Pagi yang cerah tak secerah hati Nazila yang selalu dirundung kesedihan. Apalagi saat melihat wajah murung sang ibu yang tak pernah terlihat tersenyum lagi, kecuali pada dirinya. Ya, hanya pada dirinya. Itupun tidak sampai menyentuh lekukan mata, hanya sebatas senyum sebagai isyarat 'ibu tidak apa-apa.' Dan ini telah terjadi sejak sekian tahun yang lalu.
Nazila Faradisa, gadis introvert yang dingin. Sangat tertutup, tak memiliki banyak teman. Ia hanya memiliki satu sahabat yang selalu setia menemani dan mendukungnya, yaitu Karin Cantika. Ibunya merupakan pemilik Angkasa Mall, sedangkan ayahnya seorang pengacara papan atas. Meskipun ia terlahir dari keluarga yang kaya raya, tapi ia tetap rendah hati. Berkat bantuannya pula, Nazila akhirnya dapat lulus dari perguruan tinggi dan bekerja di sebuah perusahaan bonafit yang memproduksi produk perawatan bayi, mulai dari popok sekali pakai atau diapers, minyak telon, baby oil, bedak, shampo, lotion, dan lain-lain. Bahkan perusahaan itu tengah mengepakkan sayapnya di bidang produk perawatan wajah dan kulit. Sebenarnya Karin sudah menawarkan Nazila untuk bekerja di perusahaan mamanya atau pamannya, tapi Nazila menolak. Ia tak mau makin berhutang budi pada sahabatnya itu.
"Selamat pagi, Bu." lirih Nazila pada ibunya yang masih berbaring di atas tempat tidur. Ibu Nazila pun menoleh lalu tersenyum tipis. Tatapan mata ibunya begitu sendu. Seperti tiada gairah kehidupan lagi. Kosong, hampa, hambar, tiada warna, tiada kebahagiaan.
"Ibu mandi dulu ya! Zila udah siapin air hangat untuk ibu. Selesai mandi, kita sarapan. Zila udah buat nasi goreng kesukaan ibu juga sama telur orek. Ibu suka kan!" lirih Nazila dengan berusaha tersenyum lebar, menahan perih di hati karena melihat keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja.
Ibu Nazila hanya mengangguk samar. Lalu dengan hati-hati, Nazila memapah tubuh ringkih sang ibu ke kamar mandi dan memandikannya.
Selepas memandikan dan membantu berpakaian, Nazila mendudukkan sang ibu di kursi roda dan mendorongnya ke ruang dapur. Lalu Nazila pun membantu mengambilkan makanan dan meletakkannya di hadapan sang ibu. Lalu dengan gerakan perlahan, ibu Nazila mulai makan dengan tenang.
Dalam hati, Nazila bersyukur, walaupun ibunya mengalami kelumpuhan akibat stroke yang dialaminya, tapi sang ibu masih bisa makan sendiri. Itupun butuh perjuangan yang cukup panjang.
Nazila menatap nanar pergerakan ibunya yang begitu pelan. Ibunya, mataharinya, kini harus hidup menderita.
'Semua karena ayah dan wanita itu. Seandainya ayah nggak jahat. Seandainya ayah nggak nyakitin ibu. Seandainya ayah nggak diam-diam menduakan ibu dengan wanita murahan itu. Seandainya ... ' Nazila hampir saja tergugu di hadapan sang ibu bila tidak bi Arum datang dan memanggil namanya. Ia tidak boleh menunjukkan kesedihan di hadapan ibunya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh lemah.
"La ... " panggil Bi Arum saat sudah memasuki area dapur.
"Iya Bi." sahut Nazila seraya tersenyum saat namanya dipanggil Bi Arum yang merupakan adik ibunya.
"Kamu ngelamunin apa?" tanya Bi Arum dengan tatapan menyelidik.
"Nggak kok, Bi. Bi Arum udah sarapan? Kalau belum, ini Zila masuk nasi goreng agak banyak, jadi bibi bisa makan bareng ibu." tukas Nazila.
