NovelToon NovelToon

Langit Hawa

keriting.

Hawa terbangun dari tidurnya saat merasakan sekujur tubuh nya basah, perempuan berambut keriting itu terkejut saat melihat air masuk ke sela sela pintu kos kosan nya.

"astaga banjir....!"

ucap Hawa bergegas membereskan barang barang berharga nya.

terlihat hujan masih mengguyur wilayah tersebut, subuh itu menjadi pagi yang melelahkan untuk nya.

"Hawa........!"

ucap seseorang di balik pintu.

"ya.....!"

ucap Hawa membuka pintu dan melihat Ezi di balik pintu. Ezi itu salah satu tetangga Hawa di kosan tersebut.

"banjir wa... cepat beresin barang barang kamu?"

ucap Ezi membuat Hawa tertegun..

"Kenapa diam, air makin banyak..kamu gak apa-apa kan?"

ucap Ezi melihat hawa yang masih tetap diam, pasalnya sejak kapan pria berambut hitam itu mengkhawatirkan nya.

"gak apa-apa, cuma kasur nya gak keburu terselamatkan, basah!"

ucap Hawa tersenyum membuat Ezi tertegun karena perempuan cabi itu terlihat begitu manis.

"ayo mau ikut ke pengungsian atau gimana?"

ucap Ezi, karena dia tahu Hawa masih memiliki seorang ayah.

keduanya tidak terlalu dekat karena Hawa yang selalu menjaga jarak, meski begitu Ezi tetap bersikap baik pada Hawa.

Surya sang Ayah juga pernah beberapa kali ngobrol dengan Ezi saat Surya datang menemui Hawa di kosan.

Surya yang tak pernah lama menjalani pernikahan, membuat Hawa tak pernah lama menetap di suatu tempat.

bahkan ia harus berkali-kali pindah sekolah,dan saat ini Hawa masih sekolah kelas Dua SMA.

sebenarnya Hawa enggan mengikuti sang ayah, tapi karena ia tak punya siapa siapa lagi selain Surya, sang ibu telah lama tiada.

terkadang Hawa bingung tak mengerti dengan pemikiran sang ayah, rumah tangga nya Hanya bertahan paling lama dua tahun saja.

sudah beberapa kali Hawa berganti ibu tiri.

hanya Ezi yang tak pernah lelah mendekati nya, meskipun Hawa selalu bersikap acuh.

Hawa tak ingin menjalin kedekatan dengan siapapun karena hidup nya cepat berubah..ia tak pernah menetap lama..

bagi Hawa jauh dari orang terdekat itu menyakitkan, lebih baik tidak memiliki hubungan dekat dengan siapapun. setidaknya saat ia harus kembali pergi ia tak merasa kehilangan.

Surya sudah menikah lagi dengan seorang perempuan kaya pebisnis hebat di kota tersebut, Surya sempat mengajak Hawa untuk ikut dengan nya tinggal bersama ibu tiri baru nya itu, namun untuk kali ini Hawa menolak dan lebih memilih tinggal di kosan saja.

Hawa terdiam Melihat beberapa orang yang juga ikut mengungsi seperti dirinya di masjid besar itu, ia menolak menghubungi surya sang Ayah.. karena bisa di pastikan jika ia mengikuti sang ayah, Hawa tak akan bisa kembali ke kosan nya lagi..

"wa...ini makanan buat kamu!

yang lain nya juga dapat!"

ucap Ezi memberikan sebuah kotak nasi.

"terima kasih kak, Hawa mau sekolah!

nanti Hawa bawa ke sekolahan aja!"

ucap hawa kemudian beranjak ke kamar mandi untuk mengganti pakaian, meninggalkan Ezi yang mematung sendiri.

ia harus tetap masuk ke sekolah karena Beberapa waktu lagi ia akan mengahadapi ulangan semester untuk kenaikan kelas, kelas tiga pun tengah mempersiapkan ujian untuk kelulusan.

Surya mendengar kabar jika kosan putri nya itu kebanjiran, bergegas Surya mendatangi pengungsian tersebut.

"pak Surya...!" ucap Ezi menghampiri Surya yang sedang melihat lihat mencari keberadaan sang putri.

"Ezi.. dimana Hawa?"

"Hawa udah berangkat sekolah pak!"

ucap Ezi ia pun bersiap siap untuk pergi ke kampus.

