Flasblack
Satu tahun yang lalu..
"Saya terima nikah dan kawinnya Anindyaguna Mahendra binti Mahendra dengan mas kawin cincin berlian bertahta batu permata di bayar tunai."
Dengan satu tarikan nafas mas Nirwan sangat lantang, tegas mengucapkan ijab qobul. Meminta dirinya langsung ke ibu panti yang membesarkan Dya, hingga Dya mempunyai kehidupan baru yaitu keluar dari panti dan hidup mandiri bees sang suami.
Pernikahan yang di hadiri keluarga besar mas Nirwan, dan beberapa pengurus panti yang menjadi saksi bisu perjalanan cinta Dya untuk menemukan kebahagiaan nya.
Setelah mengucapkan kalimat sakral, Dya langsung di boyong ke rumah mertua yang berada di kota Jakarta. Tidak ada acara menginap di panti, sorenya Dya harus meninggalkan tempat yang penuh dengan sejarah.
Dya meninggalkan panti asuhan dengan tangis haru, terutama adik-adiknya yang enggan rela mengijinkan Dya pergi dari panti.
Tangannya di genggaman erat, seakan mereka enggan untuk berpisah jauh, di tinggal beberapa jam untuk bekerja menurutnya sangat jauh.
"Hiksss... kakak jangan pergi, hiks...kakak di sini saja menemani kita bermain, aku janji tidak akan nakal lagi sama kakak dan teman-teman panti lainnya."
Ucap Ryan Giggs. anak panti yang sangat dekat dengan Dya, meskipun tidak ada hubungan darah di antaranya. Ryan sangat menyayangi Dya selaku kakak yang baik untuk Ryan.
"Cup Cup... jangan nangis! dengerin kakak dulu, kakak janji akan sering-sering main ke panti, kita masih bisa main bareng. Nanti kalau kakak ke panti, pasti Kaka akan Masakin makanan yang terenak, mau.
Dya mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi badan nya Ryan yang lebih pendek darinya. Dya mulai menjelaskan dengan detail, tentang status nya yang sudah berubah beberapa jam yang lalu.
"Kakak boleh pergi sekarang?" tanya Dya kepada adik-adik panti nya.
Dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya yang tirus, Dya menggenggam tangan adik-adiknya bahwa ucapan tidak berbohong.
"Iya tapi kakak harus sering-sering datang ke pantai, kami semua merindukan kedatangan kakak." semua Adik-adik berseru semangat, kakak Dya sudah menemukan kebahagiaan nya, berharap ini pernikahan pertama dan terakhir nya.
Setelah berpamitan dengan ibu panti, pengurus panti lainnya. Tidak lupa adik-adiknya juga.
Tak lupa juga Mas Nirwan dan keluarga turut berpamitan dengan ibu panti, Adik-adik, dan pengurus panti lainnya yang sudah berjejer melepas kepergian Anindyaguna untuk memasuki fase kehidupan barunya.
Dengan tas yang ada di tangannya, Dya menenteng tas kecil yang berisi pakaian nya dan beberapa uang hasil menabungnya bertahun-tahun Dya kumpulkan.
Sekali lagi Dya menoleh ke belakang, sebelum dirinya masuk ke dalam mobilnya. Mobil yang akan membawanya di kehidupan yang baru bersama keluarga barunya.
Rasa pening, mual yang Dya rasakan. Mungkin ini perjalanan jauhnya, merupakan perjalanan pertamanya untuk menaiki mobil pribadi.
"'Kamu kenapa Di?
tanya mas Nirwan yang mengkhawatirkan keadaan ku. Tangannya terus saja memijat-mijat tengkuk ku, dan mengusap lembut ku supaya aku merasa lebih nyaman lagi.
"Sedikit pusing dan mual, mas."
jawabnya Dya sedikit malu.
Kedua orang tua yang sudah tidak muda lagi tersenyum melihat putranya sangat penyayangi istrinya, dan perhatian kecil mampu membuat hatinya menghangat.
"Semoga kalian berdua langgeng sampai tua nanti, sampai Kakek Nenek, sampai kalian membesarkan cucu-cucu ku, Aamiin." Batinnya ibu Wati selaku ibunya mas Nirwan....
