Di suatu istana megah hiduplah seorang putri yang berparas cantik. Dimana pesona kecantikan sang putri tak hanya tersohor di istana Samudera Dewata tetapi juga terkenal sampai ke wilayah lain.
Alkisah Putri Zoya telah di tunangkan sejak kecil oleh ayahnya dengan seorang pangeran dari istana Bukit Selatan, Pangeran Biantara yang merupakan putra dari raja Ismaya.
Sang putri tidak mengetahui jika dirinya bertunangan dengan pangeran Biantara menjalin kasih dengan seorang pemuda bernama Diaz tanpa sepengetahuan orang tuanya. Seorang lelaki misterius dengan paras rupawan yang juga mampu memikat setiap wanita yang di temuinya.
Malam itu mereka bertemu secara rahasia di suatu tempat.
“Aku ingin mengajak mu ke istana dan memperkenalkan dirimu dengan Ayah-ibu ku.”ucap seorang wanita yang tak lain adalah Putri Zoya sambil bersandar di bahu lelaki itu.
“Kenapa harus terburu-buru, sayang ? Apa kau yakin nanti orang tua mu akan menyetujui hubungan kita ?” jawab lelaki itu yang tak lain adalah Diaz sambil membelai rambut kekasihnya itu menatap sinar bulan di langit.
“Pasti mereka akan setuju Diaz, apalagi sekarang aku...” memegang perutnya sambil tersenyum. Diaz yang mengerti maksud dari kekasihnya itu terlihat terkejut dan ikut tersenyum memegang perut kekasihnya.
“Kau benar-benar hamil, sayang ?Aku benar-benar tak menyangka hal itu. Kau akan memberiku keturunan. Aku bahagia sekali. Aku akan jadi ayah... !!” ucapnya sambil berteriak sambil mengelus perut kekasihnya itu dan mendaratkan kecupan di bibir merahnya.
“Bagaimana jika kita bertemu dengan orang tuaku malam ini ? Menurutku lebih cepat lebih baik,sayang... kau tahu perut ini akan segera membesar beberapa bulan lagi...” ucapnya merajut sambil bermanja-manja dalam belaiannya.
“Bukannya aku menolak sayang, tapi kau tahu hari ini tanggal 15 dan bulan purnama. Bagaimana jika mereka tahu jati diriku yang berbeda dengan mu ?” ucap lelaki itu yang terlihat khawatir dan mulai gelisah. Diaz menatap bulan yang berwarna merah saat itu dan matanya berubah menjadi merah.
Putri Zoya tak peduli dengan perubahan kekasihnya itu. Dia memegang tangan lelaki itu yang mulai terasa dingin dan kulitnya pucat. Baginya dia sudah terbiasa dengan perubahan wujud kekasihnya itu dan dia tak mempermasalahkan jika mereka berbeda.
“Tak akan ada yang mengetahui siapa kau sebenarnya, sayang...” bersi keras mengajak kekasihnya bertemu dengan orang tuanya malam itu juga. Entah kenapa feelingnya kuat bahwa orang tuanya harus mengetahui hubungan mereka saat itu juga. Gadis itu terus merajut dan merayu kekasihnya itu. Beberapa saat kemudian mata lelaki itu kembali berwarna coklat. Diaz diam sejenak untuk berpikir dan mempertimbangkan permintaan kekasihnya itu.
“Ayolah sayang...” ucap manja Putri Zoya sambil membelai wajah kekasihnya itu dan duduk di pangkuannya. Diaz yang tak pernah bisa menolak apa pun permintaan kekasihnya itu mengangguk pelan.
“Kalau begitu tunggu apa lagi, sayang. Ayo kita berangkat.” Putri Zoya turun dari pangkuan kekasihnya lalu Diaz ikut berdiri dan memeluk gadis itu.
“Ayo...” Dalam sekejap mereka terbang di udara dan meninggalkan taman itu. Beberapa saat kemudian Diaz turun agak jauh dari istana. Mereka kemudian berjalan menuju ke istana Samudera Dewata.
Mereka masuk ke altar ke istana dan menghadap orang tua Putri Zoya.
“Ayah... ada yang ingin ku sampaikan pada Ayah.” ucap Putri Zoya sambil bergandengan tangan dengan kekasihnya.
“Salam Raja Agastya... aku adalah Pangeran Diaz dari istana bulan dingin.” ucapnya membungkuk memberi salam penghormatan.
