Annasya singodiredjo gadis berusia 15 tahun ink adalah anak seorang pengusaha meuble di kota semarang. Dia adalah santri dari sebuah pondok pesantren putri di wilayah semarang. Ibunya telah tiada dari dia berusia 5 tahun. Ayahnya tidak menikah lagi namun dikarenakan kesibukannya sebagai seorang pengusaha mahesa ayah annasya menitipkan anak tersebut disebuah pondok pesantren milik temannya.
Hingga suatu hari ayah annasya jatuh sakit dan dirawat dirumah sakit. Hal itu mengahruskan nasya untuk izin dari sekolahnya untuk menunggu sang ayah di rumah sakit.
2hari sudah nasya panggilan gadis manis itu menunggu ayahnya di rumah sakit sambil berdzikir dan membaca Alqur-an. dia selalu berdoa agar ayahnya segera sadar dan diberi kesembuhan. Tepat di hari ke-3 mahesa ayah nasya membuka matanya.
Dia tersenyum mendapati putri cantiknya sedang khusyuk berdzikir disamping ranjang rawat inapnya. Dia pun menggerakkan tangannya perlahan kemudia menyentuh telapak tangan putringa yang ada di samping tangannya. seketika annasya terkejut dia pun langsung membuka matanya.
"Alhamdulillah ayah sudah sadar" ucap annasya. Dia pun langsung bangkit dan memencet tombol yang ada diatas ranjang ayahnya. Beberapa saat kemudian dokter dan suster datang memeriksa kondisi ayah nasya.
"Alhamdulillah nak ayah kamu sudah melewati masa kritisnya. jika dalam 2 hari dia membaik maka tidak lama lagi diperbolehkan pulang"
Annasya tersenyum dibalik cadarnya dia pun berkata, " terima kasih banyak dokter" terlihat dari matanya annasya sangat gembira.
setelah dokter dan suster pergi annasya menghampiri ayahnya. Dia duduk disamping ayahnya. Ayahnya tersenyum kemudia berkata," terima kasih sudah menjadi anak solehah ayah"
Nasya langsung memeluk ayahnya dan berujar dalam hati," terima kasih ya Allah aku masih sempat melihat dan memeluk ayahku"
Mahesa tersenyum dan menepuk pelan punggung putrinya.
keesokan harinya keadaan ayah annasya sudah lebih baik. sambik memakan bubur yang disuapi nasya ayahnya mengucap," nak ayah ingin bicara sama kamu" Annasya mengangguk. setelah meletakkan mangkuk dan memberi ayahnya minum obat annasya duduk disebelah ayahnya.
"silahkan ayah"
"nak ayah bangga, putri ayah menjadi anak solehah. Walaupun ayah sangat sibuk dan jarang menjenguk kamu dipondok kamu masih menjadi anak baik kebanggan ayah. ketahuilah nak ayah sangat sayang kamu" ucapnya sambil melihat ke arah putrinya.
"nasya sangat tau yah"
"nak jika suatu hari ayah menyusul ibumu, berjanjilah untuk terus taat pada Allah. Jadila kebanggaan ayah dan ibu dunia akhirat"
"ayah bicara apa" tak terasa air mata nasya jatuh. Dibalik cadarnya nasya menangis," ayah jangan bicara seperti itu nasya tidak punya keluarga lain selain ayah"
Mahesa mengusap kepala anaknya, "nak kamu jangan pernah takut jika suatu hari ayah pergi. kodratnya memang yang hidup pasti mati" menghela nafas panjang, "kamu harus ingat walaupun kamu tidak punya keluarga tapi kamu masih punya Allah azza wa jalla sebagai pelindungmu nak. DIA akan selalu mejagamu setiap hari tanpa lelah atau lengah. DIA lebih dekat dari leher ketenggerokanmu nak"
Annasya menangis kemudia ber-istighfar, "Astagjfirullah hal 'dziim"
Disaat sedang dalam suasana sedih itu tiba-tiba kamar rawat ayahnya ada yang mengetuk dan mengucap salam.
tok...tok...tok...
