NovelToon NovelToon

In Love

Awal Mula

Happy reading ❤️

Sore itu awan mendung menghiasi langit dan udara terasa dingin. Seorang wanita paruh baya menanti dan tunggu sahabatnya waktu ia duduk di bangku SMA dulu. Sudah setengah cangkir teh hangat yang ia habiskan di cafe ternama di kota Bogor itu.

"Kemana sih ?" decaknya kesal.

Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 4 lebih 27 menit. Sudah melewati 27 menit dari waktu yang ditentukan untuk bertemu.

Wanita bernama Dewi itu semakin mengeratkan kain pashmina yang menutupi tubuh bagian atasnya, berharap kain itu dapat memberikan kehangatan lebih padanya.

Seandainya satu Minggu yang lalu tak ada telepon masuk dari temannya yang telah lama tinggal di Belanda itu tentunya ia tak akan berada di cafe ini seorang diri.

"Sorry, aku telat karena jalanan macet banget." Wanita yang ia tunggu itu akhirnya datang juga. 20 tahun tak bertemu tapi sepertinya temannya itu menolak untuk tua karena ia masih terlihat cantik seperti terakhir mereka bertemu.

"Wi, sorry ya." ucapnya lagi penuh sesal seraya memeluk erat wanita yang telah lama menunggunya.

"Gak apa-apa, Vin. Kukira gak jadi datang soalnya aku hubungi gak bisa."

Dengan wajah terkejut, Vina segera membuka resleting tasnya dan merogoh benda pipih berwarna putih yang ternyata dalam keadaan mati daya.

"Sorry lagi... mikirin Alex anakku sampai aku gak sadar kalau ponselku kehabisan dayanya."

Dewi tersenyum penuh maklum dan mempersilahkan temannya itu untuk duduk dikursi yang berada di hadapannya.

Minggu lalu Vina yang merupakan ibu dari seorang Alexander Henry Salim atau yang biasa di panggil Alex menghubungi Dewi sahabatnya. Pada awalnya ia menghubungi hanya untuk sekedar bertukar kabar karena sejatinya mereka telah bersahabat smenjak kelas 1 SMA.

Namun ketika Dewi menceritakan jika anaknya yang bernama Nadia baru saja mengakhiri hubungan cintanya yang telah terjalin selama 7 tahun dengan lelaki yang bernama Bimo membuat Vina meminta sesuatu yang sebenarnya sulit untuk Dewi lakukan.

"Kumohon wi, pertemukan saja dulu. Jika memang keduanya tak mau ya gak apa-apa. Kamu tahu kan jika Alex anakku satu-satunya dan aku sangat mencintainya. Aku tak mau Alex tersesat dalam hidupnya, dan kamu pun tentu menyayanginya seperti aku yang menyayangi anak-anakmu."

Itulah yang diucapkan Vina Minggu lalu melalui telepon. Wanita itu mengungkapkan kata-kata itu berulang kali dengan penuh mohon. Tapi memang benar adanya, Vina sangat menyayangi anak-anaknya Dewi yang berjumlah 3 orang itu. Hampir setiap ulang tahun, Vina akan mengirimkan hadiah padahal selama ini ia tinggal di luar negeri.

Alexander atau yang biasa di panggil Alex sebenarnya sudah lama tinggal di Indonesia dan membuka usaha sendiri yang cukup sukses. Sedangkan ibunya tinggal dengan suaminya di Belanda dan seperti pemikiran orang luar pada umumnya. Jika anaknya telah menginjak dewasa maka ia boleh menentukan jalan hidupnya sendiri asal bisa mandiri. Tapi sebagai seorang ibu, Vina tak bisa seperti itu.

Alex dicampakkan oleh seorang gadis ketika mereka sama-sama menuntut ilmu di sebuah universitas ternama di negara Belanda.

Gadis itu berasal dari Indonesia dan merupakan siswi yang mendapatkan beasiswa secara penuh. Sedangkan Alex bisa memasuki universitas itu dengan sokongan dana dari keluarganya yang bisa dikatakan berada.

Hubungan itu berlangsung selama 4 tahun. Perempuan itu merupakan cinta pertama Alex, bahkan mereka pernah hidup bersama dalam satu atap di apartemen mewah yang Alex miliki. Namun pada akhirnya gadis yang bernama Lola itu mencampakkan Alex dengan alasan ingin fokus pada pendidikannya dan meraih kesuksesan. Ia merasa jika Alex tak akan memiliki masa depan yang cerah meskipun kedua orangtuanya kaya raya karena lelaki itu hanya senang bermain-main saja.

