NovelToon NovelToon

Contract Marriage

Pertemuan

Bruk...!

"Hei kalau jalan pakai mata!" ucap seorang pria, dengan sorot mata tajam.

"Bukankah anda yang berjalan terburu-buru, sehingga anda menabrak saya. Lalu, ponsel saya terjatuh dan rusak lcd nya" jawab Kania.

"Hei ponsel anda itu tak seberapa, saya bisa membelinya dengan yang lebih bagus. Tapi anda itu sudah membuang waktu saya karena saya ada urusan yang lebih penting." Beranjak pergi dari tempat itu untuk menuju sebuah parkiran, dan empat orang pengawal seraya mengikutinya.

Wanita yang bernama Kania itu tak terima, dia mengambil ponselnya yang terjatuh di lantai itu dan menyusul pria tersebut menuju parkiran mall besar di sebuah kota.

"Eh...anda dengan seenaknya meninggalkan saya sebelum mengganti ponsel saya? Karena anda ponsel android saya rusak parah!"

Pria tersebut mendekati wanita yang ada di depannya.

"Emang anda siapa berani marah-marah dengan saya seorang Rakha Kurniawan, saya bisa mengganti ponsel anda bahkan lima kali lipat lebih bagusnya"

"Jangan mentang-mentang anda orang kaya anda bisa seenaknya dengan orang lain, apa anda tahu ini bukan soal berapa harga ponsel saya, tapi tentang seberapa penting ponsel ini dalam kehidupan saya!

Jelas-jelas tadi anda yang terburu-buru berjalan, saya sedang berdiri di pinggir anda main tumbur saja."

Tut! tut! Bunyi getar ponsel Rakha, ia mengambil ponsel di sakunya lalu menggeser tanda hijau dilayar ponselnya.

"Halo ma!"

(...............)

"Apa? Ma jangan nekat seperti inilah nanti pasti aku memperkenalkannya."

(...............)

"Baiklah Rakha segera pulang."

Rakha terlihat cemas menerima panggilan mamanya namun Kania tak mendengar percakapannya, karena tidak di loudspeker.

"Kalau anda mau ponselnya saya ganti ikut saja ke mobil saya, dan jangan banyak bicara. Saya ada urusan penting."

Dengan terpaksa Kania ikut ke mobilnya, Iapun bingung melihat mobil yang di kendarai pria tersebut ntah mau ke mana sampai tiba di depan rumah yang mewah. Mata Kania membulat melihat rumah tersebut dan penuh tanda tanya di hatinya.

"Ngapain dia ke sini, ini rumah siapa? Kalau tidak karena ponsel, aku malas ikut dengannya." batin Kania.

Gerbang di buka oleh pengawal dan mobilpun berhenti, Rakha turun dan membuka pintu mobil.

"Ayo turun dan ikut masuk ke rumah." Ucap Rakha.

Kania turun dari mobil dan segera mengikuti Rakha yang sudah melangkah duluan.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, eh...anak mama sudah pulang." Sambil melihat Kania. "Dia siapa Rakha! Kekasihmu?

"Bicara di dalam saja ma, tidak enak kalau di luar! "Ayo masuk ke dalam" Rakha melihat Kania."

Setelah sampai di dalam ruang tamu mereka memulai pembicaraan kembali.

"Rakha, mama senang akhirnya kamu membawa calon kamu ke sini. Kalau kamu tidak membawanya hari ini, mama mau menjodohkan kamu dengan wanita pilihan mama." Melihat Kania sambil tersenyum.

"Oh iya nama kamu siapa nak?"

"Nama saya Kania. Tapi maaf sebelumnya Tante, saya bukan cal..."

"Maksudnya Kania, dia calon istri saya ma." ucap Rakha, melihat ke arah Kania seraya mengedipkan mata"

"Biarin Kania jawab sendiri, 'kan mama yang nanya. Kok kamu yang memotong pembicaraan Rakha!"

"Ma, Rakha mau bicara sebentar dengan Kania." Rakha mengedipkan mata ke arah kania dengan sorot mata tajam, lalu pergi keluar sebentar.