"assalamu'alaikum" ucap 2 orang tamu diluar.
"wa'alaikum salam" jawab nasya dan ayahnya
nasya pun mempersilahkan ke-2 orang tamu yang seumuran ayahnya untuk masuk. setelah menyalami yang wanita dia melipat tangan didada untuk menyapa yang pria.
Tamu pria itu berjalan ke arah mahesa, "gimana kabar kamu mahesa?" tanya pria itu
"aku baik. bagaimana dengan kamu dan leni?" tanya balik mahesa.
"kami pun baik mahesa" jawab leni istri bayu.
Nasya yang sedang membaca buku disofa dipanggil ayahnya, "nasya kemari nak" nasya mendongak kemudian menghampiri ayahnya, "perkenalkan ini om bayu dan tante leni mereka adalah sahabat ayah" Mahesa menghela nafas panjang kemudia menumpu telapak tangan nasya pada telapak tangannya sejenak dia menunduk setelahnya menatap mata putrinya, "nak jika suatu hari ayah sudah dipanggil oleh Allah ayah menitipkan kamu pada mereka. mereka akan menjadi orang tua untuk kamu. mereka adalah sahabat ayah. In shaa Allah mereka akan menjadi orang tua yang baik untuk kamu"
Nasya menatap oada netra abu-abu milik sang ayah dia pun berucap, "ayah nasya yakin ayah akan sembuh"
Mahesa menggeleng," ayah sudah sangat letih nak sekarang ayah hanya ingin istirahat. Ayah hanya bisa meminta mereka menjagamu karena hanya mereka yang bisa ayah percaya" Annasya menangis meendengar penuturan ayahnya.
leni yang merasa iba mendekat pada anak gadis temannya itu, "maafkan kami yang datang terlambat nak hingga kamu tidak mengenal kami. tapi in shaa Allah kami akan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk kamu"
nasya hanya mengangguk sambil menunduk.
Bayu yang sedang berada disamping istrinya berkata," tapi Mahesa kau kan tau anak-anakku semuanya lelaki. aku minta maaf sebelumnya jika kamu tersinggung dengan ideku. bagaimana kalau kita nikahkan anak-anak kita"
Mahesa menatap ke arah sahabatnya, bayu yang merasa mendapat tatapan penuh heran berkata, "bukan maksud aku untuk menghancurkan masa depan anakmu tapi untuk menghindari fitnah karena kamu tau kan anak-anakku semua lelaki"
leni tersengum senang mendengar ide suaminya, "aku setuju" ucap leni
mahesa menatap nanar pada putrinya, "kali ini ayah tidak bisa mengelak nak maafkan ayah"
Annasya menghembuskan nafasnya, "apapun keputusan ayah nasya hanya bisa mengikuti. tp...." ucap nasya ragu.
"tapi apa nak?" tanya leni
"apa nasya masih boleh sekolah tante?" tanya nasya sambil menghadap ke arah leni
Leni tersenyum lebar,"tentu saja sayang masa depan kamu nomor 1"
*****
Setelah shalat subuh nasya membuka handphonnya untuk melihat makanan di aplikasi online. setelah memesan dia melihat ayahnya sudah bangun dia bangun dan membantu ayahnya kekamar mandi kemudian menunaikan shalat subuh. setelah ayahnya selesai ia memanggil nasya dan berucap, "nasya maafkan ayah yang harus menikahkanmu diusia dini. Ayah tidak bisa menitipkan kamu pada pakde wiryo atau bulik lina"
Annasya menatap pada ayahnya sambil berkata, "nasya paham ayah. ayah tidak perlu meminta maaf. nasya percaya pilihan ayah tidak akan salah"
mahesa tersenyum menatap putri semata wayangnya kemudian memeluk putrinya dan berkata, "terima kasih nak semoga setelah ini hanya ada kebahagiaan untuk kamu nak"
"Amin Allahuma amin" jawab nasya.
"ayah dengar hari ini anak om bayu datang, kamu akan dinikahkan oleh anak om bayu yang nomor 2 dia selisih 3 tahun denganmu nak. dia berusia 18 tahun. sekarang dia kelas 3 smu"
annasya yang melihat hanya mengangguk dan tersenyum pada ayahnya.