"Bibi udah sarapan kok. Tapi biarin aja nasinya, siapa tau bentar lagi bibi laper lagi. Taulah perut bibi ini mudah banget laparnya." tukas Bi Arum seraya terkekeh.
Nazila terkekeh. Memang bibinya itu doyan makan, sesuai dengan bobot tubuhnya yang sedikit gemuk. Sedikit ya! Bi Arum nggak mau dibilangin gendut, bisa-bisa tanduknya keluar.
"Bi, Zila titip ibu ya! Kemungkinan Zila lembur beberapa Minggu ini, soalnya sehabis rapat tahunan biasanya kita akan ngadain even dan gathering. Jadi lumayan sibuk." ujar Nazila setelah menandaskan teh miliknya.
"Ck ... nggak perlu dibilangin juga bibi udah tau kok. Kayak sama siapa aja. Kamu nggak perlu khawatir. Bekerja aja yang tenang, kalau bisa sekalian cari calon jodoh. Nggak mungkin kan kamu mau sendiri melulu kayak gini." tukas Bi Arum memberi nasihat.
Nazila tersenyum kecut mendengar nasihat adik dari ibunya tersebut. Memang nasihat bibinya ada benarnya, tapi dalam kamus Nazila, tidak akan pernah ada pernikahan. Ya, dia memang berniat tidak akan pernah menikah. Baginya menikah itu hanya akan menjadi sumber malapetaka. Ia tidak mau berakhir seperti sang ibu. Biarlah ia sendirian selamanya, yang penting hidupnya tenang, tiada beban, tiada tertekan, dan yang pasti tiada kesedihan. Kesepian? Sudah biasa jadi ia tak mempermasalahkan bila ia akan kesepian di sepanjang hidupnya.
Tak mau membahas tentang jodoh apalagi pernikahan, Nazila lebih memilih pamit setelah terlebih dahulu memeluk dan mencium punggung tangan ibunya. Walaupun kondisi ibunya tidaklah baik-baik saja, Nazila tetap mencintai, menyayangi, dan menghormati wanita yang telah berjuang melahirkannya ke dunia itu.
...***...
"Selamat pagi tuan. Jadwal Anda hari ini akan ada meeting dengan pihak Angkasa Mall jam 10 pagi lalu jam 2 siang Anda ada rapat dengan kepala cabang Surabaya." tukas Nazila yang membacakan jadwal kegiatan CEO PT Malikindo, Noran Malik Ashauqi di tablet miliknya
"Hmmm ... Baiklah." sahutnya sambil menatap layar komputer.
"Ada yang Anda butuhkan lagi, tuan?" tanya Nazila dengan berdiri tegap dan wajah datar. Tidak seperti sekretaris lain yang selalu bersikap ramah dan cenderung mencari muka, Nazila justru bersikap benar-benar datar.
"Oh ya, La, tolong reservasi restoran makanan Jepang untukku dan Sarah nanti siang."
"Baik pak. Kalau begitu saya permisi." ujar Nazila sambil menundukkan wajah dan berlalu dari sana.
'Gadis aneh. Sudah 2 tahun lebih bekerja di sini tapi ia tidak pernah satu kali pun tersenyum..Tapi itu bagus, dari pada sekretaris yang sukanya tebar pesona dan membuat muak.' batin Noran.
...***...
"Hei, Noran ada?" tanya seorang gadis cantik yang merupakan model papan atas di Indonesia.
Nazila sudah terbiasa melihat kedatangan gadis cantik itu jadi ia langsung saja mempersilahkannya masuk ke ruangan Noran.
"Silahkan, Bu. Tuan Noran sudah menunggu kedatangan Anda." tukas Nazila berusaha sesopan mungkin.
"Hmm ... " Sarah hanya menggumam lalu mengikuti langkah Nazila. Lalu ia pun masuk ke ruangan Noran setelah dibukakan pintu oleh Nazila.
"Hai, sayang. I Miss you." ucap Sarah dengan nada manja. Lalu ia segera bergelayutan di lengan Noran dan memeluknya. Tak puas hanya dengan sebuah pelukan, Sarah justru langsung menyergap bibir Noran tanpa rasa malu padahal Nazila masih ada di sana. Tak mau mengotori matanya, Nazila pun lekas menutup pintu tanpa berkata-kata lagi.
