Bimo Bagaskara adalah seorang pria yang berusia 25 tahun, Bimo yang baru saja menyelesaikan pendidikan di universitas ternama di LA dan berhasil meraih gelar Cumlaude terbaik dibidang nya. Pria muda tampan, dan berprestasi, perawakan tinggi tegap serta hidung mancung dan bibir merah alami membuat kaum hawa tergila-gila jika melihatnya.
Sayangnya bagi Bimo, tidak ada wanita yang mampu menggantikan nama seseorang dihatinya hingga sekarang nama wanita itu masih melekat dihatinya meskipun wanita itu sudah milik orang lain.
“Kamu sudah siap untuk bekerja?” Tanya Rendy Bagaskara tak lain adalah ayahnya sendiri yang masih menjabat sebagai CEO utama di perusahaan sebelum dirinya yang menggantikan posisi itu.
“Sudah pah.”
“Baik, papa akan memperkenalkan kamu pada semua bagian di kantor ini, dan ini Daniel sekertaris papa yang yang akan membatu kamu jika ada kesulitan.” Ucap Rendy panjang lebar.
“Siap pah.” Bimo penuh semangat menjalani semua ini, karena memang dirinya anak tunggal dan harus menerima sebagai pewaris utama.
Hari ini adalah hari pertamanya berkerja, Bimo mempelajari dokumen-dokumen yang nantinya akan ia tangani di bantu oleh Daniel.
Bimo yang memang memiliki otak cerdas sehingga dirinya cepat tanggap dan pasti cepat menguasai materi yang ia pahami.
“Sudah waktunya makan siang pak.” Daniel mengintrupsi bos barunya itu, yang masih semangat mempelajari berkas.
“Hm, nanti saya pesan saja.” Ucap Bimo tanpa melihat Daniel.
“Baik, saya pesankan saja. Bapak mau makan apa?” Tanya Daniel.
“Apa saja, terserah.”
Daniel segera keluar dan memesankan makanan untuk bos barunya itu, dirinya cukup takjub melihat keseriusan Bimo dalam mempelajari dokumen.
Selain tampan dan rupawan Bimo juga memiliki sifat dingin kepada orang yang baru dia kenal, dan Bimo tidak mau berdekatan dengan seorang wanita jika bukan istri Om nya yang bernama Indira teman semasa sekolahnya.
Meskipun banyak wanita yang mendekatinya namun karena Bimo tidak merespon dan terlalu cuek, mereka yang akhirnya pergi sendiri.
Bimo hanya dekat dan akrab pada keluarga dan sahabatnya semasa sekolah yaitu, Resa, Raka, Jingga dan Guntur. Sedang kan sahabat wanita hanya Indira, meskipun Indira mempunyai dua sahabat tetapi Bimo tidak terlalu akrab.
“Masuk.” Mendengar seruan dari dalam, Daniel masuk dengan membawakan dua kotak makanan dan minuman.
“makan siang anda pak.” Ucap Daniel menaruh bungkusan itu diatas meja disudut ruangan.
“Terima kasih.”
Daniel segera keluar setelah pamitan, dirinya juga akan makan siang di dalam ruangannya.
Daniel pria berusia 28tahun, lebih tua 3tahun dari Bimo, dirinya sudah bekerja dengan Rendy selama empat tahun.
Daniel tipe pria yang cekatan dan cerdas, semua pekerjaan Daniel yang menghendel ketika Rendy sedang cuti ataupun tidak masuk kantor. Daniel adalah tangan kanan Rendy yang akan membantu Bimo setelah Rendy pensiun.
.
.
.
Hari ini adalah hari interview bagi calon karyawan yang melamar sebagai OB atau OG di perusahaan Bagaskara Grub. Dan diantara banyak nya pelamar hanya Sepuluh orang saja yang akan diterima.
Seorang gadis cantik dengan rambut sedikit coklat, dan mempunyai bola mata coklat gelap sedang duduk diantara sepuluh orang yang diterima sebagai jasa kebersihan.
“Baiklah mulai besok kalian semua bisa bekerja di bagian masing-masing yang sudah tertera dikertas kerja kalian, dan ingat jangan sampai terlambat.” Ucap seorang wanita paruh baya yang bernama Wati menjabat sebagai kepala Cleaning servis di kantor itu.
