu.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!