NovelToon NovelToon

Muhasabah Cinta (Arya Dan Arini)

01.Semua di mata Allah sama

...******...

...___________...

"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa kalian dan harta kalian, tapi Allah melihat pada hati dan amalan kalian (HR Muslim) "

"Jadi, semua manusia di muka bumi ini di mata Allah itu semua sama, antara si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh, si tampan cantik dan juga jelek, si kulit putih dan si kulit hitam. Semua sama di mata Allah. Yang membedakan kita di mata Allah adalah hati dan amalan kita. " Seru ustadzah muda yang tengah mengisi pengajian bulanan di Masjid Al-Iman.

Seorang gadis yang duduk di paling belakang dan di ujung masjid, terlihat manggut-manggut mengerti dan mengeluarkan aura berbinar di wajahnya.

"Buat apa aku harus minder dengan semua kata orang,? bahkan Allah sendiri tidak membeda-bedakan para hambanya. " Gumamnya begitu lirih.

Arini Khumaira.Arini adalah gadis yang berusia 18 tahun memiliki tinggi badan 150 senti, berat badan di bawah rata-rata 36 kg saja, mata yang sedikit kecoklatan, hidung sedikit mancung, juga terdapat lesung di pipi saat dia tersenyum yang terlihat begitu manis.

Namun semua itu tak ada gunanya di mata para masyarakat sekitar, karena Arini memiliki kulit yang gelap, lebih tepatnya sawo matang tapi semua orang selalu mengatakan " Si Arini gadis berkulit hitam "

Arini memiliki dua kakak perempuan, mereka sangat sempurna di mata manusia, mereka cantik, tinggi, putih dan tubuh yang ideal sangat berbanding terbalik dengan Arini.

Ya, karena perbedaan itulah Arini tak mendapatkan perlakuan baik dari orang tuanya, bahkan mereka bilang kalau Arini adalah anak yang terkutuk.

Orang tua Arini juga orang yang terpandang di tempat nya, ibunya adalah keturunan orang kaya sama seperti Ayahnya, dan juga memiliki perkebunan teh yang luasnya beberapa hektar.

Mendengar setiap kata dari ustadzah muda itu seakan-akan membuat hati Arini mendapatkan kekuatan untuk menghadapi semua cercaan dan hinaan dari masyarakat sekitar.

Arini beruntung bisa datang ke acara seperti ini yang akan membuat nya semakin dekat pada Allah dan bisa menerima dengan lapang dada semua takdir yang ia dapatkan.

"Terima kasih ya Allah. " Rasa syukur lah yang selalu Arini ungkapkan dan juga di dalam hatinya dia tak pernah mengeluh akan hidupnya yang tak sempurna.

"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh " Salam terakhir dari Ustadzah itu menandakan berakhirnya acara bulanan di bulan ini.

Satu persatu semuanya menyalami Ustadzah itu sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing, begitu pula dengan Arini dia adalah orang yang paling terakhir bersalaman dengan ustadzah.

"Terima kasih Ustadzah " Ucap Arini lirih namun tetap terdengar jelas di telinga ustadzah.

"Untuk apa,? " Tanya ustadzah bingung.

"Untuk kata-kata indah dari Ustadzah hari ini. Terima kasih " Ucap Arini benar-benar bahagia.

Ustadzah tersenyum, dia paham betul isi dari ucapan terimakasih dari Arini. Ustadzah menyentuh bahu Arini dengan bangga, bagaimana tidak? gadis seusia Arini banyak yang menghabiskan waktunya nongkrong dengan teman-teman nya atau kalau tidak mereka akan sibuk dengan ponsel mereka, tapi lain halnya dengan Arini.

"Jangan pernah berkecil hati dengan apa yang kamu miliki. Bersyukurlah, Allah tau yang lebih baik untuk semua umatnya "' Ucap Ustadzah.

Kedamaian di hatinya kembali Arini dapatkan, dia bukanlah orang yang pintar bukan pula orang yang sukses dan juga terpelajar, tapi dia bersyukur dengan apa yang Allah berikan padanya menjadikan nya lebih dekat pada Tuhan nya.