Pagi-pagi sekali Araf mendapat telepon dari ibunya untuk menyusul mereka ke semarang dengan pesawat. Karena hari ini Araf harus latihan basket Araf pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk berangkat malam hari.
"mom araf harus sekolah dulu tapi araf sudah dapat tiket kok ke semarang nanti malam. Araf pasti kesana" ucap arah meyakinkan orangtuanya.
Terdengar disana suara desahan orangtuanya, kemudian ayahnya menyahut," ya sudah lah mi biarkan saja yang pentingkan hari ini araf sampai."
"ya sudahlah, mami tunggu disemarang ya sayang. kabari mami kalau sudah sampai" ujar leni yang akhirnya mengalah.
Araf yang masih bingung dengan permintaan orang tuanya hanya menghela nafas. Setelah memesan tiket keberangkatanya ke semarang dia lantas berangkat ke sekolah.
Disekolah setelah pelajaran selesai Araf beranjak ke lapangan, Dia meminta izin pada pelatihnya untuk tidak latihan hari ini dikarenakan mendadak harus berangkat ke semarang. Pelatih pun mengizinkan. Setelah berpamitan araf beranjak dari lapangan. Saat tiba dilorong sekolah menuju parkiran iya berpapasan dengan 3 sahabatnya yaitu daffa, fariz dan david.
"Mau kemana raf? ga ikut latihan lo?" tanya daffa temannya yang paling konyol.
"Ada urusan mendadak gue, malam ini juga harus berangkat ke semarang nyusul orangtua gue yang lagi disana" jawab Araf jujur.
"Ok deh hati-hati ya jangan lupa kalau ketemu cewe cantik minta nomornya buat gue ya" araf mendengus kesal pada daffa. Sedangkan David langsung memukul kepala daffa.
"sakit ****, KDRT neh" sungut daffa kesal
"lagian pikiran lo ga bisa apa mikir yang lain selain cewe!" sahut david
"Udah ah males gue dengerin omongan lo yang unfaedah, ayah cabut dulu ya nak doakan ayah selamat sampai tujuan bisa balik lagi ke jakarta"
"ok hati-hati ayah" sahut mereka bertiga.
Mereka biasa memanggil Araf dengan sebutan ayah karena Araf adalah pemimpin mereka. Selain araf paling cerdas diantara mereka berempat,
***
Sesampainya Araf dikota Semarang dia langsung menelepon ibunya, "hallo mom araf sudah sampai disemarang. Araf langsung ke hotel atau gimana?"
Leni yang mendapat telepon dari anaknya sangat senang ternyata anaknya ini dapat diandalkan dan dipercaya, "langsung ke hotel aja sayang mami sama papi sudah dihotel kami lagi dinner"
"Ok mom" selesai telepon araf segera mengorder aplikasi taksi online. Setelah 15 menit menunggu araf didatangi supir taksi itu araf langsung masuk kedalam mobil. Mobil pun berjalan dijalan raya yang sudah lengang karena hari sudah mulai malam.
Setelah sampai hotel Araf segera menghubungi orang tuanya, "mom araf sudah di lobby hotel, tapi belum check in"
"check in saja nak mami sudah pesankan kamar untuk kamu. Nanti kami menyusul dikamar kamu ya sayang" ucap mami leni.
"Baiklah mami"
Araf pun menuju resepsionis hotel setelah menyerahkan id card araf langsung beranjak menuju kamarnya dilantai 11. lantai yang sama dengan orang tuanya.
Setelah sampai kamar araf pun mengirim pesan pada mami-nya. Setelah mengirim pesan araf langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Baru saja merebahkan tubuhnya tiba-tiba kamarnya diketuk.
Tok....tok....tok....
Araf beranjak dari kasur kemudian membuka pintu dilihatnya kedua orang tuanya didepan pintu. Maminya masuk terlebih dahulu diikuti papinya kemudian Araf. Mami dan papi duduk diatas ranjang sedangkan Araf mengambil kursi dan duduk didepan mereka.