“Baik bu.” Mereka semua kompak dan segera keluar dari aula interview.
“Eh, nama kamu siapa? Dan dapat bagian apa?” tanya gadis berambut ikal, dan badan sedikit berisi.
“Kenalin namaku Alena, aku bagian OG di lantai Paling atas, ruangan direktur.” Ucap Alina dengan senyum bahagia.
“Wah ternyata kita sama, Kenalin aku Gina semoga kita bisa menjadi teman.” Kedua gadis itu nampak bahagia karena bisa diterima di perusahaan bergengsi itu meskipun hanya sebagai OG, tetapi bagi mereka adalah anugrah yang patut disyukuri.
Keduanya bertukar nomor ponsel dan melanjutkan untuk pulang kerumah masing-masing.
Alena mengendarai motor maticnya dengan perasaan senang, akhirnya dirinya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, dengan gajinya nanti dirinya bisa membayar kontrakan tepat waktu dan membayar sekolah adik nya yang baru saja masuk SD.
Alena Andhini adalah gadis yatim piatu yang tinggal berdua dengan adik perempuan satu-satunya yang berusia 7tahun.
Alena ditinggal kedua orang tuanya baru lima bulan ini, kedua orang tuanya mengalami kecelakaan lalu lintas ketika ingin menyebrang sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak sepeda motor yang kedua orang tuanya tumpangi.
Sopir mobil itu langsung melarikan diri tanpa berniat bertanggung jawab, dan Alena pun tidak memproses sampai tuntas karena dirinya tidak memiliki cukup biaya.
Alena berasal dari keluarga sederhana dan pas-pasan.
Alena memasuki halaman kontrakan nya dengan wajah bahagia.
“Alisa kakak pulang?” Alena memanggil adiknya.
Pintu rumah terbuka menampakan gadis kecil cantik dengan senyum manis. “Kak Lena sudah pulang?” Alisa mencium tangan kakaknya.
“Sudah sayang, ayo kita masuk, kakak belikan chiken kesukaan kamu.” Alena yang tadi sempat mampir untuk membeli makanan kesukaan adiknya itu.
“Wah.. pasti ini enak kak.” Mata Alisa berbinar ketika melihat dua potongan chiken kesukaan nya.
“Ini semua untuk Alis, habiskan ya.” Alena mengelus rambut adiknya sayang.
“Beres kak Lena.” Gadis kecil itu segera memakan chiken kesukaan nya itu dengan lahap.
Alena hanya menatap sendu, dirinya tidak membayangkan akan berada diposisi seperti ini, menjadi kakak sekaligus orang tua bagi Alisa adalah tugas yang harus dirinya lakukan.
“Kak, ini enak sekali. Coba kakak rasain.” Alisa menyodorkan ayam chiken didepan mulut Alena.
Alena hanya tersenyum dan membuka mulutnya. “Hm..iya enak.”
Dan mereka pun menikmati hingga habis.
“Oya Lis, kakak sudah dapat pekerjaan di kantor, mulai besok kakak sudah masuk kerja.” Alena memberi tahu Alisa.
“Selamat kak, akhirnya kak Lena mendapat pekerjaan.” Alisa nampak senang mendengarnya.
“Hu’um, doain kakak semoga kerjaan kakak lancar ya.” Alena merangkul tubuh adiknya.
“Pasti kak, Alis bakalan doain kakak.”
Alisa terbiasa dirumah sendiri ketika pulang sekolah, dan Alena pun sudah mengajari gadis kecil itu untuk mandiri.
“Alis tidak apa-apa kan kalau dirumah sendiri.” Tanya Alena.
“Tidak apa-apa kak, Alis sudah terbiasa.” Gadis itu hanya tersenyum kepada kakak satu-satunya itu.
“Anak pintar, kak Lena sangat sayang Alisa.” Alena memeluk erat tubuh Alisa.
“Alis juga sayang banget sama kak Lena.”
Mereka adalah kakak beradik yang dipaksa harus dewasa dengan cepat, diusia Alena yang baru 18 tahun sudah harus ditinggalkan kedua orang tuanya dan juga harus menghidupi adik perempuannya yang masih kecil.
Alena yang baru saja lulus sekolah langsung mencari pekerjaan untuk membantu kelangsungan hidup mereka, kini Alena tahu betapa kerasnya hidup di kota dengan kehidupan pas-pasan dan hanya bermodal ijasah SMA hanya mendapat pekerjaan sebagai Office girl.