🌼
Awal pernikahan mas Nirwan sangat baik, penyayang, perhatian. Terutama mas Nirwan sangat memanjakan dirinya sampai Dya klepek-klepek dengan pesona suaminya.
Meskipun baru usia satu minggu pernikahan ku, tak membuat aku bergelar menjadi istri sesungguhnya. Selama kami tidur berdua, mas Nirwan hanya memelukku, tanpa berbuat yang macam-macam dengan diriku.
Hari pertama pernikahan Dya sudah sangat siap menyerahkan sepenuhnya hati, jiwa raganya untuk sang suami yang kini harus Dya hormati, patuhi.
Memasuki usia dua bulan mas Nirwan jarang di rumah, sikap manis yang dulu sudah tidak pernah lagi mas Nirwan tunjukkan untuk Dya... Sikapnya semakin acuh tak menganggap Dya ada sebagia istrinya.
Bulan kedua Dya masih memaklumi, sampai bulan ketiga mas Nirwan tak berubah malah semakin menjadi. Terang-terangan mas Nirwan berkencan dengan mantan kekasihnya, mereka bercumbu di sebuah hotel ternama di kota.
Meskipun cinta belum ada, tetapi Dya masih punya perasaan, punya hati yang bisa merasakan sakit akibat penghianatan sang suami.
Tidak hanya sampai di situ mas Nirwan memutar balikkan fakta, mas Nirwan menuduh ku berselingkuh dengan teman kerjanya, alhasil mertua tak terima.
Kedua mertua ku yang dulu nya sangat menyayangi ku, kini berubah haluan. Kini keduanya mendukung putranya untuk menceraikan ku.
Perceraian tidak bisa di elakan lagi, tepat di usia pernikahanku ke tiga bulan sudah jatuh talak tiga dari mas Nirwan untuk ku.
Setelah melewati beberapa kali menghadiri persidangan, akhirnya hari ini aku resmi bergelar menjadi janda.
Status yang tak pernah Dya pikirkan sebelumnya akan menjadi janda di usia yang sangat muda, tetapi semuanya tak berjalan bagaimana mestinya. Dya terima kalah di ceraikan mas Nirwan.
Flasblack Off
"Di, kog melamun bukannya di makan nanti ke buru dingin lho makanannya."
Tutur Runi yang menyadarkan lamunan Dya, tidak ingin berfikir jauh tentang masalah nya Dya. Runi lebih memilih menghabiskan makanannya, sayang rasanya bila dingin dan tidak enak di makan.
"Ohhh iya aku lupa bahwa kita berada di warung makan." sahut Dya yang langsung tersadar akan lamunan, seakan luka itu meninggalkan bekas yang amat dalam.
"Ayo di makan, keburu dingin sayang kalau tak di makan nanti jatuhnya mubasir." ajak Runi yang sudah menyantap makanan nya lebih dulu, tinggal setengahnya saja mie ayam yang di pesannya.
🌼
Keduanya melanjutkan perjalanan menuju mall yang ada di kota besar di Bandung. Setelah perceraian nya seolah-olah Dya menutup dirinya dari keluarga mantan suaminya, kini Dya memutuskan pindah di Bandung.
Kota tempatnya akan memulai hidup yang baru, menata masa depan nya lebih baik lagi untuk bisa sedikit membantu perekonomian di panti.
Semenjak kasus perceraian nya di mulai sampai sekarang ini, Dya belum pulang ke panti lagi. Hanya beberapa gaji yang di kirim untuk jajan dan keperluan adik-adik panti.
Rasa rindu itu ada, Dya belum ada keberanian untuk pulang. Masih ada sisa-sisa kekecewaan akibat perceraian, Dya pun bingung harus bilang apa? bila datang sendirian tanpa mantan suami, dulu masih awal pernikahan mereka selalu datang berdua.
Kini hanya tinggal kenangan, cerita masa lalu yang akan aku tulis, aku baca ulang. Kamu adalah buku harian ku, selepas aku baca, aku tutup kembali, aku tempatkan di tempat yang berbeda di ruangan yang sudah aku tutup rapat-rapat.