Arini tak seperti kedua kakak nya yang bersekolah tinggi hingga sarjana, karena Arini hanya berhenti bersekolah hingga SMP saja, itupun dengan sekolah terbuka.

"Iya, Ustadzah. Terima kasih. kalau begitu saya pamit, Assalamu'alaikum " Pamit Arini.

"Wa'alaikumsalam " jawab Ustadzah dengan senyuman manis mengantarkan kepergian Arini.

"Semoga Allah selalu memberimu kebahagiaan, Amin. " Doa ustadzah yang di peruntukan pada Arini.

Arini pun pulang dengan jalan kaki karena memang rumah nya tak terlalu jauh dari masjid itu.

_________________

Suasana yang tenang dan juga fokus tiba-tiba menjadi tegang setelah seorang pemimpin melemparkan semua berkas dan juga menggebrak meja di hadapannya dan juga para pekerjanya.

Brakkk......

"Kalian itu bisa kerja nggak,!! Lihat, laporan yang kalian buat ini,? Kenapa semuanya salah! Lama-lama perusahaan ku bisa tutup jika kalian tak becus bekerja seperti ini. Atau kalian mau saya pecat hari ini juga, iyaa,!! "

Teriak pria yang berumur 30 tahun itu kepada semua karyawan nya yang sedang ikut meeting di ruangan khusus. Emosi nya selalu meledak kapan saja saat terdapat kesalahan yang karyawannya lakukan.

Pria itu adalah Arya Goutama. Pewaris tunggal dari keluarga Gautama pendiri dari Gautama Grup.

Arya adalah laki-laki yang memiliki perawakan tinggi, badannya atletis, kulit putih, wajah tampan, memiliki mata yang tajam, dan juga memiliki brewok tipis yang menghiasi dagunya yang runcing.

Tapi di balik kesempurnaannya itu Arya terkenal sebagai pemimpin yang angkuh dan juga arogan, dia juga terkenal sebagai laki-laki yang selalu bergonta-ganti pasangan di atas ranjang. Dia juga sering mengadakan pesta di club-club malam bersama teman-teman sebayanya.

Ketegasan nya dalam memimpin perusahaan membuat semua karyawannya takut saat berhadapan dengan nya, apalagi saat amarah nya keluar seperti sekarang, karena ancamannya adalah di berhentikan kerja tanpa mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.

"Ma- maaf tu- tuan, " Ucap salah satu dari karyawan laki-laki dengan wajah menunduk dan tubuh yang gemetar.

Mata elang Arya seketika menubruk karyawan laki-laki itu dengan bengis, dia sangat membenci jika ada yang menyela bicaranya.

"Apa aku mengizinkan mu bicara? Hah,!! beraninya kamu menyela perkataan ku! keluar kamu dari perusahaan ini! Dan jangan lagi kamu tunjukkan batang hidung mu di depan mataku, keluar,!! " Teriak Arya sadis.

Laki-laki itu terperanjat, menatap Arya dengan terkejut dan mata lebar, tak dia sangka kalau kata-katanya barusan akan membuatnya kehilangan pekerjaannya.

Laki-laki itu berjongkok memegangi kaki Arya, memohon di hadapannya yang berdiri tegak dengan tatapan tajam kearah dirinya.

"Jangan tuan, jangan pecat saya. Saya janji akan bekerja dengan baik saya akan memperbaiki semua kesalahannya, saya janji tuan. Tolong beri saya satu kesempatan. " Ucapnya dengan memelas bahkan dia tak malu memeluk kaki Arya di hadapan semua teman-teman nya.

Tak pernah ada kesempatan bagi siapapun bagi Arya. setiap yang melakukan kesalahan dia pasti akan berakhir dengan kehilangan pekerjaan nya.

"Menyingkir dari hadapan ku,,!! "

Arya mendorong laki-laki itu hingga dia terjengkang ke lantai. dengan angkuh nya Arya pergi dari ruangan itu, meninggalkan laki-laki itu yang terus berucap minta maaf dan Arya menghentikan meeting nya begitu saja.

