NovelToon NovelToon

Terbelenggu Cinta Si Culun

PERTEMUAN KEMBALI

Peragaan busana di Jakarta Fashion Week kembali digelar. Dua orang pemuda tengah sibuk memperhatikan salah satu model yang menjadi brand ambasador diacara tersebut. Kecantikan paripurna seolah terpancar di wajah wanita itu.

" Bagaimana menurutmu? Dia sangat cantik bukan?" Netra Tomi seolah terhipnotis oleh sosok model yang saat ini tengah berlenggak lenggok diatas catwalk.

Sorot mata Andreas kini ikut tertuju pada sosok gadis yang dimaksud oleh sang sahabat. Seulas senyum tersungging disalah satu sudut bibirnya.

" Cantik. "

Satu kata itu lolos begitu saja dari bibirnya. " Aku pasti akan menaklukannya." ungkapnya yakin.

Tomipun tak terima dengan ucapan sang sahabat lantaran dirinyalah yang pertama melihat gadis itu.

" Jangan terlalu percaya diri. Aku yang akan mendapatkannya terlebih dahulu."

" Baiklah. Bagaimana kalau kita bertaruh saja. Siapa yang mendapatkan gadis itu? maka yang kalah harus memberikan mobilnya pada pemenang. Bagaimana? Apa kau setuju?" tantang Andreas sembari melirik mobil mewah milik sahabatnya.

Yach,, keduanya sama-sama dari kalangan atas. Andreas Dirgantara merupakan putra dari pengusaha sukses dibidang properti. Sedangkan Tomi sudah memiliki perusahaan sendiri yang bergerak dibidang periklanan. Mereka telah berteman dekat semenjak kuliah.

Tomi menyeringai senang mendengar tantangan dari Andreas.

" Oke. Aku terima tantanganmu. Bersiaplah! Sebentar lagi kunci mobilmu akan berpindah ke tanganku. "

Mereka saling beradu tos tanda kesepakatan. Tanpa disadari gadis yang mereka incar ikut memperhatikan keduanya. Netranya tertuju pada salah satu dari pria tersebut. Jantungnya seakan berpacu ketika menyadari kehadiran pria itu.

" Dia? Kenapa dia berada disini? Ya Tuhan,, Semoga aku tidak perlu kembali berurusan dengannya. " batin Silvia bergejolak.

Sudah sejak lama dirinya berusaha menghindari lelaki itu. Kini luka lama kembali tertoreh, ia masih ingat betul betapa sakit hatinya mengingat perlakuan buruk Andreas dahulu padanya.

Flash Back On...

Masa SMP

" Andreas,, ini untukmu. " Silvia memberikan sebungkus makanan ringan kesukaan sang pujaan hati dengan senyum termanisnya.

" Heh.. Aku tidak sudi menerima makanan dari gadis culun sepertimu. Buang saja! " Tanpa aba-aba anak lelaki itu menampik makanan tersebut hingga terlempar begitu saja.

Tanpa terasa air mata Silvia meluncur begitu saja. Padahal ia sengaja menyisihkan uang jajannya hanya untuk membelikan cemilan kesukaan Andreas yang cukup mahal.

Selalu seperti itu, kebaikannya tak pernah dihargai oleh seorang Andreas yang merupakan anak lelaki paling populer disekolahnya. Hanya saat dirinya membutuhkan bantuan dalam mengerjakan tugas sekolah, barulah ia bisa bersikap sedikit baik pada Silvia, tunangannya.

Yah, mereka telah dijodohkan sejak kecil lantaran kedua orang tuanya yang bersahabat begitu dekat. Tentu saja Silvia yang polos dan lugu itu merasa begitu senang dijodohkan dengan Andreas yang begitu tampan.

Akan tetapi, berbeda dengan Andreas. Ia merasa begitu kesal sebab menurutnya Silvia adalah gadis culun, udik dan kampungan pula. Hanya satu kelebihannya, ia gadis pintar, tapi itu tak ada artinya bagi Andreas.