"oh gitu.. syukur lah kalau begitu!"

ucap Surya memastikan bahwa putri nya itu baik baik saja.

sore nanti Surya akan menjemput Hawa karena kosan nya masih kebanjiran di tambah musim penghujan yang baru saja di mulai.

***

Hawa berjalan di koridor sekolah sendiri,

"ah.." hawa terkesiap saat tiba tiba sebuah bola menimpa kepalanya.

"siapa sih yang lempar bola ini..."ucap Hawa mengambil bola sepak tersebut.

"gue..."

ucap seorang pria tampan terpopuler di sekolah.

"gak sengaja"

ucap Langit Kemudian terkekeh melihat rambut Hawa yang keriting.

"kenapa Lo ketawa?"

ucap Hawa yang geram dengan tingkah pria yang menjadi incaran para siswi di sekolah nya itu.

"Jangan bilang ya rambut Lo tiba tiba berubah keriting karena bola yang nyasar ke kepala Lo?"

ucap Langit kembali tertawa.

hawa membulat kan matanya, kesal dengan tingkah pria yang berada di hadapan nya.

"Lo tuh bukan nya minta maaf malah ngeledekin...!"

ucap Hawa kemudian beranjak namun di tahan oleh tangan Langit.

"apa...?"

ucap hawa dengan gemeretak gigi nya.

"perasaan gue baru lihat Lo... rambut Lo aneh!"

ucap Langit kembali terkekeh.

pria tampan itu memang pintar, selalu mendapat nilai terbaik di sekolah dan memiliki frestasi di bidang olahraga..pria yang begitu menggilai sepak bola itu menjadi idola disekolah, namun tidak dengan Hawa yang baru satu bulan sekolah di sekolahan itu tak memperdulikan hal Semacam itu.

"Lo yang aneh..!"

ucap Hawa kemudian pergi namun usil nya langit langsung menarik rambut keriting milik Hawa.

"apa sih Lo....!"

ucap Hawa berbalik meringis karena rambut nya yang ditarik oleh langit.

"Lo ga tahu siapa gue?"

ucap Langit memperhatikan wajah Hawa dengan kaca mata bulat yang menghiasi wajah hawa yang cantik.

"yang pasti Lo itu sama kayak gue murid di sekolah ini...!"

ucap Hawa menepis tangan Langit dari rambut nya.

"sialan...!"

ucap langit memperhatikan Hawa yang langsung pergi begitu saja.

"kenapa Lo?"

ucap ibra menghampiri langit yang masih memperhatikan rambut keriting milik Hawa.

"suka Lo sama tuh cewek?"

ucap ibra tertawa, pasalnya melihat penampilan Hawa yang terkesan cupu dan kutu buku.

"ya gak mungkin lah gue suka sama perempuan kayak gitu, gue cuma lucu aja lihat rambut nya yang kriwil itu."

ucap langit kembali ke lapangan bersama Ibra.

siang itu di jam istirahat, Hawa dan Erin berdiri di depan kelas menghadap ke bawah memperhatikan para siswa yang sedang bermain bola termasuk langit.

pandangan kedua nya bertemu namun hawa langsung membalikkan badannya membelakangi.

"kenapa wa....?"

ucap Erin melihat Tingkah teman baru nya itu sedikit aneh.

"gak apa-apa..!

aku ke kelas ya ..!"

ucap hawa berjalan masuk ke dalam kelas.

tak lama bel berbunyi tanda pelajaran kembali dimulai.

"eh hawa, Lo tolong ya ke ruang guru,bawain buku paket nya bu ane sekarang!"

ucap Lidia ketua kelas yang selalu memberi perintah bukan hanya pada Hawa tapi yang lain nya juga.

"Lo tahu kan ruang guru dimana?"

ucap Lidia memberikan instruksi.

"ya....!"

ucap hawa tak ingin banyak bicara karena malas meladeni sikap Lidia yang terkesan sombong itu.

Hawa berjalan sendirian di koridor sekolah menuju ruang guru.

"eh kriting...!"

ucap Langit membuat hawa menghentikan langkahnya.

"ngapain Lo di ruang guru!"

ucap langit karena setahu nya hanya ketua kelas yang boleh ke ruang guru terkecuali jika ada keperluan lain.