"Tuan, saya minta maaf, " Laki-laki itu beranjak, berlari mengejar Arya untuk meminta maaf dan berharap bisa di beri satu lagi kesempatan. " Tuan, tolong jangan pecat saya. " Ucapnya di sebelah Arya yang terus berjalan dengan cepat tanpa memperdulikannya.

Arya mendadak berhenti dia sangat marah karena laki-laki itu tak henti-hentinya mengejarnya. Mata Arya semakin memerah, tatapan nya kian bertambah bengis.

"Toni,,!!" Teriak Arya keras.

Laki-laki yang di panggil Arya datang dengan berlari, dia adalah Toni asisten Arya di perusahaannya.

Toni. Toni juga laki-laki yang tampan dia juga tinggi namun tubuh nya lebih kecil dari Arya, dan umurnya pun hampir sama 30 tahun, hanya beberapa bulan saja selisih nya dari Arya.

Toni orangnya sangat patuh pada Arya semua yang di perintahkan selalu dia jalankan, semua itu semata-mata akan pengabdiannya kepada Keluarga Arya yang begitu berjasa terhadap keluarganya.

Toni berhenti di hadapan Arya, mata nya langsung tertuju pada laki-laki yang ada di hadapan Arya dengan wajah yang gusar dan juga menyatukan telapak tangannya seraya memohon pada Arya.

"Iya tuan, ada yang bisa saya kerjakan " Tanya Toni setelah sebelumnya membungkukkan badan memberi hormat pada Arya.

"Usir dia dari perusahaan ku, dan jangan biarkan dia kembali masuk lagi, kamu mengerti,!! " Perintah Arya yang seketika di angguk-i oleh Toni meskipun dia sangat tak tega pada laki-laki itu.

"Baik tuan " Jawab nya dengan patuh.

Setelah mendapat jawaban dari Toni Arya kembali melaju pergi, dia ingin menenangkan pikiran nya di tempat biasa.

"Tuan, tuan!! tolong jangan pecat saya!! " Teriak orang itu tadi dan ingin mengejar Arya lagi, namun usahanya gagal karena sudah di halangi oleh Toni.

"Tuan Toni.. tolong ampuni saya, jangan pecat saya, Tuan. " Ucapnya lagi dengan memelas.

Toni tak bisa memutuskan lagi yang sudah menjadi perintah Tuannya, seperti apapun mereka kalau Tuannya sudah tak menginginkan nya lagi Toni tak bisa berkata-kata lagi.

"Maaf, " Sepatah kata dari Toni dan berhasil membuat orang itu sangat kecewa.

"Oke.. Saya terima semua ini, Namun saya pastikan Tuan Anda dan juga Anda akan menyesal suatu hari.. " Orang itu melenggang pergi dengan sendirinya.

Mobil Arya berhenti di tempat yang menjadi favorit nya. Tempat yang selalu menyediakan kenikmatan duniawi yang sesaat.

Ya, meskipun malam belum tiba tapi clup itu sudah buka apalagi jika kedatangan Arya, tak akan ada kata tutup meskipun di waktu yang tidak semestinya.

" Beri aku minuman dengan kadar alkohol nya paling tinggi " Perintah Arya.

Arya duduk di depan pantry menatap pelayan yang ada di hadapan nya. Seketika pelayan itu mengangguk patuh, dan langsung memberikan yang Arya minta.

"Silahkan tuan " Ucapnya.

Arya mengambil botol di hadapan nya dan membawanya ke tempat lain namun sebelum dia pergi dia meminta pada pelayan itu hal yang seperti biasanya.

"Suruh wanita ja**ng ke kamar biasa." Ucapnya dan lagi-lagi pelayan itu mengangguk patuh.

Semua pasti akan sesuai yang Arya minta, bahkan wanita bayaran sudah langsung datang di kamar yang Arya maksud.

"Puaskan aku, buatlah pusing ku ini hilang dengan tergantikan nya dengan kenikmatan " Perintah Arya pada wanita itu.

"Baik tuan, "

________________

BERSAMBUNG.....

02. Masalah Kompor

...***********...

..._________...