Raja Agastya yang melihat putrinya memegang tangan lelaki itu punya firasat yang buruk setelah melihat kedatangan mereka.
“Istana bulan dingin... ?Lalu ada perlu apa datang kemari ? Karena selama ini istana samudera dewata sama sekali tak pernah menjalin kerjasama...” ucap ayah putri Zoya itu. Lelaki tua itu menatap lelaki di samping putrinya dengan tatapan menyelidik.
Diaz menoleh pada putri Zoya dengan wajah gelisah. Sang putri yang mengetahui kegundahan pujaan hatinya itu mempererat genggaman tangannya. Kali ini tekadnya bulat untuk menyampaikan hubungan asmaranya dengan pangeran dari istana bulan dingin itu. Apapun jawabannya ia akan menerima keputusan itu.
“Ayah... maafkan putri mu ini. Sebenarnya selama ini aku telah menjalin hubungan kasih dengan pangeran Diaz. Dan aku saat ini minta restu dari ayahanda.” ucapnya mantab tanpa keraguan sedikitpun.
“Apa... !!” jawab Raja Agastya yang kaget bagai di sambar petir di siang bolong mendengar pernyataan dari putrinya yang akan dia tunangkan besok dengan pangeran Biantara. Nafasnya menjadi berat dan seketika dadanya sesak.
“Brak....” suara Raja Agastya menggebrak meja karena geram dengan tingkah putrinya itu. Kedua insan itu pun saling menatap dan bersiap menerima putusan pahit dari sang raja. Raja Agastya bangkit dari kursi singgasananya dengan amarah yang siap meledak.
“Zoya... ! Siapa memberi mu izin menjalin suatu hubungan tanpa restu dari ayah ?!”
“Maksud ayah... ayah tidak merestui hubungan kami ?” Diaz tetap memegang tangan kekasihnya itu sebagai bukti kebersamaan mereka apapun yang terjadi.
“Aku sudah mempunyai calon sendiri untuk mu. Kau akan bertunangan dengan pangeran Biantara dari istana bukit selatan. Jadi mulai dari sekarang jangan pernah bermimpi menjalin suatu hubungan dengan pangeran manapun !” ucap Raja Agastya tegas dan lantang yang juga membuat putri Zoya dan Pangeran Diaz kecewa mendengar keputusan dari sang raja.
Tapi putri Zoya tetap bersi kukuh pada pendiriannya. Dia tak akan pernah menarik ucapannya sebelumnya.
“Maaf ayah... aku tidak bisa menuruti perkataan ayah. Aku menolak perjodohan ku dengan pangeran dari istana bukit selatan itu atau pangeran lainnya dari istana manapun. Karena aku... aku tetap memilih pangeran Diaz sebagai pasangan ku.” jawab putri itu yang membuat emosi ayahnya semakin bergejolak dan tak terkendali hingga sang raja mengangkat tangan kanannya ke atas dan mengayunkan dengan keras ke wajah putrinya.
“plak... !” sebuah tamparan mendarat di pipi putri Zoya. Seketika air matanya tumpah. Baru kali ini dia mendapatkan perlakuan keras dari ayahanda yang selama ini selalu lembut padanya.
“Zoya... ! Beraninya kau membangkang keputusan ayah mu... !” ucapnya masih emosi dan akan mengayunkan telapak tangannya ke muka putrinya. Namun pangeran Diaz memegang tangan Raja Agastya dan menahannya agar tidak melukai putri Zoya.
“Ayah....” memegang pipi bekas tamparan ayahnya lalu mudur dan berlari keluar dari istana itu.
“Zoya... tunggu...!” teriak pangeran Diaz. Dia lalu berbalik dan mengejar kekasihnya itu. Mereka berdua keluar dari istana Samudera Dewata.
“Aku tidak mau pulang Diaz, aku tak mau di nikahkan dengan orang lain selain dirimu.” ucapnya dengan sedih. Air mata kembali membasahi pipi putri Zoya.
“Tenangkan dirimu, sayang. Kita ke tempat ku saja malam ini. Tak ada yang akan bisa memisahkan kita, aku janji pada mu.” bisiknya di telinga kekasihnya itu sambil memeluknya.
Sesaat kemudian mereka berdua menghilang di tengah dinginnya udara malam yang mencekam.
BERSAMBUNG....