"siapa Lo mau tahu urusan orang?"

ucap Hawa kemudian pergi menuju meja Bu ane untuk mengambil beberapa buku paket, bukan yang pertama kali nya hawa mengambil buku paket pelajaran Bu ane...

'sialan'

ucap langit menatap punggung hawa yang menjauh, bukan punggung justru pada rambut nya yang kriting.

bersambung...

satu rumah.

sore itu Surya menuggu hawa keluar dari sekolah nya, Surya memperhatikan seorang anak lelaki yang ia kenal..

Surya tersenyum tanpa menyapa anak lelaki itu,

tak lama Hawa keluar dari gerbang sekolah, terlihat hawa langsung celingukan mencari angkutan umum.

bergegas Surya menghampiri putri satu satunya itu.

"Hawa.....?"

ucap Surya membuat Hawa langsung menoleh.

"ayah.......!"

Hawa terdiam.. perasaan nya tidak enak, seperti nya Surya mengetahui tentang kosan nya yang kebanjiran.

"Kenapa kamu gak kasih tahu ayah, kalau kamu kebanjiran?"

Hawa terpaku sambil memikirkan cara bagaimana ia menolak keinginan sang ayah jika ia meminta Hawa untuk tinggal bersama nya.

"Hawa gak apa-apa kok, mungkin sekarang udah surut yah...!"

"udah surut gimana?yang ada air tambah banyak!

ayah udah survei barusan sambil bawa barang barang kamu, sekarang kamu ikut ayah...!"

tutur Surya sambil meraih Tangan kecil Hawa, namun Surya menoleh saat Hawa menahan langkah nya.

"kenapa?"

ucap Surya berbalik menatap wajah cantik Putri nya itu, rambut nya sama persis seperti ALM seorang perempuan yang posisinya tak pernah tergantikan oleh siapapun di hati nya.

Hawa menggeleng kan kepalanya,tanda penolakan darinya yang tak ingin lagi tinggal bersama perempuan yang di sebut ibu tiri.

banyak kenangan pahit yang membuat nya memilih untuk tinggal terpisah dari sang Ayah.

"Hawa tinggal di pengungsian aja yah ..!

nanti juga banjir nya surut...!"

"kapan? lihat tuh awan udah kembali mendung, musim penghujan baru saja dimulai..

sekarang kamu ikut ayah, ayah janji kalau ada waktu senggang ayah akan mencarikan kamu kosan baru yang jauh dari banjir."

"ya sudah....!"

dengan terpaksa Hawa mengikuti langkah Surya memasuki mobil..

Hawa menelan Saliva Nya melihat rumah yang cukup besar dan mewah milik istri baru ayah nya itu, membuat Hawa merasa semakin takut dan enggan tinggal di rumah itu.

"ayo Hawa.. gak apa-apa!

ayah sudah bicara dengan istri ayah"

Hawa berjalan di belakang Surya dengan membawa tas yang berisi baju dan barang barang lainnya.

"Dena... sayang!"

ucap Surya memanggil perempuan yang kini menjadi ibu tiri nya itu.

"kamu baru pulang?"

ucap perempuan yang langsung menilik penampilan Hawa.

"ini Hawa, putri ku satu satunya...!"

"lalu.....?"

"kosan nya kebanjiran, boleh kan aku ajak dia tinggal disini? sampai aku mencari kosan baru untuk nya?"

Dena terdiam sambil berpikir, seperti nya ia tidak perlu mencari pembantu baru untuk mengurus rumah ini.. karena pembantu lama berhenti, ada anak Surya yang bisa mengurus rumah nya.

"kamu gak perlu kos.. disini aja tinggal di rumah Tante, banyak kamar kosong!"

ucap Dena tersenyum paksa.

"tuh gak apa-apa kan?"

"ya udah ..Tante atau mami ajak kamu ke kamar!"

ucap Dena menarik tangan Hawa masuk ke dalam kamar.

"kamu boleh tinggal disini, tapi gak gratis!

pembantu rumah sedang mudik!

jadi kalau kamu tahu diri, urus rumah ini?"

ucap Dena membuat Hawa membulat kan matanya..

ini yang selalu menjadi ketakutan nya, selalu seperti ini?

kenapa nasibnya begitu malang.

hawa menatap Dena yang keluar dari kamar, rambut nya lurus panjang, penampilan nya pasti lah membuat surya tergiur.