Hidup Alex sangat terpuruk sejak ia ditinggalkan. Ia melampiaskannya dengan menjadi seorang petualang wanita tanpa melibatkan perasaan karena hatinya telah mati rasa. Obsesinya saat ini adalah hidup sukses dengan usahanya sendiri dan akan merebut hati Lola kembali tapi ibunya tahu jika perempuan bernama Lola itu tak sebaik yang Alex kira hingga ia memutuskan untuk meminta tolong pada Dewi agar mempertemukan anak mereka dengan harapan keduanya bisa saling tertarik.

Sedangkan Nadia, ia dan Bimo sudah menjalin hubungan 7 tahun lamanya sejak duduk di bangku SMA. Alasan keduanya putus karena pada akhirnya Ia dan Bimo sadar jika mereka hanya bisa berteman saja. Sebenarnya Nadia dan Bimo berada dalam satu lingkaran pertemanan dengan 4 temannya yang lain.

Nadia yang waktu itu masih duduk di bangku SMA pernah dicampakkan oleh seorang lelaki yang lebih memilih gadis lain yang lebih populer. Untuk membalas lelaki itu Bimo yang memang memiliki wajah tampan khas indo belasteran maju untuk memanas-manasi. Ia mengaku sebagai kekasih Nadia padahal sebenarnya mereka hanya bersahabat saja.

Larut dalam sandiwara, akhirnya mereka sepakat untuk berpacaran. Namun setelah 7 tahun bersama, keduanya sadar jika dalam hubungan mereka tak ada percikan api gair*h seperti halnya pasangan dewasa. Karena selama berpacaran pun mereka selalu pergi berenam dengan temannya yang lain. Jarang sekali menghabiskan waktu berdua saja. Dengan kata lain Nadia dan Bimo berpisah secara baik-baik.

Dan kini kedua orangtua mereka berencana untuk mempertemukan Nadia dan Alex dengan harapan keduanya bisa saling tertarik. Vina berharap jika Nadia bisa menjadi 'obat' bagi seorang Alex. Walaupun sebenarnya sebagai ibu, Dewi masih setengah hati memperkenalkan anaknya pada seorang playboy seperti Alex.

Nadia adalah gadis polos yang mempunyai karir cukup gemilang. Dengan berbekal ijazah strata satu teknik sipil dari universitas negeri ternama di Jakarta, kini ia bekerja menjadi seorang konsultan kontruksi di sebuah perusahaan besar.

Sedangkan Alex, ia sukses membuka usaha di bidang properti. Dengan uang yang berlimpah ruah ia bisa mendapatkan wanita seperti apapun yang ia mau. Tapi obsesinya pada Lola tak pernah surut. Alex yakin suatu hari nanti mantan kekasihnya itu akan bertekuk lutut di hadapannya.

"Sepertinya anak kita saling bertolak belakang. Nadia bukan gadis yang pandai berdandan seperti yang Alex sukai." ucap Dewi masih berusaha menolak usulan sahabatnya itu.

"Gak ada salahnya kan kita coba dulu. Tak usah terlalu terlihat seperti perjodohan, bagaimana jika kita pertemukan mereka dalam jamuan makan malam keluarga saja. Seolah-olah kamu mengundangku makan malam karena telah lama tak bertemu." Vina mengucapkannya penuh mohon dan akhirnya Dewi menyetujuinya walaupun dengan berat hati.

"Tapi jika kedua anak kita tak mau, tak apa-apa ya ?" tanya Dewi lagi dan Vina mengangguk setuju.

***

"Nad, jangan lupa nanti malam bantu ibu siapkan makan malam. Tante Vina mau datang, sudah puluhan tahun ibu gak ketemu sama dia. Terakhir ketemu waktu kamu masih berusia 3 tahun. Dia memberikanmu boneka beruang sebelum pergi ke Belanda. Ahhh... kamu pasti tak ingat."

"Iya Bu, Nadia tak ingat." jawan Nadia sembari tertawa.

"Gak apa-apa, nanti juga ketemu. Pokoknya nanti malam bantu ibu ya. Kamu jangan pulang terlalu sore. Lagian hari Sabtu gini kok masuk kerja ?"