Arini menghembuskan nafas lelah setelah dia berada di depan pintu rumah nya. "Huff,,, Alhamdulillah akhirnya sampai juga. " Ucapnya lega.

"Arini, !! "

Terdengar teriakan dengan suara yang keras menusuk indra pendengaran Arini, Arini tau itu suara milik siapa, sontak Arini langsung lari untuk datang kepada orang itu.

"Iya, Bu,!! " Jawab Arini sembari berlari mendatangi orang yang Arini panggil Ibu.

"Iya, Bu. Ada apa?. " Tanya Arini dengan nafas ngos-ngosan karena jarak pintu masuk dengan keberadaan ibunya sangat jauh karena rumah nya begitu panjang kebelakang dan ibunya ada di belakang rumah.

Ratna, bagi orang lain yang melihatnya Ratna adalah Ibu yang sangat kejam bagi Arini, dia tak pernah memberikan kasih sayang padanya hanya kerjaan kerjaan yang selalu Arini dapat darinya. Tapi tidak untuk Arini, baginya dia adalah Ibu terbaik nya hingga sekarang, tak ada yang bisa menggantikan posisi itu di hati Arini.

"Ini sudah jam berapa, dan kamu sama sekali belum masak buat makan malam. Sebentar lagi kedua kakak mu pulang kerja, dan ayahmu pulang dari kebun, mereka pasti lapar. Cepat masak, sebelum mereka pulang. " Perintahnya.

"Baik, Bu. Tapi biarkan Arini ganti baju dulu ya, Bu. " Izin Arini yang sudah ingin melangkah pergi namun itu tak terjadi karena Ratna sudah mencegahnya.

"Tidak usah! nanti kelamaan, cepat!. " Bentak Ratna.

Arini pun hanya bisa pasrah dan menurut pada perintah Ratna. "Baik bu. " Jawab nya dengan lesu sembari melangkah menuju ke dapur.

Arini segera pergi ke dapur dan mulai sibuk dengan semua menu masakan yang harus dia siapkan untuk semua anggota keluarga nya. Tak butuh waktu lama Arini memasak berbagai hidangan, dia sudah terbiasa untuk itu dan semua akan terasa mudah baginya.

Sembari sibuk di dapur Arini juga membawa satu persatu hidangan yang sudah matang di meja makan. Menyajikan nya dan menata serapi mungkin di sana.

"Tinggal satu lagi " Gumamnya dengan senyum yang sumringah dan Arini pun kembali ke dapur, namun sesuatu terjadi hingga Ratna berteriak dengan sangat keras dari luar.

"Arini,!! " Teriak Ratna tak sabaran. Padahal hanya tinggal satu saja menu untuk makan malam yang belum tersaji di meja makan tapi teriakan dari Ratna begitu menggelegar memenuhi seisi rumah, bahkan tetangga sebelahnya juga mendengar nya dengan sangat jelas.

Tak ada yang terkejut lagi dengan suara toa dari Ratna tidak pagi, siang, sore, bahkan Ratna tak sungkan melakukan itu di tengah malam jika dia sedang menginginkan sesuatu.

Arini yang masih di dapur begitu gusar, menu yang terakhir belum juga matang namun gas nya harus habis membuat Arini semakin panik.

"I- iya Bu, sebentar. " Jawab Arini.

Tangan Arini gemetar saat mengganti tabung gas, dia sudah terbiasa namun saat ini dia di desak oleh waktu membuat nya menjadi tak karuan, dan juga rasa panik yang semakin membuatnya gugup bukan main.

"Tenang Arini, tenang. " Ucapnya menenangkan dirinya sendiri yang begitu panik.

Setelah regulator berhasil terpasang Arini mencoba untuk menyalakan nya tapi lagi-lagi masalah terjadi, kompor nya sama sekali tidak mau menyala.

"Astaghfirullahalazim,,, ini kenapa lagi sih. "

Arini semakin panik, dia melepaskan regulator dari gasnya dan mencoba memasangnya lagi dan mencoba menyalakan lagi hingga berulang kali.