Tak berapa lama kemudian mereka tiba di depan rumah pribadi yang terletak agak jauh dari istana bulan dingin namun masih dalam satu area. Rumah itu adalah rumah yang di huni khusus oleh Pangeran Diaz. Mereka berdua segera masuk ke rumah bercat serba putih itu dan duduk di berdekatan di sebuah kursi panjang di ruang tamu.
Putri Zoya yang masih merasa sedih masih meneteskan air mata kesedihannya itu. Sementara Pangeran Diaz memegang pinggang sang putri dan menyandarkan kepalanya di bahunya.
“Sudahlah Zoya... jangan terus bersedih. Ingat sekarang kau sedang hamil. Anak kita bisa merasakan kesedihan mu. Aku tak mau dia ikut bersedih dan menanggung penderitaan kita.” ucap pangeran itu menenangkan kekasihnya sambil menghapus air matanya. Sang putri bukannya malah tenang namun malah semakin menjadi. Air mata membanjiri pipi mulusnya itu.
Pangeran Diaz yang sudah hafal menghadapi kekasihnya yang melow itu tak berucap sepatah katapun. Ia langsung mendekap sang putri dan memeluknya. Tiga puluh menit kemudian Putri Zoya sudah tenang, air matanya sudah kering dan tak ada yang menetes lagi.
“Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama. Kita akan mencari solusinya.” memegang wajah sang putri lalu mendekatkan bibirnya dan mencium bibir merekah sang putri, dan mereka pun larut dalam ciuman romantis mereka.
“Dong... dong...” bunyi jam dinding berdetak 12 kali. Dari jendela terlihat bulan purnama penuh dengan warna merah darah.
Seketika Pangeran Diaz seperti hilang kesadaran. Matanya berubah merah, kulitnya sedingin es dan taringnya memanjang.
“Diaz....” ucap putri memanggil kekasihnya itu. Pangeran Diaz menyibak rambut hitam panjang sang putri dan mulai menelusuri leher jenjang sang putri dengan bibirnya.
“Argh... Diaz... sayang...”teriak sang putri menahan rasa sakit saat kekasihnya itu menancapkan taring di lehernya dan menghisap darahnya.
Saat bulan purnama penuh para vampir akan berubah ke wujud aslinya. Mereka hilang kesadaran dan menghisap darah lawan jenisnya tanpa sadar, meskipun darah yang mereka hisap hanya sedikit dan tak sampai membuat yang di hisap kehabisan darah.
“Diaz... sayang ku sadarlah...” putri Zoya melepaskan pelukan kekasihnya itu dan menutup semua tirai jendela di ruangan itu agar kekasihnya tak melihat bulan purnama penuh. Dia lalu menarik kekasihnya itu masuk ke kamar pribadi yang biasa mereka pakai bermalam bersama.
“Diaz... sadarlah...” membawa kekasihnya merapat ke dinding kamar. Tiba-tiba mata lelaki itu berubah kembali ke warna coklat. Ia membelai rambut kekasih cantiknya itu dan balik merapatkan tubuh kekasihnya ke dinding.
“Zoya...sayang....aku sangat rindu pada mu..” ucapnya memegang wajah sang putri lalu kembali mencium bibir wanitanya itu. Suhu tubuh mereka berdua pun semakin panas hingga mereka tak bisa menahannya lagi.
Pangeran Diaz membaringkan tubuh sang putri di tempat tidur. Dia mencium seluruh tubuh putri sambil melepas satu persatu baju yang membalut tubuh indahnya itu. Dia pun kembali mendaratkan ciuman ke bibir sang putri. Putri Zoya menyambut belaian hangat kekasihnya itu dan tanpa sadar tak ada sehelai benang pun yang menghalangi tubuh mereka berdua.
Pangeran Diaz menghujamkan tubuhnya merapat ke tubuh putri Zoya. Tanpa sadar mereka saling menyenangkan pasangan bahkan tanpa sadar Diaz membawa tubuh kekasihnya itu melayang di udara di atas ranjang mereka.
Pagi hari Zoya bangun dari tidurnya. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sedikit terlihat.
“Kau sudah bangun, sayang ?” ucap pangeran Diaz mengecup kening putri Zoya yang terlihat bangun dengan wajah berseri. Putri Zoya hanya tersenyum dan memeluk erat tubuh kekasihnya itu seakan enggan meninggalkannya.
“Apa semalam aku menyakiti mu ?” tanyanya sambil membelai rambut Putri Zoya.