"Iya bu, aku harus bikin proposal pengajuan kerja sama untuk diajukan pada klien." Nadia beralasan.

"Ya baiklah, semoga semuanya lancar. Tapi jangan lupa pesan ibu ya."

"Iya bu... aku pergi ya." Nadia meraih punggung tangan ibunya itu dan kemudian menciumnya sebelum ia pergi.

***

Suara ketukan di pintu apartemen membuat Alex harus berdiri dan membukanya. Tepat seperti dugaannya, sang Mama berdiri di hadapannya ketika pintu itu terbuka.

"Apa-apaan ini, Alex ? kita mau menghadiri makan malam bukan acara pemakaman." protes mamanya ketika melihat Alex mengenakan kemeja berwarna hitam yang bagian tangannya ia gulung sebatas lengan dan dipadukan dengan celana chino berwarna senada.

Alex tak menanggapi apa yang ibunya ucapkan, ia sengaja tak mau terlihat menarik karena sebenarnya Alex tahu jika ini adalah sebuah usaha mamanya untuk mengenalkan dia pada seorang perempuan.

Alex juga tahu siapa perempuan yang akan dikenalkan mamanya. Bukannya under estimate tapi perempuan dari jurusan teknik bukanlah tipenya. Jadi ia tak usah susah-susah mencari perhatian perempuan yang akan ditemuinya nanti.

"Tak ada waktu lagi untuk ganti baju, kita bisa terlambat sampai Bogor. Akhir pekan seperti ini pasti macet dan ayahmu juga sudah menunggu di bawah." ucap mamanya masih dengan nada suaranya yang terdengar kesal.

Alex hanya tertawa ringan tanpa menyahuti omelan sang Mama.

***

Pukul setengah 8 malam Alex dan kedua orangtuanya tiba di rumah Nadia yang terlihat sederhana. Seorang gadis belia membukakan pintu dan Alex tercengang melihatnya.

"Tenang saja, bukan dia." ucap mamanya seolah bisa menebak apa yang Alex pikirkan.

"Ya ampun kenapa repot bawa oleh-oleh segala," ucap ibunya Nadia ketika ia menerima banyak sekali buah tangan yang dibawa keluarga Alex.

Setelah berbasa-basi mereka pun duduk bersama di ruang keluarga sebelum menikmati makan malam yang telah ibu Nadia sediakan.

Cukup lama mereka saling berbicara namun kehadiran Nadia tak terdeteksi juga, Alex tertawa bahagia dalam hati karena ia yakin Nadia tak mau dengan perjodohan ini seperti halnya dirinya.

Tapi sepertinya kali ini pemikiran Alex salah karena sebuah ketukan di pintu memunculkan perempuan yang selama ini dinanti kehadirannya.

"Maaf aku baru datang karena jalanan sangat macet." ucap Nadia yang baru saja memasuki ruang tamu.

Dari sekian orang yang hadir disana mata Nadia langsung tertuju pada Alex yang kini tengah menatapnya dengan pandangan mata yang sulit untuk diartikan.

Cukup lama pandangan mata mereka saling bertemu dan terkunci hingga Alex memalingkan wajahnya untuk lebih dulu mengakhirinya.

To be continued ❤️

makasih yang udah baca....

Sebenarnya ide novel ini ada di kepala aku lebih awal dari novel yang Terikat Dusta. Tapi malah menjadi novel ke 4 yang aku tulis.

Mohon maaf jika awalannya kurang greget 🙏🙏

Pasrah

Happy reading ❤️

Cukup lama pandangan mata mereka saling bertemu dan terkunci hingga Alex memalingkan wajahnya untuk lebih dulu mengakhirinya.

"Daamn, kenapa sih harus datang segala ?" Alex memaki dalam hati. Meskipun ia harus mengakui jika Nadia tak seburuk yang ia pikirkan.

Penampilannya sederhana, dengan skinny jeans dan kemeja slim fit yang sempurna membungkus tubuhnya yang ramping. Kulitnya bersih walaupun tak putih dan wajahnya pun tanpa polesan berlebih.

"Not bad, not bad at all," gumam Alex sembari mencebikkan bibir dan terdengar mamanya.

"Kenapa ?" tanya sang Mama ketika ia mendengar gumaman anaknya.

