Teng,,,,Teng,,,Teng,,,,
Suara bel sekolah menandakan semua murid harus berkumpul di halaman sekolah untuk melakukan apel pagi.
Hampir semua siswa dan siswi di SMAN Nusa bangsa berlari menuju lapangan sekolah untuk Apel pagi, mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas melakukan hal yang sama. tidak terkecuali Alisya putri, gadis berparas cantik dengan kulit putih mulus, rambutnya yang panjang terurai serta wajahnya yang hampir mirip dengan boneka hidup. tidak heran gadis itu di nobatkan sebagai bunga sekolahnya. meskipun berwajah cantik namun sifat Ica begitu biasa ia di sapa, jauh dari kata kalem, lebih tepatnya Ica memiliki sifat yang sedikit bobrok. apalagi kalau sedang bersama dengan ke empat sahabatnya yang bernama Sisil, Ranti,Indah serta Dani. Dani merupakan sahabat laki laki Ica satu satunya di sekolah, mereka sama sama masih duduk di bangku kelas satu SMA kecuali Ranti.
Bersenda gurau dengan sahabatnya itu di saat apel pagi hampir di mulai, membuat Ica dan ke dua sahabatnya Sisil dan Indah mendapat teguran dari guru piket. sementara Dani serta Ranti tidak, sebab Dani berada di barisan yg berbeda, ia bergabung dengan barisan laki laki. begitu pun dengan Ranti yang berada di barisan kelas yang berbeda dengan Sisil,Alisya dan Indah. karena Ranti saat ini sudah duduk di bangku kelas tiga SMA, sementara sahabatnya yang lain masih duduk bangku kelas satu.
"Hey kalian,,,,, kalian pikir ini pasar." Tegur salah seorang guru sembari menunjuk ke arah Alisnya, Indah serta Sisil bergantian.
"Kita pak ??" sahut ketiganya hampir bersamaan sembari menunjuk diri masing masing.
"Memangnya siapa lagi di sini yang paling berisik selain kalian bertiga hah,,," lanjut pak guru dengan raut wajah tidak bersahabat
"Maaf pak." jawab ketiganya lagi lagi hampir bersamaan.
"Kali ini bapak maafkan, tapi lain kali hukuman sudah pasti menanti kalian." lanjut pak guru killer dengan nada ketus sembari menaikan kaca mata yang hampir melorot dari hidung mancung ke dalam miliknya.
Sementara itu hampir seisi lapangan menatap ke arah Alisnya, Indah, serta Sisil. ada yang menatap suka karena paras cantik Alisnya, ada pula yang menatap tidak suka, mungkin iri akan kecantikan yang di miliki Alisnya, karena tidak sedikit siswa siswa di sekolah yang hampir setiap hari membahas tentang dirinya.
Baru beberapa saat mendapat teguran dari pak guru piket yang killer, Sisil kembali menoel lengan Indah yang berada di barisan depan.
"Apaan sih Lo,,, nggak takut apa Lo sama ancaman pak Baroto tadi." ucap Indah saat lengannya di toel sengaja oleh Sisil.
"Astaga Sil,,,coba deh Lo lihat itu,,,," Indah menunjuk ke arah salah seorang siswa yang berada di antara barisan pria, menggunakan dagunya.
"Itu itu itu apa sih Lo??" sewot Sisil mencoba menoleh ke arah Indah setelah sebelumnya melihat pandangan pak Baroto tidak mengarah pada mereka.
"Lo lihat deh Sil kak Keanu ganteng amat,,,,Ya ampun bikin meleleh aja ih." lanjut Indah sembari mencuri curi pandang ke arah Keanu, yang tengah fokus mendengar penjelasan dan arahan arahan dari guru apel pagi.
"Ya ampun kok Lo nggak bilang dari tadi sih, kalau pemandangan nya si babang ganteng." sahut Sisil senyum senyum mesem kemudian melakukan hal yang sama dengan indah, yaitu mencuri curi pandang ke arah Keanu.
Sementara Alisnya hanya mengerut alis saat melihat tingkah kedua sahabatnya yang menurutnya aneh.