Hawa membereskan barang barang ke dalam lemari, beberapa kali membuang nafas!

ingin sekali rasanya Ia pergi dari rumah ini, namun ia urungkan untuk malam ini!

besok ia akan mencari kosan baru.

bergegas hawa keluar untuk mencuci baju nya yang kotor akibat banjir tadi subuh.

Hawa terpaku seketika saat melihat seseorang yang baru masuk ke dalam rumah itu, pandangan kedua nya bertemu Sama sama membulat kan mata.

langit tak percaya perempuan kriting yang bersikap arogan ini berada di hadapan nya.

"ngapain Lo dirumah gue!"

"langit sayang, kamu sudah pulang?"

ucap Dena membuat Hawa semakin meremang mendengar hal itu.

jadi sang Ayah menikah dengan perempuan ibu dari pria yang tadi pagi mengusik hidup nya.

tidak ia harus segera pergi dari rumah ini, ia tidak boleh satu rumah dengan pria menyebalkan itu.

"langit, apa kamu sudah mengenal hawa?

atau kalian satu sekolah?"

"ya sayang.. mereka satu sekolah!"

"oh gitu...... hawa ini anak dari papih Surya!"

ucap Dena membuat langit menatap hawa tajam.

sama seperti Surya, Dena pun begitu hobi berganti pasangan, meski dalam ikatan pernikahan tapi tak pernah ada pria yang bertahan lama hidup dengan mami nya itu, langit pun tak mengerti mengapa?

"sekarang Hawa tinggal sama kita disini?"

langit tak menjawab, Hawa sendiri memalingkan wajahnya tak berani menatap langit yang terang terangan tidak menyukai keberadaan nya.

langit langsung pergi ke kamar nya tanpa menghiraukan mereka yang mematung menatap punggung nya menjauh.

"Hawa.. langit memang seperti itu..!"

Hawa berjalan menuju dapur terlihat beberapa piring kotor menumpuk di wastafel.

selain itu cucian baju pun menumpuk di atas mesin cuci.

hawa merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang, terlihat satu piring nasi berisi nasi dan lauk pauk lainnya.

tubuh nya lelah setelah mencuci baju, piring dan memasak untuk mereka.

pekerjaan seperti itu hal yang biasa untuk nya,tapi jika sebanyak itu membuat hawa kewalahan.

Surya mengajak nya untuk makan bersama, tapi ia tidak melihat langit.

Hawa memilih untuk membawa makanan nya ke dalam kamar, dengan Alasan ingin mengecek pr dari sekolah.

***

"kenapa sih si keriting itu anak nya si Surya?"

ucap langit dalam hati nya, Kini ia tengah bermain futsal bersama teman teman nya.

"Aw....!"

ucap Langit menyentuh kepala nya yang terkena lemparan bola.

"Lang kenapa Lo ngelamun aja!?"

ucap Wisnu menghampiri langit yang meringis memegangi kepalanya.

"tahu nih tumben Lo, mikirin Violla Lo?" ucap Ibra menimpali.

Violla salah satu siswi tercantik di sekolah, banyak yang mengagumi kecantikan nya,dan saat ini Langit tengah menjalin kedekatan dengan perempuan yang menjadi idola di sekolah nya itu.

"gak lah, kurang kerjaan banget!"

"atau Lo lagi mikirin si kriwil... hahaha!"

ucap Ibra teringat perseteruan nya dengan siswa baru yang berambut keriting itu.

"malas.. apa lagi itu!"

ucap langit berbohong justru hal itu yang membuat nya tak mood bermain.

"gue balik, gak mood..!

ngantuk!"

ucap langit membuat teman-teman nya merasa heran.

tak biasanya langit bersikap seperti itu, bahwa san nya ia kesal dengan kelakuan Dena yang tak pernah berubah, di tambah cewek kriting yang kini satu rumah dengan nya.

langit memasuki rumah yang sudah sepi, seperti nya dena dan Surya berada di dalam kamar.

langit berjalan ke dapur untuk mengambil air minum, namun langkah nya terhenti saat ia melihat perempuan sedang mencuci Beberapa piring kotor.

Hawa Duduk di kursi menyandarkan tubuhnya yang lelah, rambut kriting nya di biarkan terurai.

kaos strit putihnya yang Transparan mencetak tali bra-nya yang berwarna ungu.