Ratna yang tak sabar menunggu datang ke dapur memeriksa apa sih yang Arini lakukan kenapa tak kunjung selesai, katanya tinggal sebentar namun nyatanya,? "Eish,, anak itu selalu saja membuat darahku mendidih saja. "

Kedatangan Ratna begitu mengejutkan Arini, apalagi kata-kata nya yang kasar selalu saja membuat Arini takut.

"Apa sih yang kamu lakukan! dari tadi sebentar sebentar terus! kamu bisa kerja nggak sih,!! " seru Ratna jengkel, menatap bengis kearah Arini yang sudah gemetar ketakutan.

Arini menoleh, menatap Ratna sekejap dan kembali fokus dengan masalahnya. "Sebentar Bu. Ini kompor nya bermasalah. " Jawab Arini.

"Halah,, alasan.!! Bilang saja kamu nggak becus bekerja. Mau jadi apa kamu besok, udah bodoh, nggak becus bekerja, dan buruk rupa lagi. " Ejek Ratna dengan sinis.

Arini memejamkan matanya sejenak, menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya perlahan. Arini berusaha tegar menerima semua kata-kata yang terus saja membuat hatinya sakit. Tapi hanya satu yang membuat Arini tak habis pikir, Ratna adalah ibunya sendiri dan yang telah melahirkan Arini kenapa dia tega mengatakan itu padanya.?.

"Ini benar-benar bermasalah kok, Bu. Arini tidak berbohong. " Ucap Arini meyakinkan.

Ratna mendekat mendorong Arini dan membuatnya mundur beberapa langkah dari tempat nya sekarang.

"Minggir,,!! begini saja nggak bisa, dasar nggak berguna. " Ucap Ratna.

Tangan Ratna mencoba menyalakan kompor nya dan entah kenapa dalam satu putaran saja api langsung menyala seakan nurut atau mungkin takut dengan Ratna.

"Tuh lihat! Orang kalau bodoh hanya menyalakan kompor saja nggak becus! Makanya, belajar yang benar!!. " Seru Ratna.

Arini tertunduk sedih, Arini memang sadar bahwa dia memang bodoh. "Maaf, Bu. Tapi kan memang Arini bodoh Bu. Arini kan nggak sekolah. " Ucap Arini tertunduk takut dan memberanikan diri untuk menjawab Ratna.

Dengan sengaja Ratna kembali mendorong Arini membuat nya mundur dan punggungnya terbentur tembok. "Cepat selesaikan sebelum kakak-kakakmu dan ayahmu pulang. " Seru Ratna dan langsung melaju pergi meninggalkan Arini.

"Aw!! " Arini hanya bisa mengadu sakit pada dirinya sendiri, tak ada yang perduli padanya di rumah itu apalagi kedua kakak nya dan Ayahnya, mereka sama sekali tak mau tau apapun yang terjadi pada Arini.

Di waktu yang bersamaan dengan Arini yang menahan tangis, kedua kakaknya pulang dan tentunya selalu dengan berteriak saat mereka masuk rumah, tapi bukan teriak karena mengucapkan salam sih, tapi seperti biasanya.

"Arini,,!! Ambilkan minum dingin dari kulkas." Teriak nya.

Arini berlari setelah mendengar teriakan itu, menuju kulkas dan segera mengambil apa yang di inginkan oleh kakak nya, lalu Arini berlari dengan cepat membawa dua botol minum untuk kedua kakak nya.

"Ini kak. " Ucap Arini sembari menyodorkan botol kepada kedua kakaknya.

"Dasar lelet. " Ketus Melisa dengan tangan yang merebut botol dari tangan Arini dengan kasar.

Arini terkengkit dia kaget saat Melisa merebut botol itu dari tangannya, meskipun itu sudah sering tapi tetap saja Arini terkejut.

Melisa putri, Melisa adalah kakak pertama dari Arini. Melisa memiliki wajah yang sangat cantik, kulit putih, tubuh ideal, dan juga berambut ikal.

Namun kecantikan Melisa tak terdapat di hatinya juga, dia sangat angkuh, suka marah-marah tak jelas pada Arini, dan yang paling parah dia gadis yang tamak akan harta.