"Araf sebelumnya mami sama papi minta maaf jika kami tidak memberitahukan kamu soal ini sebelumnya" mami membuka percakapan.
Araf melihat ke arah maminya heran, "Ada apa sih mi?" sunyi sejenak.
"ehemmm.....ehemmm" deheman ayah araf memcah keheningan kemudian, "raf papi sama mami kan selama ini tidak pernah meminta apapun dari kamu"
"terus?"
"Kami mau minta tolong kamu untuk bersedia menikah dengan anak teman kami" ujar bayu papi araf.
Araf terkejut bukan main, "A.....apa pi?"
Leni mendekat pada putranya, dia tau ini tidaklah mudah apalagi araf masih 18 tahun. dia juga masih smu. Leni duduk disamping putranya, "mami tau ini sangat tidak mudah untuk kamu. Tapi ini adalah keputusan mami sama papi yang harus kami ambil"
"Kenapa bukan bang zaki pi? Araf masih sekolah kan"
"Zaki sudah bertunangan dengan nabila raf, lagipula sekarang zaki sedang diprancis liburan dengan nabila. Ga mungkin kan mami harus merusak hubungan mereka"
"tapi mami sama papi ga mikirin perasaan araf" keluh araf cemberut.
"emangnya kamu sudah punya pacar?" selidik bayu pada anaknya yang diangguki oleh araf.
"pacaran itu dosa lebih baik menikah" celetuk mami
"tapi mi....."
"ga ada tapi-tapian, selama ini mami sama papi ga pernah meminta sesuatu sama kamu. Jadi tolong untuk kali ini saja turuti kemauan kami" ujar mami tegas
"Araf kan ga kenal mi..."
"nanti juga kenal" ucap mami, " sudah-sudah mami tak mau dengar alasan lagi."
"mi...." araf masih memohon kepada maminya.
"Araf...."panggil bayu lembut, "Dia anak piatu, ayahnya adalah teman papi sedari smu namanya mahesa singodiredjo. Dia sedang sakit keras. Mahesa tidak punya saudara yang bisa dititipkan putri satu-satunya itu. Maryam ibu anak itu sudah meninggal dari anak tersebut masih 5 tahun"
"Maryam dan Mahesa orang yang sangat berjasa pada papi dan mami, dialah yang membantu kami untuk bisa menikah saat papi masih kuliah dan mami terpaksa berhenti kuliah karena mami sudah hamil abang kamu. Disaat mami sama papi diusir oleh kakek nenek kamu, mahesalah yang menampung kami kemudian maryam memberi modal pada papi untuk memulai usaha" leni mulai bercerita.
Leni masih menatap putranya, "Nak tanpa jasa mereka mungkin mami sama papi tidak akan bisa sesukses sekarang. papi pun tidak akan bisa lulus kuliah, jadi mami mohon bantu kami nak. Bantu kami untuk membalas kebaikan mereka, bantu kami untuk menjaga putri mereka yang sangat berharga"
Araf masih menunduk berpikir sesaat kemudia araf mendongak, "bagaimana dengan putri mereka apa dia setuju?" tanya Araf
"Dia anak yang penurut nak, tentu dia setuju apapun keputusan ayahnya" bayu menjawab kegelisahan anaknya.
"apa....dia....cantik mom?" tanya Araf ragu
Maminya tersenyum, "nak terkadang wajah cantik tidaklah penting tapi akhlak yang bagus itu sangat penting"
"jadi.... maksud mami dia tidak cantik?"
"Apakah penting dia cantik atau ga?" tanya bayu pada anaknya. Araf mengangguk
"Kami tidak bisa bilang dia cantik atau ga sayang, karena berbeda orang akan berpikir berbeda tentang definisi cantik. Yang pasti akhlaknya bagus" ucap leni sambil mengelus pundak putranya.
Araf hanya bisa menghela nafas panjang.