Meskipun perceraian itu sudah satu tahun yang lalu, tetapi masih membekas di hatinya Anindyaguna Mahendra. Perempuan cantik, berkulit putih, sayangnya nasib percintaannya tak seputih warn kulitnya.
Kala sedang di kamar sendirian, Dya kembali mengingat peristiwa yang memporak-porandakan hatinya. Hatinya benar-benar hancur tatkala hakim mengetuk palu, bahwa nasib percintaannya harus berakhir di meja hijau pengadilan.
Pernikahan yang seumur jagung, membuat Anindyaguna sedikit menarik diri untuk memulai berkenalan dengan lawan jenis. Rasa trauma masih membumbung tinggi, seakan enggan untuk memulai cerita cinta yang baru.
"Maafkan aku pak, buk tidak berhasil menyelamatkan nasib rumah tangga ku."
ucap Dya mengusap bingkai foto mendiang orang tuanya. Ekor matanya sudah berkaca-kaca hanya saja, Dya berusaha tidak untuk meneteskan air mata untuk sekian kalinya.
Dya berusaha kuat, tegar menjalani hari-hari berikutnya, menata kembali masa depannya yang terenggut akibat perjodohan.
Puas memandangi bingkai foto jadul orang tuanya, Dya meninggalkan begitu saja bingkai foto itu diatas ranjang untuk ke kamar mandi mengambil wudhu. Mungkin dengan berwudhu dan menjalankan perintah-Nya, hatinya akan sedikit lega, bisa mengirimkan doa untuk mendiang bapak ibu.
Setelah mendoakan kedua orang tuanya, hatinya Dya lega, adem seakan beban itu mulai sedikit berkurang. Rasa bersalah pun semakin berlahan mulai Dya kikis pelan-pelan, siap menyongsong hari baru untuk masa depan yang akan datang untuk ia bangkit kembali menapaki jalan yang penuh dengan lika-liku dunia.
Malam ini Dya bisa beristirahat dengan tenang, sedikit curahan hatinya ia sampaikan lewat doa yang ia panjatkan untuk Tuhan pemilik alam semesta ini.
*****
Di perusahaan kecil yang terletak di kota besar Bandung, menjadi tempatnya Dya mengadukan nasibnya menaruh harapan setinggi-tingginya untuk masa depan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dya bekerja sebagai OG di perusahaan tersebut, meskipun hanya sebuah OG itu sudah membuat seorang Dya bahagia. Bahagia setidaknya dirinya bisa untuk bertahan hidup di kota besar ini, kota yang akan menjadi tempatnya menata masa depan.
"Di udah makan belum? kalau belum aku bawa bekal, ayo kita makan berdua pasti kita kenyang aku bawa nya banyak cukup untuk makan berdua." Ajak Septi teman satu OG dengan Dya, kebetulan Septi bukan asli penduduk Bandung, dia merantau ke Bandung untuk mengadu nasib.
"Aku juga bawa bekal kog Sep, ayo kita makan bareng-bareng." Tutur Dya yang menunjukkan bekal bawaannya, keduanya makan bersama di jam istirahat.
"Kamu masak apa Di?"
tanya Septi yang sedikit penasaran dengan lauknya Dya, siapa tau tak sama mereka bisa bertukar lauk.
"Tumis kangkung dan dadar telur, maklum ngirit tanggal tua Septi." jawab Dya apa adanya, sesuai yang ia bawa dari rumah sebagai bekal makan siangnya.
"Wow kog bisa sama ya telurnya, aku juga dadar telur cuma aku pakai oseng-oseng tempe mercon." Kelakar Septi yang rada terkejut dengan lauk telurnya, tidak ada janjian atau apa? Mereka memasak lauk yang sama dengan yang Dya masak.
"Hahahah....haa berarti kita berjodoh dong Sep, lauk nya saja sama, apalagi hati kita pasti sama dalam nya." Ujar Dya yang diiringi dengan kekehan kecil, tetapi penuh dengan syarat makna.
"Betul-betul Di, berjodoh kali telurnya hihi..hiiii..." Septi tidak kalah dengan guyonan Dya yang mengundang tawa untuk keduanya...
Mereka menghabiskan makannya dengan hati yang bahagia, sekian bulan akhirnya Dya bisa tertawa lebar, bisa menemukan lagi semangat hidupnya untuk memulai dari nol.