"Iya, lelet sekali sih kamu. Seneng ya jadi kamu, di rumah hanya santai-santai kayak ratu. " Ucap Fara dengan sinis dan juga merebut satu botol yang masih tersisa dari tangan Arini.

Fara Shakira, Fara adalah kakak kedua Arini. Fara hampir mirip dengan Melisa, dia cantik, putih, tubuh ideal, rambut nya saja yang berbeda karena rambut Fara lurus dan juga sangat hitam pekat.

Sifatnya pun tak jauh-jauh beda seperti Melisa, mereka berdua sangat sama selalu menindas Arini tentunya. Dan Fara, dia sangat matre dia juga terkenal sebagai seorang playgirl yang sering bergonta-ganti pasangan dan selalu mengajaknya pulang.

"Ma- maaf, Kak. Arini sedang..... "

Ucapan Arini terhenti karena sudah di sela terlebih dahulu oleh Melisa.

"Alesan, bilang aja kalau kamu tidak mau mengambilkan minum untuk ku dan Fara! nggak usah banyak bicara. Aku sudah muak mendengar semua ocehan mu yang murahan." Melisa beranjak dan berjalan melewati depan Arini dan menyenggol tubuh Arini yang kecil dengan tubuh nya. "Minggir,, aku mau istirahat."

"Iya kak " Lirih Arini yang sudah berhasil mundur dua langkah dari tempat nya.

Arini menunduk dia terdiam tak berani mengatakan apapun pada kedua kakaknya dia pun juga tak berani membantah akan semua perintah nya.

"Arini, nih bersihkan sepatuku. Ingat, harus bersih karena besok harus ku pakai lagi. " Fara melepaskan sepatu nya yang kotor di depan Arini, memintanya untuk segera di bersihkan.

"Iya kak. " Jawab Arini.

Arini menunduk mengambil sepasang sepatu itu setelah Fara pergi dari hadapan Arini. Arini membawanya ke belakang dan menaruhnya di tempat cucian. "Nanti aja deh, yang penting sekarang aku selesaikan dulu menu makan malam yang terakhir. " Arini pun kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena kepulangan Melisa dan Fara.

___________

BERSAMBUNG....

03.Semua Wanita itu Sama

...*******"...

...__________...

Arya keluar dari clup malam setelah selesai dengan kebiasaan nya. Meskipun sudah menghabiskan minuman beberapa botol dengan kadar alkohol tinggi tapi Arya tetap tak pernah mengalami mabuk, dia sudah sangat terbiasa akan semua minuman haram itu.

Arya melajukan mobilnya untuk pulang, hari sudah sangat larut pasti dia akan mendapatkan omelan dari orang tuanya nanti.

Mobil melesat dengan cepat, membelah jalanan yang begitu sepi, dengan waktu lima belas menit saja Arya sudah berhasil memarkirkan mobil mewah nya di garasi rumah nya yang sangat luas.

Arya masuk rumah dengan diam, tak ada permisi apalagi salam. Rumah yang begitu mewah seperti istana dengan cat yang berwarna putih itu tak pernah terdengar kata-kata indah memuji Sang Tuhan nya.

Arya terus berjalan masuk, dia tak memperdulikan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah dengan menatapnya.

"Arya!!. " Teriak Luna, Mama nya Arya.

Arya tak bergeming , dia terus berjalan menuju tangga. Namun teriakan Luna lagi-lagi berseru dengan keras.

"Aryan,,!! kau anggap apa orang tuamu ini! kami menunggumu pulang dari tadi, dan setelah kamu pulang kamu sama sekali tak menyapa Mama dan Papa! apa ini caramu memperlakukan orang tuamu.?! " Seru Luna kesal.

Arya menghentikan langkah nya, dia menoleh ke arah Luna dengan malas, " Apa sih, Ma. Arya lelah, Arya mau istirahat. " Jawab Arya datar. Arya kembali berjalan dan lagi-lagi di hentikan oleh teriakan Luna.

"Arya! besok anak teman Mama mau datang, dia mau kenalan dengan mu. Mama harap dia adalah gadis yang terakhir yang Mama pilihkan untuk mu, Mama capek kamu terus menolak semua gadis yang Mama pilihkan. " Ucap Luna tegas.