"Lo berdua kenapa senyum senyum sendiri?? jangan jangan Lo berdua kesambet lagi." Timpal Alisya lirih saat melihat tingkah kedua sahabatnya.
"Iya nih Ca kita lagi kesambet si babang ganteng, aaaaahhhhh,,,,," Indah mencak mencak sendiri, untung saja pak Baroto tidak memperhatikan tingkahnya.
"Babang ganteng siapa??" selidik Alisya.
"Siapa lagi Ca' kalau bukan Kak Keanu ketua OSIS sekaligus ketua tim basket sekolah kita." kini Sisil yang menjawab
"Lo berdua udah mati Matian memuja tuh cowok, nah belom tentu juga dia kenal sama kalian." Alisya berucap kemudian tersenyum sembari menggeleng melihat tingkah kedua sahabatnya itu.
"Emang ya Ca' elu kalau ngomong mulut Lo nggak ada Filternya." gerutu Indah dengan wajah di buat buat cemberut.
"Lagian Lo berdua sih pagi pagi gini udah ganjen." lanjut Alisya meledek kedua sahabatnya.
Beberapa saat kemudian apel pagi usai semua siswa berhamburan masuk ke kelas masing masing, begitu pun dengan Alisya, Indah, Sisil serta Dani karena kebetulan mereka berempat satu kelas, hanya Ranti yang berbeda kelas dengan mereka sebab Ranti sudah duduk di bangku kelas tiga SMA. itu sebabnya tadi Ranti tidak berada satu barisan dengan ketiganya. Ranti merupakan tetangga Alisya, itu sebabnya Ranti juga bersahabat dengan Alisya walaupun Ranti adalah senior Alisya di sekolah. walau bergelar senior Ranti tetap bersikap layaknya teman sebaya saat bersama Alisya, Indah, Sisil serta Dani. Dan kebetulan Ranti adalah teman sekelas Keanu, Siswa yang bergelar pria paling tampan se Antero sekolah. hampir semua siswi di sekolah mengagumi ke tampanan Keanu, termasuk Indah dan Sisil. Berbeda dengan kedua sahabatnya Indah, Sisil serta hampir semua siswi di sekolah yang mengagumi sosok Keanu, Alisya bahkan sama sekali tidak tertarik dengan pria tampan yang merupakan Kakak kelasnya tersebut. tidak jarang jika Indah dan Sisil memuji ketampanan serta kelihaian Keanu dalam bermain bola basket, Alisya hanya berdengus kesal melihat tingkah kedua sahabatnya. begitu pun dengan Ranti yang saat ini sudah memiliki tambatan hati, jadi ia pun tidak terpesona dengan ketampanan teman sekelasnya itu, walaupun Ranti sendiri mengakui jika Keanu memang Tampan dan berprestasi. mengingat sering kali Keanu mendapat perhargaan bahkan piala saat ia mewakili sekolah mereka dalam ajang perlombaan tingkat SMA.
"Ca' Lo sama sekali nggak terpesona gitu sama ketampanan babang Khe?? Ceplos Indah saat ke tiganya sudah duduk di bangku masing masing.
"Udah deh buat Lo berdua aja entar kalau gue juga naksir, Lo berdua malah nambah saingan lagi, heee,,,heee,,,,heeee,,,," jawab Alisya asal kemudian terkekeh geli.
"Bagus deh Ca' kalau Lo nggak naksir sama Babang Kea, biar gue sama Indah nggak nambah saingan haaa,,,haaaa,,,haaaa."mendengar ucapan Sisil membuat ketiganya terkekeh geli bersama.
Sementara Dani yang menjadi laki laki sendiri dari lima bersabahat itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah bobrok ketiga sahabat wanitanya itu.