"No, Ma. gak pa-pa." jawab Alex sembari menggelengkan kepala dan tanpa sadar perempuan yang sempat masuk dalam pikirannya kini berdiri di hadapannya untuk bersalaman.

Alex mendongakkan kepala dan menatap wajah Nadia yang sedang mengulurkan tangannya, mau tak mau ia pun menyambut uluran tangan itu dengan senyum canggung di bibirnya.

"Nadia," ucapnya pelan.

"Alex," jawab Alex dan segera menjabat tangan Nadia

'Lembut' itulah yang ada dalam pikiran Alex ketika ia menyentuh tangan Nadia meskipun hanya secepat kilat. Nadia segera menarik kembali tangannya setelah ia bersalaman.

Setelah menyalami para tamu, Nadia undur diri. Ia berpamitan untuk segera berganti baju. Bisa Alex lihat dengan jelas jika perempuan yang baru saja berkenalan dengannya mencuri pandang pada dirinya meski hanya sekilas.

Alex mencebikkan bibir dan berpikir dalam benaknya, "Tentu ia akan tertarik padamu." kata Alex dalam hatinya. Ia sadar dengan paras wajahnya yang tampan, perempuan mana yang bisa menolak pesonanya.

***

Nadia melangkah gontai menuju kamarnya yang berada tak jauh dari area dapur. Dalam hatinya ia merasakan sesuatu yang tak beres. Kedatangan teman ibunya membawa anak lelaki mereka cukup mencurigakan. Tapi tak mungkin ibunya berniat menjodohkannya bukan ?

Ia dan Bimo baru saja berpisah. Walaupun ia berpisah karena merasa tak mencintai Bimo secara emosional. Tapi diperkenalkan dengan lelaki lain dalam waktu secepat ini, rasanya ia tak siap. Nadia terus memikirkan itu sembari membersihkan diri dan berganti baju.

"Bu, apa yang bisa aku bantu ? Maaf terlambat karena pekerjaannya lebih banyak dari yang aku kira." ucap Nadia. Saat ini ia dan ibunya tengah membereskan meja makan dan menata berbagai macam hidangan yang telah di masak oleh ibunya.

"Gak pa-pa, ayo bantu ibu siapkan ini saja." ibunya memberikan beberapa piring berisi makanan dan Nadia menatanya di atas meja.

"Mmm... Bu, tak ada maksud apa-apa kan di balik makan malam bersama ini ?" Tanya Nadia sedikit curiga.

"Maksud apa ?" ibunya balik bertanya.

"Bu, Aku....,"

"Kenalan saja dulu, Alex baik kok. Ganteng juga kan?" potong sang ibu.

"Cckkk kalau sekedar baik dan ganteng Bimo juga begitu. Tak hanya Alex, Bimo juga blasteran tapi aku biasa aja tuh." Nadia berdecak kesal ketika ia tahu maksud dari pertemuan ini.

Setelah selesai menata meja, Alex dan kedua orangtuanya pun memasuki ruang makan sederhana milik keluarga Nadia.

"Woow, dari dulu kamu emang jago masak." puji Mama Alex pada temannya itu.

Nadia yang tahu maksud dari pertemuan ini menjadi sedikit menjaga jarak tapi sayangnya semua tak berjalan sesuai keinginannya. Entah siapa yang mengatur tapi kini ia duduk berhadapan dengan Alex.

Nadia menekuk wajahnya karena kesal dan Alex tersenyum miring melihatnya.

"Nad, Sendokin Alex lauknya." Mau tak mau Nadia pun melakukannya meskipun wajahnya tak menunjukkan rasa senang.

"Nad, coba kasih Alex kerupuk." Lagi-lagi Nadia melakukannya.

"Nad...."

"Nad..."

"Nad...,"

Banyak lagi perintah dari ibunya sendiri ataupun mamanya Alex yang meminta Nadia untuk melayani Alex. Semakin Nadia terlihat kesal semakin Alex mengulum senyum, mentertawakan kekesalan Nadia dalam hatinya.

Bagi Nadia makan malam itu terasa begitu lama dan menyiksa. Ia melirik ibunya dan bertanya-tanya dalam hati kenapa sang ibu begitu tega melakukan itu padanya.