"Ma. " jawab Arya dengan nada protes dan tentunya dengan malas.

"Tidak lagi, Arya. Mau tidak mau kamu harus tetap bertemu dengan nya. Kamu itu sudah tak lagi muda, Arya. Kamu harus memikirkan masa depanmu, kamu tidak bisa terus-menerus seperti ini "

"Terserah Mama, Arya tidak perduli. " Arya berlari menaiki tangga. Arya masuk ke kamar nya dan membanting pintu nya dengan sangat keras.

Brakkk...

Luna terjengkit kaget begitu juga dengan Wiguna Papa Arya, dia juga tak kalah terkejut nya. Sedari tadi dia terus diam tapi bukan berarti dia seorang yang pendiam dan nurut dengan anaknya dan takut pada istrinya. Namun, sekali saja Wiguna bicara maka dia akan sangat menakutkan bagi siapapun termasuk Arya dan juga Luna.

"Lihat lah anak Papa sekarang! bahkan dia sama sekali tidak menghargai kita sama sekali. Ayolah, Pa. Papa harus bertindak, kalau tidak anak kita akan menjadi perjaka tua. " Ucap Luna memohon.

"Besok, Ma. Papa pasti bertindak. " Jawab Wiguna.

"Besok kapan lagi, Pa. Papa selalu saja bilang besok besok terus. Apa papa nunggu kita tua dan tak bisa melakukan apapun baru Papa mau bertindak, iya!. "

"Bukan seperti itu, Ma. "

Luna beranjak dari duduknya dengan kesal,

"Terserah Papa lah, Mama capek ngomong sama Papa. " Luna melenggang pergi meninggalkan Wiguna yang terus menatap punggungnya.

"Ma!. " Panggil Wiguna tapi tak lagi di hiraukan oleh Luna." Dasar anak tak tau diri, selalu saja membuat orang tuanya pusing. " Gerutu Wiguna seorang diri.

___________

Arya menjatuhkan tubuhnya di kasur dia sangat lelah, mengurus perusahaan besar tidak lah mudah untuk nya. Meskipun kerjanya sangat baik tapi Arya hanyalah manusia biasa yang kapan saja bisa merasa lelah apalagi di tambah dengan desakan Luna untuk segera menikah, membuat nya semakin malas untuk pulang ke rumah utama.

"Seharusnya aku tidak usah pulang kalau ujung-ujungnya hanya untuk di ceramahin. " Gerutu Arya.

Tok tok tok...

"Arya, ini Eyang. Apa Eyang boleh masuk. "

"Masuk, Eyang.! " Jawab Arya dan kembali duduk dengan cepat.

Wati, Wati adalah Eyang yang paling mengerti untuk Arya, Wati adalah segala-galanya bagi Arya melebihi kedua orang tuanya sendiri, karena Wati lah yang selalu melimpahkan kasih sayang sedari kecil hingga sekarang.

Wati duduk di sebelah Arya menatap lekat cucunya yang begitu kacau karena desakan Luna yang tiada henti.

Tanpa meminta persetujuan, Arya langsung membaringkan tubuh nya dan menaruh kepalanya di pangkuan Wati. "Eyang, apakah Arya keterlaluan.? " Tanya Arya.

Seberapapun gelapnya dunia Arya, besarnya sifat angkuh dan arogannya Arya tapi semua itu akan hilang saat ada di hadapan Wati. Arya tak mau membuat Wati sedih dan kecewa kalau ternyata cucu kebanggaannya ternyata tak sebaik seperti yang di harapkan dan di lihat.

Tanpa Arya katakan pun Wati sudah tau akan kebiasaan Arya, bahkan dia juga tau kalau Arya selalu pergi ke tempat yang tak terpuji setiap malam. Wati hanya tau kalau Arya bersenang-senang dengan minuman haram tapi tak tau dengan kebiasaan Arya yang juga memuaskan dirinya dengan para wanita bayaran.