"Kania keluar dulu iya Tante."

"Iya Kania."

Sesampainya di luar.

"Anda kenapa sih ngomong seperti tadi di depan mama anda." ucap Kania, dengan kesal. Ucapan Rakha tidak sesuai realita.

"Eh...asal anda tahu iya saya juga terpaksa melakukan itu, saya cuma bersandiwara dan saya juga ingin anda bersandiwara sebagai calon istri saya. Kalau anda tidak mau, saya tidak akan mengganti ponsel anda."

"Kalau mama anda menyuruh kita menikah bagaimana? Saya tidak mau menikah dengan anda."

"Anda harus mau, lagian kita hanya sandiwara saja apa susahnya sih?"

"Lalu apa untungnya bagi saya membantu anda, saya yang merasa dirugikan di sini. Karena saya yang akan berstatus janda muda ketika anda menceraikan saya, karena sandiwara tak bisa selamanya."

"Saya akan berusaha membantu masalah anda juga apapun itu! Bagaimana adil bukan?"

Kania berpikir bahwa ia juga mempunyai masalah besar yang harus di selesaikan dalam waktu cepat. "Baiklah saya setuju." Mereka kembali ke ruang tamu.

"Kalian bicara apa?"

"Hmmm anu... acara lamaran Rakha dan Kania ma"

"Kalian langsung menikah saja iya."

"Iya ma." ucap Rakha.

Pernikahan

2 minggu kemudian acara pernikahan pun di gelar, namun dengan acara sepi-sepian. Rakha dan Kania tidak ingin ada banyak orang yang tahu.

"Kania ini surat perjanjian kontrak yang sudah aku tandatangani, sekarang giliran kau yang menandatangani."

Kania membaca semua isi surat perjanjian dan menandatangani.

"Aku setuju." Memberikan kembali kertas tersebut.

Pernikahan mereka resmi secara agama meski dirahasiakan publik, dan hanya dihadiri wali perempuan, penghulu dan saksi-saksi.

"Saya nikahkan Rakha Kurniawan binti Rudi Kurniawan dengan Kania binti Hendra..........."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah." ucap semua orang yang hadir.

Malam hari setelah pernikahan selesai, dan mereka duduk di meja makan.

"Kania aku akan memperkerjakan mu di perusahaan ku karena kamu sudah membantuku."

"Hmmm baiklah, terima kasih."

"Oh iya satu hal yang harus kamu ingat jangan bilang apa-apa tentang pernikahan kita ke orang lain."

"Iya." jawab Kania singkat.

Keesokan harinya Kania keluar hendak membeli makanan, tiba-tiba tangannya ditarik dari belakang.

"Hei kau wanita sialan, berani sekali menganggu lelakiku!"

"Siapa anda nona?" Menjawab dengan wajah heran.

"Asal kau tahu aku ini calon istri Rakha, wanita paling cantik di negeri ini." jawabnya, dengan wajah sombong.

"Kalau nona mau ambil saja dia nona, huh itupun kalau dia mau dengan anda." jawab Kania tersenyum kecut.

"Hei kau kurang ajar sekali!" Menarik-narik hijab Kania dengan keras.

Kania memegang tangan wanita itu dan menghempaskan nya.

"Astagfirullah, masih ada wanita aneh di negeri ini. Tidak kenal, tiba-tiba marah tidak jelas."

Kania pun segera berlari meninggalkan wanita itu, karena malas meladeninya. Sedangkan wanita yang memegang tangannya sambil kesakitan tersebut tidak menemukan Kania, yang bersembunyi di balik mobil orang di pinggir jalan.

Kania pulang ke rumah, setelah membeli makanan. Baru saja masuk dalam ruangan, Rhaka mengagetkannya yang tanpa persiapan.

"Darimana kamu?" tanya Rhaka.

"Tadi keluar sebentar, cari makanan buat sarapan pagi." jawab Kania.

"Oh." Rakha meninggalkan Kania yang berdiri di depan pintu.