.
.
Salam kenal dari Bi_Le😘
Bimo melajukan mobilnya dengan sedikit kencang karena pagi ini dirinya ada pertemuan penting dengan rekan bisnisnya, karena cuaca yang sedang tidak bersahabat dan pagi ini gerimis pun mengguyur kota.
Di pertigaan seseorang menggunakan motor metiknya yang juga sedang buru-buru ingin berangkat kerja dihari pertama, namun nasib sial menghampirinya.
Tiiiiiiinnnnnn brak.
Karena ingin menyebrang tidak melihat kanan kiri, alhasil motor yang ia kendarai menabrak mobil Lamborghini hitam yang sedang melintas.
"Auwwss... ahh skala banget sih." orang itu meri*ntih ketika merasakan siku tangan dan lututnya terasa perih, meskipun memakai mantel hujan tetapi dirinya bisa merasakan sakit.
"Dam.It" pengemudi mobil mengumpat kesal, dirinya yang sudah buru-buru harus mendapat masalah dengan mobilnya yang ditabrak.
"Kalo mau nyebrang lihat jalan dong..!!" Bimo menatap seseorang yang sedang berusaha mendirikan motornya yang roboh, tanpa mau membantunya karena sudah kesal ditabrak. motor orang itu lumayan rusak parah karena menghantam mobil itu, bodi spakbor dan dasboard motor matik itu pecah, kaca spion pun sudah lepas dari tempatnya.
"Kamu, gak lihat saya lagi kesusahan. bukanya bantuin malah marah-marah." Ucap orang itu yang ternyata seorang wanita.
Bimo menatap datar orang itu, tangan nya mencekram erat payung yang ia gunakan. "Kamu harus ganti rugi, lihat karena ulah kamu mobil saya jadi lecet." Bimo menunjuk bodi mobil mewahnya lecet dan sedikit baret.
"Kalo saya ganti rugi sama kamu, siapa yang mau ganti rugi motor saya." perempuan itu berbicara dengan nada ketus dan menatap tajam Bimo. Gerimis pagi bukannya me dinginkan mereka berdua tetapi malah membuat keduanya panas.
"Saya gak mau tau, mana KTP kamu?" Bimo meminta KTP wanita itu dengan tatapan dingin.
Merasa bersalah, namun juga tidak ingin diperpanjang maka wanita itu memberikan KTPnya. "KTP saya jangan buat jaminan pinjam hutang ya, awas aja kalo sampe di gadein." Perempuan itu menggerutu kepada Bimo.
"Cihh. Gue cuma mau Loe ganti rugi." Bimo pun segera masuk kedalam mobil, tidak memperdulikan umpatan wanita yang masih berusaha membuat motornya berdiri.
"Ganteng-ganteng kok galak."
.
.
.
.
Bimo sampai di kantor dengan wajah kesal apalagi kejadian sebelum sampai kantor membuat mood nya benar-benar hancur.
"Pagi pak..?" Para karyawan menyapa bos muda yang masih menjadi wakil CEO dikantor Bagaskara Grub. Seperti biasa Bimo hanya berjalan tanpa menjawab sapaan para karyawan nya. Perlu digaris bawahi, dari jaman 'Bemo Sayang' masih SMA dirinya tidak pernah akrab kepada siapapun kecuali ke empat sahabatnya dan Indira. Sifat dingin dan cuek Bimo masih menempel seperti prangko hingga sampai sekarang.
"Hahh.." Bimo menghela napas kasar, menyandarkan kepalanya di kursi. masih pagi mood nya sudah hancur, apalagi ada pertemuan yang harus dirinya hadiri.
"Kamu baru sampai?" Rendy papa Bimo, masuk keruangan wakil CEO ketika melihat putranya baru saja tiba.
Bimo duduk tegak ketika suara papanya ia dengar. "Ia Pah, tadi ada insiden kecil waktu dijalan." Meskipun bicara dengan papanya, namun saat dikantor Bimo akan menggunakan sopan santunnya terhadap atasan.
"Ya sudah biar papa yang temui klien pagi ini, kamu tolong cek dan pelajari berkas ini." Rendy memberikan map dokumen kepada putranya.
"Baik, terimakasih Pah." Bimo tersenyum, sungguh papanya sangat pengertian sekali.