******
Pulang dari tempat kerja Dya tidak langsung pulang, Dya dan Septi memilih ingin menghabiskan waktu sorenya untuk jalan-jalan di sekitar taman.
Taman sore yang di penuhi anak-anak kecil yang sedang bermain di sore hari, ada pula anak-anak muda yang hanya sekedar nongkrong, ada pula ibu-ibu sedang momong anak untuk menyuapi makan.
"Rasanya bahagia ya Di mempunyai anak, pasti setiap sore akan aku ajak ke taman seperti ibu-ibu yang ada di sana!" Tutur Septi yang sedang mengkhyalan indah, jari telunjuknya juga menunjuk ke segerombolan ibu-ibu sedang menyuapi makan anak-anaknya.
Septi tersenyum manis meskipun hanya membayangkan saja, masih dalam angan-angan nya untuk memikirkan untuk sekedar kata menikah. Sedang keluarga di kampung menunggu nya untuk sukses dulu, baru dirinya menikah untuk membina rumah tangga sesuai lelaki pilihannya.
"Hemmmm.." Deheman Dya mampu membuat Septi kembali ke alam sadarnya, rasa malu, kikuk menjadi satu membuatnya sedikit salah tingkah.
"Bayangin apa sih sampai diam, sampai senyum-senyum gitu! hayo ngaku ada apa?"
tanya Dya sedikit menggoda Septi, dari tadi di perhatikan nampak sekali kebahagiaan terpancar dari wajahnya Septi.
"Ahhh enggak pa-pa. ayo jalan rasanya aku kehausan lihat yang jual es campur di ujung pohon besar." jawab Septi mulai mengalihkan pembicaraan, perhatian nya sedikit di alihkan supaya Dya tidak curiga tentang apa yang di pikirkan.
Kedua orang bersahabat sejak sama-sama bekerja di OG, membuat pengunjung taman mungkin ada yang bisik tentang kedekatan keduanya. Ada juga yang menyangka bahwa mereka berdua sesuka sesama jenis, di lihat dari gerakan tubuhnya mereka seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta.
Keduanya sangat cuek mendengar bisik-bisik tetangga, yang penting dirinya tak salah berada di tempat umum. Perbuatan, sikap keduanya tidak ada yang perlu di curiga kan, semuanya masih dalam batas kewajaran.
*****
Andara Dewa Armadanya pria tampan pemilik perusahaan ternama di kotanya, Jakarta menjadi tempat Dewa mengembangkan sayapnya di perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang. Dewa panggilan akrab di kalangan pengusaha, dan merupakan panggilan sehari-hari nya.
Arma Group perusahaan terbesar di Jakarta, memiliki beberapa anak cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dewa merupakan anak pertama dari dua bersaudara, mempunyai adik perempuan yang masih kuliah di London. Bukan tanpa alasan, London menjadi kota yang banyak di sukai.
Keduanya terlahir dari pasangan suami istri Tuan Tito Armadanya dan Nyonya Widya Armadanya. Perusahaan yang di rintis dari nol oleh Tuan Tito, kini berkat tangan dingin putranya perusahaan itu maju pesat.
Putranya sangat memiliki ambisi yang sangat besar, sehingga perusahaan yang dulunya kecil kini mulai terkenal di mancanegara. Banyak perusahaan asing yang berinvestasi di perusahaan Arma Group.
Derrrtttttt..
"Mama cantik itu nama yang tertera di layar ponselnya Dewa yang baru saja bergetar, menampilkan nama sang Mama. Perempuan yang sangat Dewa hormati, sayangi sepanjang hidupnya sampai Usia menginjak 29tahun."
"Assalamualaikum Mom.."
sapa Dewa.
"Dimana nak? Mama rindu satu minggu kamu tak pulang ke rumah utama, apa masih betah tinggal di apartemen, tidak kangen sama Mama lagi ya." Tutur Mama Widya di ujung telepon, dengan ekspresi sesedih mungkin supaya putranya tergerak hatinya untuk pulang.
"Kantor Mom, iya-iya nanti aku pulang! jangan lupa Masakin makanan kesukaannya aku Mom."