Ia terpaksa menerima perjodohan tersebut hanya karena ia tak mampu melawan Papanya yang selalu mendidik dengan keras. Hatinya telah tertambat pada Cecile, gadis cantik yang juga merupakan idola kaum adam disekolahnya.

" Tidak! Sampai kapanpun aku tidak mau dijodohkan dengan Si Culun. Aku pastikan hidupnya menderita setelah ini." tekadnya dalam hati saat ia menyematkan sebuah cincin di jari manis Silvia. Netranya berapi-api menatap gadis yang terlihat begitu bahagia bersanding dengannya.

Bersambung...

GADIS SOMBONG

" Hai,, kenapa kau melamun, heum? " seorang gadis tiba-tiba datang dan memukul pelan pundak Stevia. Dia bernama Ririn, sahabat Stevia semenjak SMA dulu.

Ucapan Ririn seketika membuyarkan lamunan Stevia. Gadis itu terlonjak kaget sembari memegangi dadanya. " Kau ini! Sengaja ya bikin aku jantungan?" cebiknya kesal.

Ririn terkekeh melihat ekspresi sahabatnya. " Maaf, habisnya aku gemas melihatmu bengong sendiri disini. Memangnya siapa yang kau lihat? " Gadis itu celingukan sembari memperhatikan sekitar.

" Ti,,tidak. Aku tidak sedang melihat apapun. " jawab Stevia gugup. Untung saja Andreas sepertinya sudah tidak ada disana. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.

" Hei,, kenapa kau terlambat?Acara telah usai tapi kau baru tiba disini? Kau memang tidak setia kawan, harusnya kau menyemangatiku tadi." ungkap Stevia kesal.

" Maaf,, maaf. Aku tadi ada keperluan sebentar. Oh ya? Kita jadi kan bertemu dengan bosku? Dia butuh model untuk produk kecantikan. Aku yakin kau sangat cocok membintanginya." belum juga Stevia menjawab, Ririn langsung menarik tangan gadis itu bersamanya.

Ririn membawa sahabatnya ke salah satu restoran yang ada di gedung tersebut. Keduanya terhenti saat melihat dua sosok lelaki yang terlihat mengobrol saling berhadapan disalah satu sudut ruangan.

Seorang pria terlihat melambaikan tangan kearah mereka. Dengan segera Ririn menghampiri sang atasan dan memperkenalkan sahabatnya.

Netra Tomy kini fokus pada gadis disebelah sang sekertaris. Dari pertama Ririn merekomendasikan Stevia, ia memiliki ketertarikan tersendiri pada gadis tersebut.

" Kok bengong Bos? " Ririn melambai-lambaikan tangan didepan muka Tomy saat menyadari pria itu sedang melamun. Dirinya sangat kagum, model itu ternyata lebih cantik didunia nyata dibandingkan fotonya.

" Oh,,iya maaf. Apa tadi kamu bilang?" pikiran Tomy benar-benar sudah beralih dari tempatnya.

Ririn menggeleng kepala lantaran heran. " Bos-bos, Anda ini aneh-aneh saja. Jatuh cinta pada pandangan pertama ya? " godanya sambil mencolek pinggang Tomy. Memang hubungan mereka cukup dekat bahkan tak nampak batasan antara atasan dan bawahan.

" Kau ini tidak sopan, jaga bicaramu! " Tomy menonyor pelan kepala sang asisten. Harga dirinya seakan dilempar ke dasar bumi oleh gadis tersebut. Ia pun segera menyapa Stevia yang terlihat agak tegang entah mengapa.

" Maaf, begitu kalau anak terbiasa dikasih makan menyan. Ngomongnya suka sembarangan. Jangan dengarkan dia. "

" Bos aku bukan anak-anak. " Ririn tak terima.

" Apa bocah? Disini siapa yang atasan? " Tommy menimpali.

" Anda. " jawab Ririn seraya mengerucutkan bibirnya.

" Jadi kamu harus?"

" Nurut."

" Bagus,, Anak pintar." Tommy tersenyum sambil mengacak rambut Ririn hingga sedikit berantakan.