"Menyebalkan sekali dia." Kania bergumam-gumam.

"Kania!" Mama Lala tiba-tiba memanggilnya, dari pintu ruang keluarga.

"Iya ma." jawab Kania.

"Ayo kita ke ruang makan, ada yang ingin mama bicarakan."

"Iya ma."

"Mama mau bicara apa iya?" batin Kania.

Di ruang makan terlihat Rakha sedang sarapan.

"Rakha kamu sudah mau berangkat?" tanya Lala.

"Iya ma, ada apa?" Bertanya balik.

"Kalian 'kan pengantin baru, apa tidak ingin menghabiskan waktu berdua" goda mamanya.

"Hmmm... pernikahan kami 'kan tertutup dari publik juga."

"Tapi tetap saja Rakha, kalian baru saja menikah kemarin."

"Hmmm... Terserah mama saja."

"Iya sudah sekarang mendingan kalian berdua jalan kemana begitu, nanti kamu siap-siap iya kania." ucap Lala, dengan tersenyum.

Setelah bersiap-siap, mereka berdua berjalan menuju parkiran mobilnya.

"Apaan sih nih, disuruh jalan segala dengan batu es lagi." batinnya.

"Hei kenapa mematung di situ, naiklah cepat!" Rakha mendengus kesal.

"Mimpi apa bisa menikah sama dia, sungguh hari-hari akan menjadi buruk jika bersamanya." Kania berjalan memasuki pintu mobil.

Mobil pun mulai melaju dengan kekuatan sedang, tidak tau ke mana ia akan dibawa. Tiba-tiba, sudah sampai saja di mall.

"Kenapa tuan mengajak aku ke sini?"

"Biasanya ini tempat favorit wanita."

"Tidak juga, aku biasa saja."

Rakha diam saja dan membuka pintu mobilnya meninggalkan Kania.

"Benar-benar dingin seperti batu es, sudahlah tidak perlu diperhatikan." Kania bergumam, seraya mengeryitkan dahinya.

"Hei cepatlah!" teriak Rakha, dari kejauhan.

"Iya." Kania memutar bola matanya, dengan malas.

Sesampainya di dalam mall mereka berjalan-jalan mengelilingi semua tempat.

"Kamu mau beli apa?" tanya Rakha.

"Tidak ada." jawab Kania.

"Beli sajalah keperluan kamu, yang tidak ada di rumah" ujar Rakha pelan.

"Memaksa sekali si! Hmmm.... untuk memberi pelajaran kepadamu, aku akan beli semuanya." Kania tersenyum senang, seperti mendapatkan emas mewah.

"Hei ayolah, kenapa termenung di situ."

"Baiklah, ikuti aku." Kania berjalan sambil tersenyum memikirkan ide anehnya.

"Kenapa si, dia tiba-tiba tersenyum manis begitu." batin Rakha.

Jalan-jalan

Kania menuju tempat skincare dan ia mengambil krim siang, malam, toner, bedak padat, pelembab bibir. Dia melihat-lihat semuanya dengan antusias. Rakha yang melihatnya, hanya geleng-geleng kepala.

"Tuan, sudah selesai aku memilih semuanya." ucapnya, sambil tersenyum.

"Lalu?"

"Kan tuan yang memaksa aku untuk berbelanja, iya bayarin semuanya."

"Oke." Rakha mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang, untuk menyelesaikan pembayaran.

"Terima kasih tuan."

"Hmmm."

Kania pergi menuju tempat buku-buku, Rakha hanya mengikutinya. Gadis berhijab syar'i itu, mengambil Al-Qur'an besar dari rak buku.

"Bolehkah aku membelinya?"memperlihatkan buku pada Rakha.

"Terserah kamu saja."

"Baiklah."

Kania mengambil Al-Qur'an dengan sangat banyak, dan memasukkannya ke dalam keranjang. Rakha yang melihat Kania sangat antusias, jadi berubah menatap heran.

"Memang kamu bisa membaca semua itu dalam satu hari? Lihat rak itu hampir kosong, karena kau masukkan semua ke keranjang." Rakha menatap heran.