Noran mendorong pelan bahu Sarah saat Sarah telah melepaskan ciumannya. Dan mengecup dahinya singkat.
"I Miss you, too. Sayang, kamu harusnya liat-liat tempat dong. Nggak enak, tadi Nazila aja belum keluar kamu udah nyosor aja." ucap Noran lembut.
"Ck ... emangnya kenapa? Dia kan cuma sekretaris kamu. Kita juga udah biasa kayak gini jadi harusnya dia ngerti dong. Jangan bilang kamu ada perasaan sama dia?" tuding Sarah dengan mata memicing.
Noran terkekeh lalu mencubit pelan hidung Sarah.
"Jangan mikir macam-macam! Aku nggak enak aja. Mana mungkin aku suka sama dia. Dia pun kayaknya gitu, liat aja wajahnya, ditekuk mulu, nggak pernah senyum."
"Iya juga sih, mungkin dia cewek nggak normal kali ya! Masa' dia nggak jatuh hati sama cowok setampan kamu. Mana kaya lagi." ujar Sarah sambil mengerlingkan sebelah matanya nakal.
"Hust ... jangan sembarangan ngomong! Entar dia dengar terus resign dari sini kamu juga yang repot."
"Kok aku yang repot?" tanya Sarah heran sambil menunjuk wajahnya sendiri.
"Ya repot, pasti penggantinya nanti kayak sekretaris-sekretaris lain yang doyan paket pakaian seksi, berdandan, tebar pesona, ... "
"Eh ... jangan-jangan, aku udah nyaman kamu kerja sama dia sebagai sekretaris kamu. Dia juga kayaknya nggak berani macam-macam. Awas ya kalo kamu macam-macam!" potong Sarah khawatir apa yang diucapkan Noran benar-benar terjadi.
"Nggak lah sayang, mana berani aku macam-macam. Apalagi satu bulan lagi hari pernikahan kita. Aku udah nggak sabar menantikan hari itu." bisik Noran sambil memeluk tubuh Sarah dan mengecup puncak kepalanya.
"Aku juga. Aku udah nggak sabar jadi nyonya Malik." ujar Sarah dengan wajah berbinar cerah dan senyum merekah.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Sesuai jadwal, siang hari tepat pukul 10 kurang 10 menit, Noran, Nazila, dan Ajay telah tiba di ruang meeting Angkasa Mall. Tak lama kemudian, direktur utama Angkasa Mall pun masuk beserta sekretaris dan asisten pribadinya.
"Selamat datang, perkenalkan saya Kevin Prayoga, direktur utama Angkasa Mall." ucap Kevin tegas dengan senyum tipis di bibirnya.
"Salam kenal, tuan Kevin. Saya Noran Malik Ashauqi, CEO PT Malikindo." sambut Noran ramah sambil bersalaman.
Lalu pandangan mata Kevin beralih ke Nazila yang tampak sedang berdiri di samping Ajay.
"Zila ... Hei, kamu kerja di Malikindo?" Senyum Kevin merekah cerah saat melihat teman saudara kembarnya ada di sana.
"Eh, iya, Kev! Apa kabar?" sapa Nazila dengan tersenyum manis. Noran dan Ajay yang berdiri sejajar dengan Nazila tampak terkejut saat mengetahui Nazila mengenal putra pemilik Angkasa Mall itu. Bahkan ia tersenyum sangat manis pada Kevin. Senyum yang tak pernah ia tampakkan selama bekerja di Malikindo.
"Alhamdulillah, baik. Ah, senang bisa bertemu lagi! Nanti kita bicara lagi ya!" ujar Kevin seraya menepuk pundak Nazila pelan dan tersenyum manis. "Silahkan duduk! Mari kita segera mulai rapatnya!" ujar Kevin.