"Lain kali kamu harus siap, apapun keadaan kamu." Rendy menepuk pundak putranya, dirinya bisa melihat wajah putranya yang kusir kayak jemuran belum disetrika, dari pada berantakan lebih baik dirinya mengalah.
"Oke Pah." Rendy keluar dari ruangan Bimo.
"Ah, untung papa tau mood gue lagi ancur." Bimo meraih gagang telpon berniat menghubunginya OB untuk membuatkannya kopi.
"Antar kan kopi keruangan saya." Dan Bimo segera menutup gagang telpon, tanpa mendengar jawaban diseberang sana.
tok..tok..tok..
"Masuk?".
Seorang OG masuk dengan membawa nampan berisikan kopi pesanan bosnya.
"Kopinya pak." Ucap OG itu lalu menaruh kopi di atas meja.
"Hem." tanpa menoleh ataupun melihat, Bimo masih fokus menatap dokumen yang berada ditangannya. Dan tangan satunya pun meraih gagang gelas kopi, lalu ia menyesapnya.
Byuurrr
Semburan kopi panas melayang hingga berceceran dilantai.
"Kam_" Untuk kepersekian detik keduanya bertatap mata, Bimo lebih dulu memutus kontak mata. "Kamu? kenapa bisa disini?" Bimo menatap tajam gadis yang sudah membuat mood nya buruk tadi pagi, dan kini malah bertemu gadis itu lagi sebagai OG.
"Maaf pak. Saya baru bekerja hari ini." Gadis itu menunduk dengan takut, ternyata pria tadi pagi yang ia tabrak mobilnya adalah bosnya.
"Baru bekerja, sudah bikin kesalahan dua kali." Dengan sorot mata tajam dan dingin menatap gadis yang sedang ketakutan di depan nya.
"Maaf pak." Hanya ucapan maaf yang bisa gadis itu ucapkan agar tidak dipecat dihari pertamanya bekerja.
"Kalau kamu tidak bisa membedakan gula dan garam, lebih baik kamu tidak usah bekerja." Bimo dengan tidak berperasaan bicara ketus dan sinis kepada gadis itu.
"Keluar kamu sekarang.!" Bimo yang geram karena bosan hanya mendengar kata maaf dari gadis itupun mengusirnya dari ruangan.
"Sekali lagi saya minta maaf." Sebelum pergi gadis itu menunduk hormat, tanpa berani menatap atau menaikkan kepalanya.
"Ck. jaman sekarang, orang tidak bisa apa-apa tapi diterima bekerja." Bimo menggerutu, dirinya kembali mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.
.
.
.
.
Bimo Sedang melakukan pertemuan dengan klien dari perusahaan yang ingin berkerja sama dengan perusahaan nya, dan Rendy memberika tugas ini kepada Bimo.
“Terima kasih atas kerjasama kita, semoga berhasil dan menguntungkan.” Mereka berdua berjabat tangan.
“Sama-sama, senang bisa bekerjasama dengan perusahaan anda, semoga kedepannya membawa kesuksesan.” Bimo pun tersenyum ramah jika kepada klien nya. Karena dengan begitu maka para klien akan sangat senang.
Mereka pun berpisah di parkiran dan Bimo melajukan mobilnya menuju kembali ke kantornya.
Ketika melintasi bengkel mobil dirinya ingat kejadian yang membuat mobilnya menjadi lecet. Akhirnya Bimo pun putar balik dan masuk ke bengkel mobil dengan tujuan memperbaiki mobilnya.
“Mas, tolong mobil saya kena baret.” Bimo menghampiri seorang montir yang sedang bekerja.
“Ya, kenapa Mas?” Tanya pria itu, yang tadi tidak mendengar ucapan Bimo.
“Tolong mobil saya kena baret.” Ulang Bimo dengan wajah datar.
“Oke baik.” Pria itu segera melihat mobil mewah yang katanya baret itu. “Wah sayang sekali ya mas, mobil mewah gini kena baret parah.” Pria itu malah bedecak kagum melihat mobil mewah Bimo.
“Bisa di benarkan?” Tanya Bimo datar.
“Bisa dong, Satu Minggu mas bisa ambil mobil ini lagi dalam keadaan top.” Pria itu nyengir dengan mengacungkan jempol nya.