Apa ibunya tak mengerti jika ia baru saja berpisah dari sebuah hubungan cinta dan saat ini sedang menata hatinya sendiri. Nadia tak mau seperti waktu lalu menghabiskan 7 tahun dengan lelaki yang sebenarnya tak ia cintai. Ia menyayangi Bimo hanya sebagai teman atau mungkin bagai kakak sendiri.

"Sabar, Kak." bisik adiknya Nayla yang masih duduk di bangku SMA.

Rupanya adiknya pun sadar dengan perjodohan ini. Alex memang tampan tapi dari cara berpakaian dan juga raut wajahnya bisa Nadia pastikan jika lelaki itu adalah seorang lelaki metroseksual.

Lelaki dengan pendapatan berlebih dan tinggal di pusat kota, selalu mengikuti fashion dan memiliki lingkaran pergaulan kelas atas. Jelas sekali Alex bukan tipe lelaki idamannya. Kehidupan Alex sangat terbalik dengan Nadia yang sederhana dan bekerja keras untuk bisa membantu keuangan keluarganya.

Nadia berasal dari keluarga tingkat menengah. Ayahnya pensiunan pegawai negeri sipil dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Adik lelakinya duduk di bangku kuliah dan adiknya yang paling kecil masih duduk di bangku SMA. Sebisa mungkin Nadia selalu membantu kebutuhan ekonomi keluarganya.

Ayahnya terpaksa pensiun lebih awal karena penyakit jantung yang di deritanya. Bahkan 2 tahun lalu sang ayah telah melakukan operasi pemasangan cincin di jantungnya dengan biaya yang cukup besar.

Makan malam telah usai, Nadia di bantu adiknya membereskan meja makan sedangkan para tamu kembali ke ruang tamu di depan sana.

Nadia berdecak kesal ketika ia ingat bagaimana Alex terus tersenyum mengejek padanya. "Hiiihhhh sebel," maki Nadia.

"Udah sih jangan dipikirin, kalau Kakak gak mau tinggal bilang sama Ibu." Ucap Nayla yang kini menemaninya mencuci piring.

"Ya, kakak mau bilang. tunggu ya." Nadia mengelap tangannya agar kering dan segera bergegas menuju ibunya yang tadi ia lihat pergi keluar rumah tak tahu untuk apa.

Nadia menghentikan langkahnya ketika ia mendengar ibunya tengah berbicara dengan seseorang yang Nadia yakini sebagai mamanya Alex.

"Syukurlah suami kamu sehat kembali, Wi."

"Ya, aku sangat bersyukur. Jika dia tak melakukan operasi itu mungkin saat ini ayah anak-anak sudah tak bisa bersama kami lagi. Tak terbayangkan hidup kami tanpanya. Terimakasih ya Vin, tanpa bantuanmu mungkin suamiku tak terselamatkan." jawab ibunya Nadia dan itu membuat Nadia yang sedang mencuri dengar terkesiap.

"Maaf aku belum bisa ganti uangmu, 300 juta bukan uang yang sedikit bagi kami." lanjutnya lagi dan kali ini Nadia menutup mulutnya dengan kedua tangan karena tak percaya.

"Aku datang bukan untuk menagih, dan mengenai itu seorangpun tak ada yang tahu karena aku menggunakan uang pribadiku. Kamu jangan khawatir. Aku senang suamimu sehat kembali, itu saja."

Nadia yang mendengar itu menundukkan kepalanya dan tak terasa air matanya mengalir membasahi pipi. Ia tak menyangka jika mamanya Alex yang telah membantu untuk menyelamatkan ayahnya waktu itu.

Akhirnya ia pun mengurungkan niatnya untuk berbicara pada sang ibu, masih dengan mengusap pipinya yang basah Nadia berjalan kembali ke arah dapur dan duduk di sana sendiri dengan kepala tertunduk memikirkan apa yang baru saja ia dengar.

Tak ia sangka Alex memasuki dapur dengan sebuah gelas kosong di tangannya.

"Nadia kan ? gue boleh minta air putih tambah es batu gak ?"

Pertanyaan Alex membuat Nadia mengangkat wajahnya dan menatap lelaki itu. Dapat Alex lihat dengan jelas wajah sendu perempuan di hadapannya hingga ia merasa tertarik untuk mengerjainya.

Tanpa banyak bicara Nadia mengambil gelas yang Alex sodorkan dan segera mengisinya sesuai dengan yang Alex inginkan.

"batu es nya kurang," ucap Alex seraya menyodorkan kembali gelas itu.