"Aku tutup dulu Mom, nanti kita sambung lagi di rumah ya, See You Mom."
Selamat membaca.
Semoga suka karya-karyaku.
Anindyaguna menjalani hari-hari nya seperti biasanya, berangkat pagi, pulang sore itu rutinitas yang di jalani Dya beberapa bulan terakhir, setelah palu hakim di ketuk. Setelah Dya mendapatkan surat cerai dari pengadilan agama.
"Hai Di, kamu tambah cantik saja! apa resepnya kasih tahu aku dog Di."
"Kebiasaan terlalu memuji berlebihan, kamu juga tidak kalah cantik, dan semakin hari malah kamu semakin cantik dan bersinar wajahmu, Ndy."
"Tuh kan kamu itu kalau di gombalin dikit, malah balasnya ke aku kebanyakan, aku malah gimana gitu berasa cantik sendiri, Di hehehe."
Pluk....
"Ihhh jijik amit-amit gayamu kayak tante-tante yang suka mangkal di gang Proliman, Ndy."
Dya tidak bisa tidak untuk tertawa lebar, melihat sahabatnya bergaya aduhai persis tante-tante yang bermake-up tebal.
Ndy masih sibuk memoleskan bedak di pipinya, bedak tipis-tipis itu menjadi pilihan Ndy dalam penampilan kali ini. Sebelum keduanya berangkat ke tempat kerja, karena semalam Dya menginap di kostnya Ndy.
Ndy perempuan dengan warna kulit sawo matang ciri khas perempuan Jawa, walaupun Ndy sendiri emang asli keturunan Jawa. Ndy merantau ke ibu kota untuk mengadu nasib, untuk memperbaiki tingkat perekonomian keluarganya yang tinggal di kampung.
Setelah Ndy merapikan riasannya, sesekali mengamati wajah nya di balik kaca yang selalu di pegang nya.
"Gimana makeup ku Di, udah cantik apa menor seperti tante-tante yang mau mangkal di gang remang-remang?" Ndy bertanya ke sang dan tentang makeup yang di pakainya sebagai riasannya tipisnya supaya nampak bersinar lagi.
"Good looking." Dya mengacungkan jempolnya sebagai pujian terhadap sang sahabat dengan hasil makeup nya.
"Ahhh kamu baik banget Di, sampai aku terharu." Ndy berbicara sangat lebay, berulang-ulang mengusap air mata buaya nya biar seperti adegan di sinetron yang sering di tonton keluarganya di kampung.
"Apa-apaan kamu sih Ndy, entar kalau ada yang lihat kita di sangka lesbi tahu!"
Dya berusaha melepas belitan tangan Ndy yang merengkuhnya sangat mesra, seolah-olah mereka seperti sepasang kekasih.
"Wkkkkwkkkk sory refleks, Di."
******
Arma Group...
Dewa sibuk memeriksa berkas yang baru saja masuk keatas meja kerjanya, berkali-kali Dewa membuka kertas demi kertas yang ada di mejanya. Pandangan matanya sangat fokus, sampai-sampai Dewa sendiri tidak menyadari bahwa di bangku depan mejanya ada seseorang yang mengamati kesibukan nya dengan berkas yang lebih penting.
"Kakak, kok aku di cuekin sih! jauh-jauh aku ke kantor untuk menemui Kakak, malah Kakak cuekin." Ucap Andina Librianty Armadanya, Andin sapaan akrabnya merupakan adik semata wayangnya Dewa.
Bibirnya terus saja mengerucut dengan tangan yang menopang kan dagu lancip nya diatas meja. Ekor matanya terus saja mengamati kesibukan kakaknya, dan memilih mengabaikan dirinya.
"Iihh Kakak suka nggak kenal, Andin malas ahh sama kakak seperti nungguin kekasih tetapi malah di abaikan dan tidak dianggap keberadaan ku, sebel, kesel!"
Cerocos Andin yang mulai awut-awutan berbicaranya, perasaan sang kesal di cuekin seperti ini.
Mendengar ungkapan hati adik kesayangannya, membuat Dewa ingin sekali menertawakan adiknya, sebisa mungkin Dewa menahan tawanya supaya bisa segera menyelesaikan pekerjaan. Supaya bisa meladeni adik manjanya yang mulai merajuk, seperti anak kecil yang ngambek tidak di kasih uang jajan sama ibunya.