"Oh, tentu aku tidak membacanya sendirian." Kania tersenyum.

”Ya Allah, kenapa dia tersenyum manis begitu, apa yang aku pikirkan?” Rakha pun memalingkan wajahnya, dari pandangan Kania.

"Boleh iya?" Wajah memintanya, benar-benar seperti balita manja.

"Iya terserah kamu saja." jawab Rhaka datar.

Kania tersenyum yang tak bisa di artikan, dia sangat senang. Kania mengambil buku-buku agama, dengan jumlah yang sangat banyak.

"Sudah selesai."

"Wah, kali ini sepertinya kau ingin membuka perpustakaan iya." Rakha menatap Kania dengan heran.

Mereka pun menuju meja kasir, untuk membayar semuanya. Selesai membayar, mereka pun keluar mall. Jam menunjukkan pukul 10.30, mereka sudah berada dalam mobil.

"Tuan, temani aku ke masjid sebentar?"

"Mau ngapain, ini 'kan belum waktu shalat?"

"Sebentar saja tuan."

"Oke." Rakha menepikan mobilnya, disebuah masjid yang lumayan besar.

"Jika tuan tidak mau ikut, biar aku saja yang masuk sendiri." Kania berucap, sambil memegangi pegangan pintu mobil.

"Aku ikut."

Mereka memasuki masjid. Rakha melihat Kania membuka plastik besar yang berisi Al-Qur'an, lalu ia mengeluarkannya.

"kamu mau ngapain?"

"Aku ingin meninggalkannya di masjid ini, nanti pasti akan ada orang yang membacanya." Ia mengucapkannya, sambil menunduk.

”Masyaa Allah kenapa dia baik sekali. Aku kira dia yang bersikap protes saat bertemu, mempunyai hati yang sombong atau selalu pemarah. Ternyata dia berhati lembut, dan juga dermawan." batin Rakha, terus memandangi Kania tanpa henti.

"Tuan!" Kania melambai-lambaikan tangannya, di depan wajah Rakha.

"Eh..i..iya." Rakha tersadar dari lamunannya.

"Sudah selesai, ayo kita pulang." ajak Kania.

Mereka pergi menuju pintu masjid namun Kania yang melihat kotak amal itupun langsung merogoh kantongnya mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah dan memasukkannya ke dalam kotak tersebut.

Rakha yang melihat pemandangan itu tak terasa muncul senyum tipis di wajahnya. Kania yang tiba-tiba melihatpun langsung menunduk. Rakha berjalan mendekat ke arahnya menuju kotak amal tersebut dan memasukkan uang merah sebanyak lima lembar.

"Kenapa ini menyenangkan sekali, bisa membuat jiwaku tenang. Kania terima kasih karena telah mengajariku banyak hal, bagaimana cara mengelola hartaku dengan baik." batin Rakha.

Mereka pun keluar dari masjid itu, dan pulang menuju ke rumah mereka.

"Eh, kalian sudah pulang?" tanya Lala.

"Iya ma sudah." jawab Kania.

Akhirnya mereka pun naik ke atas tangga menuju kamar dan Kania pun hendak berwudhu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Selesai shalat dzuhur, ia pun merebahkan diri di ranjang.

"Purnama!" Kania melihat, aplikasi messenger litenya.

"Dia menanyakan aku dimana? Aduh, tentang pernikahan tidak boleh ada yang tahu, bagaimana ini mengatakannya? Bilang saja di rumah, ini kan juga rumah." Kania mengetikkan pesan dan mengirim pesan, ke Purnama sahabatnya. Tak lama kemudian, ia merasa kantuk dan tertidur.

"Ceklek!" Terdengar suara pintu ruang kerja, yang menghubungkan dengan kamar terbuka.

"Hmmm... rupanya dia sedang tidur." Rakha duduk di tepi ranjang. "Ternyata dia cantik juga." Tersenyum menatap Kania. "Huh, kenapa dengan diriku ini?" Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!