Beberapa saat kemudian Seorang guru mapel memasuki kelas Alisya sahabatnya, kegiatan belajar mengajar pun berlangsung. setelah dua jam kemudian bel istirahat pun berbunyi. ada siswa yang membaca novel kesukaan miliknya di jam istirahat ada juga yang sekedar mengisi perut di kantin. seperti hal nya Alisya, Indah, Ranti, Sisil serta Dani mereka berlima menghabiskan waktu istirahat kelas dengan mengisi perut yang keroncongan di kantin sekolah.
Sayang sayangku,,,jangan lupa tinggalkan jejak ya,,,,like, komen and Votenya ya,,,,love you all 😘😘😘😘🥰🥰🥰🥰😍😍😍😍😍🙏🙏🙏🙏
Usai menghabiskan semangkok bakso di kantin Alisya bersama sahabat sahabatnya berjalan menuju kelas mereka, namun saat melintas di dekat lapangan basket tidak sedikit siswa yang berada di sana bersiul siul menggoda ketika melihat Alisya yang tengah melintas.
"Suit,,,suit,,," beberapa siswa yang tengah berada di sana bersiul ria ketika melihat Alisya melintas.
"Hai Alisya." sapa siswa lainnya.
"Tambah cantik aja nih bunga sekolah." godaan salah satu dari temannya mampu mengalihkan pandangan Keanu dari bola basket menuju sosok Alisya.
Dengan wajah datar Keanu menatap ke arah Alisya setelah beberapa saat kemudian ia kembali Fokus pada bola basket di tangannya.
Mendengar siswa siswa yang mencoba menggoda nya Alisya hanya sekedar melempar senyum santun, karena menurut Alisya bagaimana pun mereka tetap seniornya di sekolah jadi ia pun harus tetap ramah.
"Astaga neng,,,,senyummu itu loh bikin hati Abang meleleh" ucap salah seorang dari siswa lainnya sembari memegangi dadanya.
Meski mendapat gombalan demi gombalan dari beberapa siswa tadi, Alisya tidak terlihat keki ataupun marah, ia terlihat biasa saja bahkan bisa di bilang santai. mungkin karena sudah sering mendapatkan gombalan serta pujian membuat Alisya sudah terbiasa. sebenarnya bukan hanya sekedar gombal, siswa siswa tersebut bahkan serius dengan ucapan dan pujian mereka, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang berharap bisa menjadi pacar dari seorang Alisya putri Rendi perdana tersebut.
Namun karena tidak mendapat tanggapan dari Alisya, mereka pun hanya bisa berkhayal untuk menjadikan Alisya sebagai tambatan hati.
"Cie,,,yang kepingin jadi dokter, rajin benar belajarnya." Alisya mampir ke kelas kakaknya lebih dulu, Tiara. Tiara yang merupakan saudara Alisya satu satunya juga bersekolah di tempat yang sama dengan dirinya.
"Bisa aja kamu dek." sahut Tiara kemudian menutup buku yang tadi tengah di bacanya, kemudian mengacak acak gemas rambut panjang adiknya saat Alisya sudah menduduki sebuah bangku yang berada dekat dengannya.
"Kakak apaan sih, jadi rusak nih rambut Ica." sungut Ica sembari merapikan rambutnya yang tadi sempat di acak acak kakaknya.
"Habisnya adik kakak cerewet amat sih." ujar Tiara kemudian tersenyum pada adiknya
"Kamu udah makan belum dek??" tanya Tiara.
"Udah kak barusan bareng teman teman." jawab Ica.
"Kakak sendiri kenapa nggak ke kantin saat jam istirahat kelas??"
"Kakak masih kenyang, tadi kan sempat sarapan dari rumah" jawab Tiara.
"Ngomong ngomong tumben nih nyamperin kakak??" selidik Tiara di tanggapi senyum jahil dari adik kesayangannya itu.
"Biasanya juga kak Ara yang nyamperin kamu." lanjut Tiara dengan tatapan menyelidik.
"Kak Ara tahu aja deh,,,," Alisya Cengengesan.
"Kak,,,entar sepulang sekolah Ica izin jalan bareng sahabat Ica ya kak." ujar Alisya.
" Boleh ya kak,,," dengan tatapan memelas Ica melancarkan rayuan agar kakaknya memberikan izin.