Lalu semua orang pun duduk, mereka pun mulai membahas pengajuan proposal kerja sama. Pihak PT Malikindo berniat membuka store resmi penjualan produk Malikindo di Angkasa Mall. Mereka juga meminta perizinan untuk mengadakan bazar dan kegiatan menarik lainnya sebagai langkah awal promosi pembukaan store resmi tersebut. Tentu niat baik itu disambut antusias oleh Kevin sebagai direktur utama Angkasa Mall. Setelah melakukan pertemuan selama hampir 2 jam lamanya, rapat pun ditutup dengan ditandatanganinya kesepakatan kerja sama.
"Bagaimana untuk merayakan kesepakatan ini kita makan siang bersama?" tawar Kevin ramah pada para tamunya.
"Maaf tuan Kevin, bukan maksud saya menolak, tapi saya sudah ada janji dengan seseorang siang ini." ujar Noran menolak secara halus.
Kevin mengangguk memahami. Lalu tatapan matanya beralih ke Nazila yang tengah memeluk tumpukan map kerja sama.
"La, kamu mau kan makan siang denganku? Udah lama lho kita nggak makan bersama. Sayangnya Karin sedang internship jadi nggak bisa diajak bareng." ujar Kevin mengajak Nazila. Ya, sebenarnya ia tadi hanya basa-basi saja dengan Noran. Karena Noran menolak, tentu ia akan mengajak Nazila saja. Ia sudah kenal dekat dengan Nazila sebab Nazila adalah sahabat saudara kembarnya, Karin Cantika.
"Eh, emm ... " Nazila menoleh ke arah atasan dan rekan kerjanya. Noran hendak makan siang dengan Sarah, jadi tak masalah, bukan. "Jay, aku makan siang dengan pak Kevin ya! Kamu pulang aja duluan. Pak Noran juga kan mau makan siang sama Bu Sarah." ucap Nazila.
Noran sebenarnya penasaran, seberapa dekat hubungan antara Nazila dan Kevin, tapi tak mungkin ia menanyakannya. Itu bukan ranahnya untuk mengetahui hubungan pribadi karyawannya. Ia pun memberikan izin karena memang ini sudah masuk jam makan siang. Lalu Noran pun pergi ke restoran dengan mengemudikan mobilnya sendiri. Sedangkan Ajay, terserah ia mau makan dimana atau langsung kembali ke perusahaan menaiki taksi.
...***...
Dengan menaiki mobil Kevin, Nazila pergi makan siang entah kemana. Ia menyerahkan semua pilihan pada Kevin toh Kevin sudah banyak tahu tentangnya. Nazila memang bersahabat dengan Karin, tapi karena Kevin suka mengekori kemana saudara kembarnya itu pergi, jadi ia pun ikut mengenal baik dirinya.
Nazila membulatkan matanya Kevin membelokkan mobilnya ke sebuah restoran Korea yang cukup ternama di kota itu. Dalam hati ia berucap, bagaimana bisa ia bisa makan di satu restoran yang sama dengan atasannya itu. Tapi ini memang benar-benar di luar dugaannya. Ia benar-benar menyerahkan pemilihan restoran pada Kevin.
"Kenapa?" tanya Kevin saat melihat ekspresi aneh di wajah Nazila. "Kamu nggak suka sama restorannya? Kalo nggak suka, kita bisa pindah ke tempat lain?" tawar Kevin.
"Oh, nggak kok.. Nggak masalah." kilah Nazila berusaha tersenyum di hadapan Kevin.
Mereka pun akhirnya masuk. Tak lama kemudian, Noran pun tiba di restoran Korea itu. Bersama itu, Sarah pun tiba di restoran itu. Noran pun menyambutnya dengan tersenyum lebar.
Setelah turun dari mobil, mereka pun masuk ke restoran itu sambil berangkulan.
Nazila telah memesankan ruangan VIP khusus atasannya itu. Setelah menyampaikan tujuannya pada karyawan restoran yang tadi menyambutnya, mereka pun dibimbing masuk ke ruangan VIP milik mereka. Namun, selangkah lagi sebelum masuk ke ruangan VIP itu, Sarah menangkap keberadaan Nazila dengan Kevin. Ia pun cukup terkejut melihat Nazila bisa makan siang bersama Kevin. Apalagi Nazila tersenyum saat berbincang dengan Kevin. Ia penasaran, bagaimana bisa Nazila yang introvert bisa mengenal Kevin, bahkan tampak begitu dekat.