"kenapa sih selalu begini?"

ucap hawa terdengar oleh langit membuat nya membeku, bahwasanya apa yang menjadi pertanyaan hawa sama seperti apa yang dirasakan oleh nya.

bersambung.

aneh.

Hawa tersentak saat membalikkan tubuhnya dan melihat langit berada di hadapan nya.

"kamu?"

"ya kenapa?"

ucap langit menatap wajah hawa yang menegang.

"gue laper... bikinin gue nasi goreng!"

ucap langit duduk di pantry.

"bikin aja sendiri, emang aku pembantu?"

"bukan pembantu tapi Lo kerjain semua nya sendiri?"

"ya itu karena.......!"

ucap hawa terhenti saat langit mendekati nya dan menyudut kan ke meja.

"Lo itu kan sekarang Ade tiri gue untuk sementara waktu, jadi Lo bikinin gue makanan!"

ucap langit menatap wajah hawa tanpa kacamata yang selalu ia pakai jika di sekolah.

rambut keriting nya sedikit terurai dekat pelipisnya.

"ya udah sana!"

ucap Hawa mendorong tubuh langit yang hampir menghimpit nya.

langit memperhatikan Hawa yang sedang membuat nasi goreng dengan bibir nya yang terus manyun.

"nih .....!"

ucap hawa hendak melangkah pergi,tapi langit menahan langkah nya.

"apa lagi?"

ucap hawa mendengus.

"temenin gue!"

"udah minta di bikinin, sekarang minta di temenin.dasar aneh!"

"bukan nya Lo juga aneh!"

"maksud Lo ..?"

"ya selalu bertahan dengan kehidupan yang membuat Lo lelah sendiri!"

"itu karena gue gak punya pilihan...Lo pikir gue mau tinggal disini?!"

ucap Hawa kemudian pergi meninggalkan langit yang mematung sendiri.

langit terdiam merasakan nasi goreng buatan Hawa, nasi goreng terenak yang pernah ia nikmati.

"kok hawa tahu ya aku suka pedas!"

"hawa......!"

ucap langit mengahampiri kamar hawa untuk meminta maaf atas ucapan nya tadi.

"apa lagi langit?"

"kak langit, gue Abang Lo!"

"untuk sementara waktu....aku Mau tidur, jangan ganggu!"

kata hawa menutup pintu.

langit tersenyum mendengar penuturan hawa yang sempat ia lontarkan tadi.

**

pagi menjelang..

hawa sudah bersiap untuk pergi ke sekolah.

"kamu mau berangkat sama langit?"

ucap Dena yang melihat hawa berdiri di depan pintu rumah, sementara langit tengah mengelap motor kesayangan nya itu.

"gak....Lo jangan berangkat sama gue, kalau Lo mau belajar dengan tenang di sekolah!"

Hawa mengernyitkan dahinya mendengar penuturan langit yang begitu percaya diri kalau Hawa berharap bisa berangkat sekolah bersama nya.

"loh emang kenapa?"

ucap Dena kemudian surya menyembul dari balik pintu.

"ya lah, gue kan ......!"

ucapan langit terhenti saat melihat surya berdiri di samping maminya.

"yah ..hawa ikut sama ayah sampai depan ya, hawa nanti naik angkutan umum aja!"

"Kenapa gak bareng sama langit aja!?"

"gak ah ....hawa mending naik angkutan umum aja!"

ucap Hawa memalingkan wajahnya dari langit yang sudah siap berangkat.

langit mengikuti mobil dena di belakang, hawa turun dari mobil saat sampai di halte bus.

"hati hati ya ..!"

"ya yah.....!"

ucap hawa kemudian menghampiri halte Bus.

langit memperhatikan perempuan yang rambut nya di ikat persis buntut kuda, namun tampak lucu dengan rambut nya justru tidak terlihat seperti buntut kuda karena rambut nya yang keriting itu.

"hei....kok dari tadi Lo gak naik naik bus sih?"

ucap langit menghampiri hawa yang berdiri di halte sendiri.

hawa tak menjawab hanya menggeleng kan kepalanya mendengar ucapan langit yang berada di hadapan nya itu.

karena sejak tadi bus selalu terisi penuh.

"hawa Lo budeg?"

"sejak kapan sih kamu ngurusin aku?"

ucap hawa jengah dengan pria yang sejak kemarin membuat nya geram.

"sejak aku jadi Abang tiri Lo...!"