"Tapi dek gimana kalau ayah nanyain kakak pulang sekolah tanpa kamu??" sebenarnya Tiara tidak tega jika tidak memberi izin, tapi di satu sisi Tiara Juga takut jika setibanya di rumah ayah serta ibunya menanyakan keberadaan adiknya itu.
"Memangnya kamu mau kemana sih dek?? kenapa nggak minta izin langsung aja sama ayah." lanjut Tiara yang merasa serba salah.
Alisya menggenggam tangan kakaknya dengan wajah memelas.
"Kak Ara kan tahu, jika Ica minta izin sama Ayah Sudah pasti ayah tidak akan memberi izin Ica buat nyanyi di Cafe." lanjut Ica yang akhirnya terus terang.
"Dek,,, bukannya ayah tidak mengizinkan kamu untuk melanjutkan hobi kamu, tapi ayah hanya tidak ingin kamu itu terjun ke dunia hiburan dek. ayah ingin sekali agar kamu bisa melanjutkan bisnis keluarga kita. kamu kan tahu sendiri kak Ara tidak mungkin melanjutkan bisnis Keluarga kita, karena kakak sendiri ingin sekali menjadi seorang dokter." Tiara mencoba menasehati sang adik.
"Kak ini kan cuma sekedar hobi Ica doang, nanti kalau Ica udah tamat sekolah Ica juga bakalan bantuan ayah di perusahaan." lagi lagi Alisya tidak putus Asa merayu kakaknya.
"Ya sudah kalau kamu tetap ngotot, kak Ara akan mencoba mencari alasan pada ayah." jawab Tiara akhirnya.
"Makasih ya kak."
"Buruan dong Ca,,,!! bentar lagi jam pelajaran pak Baroto, kamu mau kita di cincang sama guru killer itu." Ucap Indah yang sejak tadi menunggu di depan kelas Tiara, bersama sahabatnya yang lain.
"Iya buruan Ca,,,keburu luntur nih kegantengan gue lama lama berdiri di sini." timpal Dani dengan gaya sok cool nya.
"Iya iya bentar,,,bawel banget sih Lo pada" melihat tingkah adiknya Tiara hanya menggeleng sembari mengusap lembut kepala adiknya, sebelum Ica berdiri dari kursi dan melangkah keluar setelah sebelumnya telah berpamitan pada Tiara.
Mereka berempat pun kembali ke kelas, hanya Ranti yang tetap di sana sebab Ranti juga sekelas dengan Tiara kakaknya Alisya.
"Ada ada aja tingkah adik gue." ujar Tiara saat Ranti menatap ke arahnya yang kini kembali membuka buku yang tadi sempat di bacanya sebelum kedatangan adiknya bungsunya.
Tiara menarik napas panjang sebelum kembali bersuara.
"Sebenarnya gue juga takut sama bokap gue kalau tahu Alisya kembali nyanyi di cafe, tapi gue juga nggak tega ngeliat adik gue sedih." lanjut Tiara.
"Alisya beruntung banget punya kakak kayak Lo Ra." sahut Ranti.
"Gue juga beruntung banget kali RAN punya adik kayak Alisya, sekalipun kelihatan manja tapi sebenarnya pemikirannya itu sangat dewasa." lanjut Tiara membanggakan adiknya.
"Walaupun dia orangnya gengsi buat bilang sayang ke gue sebagai kakaknya, tapi gue tahu banget kalau dia juga sayang banget sama gue RAN." mendengar ucapan Tiara, Ranti semakin kagum melihat kasih sayang dari kedua kakak beradik itu.
"Ca' Lo yakin kali ini nggak bakal ketahuan bokap Lo??" tutur Indah yang kini tengah fokus mengemudikan mobil kesayangannya.
"Iya Ca' gue kok jadi ngeri ya kalau kita sampai ketahuan bokap Lo lagi, bisa di mutilasi bareng bareng nih kita. masa iya sih gue harus mati sebelum punya tambatan hati." timpal Doni dengan menaik turunkan alisnya.