“Oke.” Bimo pun memberi kartu nama. “Ini kartu nama saya, kalau beres hubungi nomor itu.”
“Beres mas.”
Bimo pun memesan taksi online untuk kembali kekantor nya.
.
.
Like..komen..ayooo setor buat Bemo sayangg😂
“Loh kamu kenapa naik taksi Bim?” Tanya Rendy yang bertemu Bimo di depan gedung kantor karena Rendy akan keluar menemui Leina istrinya berpapasan dengan Bimo yang baru saja turun dari taksi.
“Mobil Bimo dibengkel Pah, ada yang harus di benerin.” Ucap Bimo. “Papa mau kemana?” melihat papanya yang keluar kantor sendiri.
“Mama kamu ngajakin ketemuan katanya penting, gak tau kenapa?” Jawab Rendy.
“Dih. Kek ABG aja ngajakin ketemuan, tinggal satu rumah aja masih ngajakin ketemuan.” Bimo mencibir papanya.
“Kamu sekarang masih bisa meledek, tunggu aja kalau kamu udah ketemu pawang nya.” Rendy hanya tertawa dan meninggalkan anak semata wayang nya itu.
“Duh, bokap kek nya udah mulai puber lagi tuh.” Bimo geleng kepala dan melangkah masuk menuju ruangan nya.
Seperti biasa para karyawan meyapa hormat padanya dan Bimo hanya mengangguk tanpa ekspresi.
“Duh lak wakil direktur makin hot aja sih.”
“Bikin hati eke jadi klepek-klepek tau gak sih lihat matanya.”
“Sayangnya kita-kita bukan tipenya, makanya dia gak ngelirik.”
Begitulah bisik-bisik para wanita yang masih singgel mengenai seorang Bimo Bagaskara.
Alena yang sudah masuk kerja dan mendegar bisikan para karyawan wanita di sepanjang lorong kantor hanya bernapas lelah. Dih, cowok dingin gitu di ghibahin.” Alena yang memang terlalu kesal karena pertemuan pertamanya dengan Bimo yang ternyata adalah bosnya di kantor menjadi kesal, memang si kesalahanya tapikan ia juga kena imbasnya harus memasukkan motor kesayangan nya kebengkel dan belum membayar ganti rugi mobil bosnya itu.
.
.
.
“Keruangan saya sekarang.”
“Tap_” belum sempat Alena berucap telpon pantry sudah ditutup oleh bosnya.
“Apa lagi ulahnya kali ini.” Alena menggerutu tak urung dirinya mendatangi ruangan bosnya.
Tok..tok..
“Masuk”
“Ada yang bisa saya bantu pak?” tanya Alena yang melihat bosnya sibuk dengan berkas diatas meja.
"Buatkan saya kopi, pake gula bukan lake garam." Ucap Bimo tanpa melihat Alena yang berdiri didepan nya.
"Baik pak." Karena di kantor Alena akan sopan.
"Tunggu."
"Ada lagi pak?"
"Gulanya satu sendok lebih sedikit." Bimo memperagankan menggunakan tangan nya.
"Udah."
"Ya, sana buatkan." Bimo mengibaskan tangan nya mengusir Alena.
"Gitu aja harus keruangan nya." Alena menggerutu, kelakuan bosnya itu sangat menyebalkan sekali.
Sepuluh menit Alena masuk dengan membawa secangkir kopi. "Ini pak kopinya." ucap Alena menaruh gelas kopi diatas meja.
"Hm." Alena pun segera keluar ruangan sebelum bos menyebalkan itu bikin ulah lagi.
Selang lima menit.
"Keruangan saya sekarang."
"Ada apa lagi pak?" Alena yang kembali muncul dengan wajah masam.
"Kamu gak pake takaran ya ngasih gulanya, ini kemanisan." ucap Bimo menatap tajam Alena.
"Tapi sesuai permintaan anda pak, gulanya." Bela Alena yang memang mengikuti perintah Bimo.
"Kalo kamu pakai takaran saya kenapa kemanisan." Bimo terus mencari kesalahan Alena.
"Kalau begitu biar saya ganti." Alena mengambil kembali gelas kopi tadi.
"Ya, harus lah, awas aja sampe salah lagi." Bimo menyeringai ketika Alena sudah hilang dibalik pintu. "Mampus loe, gue kerjain."
tok..tok..