Nadia kembali menuruti apa yang Alex inginkan, dan itu terjadi beberapa kali. Alex terheran melihat Nadia yang begitu penurut.

Tak cukup sampai di situ, Alex semakin penasaran se-penurut apa sebenarnya perempuan bernama Nadia itu.

Alex pun mendudukkan tubuhnya tepat si hadapan Nadia dan menatap dalam matanya.

"Lo pasti tahu kan tujuan pertemuan keluarga kita ?" tanya Alex dan Nadia menganggukan kepala.

"Mereka pengen jodohin gue sama lo, tepatnya nyokap ( mama ) gue yang pengen banget jodohin gue sama lo." lanjut Alex lagi dan Nadia masih diam mendengarkan.

"Menurut lo gimana ?" Tanya Alex seraya menenggak minumannya.

Cukup lama Nadia berdiam diri dan hanya memandang wajah Alex dengan tatapan mata kosong.

"Jika itu yang ayah ibuku inginkan maka akan aku turuti," jawab Nadia pasrah. Mengingat bagaimana berjasanya mama Alex dalam menolong nyawa ayahnya.

"Lo gak kenal gue, Lo gak takut kalau ternyata gue punya banyak cewek ? Apa lo gak curiga kenapa nyokap gue mau jodohin gue sama lo ? Padahal gue gampang banget buat dapatin cewek yang modelnya kaya gimana juga." tanya Alex beruntun dengan nada suara yang begitu arogan.

"Asal kamu gak punya penyakit menular gak pa-pa,"

'Ppffftttt,' Alex menyemburkan air yang ia minum. Dirinya tak menyangka dengan jawaban yang Nadia berikan.

"Kalau gue juga setuju dengan perjodohan ini dan pengen nikahin lo secepatnya gimana ?" Tanya Alex dengan senyumanya yang penuh ledekan. Ia masih berusaha menggoda Nadia.

Nadia menghela nafasnya yang terasa berat, dan Alex tersenyum puas karena akhirnya bisa mengalahkan Nadia. Perempuan itu pasti akan menolaknya, karena tak mungkin Nadia menerima pinangan dari lelaki yang baru ia kenal.

"Ayo kita nikah, Alex." jawab Nadia pasrah.

to be continued ❤️

thanks for reading 😘

Kebaikan Alex Yang Mempesona

Happy reading ❤️

Nadia menghela nafasnya yang terasa berat, dan Alex tersenyum puas karena akhirnya bisa mengalahkan Nadia. Perempuan itu pasti akan menolaknya, karena tak mungkin Nadia menerima pinangan dari lelaki yang baru ia kenal.

"Ayo kita nikah, Alex." jawab Nadia pasrah.

"Lo serius ?" Tanya Alex dengan tersenyum miring penuh ledekan.

Nadia menganggukan kepala, seraya menatap sendu mata lelaki yang duduk dihadapannya.

" Lo yakin ?" tanya Alex memastikan, dan Nadia kembali menganggukkan kepalanya tanpa bersuara.

"Baiklah dan ingat ini Lo yang minta, bukan gue." ucap Alex lagi, kali ini senyum seringai menghiasi wajahnya.

Nadia menelan salivanya sendiri, tiba-tiba saja mata mata Alex mengisyaratkan tatapan predator yang melihat mangsanya

"Lo gak bisa tarik ucapan lo lagi. Lo gak bisa mundur, Nadia." Kata Alex seraya mengangkat gelas yang berisikan air dan batu es itu kemudian ia menyesapnya perlahan. Menikmati wajah ketakutan di hadapannya.

Tangan Nadia mendadak dingin, kakinya gemetar. Alex terlihat berbeda dari yang tadi ia lihat. "Ya Tuhan," gumam Nadia pelan.

"Tapi ini setimpal dengan nyawa ayah yang terselamatkan," batin Nadia dalam hatinya.

"Lo gak tau bermain-main dengan siapa," kata Alex dalam hatinya. Tak sekalipun ia melepaskan Nadia dari tatapan matanya.

"Oh kalian disini, syukurlah jika kalian bisa berkenalan dengan lebih dekat lagi." ucap mama Alex dengan wajahnya yang sumringah.

"Hu'um, malah besok kita mau nonton film bareng. Ya kan, Nad ?"

"Eh, itu... anu."