Stevia ikut tertawa melihat tingkah keduanya, raut ketegangan diwajahnya berangsur-angsur hilang. Tommy senang, nampaknya sikap Ririn cukup menghibur gadis incarannya.

" Tommy,, senang bertemu denganmu." ia segera memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.

Stevia terdiam sesaat hingga akhirnya ia menerima jabat tangan pemuda itu.

" Vie,, " jawabnya singkat. Ia hendak melepaskan tangannya, tapi Tommy masih saja menggenggam erat tangannya hingga membuatnya risih.

" Ehherrrmmm,, Tom jangan membuatnya ketakutan. Dasar mata keranjang. " sindir Andreas yang sedari tadi merasa hanya sebagai penonton setia.

Tommy hampir terlupa, dirinya terlalu mengagumi kecantikan Stevia. Ia segera melepaskan tangan yang kini terasa dingin akibat ulahnya.

Ririn yang baru menyadari keberadaan Andreas segera menyapa sahabat atasannya.

" Aduh,, ada Pak ganteng. Selamat malam Pak." ucapnya ramah. Andreas hanya membalas dengan seulas senyum diwajahnya. Keempatnya segera duduk dan mulai membicarakan obrolan serius.

Hati Stevia sungguh tak tenang, dirinya gugup. Meskipun Andreas tak banyak bicara ,tapi sorot mata pria yang duduk dihadapannya saat ini seolah mampu membekukan dirinya.

Dalam hati ia merutuki diri sendiri, kenapa sampai saat ini masih saja seperti itu. Namun, dirinya berusaha sebisa mungkin bersikap biasa saja.

Keputusan telah diambil, Stevia akhirnya setuju bekerjasama dengan perusahaan periklanan milik Tommy. Iapun pamit undur diri setelahnya.

" Maaf Nona. Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Mengapa aku seperti mengenal anda? " ucapan Andreas seketika menghentikan langkah Stevia yang telah beranjak.

Wanita itu berhenti, mengatur nafasnya sebelum berbalik ke arah lawan bicaranya.

" Sudah banyak yang berkata seperti itu hanya untuk bisa berkenalan denganku. " jawabnya tegas kemudian berlalu kembali. Ia harap itu bisa menjadi pukulan telak bagi pria yang pernah meluluh lantakan perasaannya.

" Cih,, sombong sekali wanita itu. Aku semakin bersemangat untuk menaklukkannya. " gerutunya kesal.

Tommy tertawa terbahak-bahak. Dirinya merasa menang satu langkah dari sahabatnya.

" Siap- siap, Bro. Sebentar lagi mobilmu pasti akan berpindah ketanganku. "

PRIA TAK BERADAB

" Sial !! " Andreas tak henti-hentinya mengumpat mengingat Stevia yang sama sekali tak mengindahkannya. Biasanya para kaum hawa akan langsung terpesona oleh ketampanannya. Tapi ternyata gadis ini berbeda, ia sama sekali tao tertarik pada seorang Andreas Dirgantara.

Pemuda itu berjalan gontai menuju parkiran mobil. Ia meninggalkan Tomy dan Ririn yang masih memiliki urusan pekerjaan disana.

Tanpa dirinya sadari, seseorang sedang mengintainya dari balik pilar. Pria itu perlahan berjalan mendekati Andreas dengan membawa sebilah pisau ditangannya.

Saat Andreas hendak memasuki mobil tiba-tiba pria tersebut menghujamkan pisau kearahnya.

Sssreeettt..

Arrgghhh.. Siapa kau!!

Pria itu berhasil melukai lengan Andreas. Hampir saja pria itu mati kalau saja dirinya tak menyadari pantulan pria itu dari balik spion mobilnya.

Bukannya menjawab, pria misterius itu justru kembali mengarahkan pisaunya pada Andreas. Keduanya terlibat perkelahian sengit.

Pria tersebut ternyata cukup kuat apalagi dengan kondisi Andreas yang terluka membuatnya semakin kewalahan.

Buughhh...

Satu tendangan berhasil mengenai perut Andreas. Pemuda itu tersungkur seketika, ia tak memiliki pilihan lain selain kabur lantaran pria misterius tersebut sepertinya ingin melenyapkan nyawanya.