"Masuk."
Alena menaruh nampan berisikan pesanan bosnya.
"Kenapa kamu bawa toples gula segala?" tanya Bimo heran karena Alena membawa nampan yang berisikan dua cangkir air panas, kopi, gula teh masih pada tempatnya masing-masing.
"Bapak tinggal kasih sesuai ukuran bapak biar pas." Alena pun melenggang pergi setelah puas melihat wajah bos nya yang kesal.
Jika bukan bos nya tempat bekerja sudah dikerjain habis-habisan oleh Alena, mengingat dirinya adalah bawahan Bimo sebisa mungkin Alena tidak membuat ulah.
Bimo menatap geram punggung Alena yang menghilang dibalik pintu, dirinya tidak percaya dengan apa yang dilakukan bawahannya itu, sungguh sangat keterlaluan. Lihat saja nanti akan dia balas.
"Dasar, perempuan menyebalkan."
Bimo mengumpati Alena dalam hati, niat ingin mengerjai tetapi malah dirinya yang dikerjai.
"Seumur-umur baru kali ini ada cewek yang berani nantangin gue." Mulut menggerutu tangan sambil meraih sendok meracik kopi.
.
.
.
"Kamu dari mana Len?" tanya Gina yang baru saja sampai di pantry setelah membersihkan toilet.
"Dari ruangan wakil bos, nyebelin tau gak orang nya." Alena bersungut kesal sambil meraih gelas untuk mengambil air minum.
"Wah, gimana-gimana ganteng banget ya orangnya?" Tanya Gina antusias. karena yang ia dengar wakil CEO mereka masih muda dan sangat tampan. tetapi memang Gina yang belum pernah melihat bosnya itu.
"Ganteng doang tapi menyebalkan."
"Iss, kamu gak naksir gitu sama si bos."
"Dih, ogah amat lagian gue udah ada yang punya." Alena menaruh gelas di meja dan mendudukkan dirinya di kursi.
Gina ikut duduk di samping Alena. "Ceritain dong gimana orang nya pak bos aku penasaran." Gina menggoyangkan lengan Alena.
"Ogah gak napsu, ngapain gibahin cowok modelan pak bos, mending gue bikin makanan siapa tahu ada tamu.
Alena pun beranjak dan mengambil bahan kue dari penyimpanan. tugas Alena di bagian pantry direktur adalah melayani satu lantai yang membutuhkan bantuannya, seperti membuat minum untuk atasan dan ketika ada tamu, terkadang juga Alena memanfaatkan bahan yang ada untuk membuat makanan dan di hidangkan bagi siapa yang ingin minum kopi dengan makanan.
"Isss... gak asik kumu Len." Gina mendengus kesal, teman nya itu tidak mau berbagi cerita mengenai bos yang terkenal tampan dan rupawan itu. Gina dipekerjakan bagian bersih-bersih toilet umum di ruangan itu, jadi dirinya belum pernah melayani bos mudanya itu. Ingin sekali Gina melihat tampang ganteng bosnya itu untuk cuci mata agar tidak hanya ember dan pel-pelan melulu yang ada di depan matanya.
Alena tidak habis pikir kenapa semua orang membicarakan tentang bos menyebalkan itu, apa mereka tidak melihat jika bos yang mereka agung-agungkan wajahnya itu adalah pria yang sangat menyebalkan.
Alena sibuk meracik takaran pada bahan kue yang ingin ia buat, Dirinya ingin membuat cake red Velvet seperti bahan yang tersedia.
Sangking asiknya Alena tidak tahu jika Gina sudah meninggalkan pantry.
"Gin, kalau kamu ingin ketemu bos menyebalkan itu, nanti deh kalau dia bikin ulah lagi kamu aku suruh maju, biar kamu tahu wajah menyebalkan bos yang kamu bilang tampan itu." Alena berbicara sangat lancar ketika menyangkut bos menyebalkan itu.
"Kamu tau gak Gin, dia orang kaya tapi masih minta aku untuk ganti rugi mobilnya yang gak sengaja aku tabrak." Lagi-lagi Alena lancar sekali gosipin bos menyebalkan. "Kalau bukan bos udah gue ber_."
"Ehem...Beri apa?"
Deg
Tubuh Alena menegang ketika mendengar suara yang amat dirinya hafal. "Mampus gue."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!