"untuk sementara waktu.....!"

ucap hawa membuat langit terkekeh.

kenapa nasibnya sama seperti cewek kriwil itu, langit memperhatikan wajah hawa yang begitu betah dengan kaca mata bulat nya itu.

"ayo naik, sebentar lagi jam tujuh!

kalau gak mau gak apa-apa, di depan sana tuh macet! Lo bisa kesiangan"

hawa terdiam, justru ia lebih takut dengan fansnya langit dibandingkan harus berurusan dengan guru BP.

"cepat.....!"

ucap langit menarik tangan hawa hingga menempel pada tubuhnya,hawa langsung terkesiap replek mendorong tubuh langit.

"mendingan kesiangan dari pada harus berurusan sama fans fanatik kamu!"

"oh, Lo tahu ya kalau gue idola di sekolah!"

langit tersenyum percaya diri...

"ya, tapi gue gak termasuk fans Lo yang aneh itu!"

langit terkekeh kecil mendengar penuturan hawa yang terang Terangan tak menyukai nya.

"udah...buruan naik!

lama Lo!"

ucap langit sambil mengarahkan Hawa untuk naik ke motor nya.

karena waktu semakin mepet akhirnya hawa naik ke motor sport milik langit.

tak berapa lama mereka sampai di gerbang sekolah, hawa menepuk pundak langit.

"apa?"

"kenapa sih Lo turunin gue disini?

sengaja Lo mau gue di keroyok sama fans aneh Lo itu?"

ucap hawa sambil mendesis kemudian pergi, banyak pasang mata yang memperhatikan nya tidak suka.

"hei...kok Lo bisa sama si mata empat itu?"

ucap Rido sambil terkekeh,di ikuti Ibra dibelakang.

bukan hanya keriting, tapi kini ada juga yang memberikan julukan hawa mata empat.

"ah Lo mau tahu aja!"

ucap langit berjalan di koridor bersama teman teman nya itu.

"awas ya, jangan bilang Lo suka sama cewek kriting itu?"

"ya gak lah....gak mungkin banget!"

benar kah begitu, lantas kenapa ia begitu peduli dengan perempuan yang kini menjadi bahan bulian di sekolah.

seharusnya ia tak perlu merisaukan perihal hawa yang mungkin Saja bisa kesiangan.

harus nya dia tak perlu memperdulikan hal itu.

langit terdiam menilik keadaan hati nya, yang entah kenapa merasa khawatir dengan nasib Hawa yang mungkin tak lagi aman karena mereka melihat hawa yang turun dari motor nya.

"hawa .......!"

ucap Violla masuk ke kelas.

"punya nyawa berapa Lo berani deketin langit? gak ngaca ... atau gak punya kaca!

emang Lo pikir,Lo itu pantas dekat dekat sama gebetan gue!"

ucapan Violla langsung menohok hati nya, hawa mematung mendapatkan tatapan tajam dari teman teman nya Violla.

"kalau sampai ada yang ngadu lagi sama Gue,Lo berani deketin langit...

siap siap aja Lo minta surat pindah dari sekolah ini!"

ucap Violla kemudian pergi meninggalkan Hawa yang membisu.

"wa .. kamu gak apa-apa?"

ucap Erin menepuk pundak hawa yang sedikit kaku.

"gak apa-apa Rin?!"

ucap hawa menelungkupkan wajah nya di meja.

masalah baru datang lagi di hidup nya, siap siap saja menjadi bahan bulian fansnya langit.

kesal dan geram jika mengingat nama itu, harus nya ia memilih untuk kesiangan dari pada mengambil resiko seperti ini.

"sok cantik...... anak baru banyak tingkah,berani banget saingan sama Violla..!"

ucap seseorang saat hawa berjalan di koridor sekolah.

bergegas hawa mempercepat langkahnya untuk keluar dari gedung sekolah, langit memperhatikan Hawa yang berlari kecil menuju gerbang sekolah.

hawa berjalan menyusuri trotoar jalan, Hawa berniat mencari pekerjaan dan melihat lihat ruko yang berjejer tak jauh dari tempat sekolah nya.

hawa tersenyum saat membaca lowongan kerja di sebuah laundry yang sedang membutuhkan tenaga kerja...

ia harus mandiri,dan segera pergi dari rumah itu.lebih baik menjauh sebelum keadaan bertambah rumit.

bersambung..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!