"Kamu udah setuju tadi." Kata Alex lagi sembari mengangkat alis dan memperhatikan Nadia yang semakin terlihat tak berdaya dan ia pun tersenyum miring karena rasa puas yang menyelimuti dirinya.

"Eh iya, kita mau pergi nonton bareng." jawab Nadia seraya kembali menelan salivanya.

"Woooooowww bagus, pulangnya ke rumah mama ya kita makan malam bersama." Mama Alex begitu antusias dan senyumnya begitu lebar karena merasa senang dengan perjodohan yang menurutnya ini lancar.

"Besok siang, aku ke sini jemput kamu." ucap Alex. dengan lembutnya, sangat berbeda dari cara dia berbicara sebelumnya.

"hah ?" Nadia masih limbung, merasa tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Kasian kalau kamu pergi sendiri ke Jakarta. Bilang aja sama ibumu kalau kamu mau nonton sama Alex terus malamnya pulang ke rumah mama Vina, ya ?" Kata mama Alex mencoba membujuk calon menantunya itu.

"Aku.. ibu..," Ucap Nadia takut-takut.

"Biar aku yang bujuk ibumu, lagian Alex gak akan ikut nginap sama kamu. Dia akan pulang ke apartemennya." Mama Alex terus membujuk.

"Tentu, aku akan pulang ke apartemen. Kamu jangan khawatir." Alex masih bersikap manis di hadapan ibunya itu.

"Aku...,"

"Tenanglah, ibumu pasti memberikan izin jika mama Vina yang bicara. Tunggu ya." Dengan penuh semangat mama Alex segera pergi untuk menemui ibunya Nadia dan memohon agar anak gadisnya diberikan izin untuk makan malam di rumahnya.

Alex meletakkan gelasnya yang hanya menyisakan bongkahan batu es itu di atas meja, dan ia pun berdiri untuk mendekati Nadia yang duduk di hadapannya . "Besok siang Lo harus udah siap pas gue jemput. Gue gak suka cewek manja dan bikin gue nunggu. Ngerti ?" Tanya Alex seraya mengapit pipi Nadia dengan tangannya.

Mata mereka bertemu, dapat Nadia lihat mata hitam Alex yang berkilat membuat ia menganggukkan kepalanya patuh.

"Good girl," ucap Alex lirih.

" Nadia, ayah ibumu sudah memberikan izin pada kalian untuk pergi bersama. Dan ternyata kamu punya tempat kos di Jakarta ya ? Eh Alex, apa yang kamu lakukan ?" tanya Mama Alex yang terheran melihat anak lelakinya itu tengah berdiri begitu dekat dengan Nadia. Posisi Alex yang berdiri membelakangi membuatnya tak terllihat sedang melakukan apa yang sebenarnya pada Nadia.

Begitu juga ibu Nadia yang terheran melihat anaknya bisa sedekat itu dengan lelaki yang baru ia temui lagi setelah 20 tahun berpisah.

"Aku hanya berpamitan pada Nadia, bukankah begitu ?" tanya Alex seraya menghempaskan pipi Nadia dengan kasar dan membalikkan badannya. Ia tersenyum pada mama dan ibunya Nadia yang juga berada disana.

Wajah lega terlihat dari keduanya, tapi tidak dengan Nadia. Ia masih merasa gemetar karena rasa takut yang belum hilang. Tapi demi menjaga hati ibunya, Nadia memaksakan diri untuk tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

***

Malam menjelang tidur Nadia tak bisa menutup mata, ia masih ingat kejadian tadi dengan lelaki bernama Alex itu. Lelaki yang besok akan ia temui kembali.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Lirih Nadia. Ia merasa takut juga bingung karena Alex tak seperti lelaki lain yang Nadia kenal.

Selama ini ia hanya dekat dengan Bimo dan 2 teman lelakinya yang lain. Yang semuanya selalu bersikap baik layaknya sahabat bahkan lebih dari itu, Nadia menganggap ke tiga lelaki sahabatnya itu bagai saudara.

Bahkan ia dan 5 temannya itu memiliki grup dalam aplikasi pesannya. Mereka berteman semenjak tingkat SMP. Nadia dan Meta bekerja dalam satu kantor yang sama, Alina bekerja di Singapura. Bimo yang merupakan sarjana arsitektur bekerja di Jakarta, Adrian di Surabaya dan Diki yang merupakan suami dari Meta bekerja di Bandung. Ke 6nya adalah sahabat dekat. Meskipun pada akhirnya Nadia dan Bimo berpisah tapi persahabatan mereka tak pernah pecah.