Menyadari sang kekasih tiba-tiba berhenti, Noran pun mengalihkan pandangannya ke arah yang Sarah perhatikan.
"Nazila." gumamnya yang membuat Sarah lantas menoleh.
"Ternyata sekretarismu itu hebat juga bisa mengenal orang sekelas Kevin Prayoga." ujar Sarah yang langsung menarik Noran masuk ke dalam ruang VIP.
"Kau mengenalnya?" tanya Noran sambil menuntun Sarah agar duduk di sofa bersebelahan dengannya.
"Mengenal sih enggak, cuma ya aku tau, Yang. Aku udah beberapa kali ngisi acara fashion show di Angkasa Mall jadi sedikit banyak aku tau sama dia yang merupakan Dirut Angkasa Mall, sekaligus putra dari pemilik Angkasa Mall. Kan kalau ada acara, bukan presdirnya yang turun tangan, tapi dirutnya itu. Paling ya sekedar memantau aja sih. Orangnya ramah cuma ya itu, sulit didekati. Itu kata teman-teman aku sih, Yang. Makanya aku salut sekertaris kamu bisa kenal dia. Malah tadi, untuk pertama kali aku liat dia senyum kayak gitu. Apa mereka ada hubungan ya?" ujar Sarah seraya berpikir.
"Udah ah, ngapain pikirin mereka. Mending pikirin kita yang sebentar lagi married." ujar Noran seraya menggenggam tangan Sarah. "Pulang ini, kita ke butik yuk! Kita cek gaun kamu udah selesai sampai mana." imbuh Noran yang diangguki Sarah.
Sementara itu, di meja Nazila dan Kevin.
"Gimana kabar ibu, La?" tanya Kevin sesaat setelah mereka makan.
"Kabar ibu masih seperti dulu, Vin." ucapnya sendu.
"Tapi beliau tetap sehat kan?" tanya Kevin lagi yang diangguki Nazila. "Baguslah. Yang penting ibu sehat. Walaupun belum ada perubahan. Kamu jangan selalu bersedih. Yakinlah, mereka yang berbuat dzolim pasti akan ada ganjarannya." tukas Kevin menguatkan seraya menggenggam tangan Nazila.
Noran yang kebetulan ingin pergi ke toilet, tak sengaja melihat bagaimana Kevin begitu memperhatikan Nazila. Otaknya mulai menduga-duga, mungkinkah keduanya memiliki hubungan spesial?
Tapi dari cara mereka saling menyapa di ruang meeting tadi, dapat ia ketahui itu merupakan pertemuan mereka kembali setelah beberapa saat tidak bertemu.
Apakah hubungan mereka tidak direstui? Sebab ia tau, Nazila merupakan orang biasa, sedangkan Kevin merupakan putra pemilik Angkasa Mall. Cucu pemilik perusahaan terbesar di negaranya saat ini, apalagi kalau perusahaan Angkasa. Dengan perusahaan induknya adalah Angkasa Grup yang kini dipegang Aglian.
Noran menggelengkan kepalanya karena terlalu banyak berpikir. Lagipula itu bukan ranahnya. Terserahlah pikirnya. Ia pun segera melanjutkan tujuannya semula yang ingin ke kamar kecil.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Pagi ini semua karyawan PT Malikindo tengah sibuk. Tak terkecuali Nazila yang merupakan sekretaris Noran Malik Ashauqi. Mereka bukan hanya sibuk mempersiapkan pembukaan store resmi penjualan produk perawatan bayi PT Malikindo dengan brand Bebelove, tetapi juga tengah sibuk menyiapkan acara gathering yang akan diadakan 2 Minggu lagi. Tepatnya malam setelah pembukaan store Bebelove.
Nazila kini tengah sibuk berkutat di depan layar persegi sambil menekan huruf demi huruf juga angka di papan keyboard. Namun, konsentrasinya seketika buyar saat panggilan telepon masuk yang ternyata itu dari atasannya.