“Tidak sayang, kau luar biasa sekali...” jawabnya sambil mencubit hidung Pangeran Diaz. Pangeran itu melepaskan tangan kekasihnya dari hidungnya lalu mencium bibir gadis itu. Sesaat kemudian hawa di sekitar mereka memanas lagi dan mereka kembali bergumul di balik selimut putih yang menutupi tubuh polos mereka.
Dua jam berikutnya mereka menarik selimut itu dan memakai baju mereka lalu duduk di kasur empuk alas mereka tadi.
“Aku akan mengantar mu pulang setelah ini. Bicaralah baik-baik dengan ayah mu.” ucap pangeran Diaz memeluk gadis itu dari belakang dan mencium telinganya.
“Tidak.... tidak... aku tak mau pulang kembali ke sana. Aku tahu sikap ayah yang tegas dan tidak akan pernah merubah keputusannya apa pun yang terjadi.” jawabnya sambil melepas tangan kekasih yang mendekap tubuhnya lalu berdiri.
Pangeran Diaz ikut berdiri dan kembali memeluk kekasihnya itu. Dia membesarkan hati Putri Zoya dan membujuknya agar mau pulang.
Satu jam kemudian hati sang putri terbuka dan dia mendengar perkataan pangeran Diaz. Ia sadar bagaimanapun juga sebenci apapun dia pada ayahnya, tetap dia harus menjaga hubungan baik mereka di tengah keluarga. Apalagi dirinya adalah seorang putri yang menjadi panutan kaumnya.
Siang hari mereka pergi ke istana Samudera Bersama, Pangeran Diaz mengantarnya sampai ke depan pintu masuk istana.
“Kau bilang akan menemaniku masuk, sayang ?” menarik tangan Pangeran Diaz yang melepaskan genggaman tangan darinya.
“Aku akan menunggu mu di sini. Selesaikan urusan mu dengan keluarga mu. Apa pun yang terjadi aku selalu siap untuk membantu mu.” memberikan kecupan kecil di dahi kekasihnya lalu menghilang setelah melihat Putri Zoya masuk ke dalam istana.
Singkat cerita gadis itu bertemu dengan ibunya, Ratu Arni yang senang melihatnya kembali. Lalu mereka bicara empat mata di kamar putri Zoya.
“Persiapkan diri mu nak, besok kau akan melangsungkan pertunangan dengan Pangeran Biantara.” ucap ibunnya Zoya sambil mengelus rambut putrinya. Putri Zoya langsung memeluk erat ibunya. Dia menumpahkan tangisnya pada ibu tercintanya itu.
“Ibu tolong bantu aku untuk membujuk ayah agar membatalkan acara pertunangan ku dengan pangeran Biantara. Aku tidak mencintainya ibu...” jelasnya masih dengan menangis.
“Kau pertimbangkan lagi keputusan mu itu nak. Ayah mu memilihkan mu suami terbaik. Dia adalah kandidat tepat sebagai suami mu dari berbagai sisi. Dengan bersatunya istana Samudera Dewata dan istana Bukit Selatan, maka kita akan jadi kerajaan besar.” jelas Ratu Arni yang membuat putrinya semakin bersedih setelah mengetahui bahwa semua yang di lakukan karena masalah materi.
“Tolong ibu... dengar lah aku... aku tidak bisa menikah dengan pangeran Biantara. Aku hamil sekarang...” perkataan putri barusan itu membuat Ibunya merasa shock begitu juga dengan ayahnya yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar putri dan mendengar percakapan mereka.
Raja Agastya langsung masuk menerobos ke dalam kamar dan menari putrinya.
“plak...” suara tamparan di wajah sang putri.
“Dasar kau anak tidak berbakti dan malah membawa aib bagi keluarga istana. Sampai kapan pun aku tak akan pernah menyetujui hubungan mu dengan pangeran Diaz itu ! Mulai detik ini kau bukanlah anak ku lagi...!!” teriaknya yang akan kembali menampar putrinya namun di halangi oleh istrinya. Dia segera keluar dari kamar itu untuk menghindari emosinya yang kian meledak.
Putri Zoya segera berlari keluar dari kamarnya. Dia berlari keluar dari istana. Ratu Arni mengejarnya namun ia tak menemukan putrinya di luar istana.