Untuk menghilangkan rasa cemasnya saat ini Nadia tengah menuliskan chat di grup bersama ke 5 sahabatnya itu.

Bunyi notifikasi pesan kembali berbunyi dan nama grup 'Gak Jelas' tertera di layar pop up nya.

Adrian : Malam minggu bangk* gue cuma nongki ma temen kantor, seandainya lu pada ada disini :(

Meta : masih mending temen kantor lah gue, dari jaman sekolah sampai sekarang jadi temen tidur dia lagi, dia lagi.

Diki : ( menjawab teks Meta, istrinya ) Tapi gak pernah bosen kan, Yank ?

Alina : ( menjawab teks Meta ) 🤣🤣🤣🤣🤣

Bimo : Gue baru nyampe apartemen, cape banget abis maen basket ma anak kantor juga.

Nadia membaca chat temanya sembari tersenyum, membayangkan wajah mereka. Ingin Nadia bercerita tentang apa yang baru saja terjadi malam ini tapi ia takut terlalu cepat menyimpulkan.

Bimo : Si Adin ( panggilan sayang dari temannya untuk Nadia ) jadi makan malam ma temen ibunya gak ya ?

Alina : jangan-jangan Adin mau dijodohin 😱

Meta : Gak mungkinlah, emaknya bukan model begitu.

Adrian : Adin, oi ?

Nadia : jadi, ini baru selesai.

Alina : dijodohin gak ?

Nadia baru saja akan mengetikkan kata balasan ketika nomor tak dikenal mengirimkan pesan singkat padanya.

+628128013xxxx : Besok jam 11an gue jemput lo, sampai ketemu besok calon istriku.

Nadia membaca pesan itu pelan, seraya menelan saliva. Terbayang wajah Alex dengan mata hitam berkilat yang memandangnya penuh intimidasi.

Segera ia menutup aplikasi pesan tersebut tanpa terlebih dulu membalas pesan Alex ataupun teman-temannya. Nadia mematikan daya ponselnya dan segera merebahkan tubuhnya untuk tidur walaupun matanya sangat sulit untuk terpejam.

***

"Nad, Alex udah datang." ucap ayahnya dan itu membuat dada Nadia berdegup dengan kencang. wajahnya memucat ketika ia mendengar suara Alex yang kini tengah menyalami ibunya.

Dapat Nadia lihat dengan jelas bagaimana Alex dengan ramah mencium punggung tangan ibu juga ayahnya. Tak hanya itu, Alex juga membawakan berbagai macam makanan untuk kedua adik Nadia.

"Kamu udah siap ? Pergi sekarang yuk ? takut telat nontonnya." ajak Alex dengan lembutnya.

"Nak Alex apa gak capek bolak-balik Jakarta-Bogor ? apa gak sebaiknya nonton di sini saja ?" tanya ibu Nadia cemas."

"Enggak kok, Bu. Lagian Mama udah nunggu Nadia di Jakarta." jawab Alex dengan senyuman di wajahnya.

"Oh baiklah kalau begitu." ucap ibu Nadia yang merasa lega.

Nadia dan Alex pun berpamitan. Seperti sebelumnya, Alex kembali mencium tangan kedua orang tua Nadia. Membuat ayah dan ibunya merasa terpesona dengan kebaikan Alex yang luar biasa.

Sedangkan Nadia hanya bisa terdiam seribu bahasa melihat sandiwara lelaki itu.

***

Sepanjang perjalanan Nadia menyibukkan diri dengan menuliskan banyak pesan di grup bersama sahabatnya yang lain, sedangkan Alex fokus pada jalanan. Tak ada sepatah kata apapun yang mereka ucapkan hingga mereka tiba di kota Jakarta setelah 2 jam perjalanan.

Alex membelokkan mobilnya memasuki kawasan apartemen mewah miliknya. Nadia yang tersadar segera mengangkat wajahnya dan menatap Alex penuh tanda tanya.

"Lo gak pikir kita mau nonton film beneran kan ?" Tanya Alex seraya tertawa.

To be continued ❤️

Thanks for reading 😘❤️

Vote bagi yang ikhlas yaa

Tons of love for you guys ❤️❤️❤️❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!