"ok sepertinya sudah larut kamu juga pasti sudah lelah, mami sama papi pamit dulu. istirahat ya nak"
Araf hanya mengangguk pasrah
Keesokan harinya pagi-pagi sekali araf dan orang tuanya berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit araf berjalan gontai dibelakang orang tuanya, setelah sampai dipintu ruang rawat vvip mereka masuk setelah mengucap salam.
"assalamu'alaikum"
"wa'alaikumsalam"
Araf duduk disofa setelah bersalaman dengan mahesa, begitu pun nasya yang menyalami ibu leni dan melipat tangan didada untuk araf dan bayu.
Saat araf melihat penampilan nasya dia terkejut dalam hati berkata, "mami ga salah mau jodohin aku sama dia huffff...."
Mahesa melihat kepada calon menantunya seperti mengerti kegelisahan araf. Dia memandang pada putrinya, "Sya....kemari nak"
"iya ayah"
Setelah duduk disamping ayahnya, "nak dia adalah calon suamimu. Bolehkah dia melihat wajahmu nak?"
Nasya melihat kepada araf kemudian ke arah ayahnya dan mengangguk. Nasya membuka kaitan cadar yg ada dibelakang kepalanya kemudian melepas cadarnya. Setelah membuka cadarnya semua takjub dengan kecantikan wajah nasya.
Araf tidak bergeming dari pandangannya ke arah nasya. Leni yang tersadar langsung berucap, "masyaa Allah kamu cantik sekali nak, iya kan raf" menoleh ke arah araf yang masih mematung ditempatnya. Bayu memandang pada araf kemudian menepuk pundak putranya, "hei kok malah bengong"
araf tersadar, "ah iya pi...." wajah araf langsung memerah karena malu ketahuan memandangi wajah nasya. Mereka tergelak dengan tingkah araf. sedangkan nasya masih menundukkan wajahnya.
Tak sampai menunggu lama nasya memakai lagi cadarnya.
Leni mendekat pada nasya, "sepertinya araf sudah terpesona sama kamu sya"
"mami...." panggil araf yang malu dengan wajah merona marah. sedangkan mami, papi dan mahesa tertawa melihat tingkah araf.
"Anakmu benar-benar duplikat maryam ya mahesa" ucap bayu yang diangguki mahesa.
"terus gimana nih jadi kan mo nerusin nikahnya?" tanya mami sambil melirik pada araf.
"owh jadilah mi..." sahut araf cepat membuat semua tersenyum.
"pi tadi padahal ada yang ga semangat loh dateng ke rumah sakit"
"ahhh.... siapa bilang itu perasaan mami doang kali" ujar araf salah tingkah
Leni menatap pada nasya, "Araf ga akan menyesal punya istri yang cantik wajah dan juga akhlak seperti kamu sya"
"in shaa Allah tante" sahut nasya
"terus kapan nikahnya mi?" tanya araf tidak sabar
semua tertawa mendengar pertanyaan araf. Terkecuali nasya yang masih menunduk.
"ada yang ga sabar pi..." goda mami pada araf
"Bukan apa-apa mi, araf kan ga bisa lama-lama ninggalin sekolah araf" ucap araf beralasan
"Hmmm.... alasan ya pi" bayu tertawa mendengar anak dan istrinya
"sya... kamu jalan-jalan dulu diluar sama araf ya nak" perintah mahesa pada putrinya
"iya nak biar kalian bisa saling kenal" sambung bayu
Nasya nampak ragu
"tenang sayang araf ga akan macam-macam kalian jalan disekitar rumah sakit saja nak" ucap mahesa yang seperti paham dengan keraguan anaknya. Annasya mengangguk, araf bangkit dari duduknya berjalan lebih dulu.
Setelah araf dan nasya keluar dari kamar bayu dan leni mendekat pada mahesa.
"jadi kapan kita nikahkan mereka?" tanya mahesa pada kedua sahabatnya
"kita tunggu kamu sehat dulu ya sa" jawab bayu
Mahesa menggeleng, "kamu tau aku sudah tidak punya banyak waktu bayu. aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit ini"
"Kita tunggu sampai kamu keluar dari rumah sakit ya sa" ucap leni
"2 hari lagi aku keluar dari rumah sakit, sehari setelahnya kita nikahkan mereka" usul mahesa
Bayu dan Leni mengangguk setuju.