Tidak mendengar lagi suara adiknya yang masih nerocos seperti jalan tol, tiba-tiba suaranya itu hilang tergantikan dengan suara dengkuran halus yang mewarnai ruang kantornya. Lagi-lagi Dewa mengulum senyum melihat adiknya yang sangat nyenyak dalam tidurnya.
"Bilang saja kalau numpang tidur di kantor, pakai acara ambekan seperti anak kecil, tetapi kamu sangat lucu." Dewa berucap lirih, merapikan anak rambut adiknya, gerakannya sangat pelan, takut-takut nya adiknya akan terbangun di dalam gendongan ke kamar pribadinya.
"Tidur yang nyenyak adiknya kakak yang manja, kemanjaan mu membuat Kakak gemas ingin mencubit pipi mu."
Setelah merapikan selimut sebatas dadanya Andin, Dewa kembali ke ruang kerjanya guna untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang tinggal revisi sebelum di bubuhi tanda tangan.
******
Kota Bandung...
Bandung sedang di guyur hujan lebat, Dya dan Ndy sedang berteduh di pinggiran toko pinggir jalan Hujan sangat deras membuatnya kesusahan mencari transportasi yang lewat, sebagian kota Bandung tergenang banjir karena luapan sungai yang tidak mampu menampung air hujan yang lebatnya sangat kebangetan.
"Gimana ini Di? kalau sampai hujannya tak reda, bisa-bisa kita bermalam di emperan toko bangunan ini." Ujar Ndy yang cemas, sampai pukul 8malam pun hujan belum juga ingin reda.
"Sssttt perkataan adalah doa, berdoa saja semoga hujan segera berhenti kita bisa segera mendapatkan transportasi umum untuk mengantarkan kita sampai rumah dengan selamat." Perkataan Dya yang lembut mampu menenangkan Ndy yang sedikit ketakutan, bila sampai harus menginap di tempat seperti ini.
Detikan jam terus saja bergulir, bahkan sudah hampir satu jam mereka berteduh belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan segera reda. Semakin membuat keduanya merapatkan pakaian nya, supaya rasa dinginnya cepat menghilang tergantikan oleh terang.
Hampir dua jam keduanya menunggu, jam 10malam hujan sudah tak sederas tadi hanya tinggal rintik-rintik hujan yang membasahi tanah, jalanan di depannya.
Tin... Tin...
Bunyi klakson mobil yang lewat membuat keduanya semangat untuk segera pulang, dan tidak mereka sangat taksi pun berhenti tak jauh dari tempatnya berteduh. Ada perasaan lega, akhirnya tujuannya untuk pulang ke rumah semakin terbuka lebar.
"Mau naik taksi neng, kebetulan kosong sekalian mau jalan pulang saya nya neng." tawarnya sopir taksi yang sudah nampak sekali gurat kelelahan, di tambah udara malam yang semakin dingin.
"Wahh kebetulan pak, kita dari nunggu taksi yang lewat, tetapi karena hujan tidak ada yang melintas."
Tanpa berfikir dua kali, keduanya menyetujui untuk naik taksi bapak tersebut. Mereka sangat lega, akhirnya keduanya bisa pulang selamat sampai tujuan rumahnya.
Setelah membayar ongkos taksi, keduanya langsung memasuki rumah dengan pakaian yang sedikit basah tetapi tak menghalangi mereka berdua semangat untuk memasuki ke dalam rumah.
Selesai mandi dan berganti pakaian dengan piyama tidurnya, keduanya langsung ambruk diatas tempat tidurnya. Rasa lelah , pening menjadi satu, membuat mereka berdua tak berhenti tidak untuk menguap, suasana yang semakin malam, dingin udaranya keduanya sudah sangat mengantuk .
Tanpa ba-bi-bu mereka langsung tertidur melupakan urusan ponsel yang sudah habis dayanya, ketimbang harus memikirkan ponselnya malah membuat keduanya sakit dan tidak masuk ke tempat kerja. Jangan sampai itu terjadi, bisa-bisanya aku nanti di pecat, mau makan apa aku?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!