"Iya tuan, ada yang Anda butuhkan?" tanya Nazila formal dan sopan.
"Siang nanti selepas makan siang temani saya ke pabrik untuk meninjau proses produksi produk Bebelove." titah Noran.
"Tapi tuan, bukannya biasanya Anda pergi dengan pak Jay?" tanya Nazila heran.
"Jay sedang saya perintahkan menemui pakar kecantikan Nyonya Arshavina." sahutnya kemudian langsung menutup telepon.
Nazila menghela nafas, pekerjaannya saja belum tuntas, sudah diminta mengerjakan tugas yang lainnya. Ini saja sudah hampir jam makan siang, bisa-bisa ia kembali melewatkan makan siangnya. Bisa saja ia sekalian memesan saat memesankan makan siang atasannya, tapi ia tak mau sebab ia sangat tau harga setiap menu makanan yang biasa disantap atasannya itu. Menu restoran ternama, tentu harganya pun tidaklah murah.
Nazila pun kembali melanjutkan pekerjaannya hingga tuntas. Ia tak suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Baginya, semakin cepat selesai, makin baik. Tapi tetap yang utama harus dikerjakan dengan teliti. Bukan hanya cepat lalu dikerjakan asal-asalan. Pekerjaan yang dikerjakan asal-asalan, bukannya memberikan hasil yang baik, tapi justru sebaliknya, bisa merepotkan setelahnya.
Tak terasa jam makan siang telah usai dan pekerjaannya sedikit lagi selesai. Tepat saat pintu ruangan CEO terbuka, di saat bersamaan hasil ketikannya telah selesai. Ia pun segera menyimpan file itu di folder khusus. Setelah selesai, Nazila segera mematikan komputernya dan bersiap untuk menemani sang atasan.
"Sudah siap?" tanya Noran datar. Nazila pun mengangguk seraya mencangklong tas selempannya dan memasukkan tab khusus untuk mencatat segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Sepanjang perjalanan menuju pabrik, hanya ada keheningan yang melanda. Baik sopir, Nazila, maupun Noran tak ada yang terlibat percakapan apapun. Benar-benar hening. Hanya ada suara deru mesin mobil yang melaju menjadi pengisi suara di keheningan perjalanan itu.
Tak lama kemudian, mobil mereka pun memasuki kawasan pabrik milik PT Malikindo. Pabrik itu sangat luas terdiri dari beberapa gedung khusus memproduksi barang juga beberapa pabrik pengemasan, juga sebuah gedung perkantoran.
"Selamat siang, pak Noran." sambut manajer produksi saat melihat Noran baru saja turun dari dalam mobil diikuti Nazila. "Selamat siang juga, La. Lama nggak liat kamu." sapa manajer produksi itu juga pada Nazila yang disambut Nazila dengan tersenyum tipis.
"Siang juga pak Ardy." sahut Noran.
Karena Noran ingin segera meninjau pabrik, mereka pun gegas melangkahkan kaki menuju pabrik untuk meninjaunya satu persatu.
"Bagaimana situasi pabrik sekarang? Ada kendala?" tanya Noran sembari berjalan memperhatikan pekerjaan bagian produksi.
"Alhamdulillah, tidak ada masalah, pak. Semuanya lancar dan aman terkendali. Untuk produk promo sudah selesai dikemas sesuai permintaan pusat." jelas Ardy sembari menunjukkan produk-produk yang telah dikemas sedemikian rupa agar terlihat menarik.
Setelah selesai dengan kegiatan meninjau produktivitas pabrik, Noran dan Nazila pun segera kembali ke kantor diantar sopir pribadi Noran.
"La, apa proposal kegiatan gathering telah rampung?" tanya Noran sebelum masuk ke ruangannya.
"Ah, sudah tuan! Sebentar." Nazila pun segera mengambil proposal yang telah direvisinya dan memberikannya pada Noran. Noran pun menerimanya dan segera masuk ke dalam ruangannya.