Pernah Wati menegurnya, dan menasehati Arya untuk tak kembali lagi ketempat yang tak baik itu. Memang Arya mengatakan 'Iya' saat itu, namun tetap saja hal itu dia ulangi lagi di belakang Wati.

"Apa Mama mu kembali mendesak mu?. " tanya Wati sembari membelai lembut rambut Arya.

"Hm." Jawab Arya singkat.

"Kenapa tidak kamu coba dulu, kamu bisa bertemu dengan gadis itu kamu jalani terlebih dahulu dan kamu putuskan setelah kamu melewati beberapa hari bersamanya. Kamu pasti akan mendapatkan jawaban apa dia baik untuk mu atau tidak " Ucap Wati.

"Tapi, Eyang? Semua wanita sama saja. Mereka hanya tergila-gila karena hartaku saja, tak ada yang tulus pada Arya. "

"Yakinlah, Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik untuk mu, untuk cucu eyang yang tampan ini. " Wati mencubit pipi Arya dengan gemas, membuat Arya langsung nyengir begitu saja.

"Eyang,, " Protes Arya.

Arya memeluk perut Wati menyembunyikan wajahnya di sana. Semua yang Wati katakan seperti angin lalu untuk Arya, dia tidak akan mudah percaya begitu saja. Penilaian yang ada di dalam otaknya untuk semua wanita sudah buruk, hal mustahil baginya akan ada wanita yang benar-benar tulus padanya.

"𝘌𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯, 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘮𝘶. 𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘬𝘪𝘳𝘪𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘤𝘶𝘤𝘶𝘬𝘶. " Doa Wati dalam hati.

Begitu nyaman nya Arya yang tidur di pangkuan Wati hingga dia benar-benar bisa terlelap. Wati terus membelai rambut Arya dengan sangat pelan hingga, " Arya, Arya.. " panggil Wati dengan begitu lirih namun tak ada jawaban dari Arya, dan ternyata Arya sudah tertidur dengan lelap.

Wati tersenyum bahagia bisa melihat Arya tidur dengan lelap di pangkuan nya. Pelan-pelan Wati mengangkat kepala Arya dan mengganti pahanya sendiri dengan bantal. Wati beranjak menyelimuti Arya dan tak lupa mengusap puncak kepalanya sebelum dia pergi keluar.

"Selamat malam, Arya. Tidur lah yang nyenyak, dan jemput hari barumu besok. Semoga Tuhan memberikan kebahagiaan padamu dan mengubah penilaian mu terhadap wanita. Tak semua wanita itu sama, pasti akan ada satu intan di balik kerikil-kerikil yang begitu banyak dan tak bermakna. " Lirih Wati.

Wati melangkah keluar dengan pelan menutup pintu kamar Arya dengan perlahan. Wati tersentak saat tiba-tiba Wiguna ada di belakang nya dan mau masuk ke kamar Arya.

Dengan tangan tuanya Wati pun menghalangi Wiguna yang mau menyerobot masuk begitu saja. "Apa yang mau kamu lakukan, Wi?." Tanya Wati.

"Aku harus bicara dengan Arya, Mom. Dia tak bisa seperti ini terus. Dia harus sesekali patuh pada orang tuanya bukan hanya egonya sendiri yang ia jadikan panutan nya. Sesekali dia harus di beri pelajaran, Mom." Ucap Wiguna dengan amarah.

Wati menggelengkan kepalanya, dia tak akan membiarkan Wiguna masuk dan mengganggu istirahatnya Arya.

"Tidak, Wi! kamu tidak boleh masuk. Biarkan Mom yang bicara dengan Arya besok. Mom yakin Arya mau melakukan apa yang aku mau. Untuk sekarang kamu dan Luna jangan terlalu mendesak dia terus, atau kalau tidak dia pasti akan pergi dan tak akan sudi pulang lagi kesini."

"Tapi, Mom?. "

"Sudah, sekarang kamu pergi dan istirahat ini sudah sangat larut. " Ujar Wati menegaskan.

Dengan malas Wiguna pun patuh pada Wati meskipun di hatinya menyimpan rasa kesal yang tak mampu dia ucapkan pada Wati.

____________

BERSAMBUNG......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!