"Sudah sudah nggak usah malah membebani Ica dengan pemikiran kalian deh, mendingan kita fokus biar nanti penampilan kita maksimal." Sisil pun ikut menimpali agar suasana tidak menegang dengan berbagai pemikiran sahabatnya.
"Setegas tegasnya bokap gue, nggak mungkin juga kali dia sampai mutilasi gue." akhirnya Ica bersuara.
Setengah jam kemudian kelima sangat itu tiba di sebuah cafe yang cukup besar di tengah kota. setibanya di cafe tersebut mereka pun bersiap untuk penampilan mereka di panggung.
Formasi sudah siap, dengan Indah memegang keyboard, Doni Gitar, Sisil drum serta Ranti memegang melodi tak lupa Alisya sebagai penyempurna sebagai Vokalis. sekalipun menjadi vokalis sebuah band yang mereka bentuk belum lama ini, Alisya tetap berpenampilan feminim.
Saking menghayati perannya sebagai Vokalis Alisya sampai tidak memperhatikan jika ada seseorang yang tidak Asing sedang duduk di kursi di sudut cafe tersebut tengah memperhatikan penampilan mereka dengan seksama. tanpa sadar pria itu tersenyum kecil melihat penampilan kelima sahabat tersebut yang bisa di bilang luar biasa.
Usai manggung Alisya segera kembali ke rumah dengan menggunakan sebuah taksi online. senyum terus menghiasi wajah cantik Alisya, mengingat hari ini ia tampil tanpa harus mendapat hambatan satu apapun, termasuk panggilan telepon dari sang ayah yang biasa terus masuk ketika kakaknya sudah tiba di rumah tanpa dirinya.
"Bibi kok sepi sih?? ayah, bunda sama kak Ara lagi nggak di rumah??" pertanyaan Alisya saat mendapati rumah sepi.
"Ada non,,,ibu sama bapak lagi di atas, di kamar non Ara." jawab bibi yang tengah sibuk menyiapkan makan malam.
"Oh gitu,,,,ya udah bi, Ica ke kamar dulu ya." ucap Alisya yang kemudian melangkah menapaki anak tangga.
Baru saja tiba di lantai dua sayup sayup Alisya mendengar suara tangis dari kamar kakaknya yang tepat di samping kamarnya.
"Itu kayak suara Kak Ara." gumam Alisya
"Tapi kayak lagi nangis deh,,,,apa kak Ara ketahuan bohong sama Ayah." lanjut Alisya mengira kakaknya ketahuan ayahnya bohong karena melindungi dirinya. mengira kakaknya di marahi ayahnya karena dirinya, Alisya pun dengan segera memasuki kamar Tiara yang masih tertutup. baru saja hendak membuka handle pintu, Alisya mendengar Tiara bersuara di sela tangisnya.
"Yah,,,Ara tidak ingin menikah sekarang." duuueeeerrrr,,,suara Ara bagai petir di siang bolong, sontak Alisya pun segera melanjutkan langkahnya dengan membuka handle pintu kamar kakaknya.
"Ica" Alisya tidak menjawab sapaan Ayahnya karena masih syok dengan apa yang baru saja di dengarnya, ia hanya mampu menatap ke arah ayah serta bundanya bergantian. seakan bertanya tentang kebenaran dari ucapan kakaknya barusan.
"Ayah,,,tolong mengerti posisi Ara, bukannya Ara ingin menolak keinginan ayah, tapi Ara benar benar tidak bisa Ayah." mendengar sekali lagi kalimat kakaknya yang di sertai air mata, membuat Alisya yakin jika apa yang baru saja di dengarnya bukanlah sebuah candaan. Alisya pun melanjutkan langkahnya ke tepi ranjang di mana sang bunda tengah memeluk tubuh kakanya yang masih terus menangis sesenggukan.
"Ara bukannya Ayah tidak mengerti dengan posisi kamu sayang, hanya saja kami sudah terlanjur berjanji akan menikahkan anak kami saat sudah dewasa." Akhirnya tuan Rendi kembali bersuara.