“Diaz... keluarlah...” panggil sang putri masih terisak. Pangeran Diaz menampakkan dirinya. Dia segera memeluk kekasihnya yang masih menitikkan air mata itu lalu dalam sekejap mata mereka menghilang dari istana Samudera Dewata.
BERSAMBUNG....
Beberapa saat kemudian mereka muncul kembali di rumah pribadi pangeran Diaz, villa api abadi. Putri Zoya masih bersedih atas ucapan ayahnya barusan yang sudah tidak menganggapnya sebagai bagian dari keluarga lagi. Hatinya terasa hancur berkeping-keping menyadari dirinya bukan seorang putri lagi dan tak ada tempat baginya untuk bernaung. Air mata tak henti bercucuran membasahi pipinya.
Pangeran Diaz yang saat itu membawanya masuk ke ruang baca nya mengajak sang kekasih duduk di kursi panjang lembut berwarna putih.
“Sudahlah sayang jangan bersedih terus-menerus. Kau masih punya aku. Dan sebentar lagi kita akan menjadi bertiga. Tak usah kau pikirkan ucapan ayah mu itu. Mulai sekarang kita akan hidup bersama...” menggenggam tangan sang putri untuk menenangkan hatinya. Sang putri pun duduk di pangkuan kekasihnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher pangeran Diaz.
“Iya... hanya kau satu-satunya yang bisa mengerti aku...” ucapnya membelai pipi sang pangeran.
“Lalu bagaimana hubungan kita selanjutnya ?Bagaimana dengan anak kita, beberapa bulan lagi pasti perutku akan tampak besar dan semua pasti tahu perihal kehamilanku ini...” tanya sang putri memperjelas hubungan mereka yang selama ini masih berstatus sebagai pasangan kekasih. Mereka sudah tiga tahun menjalani hubungan kasih itu.
Raut muka pangeran Diaz tetaplah tenang di tengah situasi yang menghimpitnya seperti itu. Bahkan dia menyunggingkan senyum berkilau di wajahnya yang membuatnya tampak semakin tampan dan matang.
“Aku akan menikahi mu. Kita akan segera menikah secepatnya setelah mendapat restu dari orang tuaku.”
Jawaban dari pangeran Diaz bagaikan air yang menyiram kaktus di tengah gurun pasir yang tandus. Putri Zoya menjadi tenang dan lega mendengar jawaban dari kekasihnya itu. Kini tangisnya telah reda dan berganti dengan senyuman yang merekah di bibir manisnya.
“Ya sayang kau memang lelaki ku yang bisa di andalkan...” ucapnya sambil mencium leher pangeran Diaz yang membuat pangeran itu darahnya bergejolak dan kembali memanas.
“Zoya kau membuat ku.....” tidak melanjutkan ucapannya dan langsung beraksi pangeran Diaz mencium bibir ranum kekasihnya itu. Suasana di sekitar mereka kembali memanas dan bergelora. Sepasang kekasih itu kembali meluapkan rasa cinta mereka yang menggebu-gebu dalam nikmatnya surga cinta beralaskan udara di ruangan itu.
Dua hari berikutnya ada acara perjamuan keluarga di istana Bulan dingin yang di hadiri oleh kelurga inti di malam hari. Pangeran Diaz berencana memperkenalkan Putri Zoya pada orang tuanya sekaligus meminta restu dari orang tuanya untuk menikahi wanita yang di cintanya. Putri Zoya pun bersiap untuk acar perjamuan makan malam itu.
Malam harinya mereka berjalan bergandengan tangan memasuki istana Bulan Dingin. Di sana sudah menunggu Raja Netra yang merupakan ayah pangeran Diaz dan juga Ratu Bonita yang merupakan ibunya pangeran Diaz dan juga dua saudara pangeran Diaz, Pangeran Asoka dan Putri Yasmin yang merupakan adiknya.
Putri Zoya yang memakai gaun merah dan terlihat menawan duduk di sebelah Pangeran Diaz. Meskipun dia tersenyum pada keluarga pangeran itu sebenarnya dia merasa cemas sekali, karena baginya itu adalah pertemuannya pertama kali dengan keluarga pangeran Diaz.
Pangeran Diaz yang tahu kalau kekasihnya merasa grogi menggenggam erat tangan putri Zoya.