Ia berlari sekuat tenaga namun pria tersebut terus saja mengikutinya.

Huh..Huh..Huh..

Deru nafasnya memburu, degup jantungnya semakin kencang. Cukup banyak darah yang mengalir dari balik lengan bajunya. Dirinya kini bersembunyi dibalik salah satu pilar.

Lelaki misterius tersebut menyeringai licik. Tentu saja dengan mudah ia bisa menemukan keberadaan Andreas lewat tetesan darah yang menetes ke lantai.

Perlahan ia mendekat sambil mengarahkan pisau ke arah Andreas.

Untung saja keberuntungan masih menyertai Andreas, ia segera menghindar saat terdengar langkah kaki yang berbenturan dengan lantai.

Buughhh...Buughhh..Buuggghh..

Keduanya terlibat perkelahian kembali. Dengan sekuat tenaga dirinya berusaha melawan hingga salah satu tendangannya berhasil menjatuhkan pisau dari tangan lelaki itu. Ia segera menendang pisau tersebut menjauh.

Lelaki misterius itu geram, ia memukuli Andreas yang semakun lemah sembari netranya mencari keberadaan pisau ditangannya.

Saat ada kesempatan, Andreas kembali kabur lantaran sudah tak mampu melawan lelaki itu.

Langkahnya semakin melemah, ia berniat mencari tempat persembunyian. Namun, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya berlari bersama. Mereka berhenti sementara dibalik tembok.

" Kau? " ia cukup terkejut saat mengetahui gadis yang bersamanya adalah gadis sombong yang ia temui tadi.

Tanpa banyak bicara, Stevia menoleh sekitar. Setelah dirasa aman, ia mengeluarkan sebuah kain dari dalam tasnya lalu mengikat lengan Andreas yang terluka. Dengan segera ia membuka jaket dan topi yang ia kenakan dan memakaikannya pada Andreas.

" Ayo, kita harus segera pergi dari sini. " gadis itu kembali menggandeng tangannya.

Ucapan yang datar, bahkan iapun tak menatap lawan bicaranya. Namun, disaat genting seperti ini hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Andreas mengangguk, iapun ikut kemanapun gadis itu membawanya.

Sungguh sial, Lelaki misterius tersebut berada didepan mereka. Untung saja ia tak menoleh kearah keduanya. Stevia langsung mendorong tubuh Andreas ke pinggir tembok.

Andreas begitu terkejut, apalagi gadis itu tiba-tiba melingkarkan kedua lengannya dipundak Andreas. Kedua netra mereka bersiborok, sebelum kemudian Stevia memajukan wajahnya didekat wajah Andreas.

" Diamlah kalau kau ingin selamat. " perintah Stevia semakin mendekatkan wajahnya ke arah Andreas dengan posisi tubuh yang begitu intim.

Glek....

Jakun Andreas naik turun saat menatap gadis yang berada sangat dekat dengannya. Netra yang begitu indah,hidung mungil nan mancung. Apalagi bibir mungil itu, Oh terlihat sedikit basah oleh lipglows sehingga menimbulkan sensasi sensual.

Otaknya sedikit melenceng, bahkan disaat segenting ini dirinya lupa bahwa ia sedang dalam bahaya. Hembusan nafas Stevia yang menyapu wajahnya membuat gairah dalam darinya bangkit. Wanita itu benar-benar cantik dan menggoda.

Degub jantung Steviapun berdetak tak beraturan. Mungkin wanita itu sama gugupnya dengannya. Ia sudah tak memperdulikan akal sehatnya, tanpa tahu malu dirinya justru mereguk nikmatnya bibir manis itu tanpa izin dari si empunya.

Alhasil, Stevia terperanjat kaget, tapi sialnya penjahat itu masih berada tak jauh dari mereka. Ia menahan bibir tak beradab itu dengan salah satu ujung jarinya. Netranya mendelik lantaran kesal.

" Awas saja, setelah ini aku akan membuat perhitungan denganmu. Harusnya kubiarkan saja kau mati ditangan orang itu. " rutuknya dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!