***
"ehemmm.... kenalkan nama aku araf" ujar araf membuka omongan saat mereka sampai dibangku taman
Tanpa melihat kepada araf, nasya mengangguk, "aku annasya kamu boleh panggil aku nasya"
"usia kamu berapa?"
"15 tahun"
"wahhh jarak kita 3 tahun ya, aku sudah 18 tahun dan di tahun ini aku lulus smu"
"iya"
"kamu pasti masih kelas 1 ya"
Annasya menggeleng, "aku sudah kelas 2 smu"
"masa sih? wahhh pasti kamu sangat cerdas" puji araf
"bukan cerdas tapi aku terlalu cepat masuk sekolah" ujar nasya merendah
"hemmm...." sejenak araf terdiam
"maaf kalau aku merepotkan, bahkan kita menikah saat kita tidak saling mengenal" ucap nasya
Araf memandang ke samping terlihat nasya yang masih memandang kedepan. Araf menyahut, "kita ga akan tau kan yang namanya jodoh kapan datangnya"
Nasya menunduk dibalik cadarnya dia tersenyum
Araf bertanya pada nasya, "apa kamu menyesal dengan perjodohan ini?"
Nasya menggeleng, "ga ada yang perlu disesali, aku percaya dengan keputusan ayah. Jika ayah ridho maka Allah pun pasti ridho. itu sudah cukup untukku"
"Bagaimana dengan kamu?" tanya nasya balik
"jujur awalnya aku sangat terkejut diusia aku yang masih 18 tahun harus menikah, apakah aku bisa menjadi kepala keluarga yang baik. banyak sekali pertanyaan dikepalaku karena aku merasa belum dewasa"
"usia berapa pun kamu menikah nantinya pertanyaan itu pasti ada dikepala kamu. karena kedewasaan seseorang bukan dari usia tapi pemikiran dan keadaan yang memaksa kita harus lekas berpikir dewasa"
"Hidup berumah tangga tidaklah mudah, apa kamu yakin bisa?"
"hidup itu belajar mas, dalam kondisi apapun harus bisa belajar. begitu pun saat kita menikah aku akan belajar menjadi istri, namun jika aku ada kekurangan tolong kamu jangan langsung memarahiku. tegur aku mas aku akan belajar memperbaiki begitu pun sebaliknya dengan kamu"
Araf mangangguk, "ternyata dia dewasa di usia yang masih sangat muda"
"aku akan mengatakan sejujurnya tentang diriku sama kamu mas"
Araf mengangguk
"Aku masuk pondok saat usiaku masih 6 tahun, setahun setelah kematian ibuku. Ayah sangat sibuk dia tidak bisa menjagaku sekaligus bekerja makanya aku yang meminta ayah untuk memasukkan aku ke pondok pesantren. selama ini aku tidak tau dunia luar seperti apa karena aku hanya tau pondok dan rumah. aku pulang kerumah jika ayah menjemput itu pun saat libur lebaran saja, Buku adalah kesukaanku aku sangat suka belajar itulah kenapa aku bisa lompat kelas"
Nasya menengok ke arah araf, "bagaimana dengan kamu?"
Araf menghela nafas, "aku 2 bersaudara abangku sudah bertunangan. disekolah aku sangat suka basket juga disekolah aku cukup pintar hingga bisa menjadi juara umum"
"Sya...." nasya menengok, "disekolah aku terkenal play boy tapi aku jujur sama kamu aku belum pernah serius berpacaran. Ada 1 cewe disekolah bernama karen yang selalu mengaku aku dan dia pacaran padahal sebenarnya ga. Aku sendiri ga tau kenapa dijuluki seperti itu mungkin karena kebanyakan fans aku cewe ha...ha...ha..."
Nasya hanya menggeleng
"sepertinya sudah memasuki waktu maghrib mas, lebih baik kita ke masjid" ajak nasya
mereka pun beranjak dari bangku taman
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!