Keempat orang lainnya saling bertatapan melihat kedatangan Pangeran Diaz bersama seorang wanita cantik. Bau manusia tercium kuat dari tubuh wanita yang duduk di samping pangeran Diaz yang membuat mereka berempat penasaran pada sosok gadis itu yang merupakan mangsa ataukah kekasih dari pangeran Diaz.
“Ayah ibu... perkenalkan ini adalah Putri Zoya, kekasih ku. Zoya ini adalah Raja Netra dan Ratu Bonita. Sedangkan ini adalah adikku pangeran Asoka dan Putri Yasmin.” ucap pangeran Diaz memperkenalkan keluarganya pada Zoya.
Gadis itu memberi salam pada mereka berempat namun dia merasa mendapat sambutan yang aneh. Bagaimana tidak, keempat keluarga Pangeran Diaz itu menatapnya seakan mau memangsanya dengan hidup-hidup. Taring mereka berempat terlihat dan seolah bersiap menyantapnya.
Pangeran Asoka menyambut hangat tangan putri Zoya dan memegangnya. Adik Pangeran Diaz itu menempelkan taringnya ke tangan sang putri, merasakan kuat aroma manusia dan menghirup aroma itu yang menjadikannya semakin liar. Sedangkan putri Zoya merasa merinding mendapatkan sambutan perkenalan yang seperti itu.
“Hentikan Asoka... jaga sikap mu ! Kau tidak sopan sekali pada calon kakak ipar mu !” bentak Pangeran Diaz dan seketika Pangeran Asoka melepaskan tangan Putri Zoya.
Perkataan yang barusan di lontarkan oleh putra pertamanya membuat Raja Netra tersedak saat meminum anggur merah di depannya.
“Apa katamu ? Kau berniat menjadikan istri dari ras manusia ini sebagai istri mu ? Apa kau sadar akan apa yang kau ucapkan ?” tanyanya dengan raut muka serius dan tampak marah terlihat dari alisnya yang menekuk kencang.
“Kenapa kau tak menjadikan gadis ini sebagai mangsa mu saja daripada menjadikan dia sebagai istri mu? Atau kau jadikan pelayan mu saja ? Kau tahu sendiri kedudukan ras manusia itu lebih rendah dari ras kita, ras amulet.” tambah Ratu Bonita, ibunya Pangeran Diaz.
Mendengar sambutan dari kedua orang tua pangeran Diaz yang sepertinya tak menyetujuinya, wajah putri Zoya berubah menjadi sedih.
“Ayah ibu dengarkan aku. Maksud kedatangan ku kemari untuk memberitahukan pada kalian dan menyampaikan pada kalian bahwa aku akan segera menikah. Tak lama lagi kalian akan punya cucu.” ucap pangeran Diaz menatap wajah putri Zoya yang masih ketakutan bercampur rasa sedih.
Kata yang di ucapkan oleh pangeran Diaz bagai petir yang menyambar di siang hari dan membuat orang tua pangeran Diaz itu kebakaran jenggot. Tak hanya mempermainkan perasaan mereka, namun putranya itu memberikan mereka aib, menampar wajah mereka dengan memberikan keturunan campuran.
“Aku tidak setuju... !!” ucap ayah dan ibu Pangeran Diaz bersamaan.
"Hentikan itu sebelum terlambat !” tambah Raja Netra yang semakin tampak geram.
“Tidak ayah, ibu. Aku akan tetap menikah dengan wanita pilihan ku ini meski tanpa restu kalian berdua. Keturunan campuran bukanlah sesuatu yang hina. Dia lebih kuat daripada ras amulet.” jawab pangeran Diaz mempertegas lagi bahwa pendiriannya tak akan goyah.
Putri Zoya yang mendengar perkataan orang tua Pangeran Diaz memberikan salam lalu berpamitan dan pergi dari acara malam itu dengan perasaan sedih karena tak mendapat restu untuk pernikahan mereka.
“Zoya... tunggu... !” teriak Pangeran Diaz berlari mengejar kekasihnya.
“Diaz... tunggu ! Jika kau tetap mengejar wanita itu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada mu !” gertak Raja Netra menakut-nakuti Pangeran Diaz agar tidak berhenti mengejar gadis itu. Pangeran Diaz berhenti dan berbalik lalu menatap ayahnya.
“Maaf ayah... aku tidak bisa. Ini sudah pilihanku. Aku akan terima jika ayah mau menghukum ku.” ucapnya lalu berbalik lagi dan mengejar putri Zoya.
BERSAMBUNG....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!