"Surprise!" seru seseorang saat Noran masuk ke dalam ruangannya.
Noran sampai terhuyung ke belakang akibat Sarah yang tiba-tiba saja melompat dan memeluknya.
Nazila yang sudah duduk di kursinya pun sampai terlonjak melihat kemesraan yang dipertontonkan pasangan Noran dan Sarah itu.
"Sayang, kok kamu ada di sini?" tanya Noran saat pelukan mereka terlepas.
"Kenapa? Nggak suka aku datang tiba-tiba ke kantormu? Takut terpergok tengah selingkuh?" ketus Sarah saat mendengar Noran mempertanyakan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Nggak sayang, maksud aku bukan gitu. Kan biasanya kamu jam segini sedang ada pemotretan jadi bingung aja." ucap Noran lembut tak ingin kekasihnya salah paham.
Mata Sarah memicing tajam.
"Duh, udah ah ngambeknya! Entar jadi jelek." goda Noran sambil mencubit gemas hidung Sarah.
"Ih, jangan cubit-cubit, entar hidung aku merah!" sergah Sarah sambil menepis tangan Noran dari hidungnya.
"Kebetulan sore ini aku nggak ada pemotretan sayang, jadi aku pingin shopping sama kamu, mau yah!" bujuk Sarah sambil mengerlingkan sebelah matanya. "Aku dengan di store channel ada tas model terbaru edisi terbatas. Aku pingin beli, sayang. Mau kan temenin aku? Takutnya kalau telat bakal kehabisan." bujuk Sarah sambil bergelayut manja di lengan Noran.
Noran lantas tersenyum sambil mengusap puncak kepala Sarah.
"It's okay. Aku simpan ini dulu ya!" ucap Noran seraya tersenyum. Noran memang selalu menuruti permintaan Sarah karena baginya kebahagiaan Sarah adalah yang paling utama.
"Yes, thank you, darling?" bisik Sarah seraya mengecup pipi Noran mesra.
2 Minggu kemudian,
Acara launching store resmi produk brand Bebelove keluaran PT Malikindo berlangsung secara meriah. Acara dipandu oleh MC kenamaan ibu kota membuat acara kian meriah. Apalagi dengan didatangkannya artis-artis ternama mulai dari artis cilik hingga dewasa, membuat kemeriahan kian kentara.
Acara launching ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti lomba menggambar untuk anak-anak, lomba fashion show kids, lomba mewarnai, lomba bayi sehat, dan lain-lain.
Antusiasme masyarakat khususnya para ibu membuat program PT Malikindo sukses besar. Bahkan produk mereka sampai laku ratusan ribu pieces membuat Noran selaku CEO PT tersenyum lebar.
"Selamat tuan atas kesuksesan acaranya." ucap Kevin yang juga hadir menyaksikan kemeriahan acara itu. Ia pun mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Terima kasih tuan, semua ini berkat support dari Anda. Saya ucapkan terima kasih kembali atas kerja samanya." balas Noran dengan senyum merekah Lalau ia pun menyambut uluran tangan itu dengan senang hati.
Sebagai ucapan terima kasih, Noran mengajak Kevin dan asisten pribadinya makan di sebuah restoran yang juga ada di Angkasa Mall. Kevin pun menyetujuinya.
"La, kamu nggak ikut?" tanya Kevin saat melihat hanya Noran dan Jay dari pihak Malikindo yang berjalan menuju restoran.
"Ah, nggak Kev! Aku belum lapar." sahutnya seraya tersenyum tipis. Semua itu tak luput dari tatapan Noran dan Jay.
"Ikut aja, Na! Kalau nggak lapar kan, bisa pesan minum. Aku yakin kamu haus dari tadi mondar-mandir urus ini itu." tukas Jay seraya menggerakkan dagunya ke arah restoran.
Lalu Nazila melirik sang atasan. Tentu ia tak berani membuat keputusan tanpa persetujuan Noran.
"Jay, benar. Ayo kita makan siang bersama!" karena Noran telah mengizinkan, Nazila pun akhirnya mengikuti keempat orang tersebut menuju restoran.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!