"Sebagai pria dewasa, ayah tidak mau di katakan ingkar janji sayang, dengan membatalkan perjodohan ini." lagi lagi tuan Rendi memberi pengertian pada putri sulungnya.
"Tapi ayah,,," kembali Ara melancarkan protes pada sang ayah.
"Ara sayang, ayah mohon pengertian kamu, dan ayah harap kamu mulai bersiap, mengingat sebulan lagi kamu akan ujian nasional untuk kelulusan, itu artinya dua bulan yang akan datang pernikahan kamu dengan anak teman papa akan segera di langsungkan." mendengar ucapan tegas dari sang ayah membuat air mata Ara semakin tak terbendung. melihat air mata yang terus membasahi pipi kakaknya membuat hati Alisya perih bagai di sayat belati.
"Kak jangan menangis lagi,,,,Ica di sini " kini Alisya yang memeluk erat tubuh rapuh kakaknya sembari mengusap lembut punggung Ara untuk memberi kekuatan. sementara sang bunda hanya bisa menangis tak tega melihat putri sulungnya terus berurai air mata.
"Bun,,,tolong Ara bunda, tolong katakan pada ayah kalau Ara tidak ingin menikah sekarang, apalagi dengan pria yang sama sekali Ara nggak cinta bunda." mendengar rintihan putrinya membuat hati nyonya Sarah menjadi tidak tega, namun ia sendiri pun sudah berjanji pada sahabat mereka jika akan menikahkan putri mereka dengan putra sahabat mereka tersebut saat dewasa nanti, dan waktu itu sudah tiba.
"Ayo dong Bun bantu kak Ara buat ngomong sama ayah!!" Alisya beralih menggenggam tangan bundanya dengan tatapan mengiba.
"Maafkan bunda sayang, bunda belum bisa jadi bunda yang baik, karena tidak bisa membujuk ayah kalian." tumpah sudah air mata yang sejak tadi terus tertahan di peluk mata bundanya.
Sebenarnya beberapa kali nyonya Sarah sudah mencoba untuk membahas masalah ini dengan suaminya, ia meminta suaminya untuk sekedar menunda pernikahan tersebut, namun mengingat putra dari sahabat mereka itu akan segera melanjutkan pendidikan di luar negeri makanya suaminya tidak bisa menunda pernikahan itu.
"Sekali lagi bunda minta maaf sayang, karena tidak bisa berbuat apa apa." dengan berat hati nyonya Sarah melepas genggaman tangan putri bungsunya yang juga coba membujuk nya.
"Ya Tuhan apa yang bisa aku lakukan untuk menolong kak Ara." batin Alisya dengan genangan di pelupuk matanya.
Alisya tahu betul jika kakaknya itu sejak dulu bercita cita menjadi seorang dokter, jika pernikahan itu tetap di laksanakan bisa jadi kakaknya harus mengubur dalam dalam cita citanya tersebut. dan Alisya tidak ingin itu terjadi, sebab jika itu sampai terjadi sama akan menghancurkan masa depan serta harapan kakaknya.
"Bunda tolong katakan pada ayah jika Ica yang akan menggantikan posisi kak Ara menikah dengan anak sahabat ayah dan bunda" entah apa yang ada di pikiran Alisya sampai ia berucap demikian.
"Kamu ngomong apa sih Ca'" selidik bundanya tidak percaya dengan apa yang barusan di ucapakan putri bungsunya yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun.
"Ica sungguh sungguh dengan ucapan Ica Bun." Alisya mencoba meyakinkan bundanya akan ucapannya barusan.
"Apa kamu pikir pernikahan itu sebuah lelucon Ca" ucapan bundanya yang cukup keras terdengar oleh ayah Alisya, yang hendak kembali ke kamar Ara untuk menanyakan alasan kenapa tadi Alisya pulang telat. namun belum sempat menanyakan alasan mengapa putri bungsunya itu sampai telat pulang kerumah, lagi lagi ia harus mendengar ucapan yang menurutnya gila dari mulut putri bungsunya itu.
"Apa kamu terlalu banyak membaca novel Ca, sampai kamu bercanda seperti itu??" ayahnya yang mendengar ucapan Alisya tadi di buat kesal, bagaimana tidak baru saja kelas satu SMA ia mau menggantikan posisi kakaknya untuk menikah. bukan hanya Ayahnya yang terkejut bunda serta Ara pun sama terkejutnya dengan ucapan Alisya tadi.
"Ica tidak lagi bercanda Yah, lagian Ica memang ingin menikah muda." jawab Alisya asal, agar ayah, bunda serta kakaknya tidak merasa jika ia terpaksa melakukan semua itu.
"Kayaknya Asyik juga nikah muda." dengan terpaksa Alisya harus mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan hatinya.
"Semangat Alisya,,,," Alisya terus menyemangati dirinya dalam hati.
"Selama ini kak Ara sudah terlalu banyak memberikan kasih sayangnya padaku, sebagai adiknya sudah saatnya aku berkorban demi kebahagiaan kak Ara." lanjut batin Alisya dengan senyum sedikit di paksakan di wajah cantiknya.
"Alisya,,, ayah tahu kamu melakukan itu karena bentuk kasih sayangmu pada kakakmu, tapi kamu harus tahu sayang,,, sekalipun ayah setuju dengan ide kamu, belum tentu sahabat ayah Tuan Reza Admaja serta istrinya setuju dengan semua itu."Tuan Rendi mencoba memberi pengertian pada putri bungsunya.
"Dek,,, kakak tahu kamu sayang sama kakak, tapi kakak juga tidak ingin kamu sampai berkorban sejauh ini buat kakak." Di satu sisi Ara seharusnya merasa senang karena ada orang lain yang akan menggantikan posisi nya, namun di sisi lain Ara juga tidak tega sebab orang yang harus menggantikan posisinya itu adalah adik kesayangannya sendiri.
"Kakak tenang aja Ica nggak terpaksa kok."lagi lagi Alisya mencoba menutupi perasaannya saat ini dengan senyum palsu di bibirnya.
"Ayah tidak perlu khawatir, asalkan ayah setuju dengan permintaan Ica, kalau tentang Tuan Reza serta istrinya serahkan pada Ica." lanjut Alisya sembari melangkah mendekati ayahnya.
"Ayah pusing Ca, sampai ayah tidak tahu harus menjawab apa." jawab tuan Rendi sembari mengacak frustasi rambutnya akibat ide gila putri bungsunya. kemudian tuan Rendi pun keluar dari kamar putri sulungnya di ikuti oleh istrinya yang juga kehabisan kata kata. sekarang tinggal kedua Kakak beradik itu di sana.
"kakak nggak usah sedih lagi dong!!" ucap Alisya kembali memeluk tubuh kakaknya.
"Tapi dek,,," kalimat Ara menggantung.
"Kakak nggak usah khawatir kalau masalah Tuan Reza dengan istrinya biar menjadi urusan Ica. yang harus kakak pikirkan sekarang adalah hadiah apa yang akan Kakak berikan pada Ica jika Ica berhasil membujuk tuan Reza serta istrinya." Kini Alisya benar benar mengesampingkan perasaannya demi sang kakak.
"Dek apa kamu yakin akan mengorbankan masa depan kamu demi kakak??." dengan tatapan menyelidik Ara menatap lekat wajah adiknya.
"Tentu saja kakakku sayang, apa wajah Ica terlihat lagi bercanda. lagi pula setelah menikah Ica akan tetap sekolah kok, nggak mungkin juga kan kalau putra dari pengusaha ternama mau punya istri bodoh karena nggak sekolah" Alisya mencoba tertawa, namun Ara yang melihat bola mata sang adik hanya bisa menangis kemudian memeluk adiknya, ia tahu betul jika saat ini perasaan adiknya pun sama dengannya tadi, terpaksa menikah dengan orang yang tidak di cintai bahkan di kenalnya sebelumnya.
"Apapun akan Ica lakukan demi kebahagiaan kakak." batin Alisya sembari berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!