Mentari pagi ini terasa sangat hangat. Tapi bagiku mentari ini tidak hangat tapi lebih kearah panas, gerah, nano-nano rasanya. Nafasku hampir hilang berlari dari kost sampai kampus karena pagi ini aku terlambat untuk
mengikuti kelas pagi.
Langkah kakiku kuperlebar saat akan menaiki anak tangga, Satu anak tangga kulewati, kuperpanjang lagi hingga sampai ke dua anak tangga, kaku rasanya paha ini. Aku melihat jam yang berada ditanganku, saat ini waktu menunjukkan pukul 07.15 WIB.
“Aduh, aku telat lagi ini?” Gumamku dalam hati.
Tujuanku adalah untuk kelantai 3 dan ini baru dilantai 2. Aku mempercepat langkahku dan berlari-lari kecil menaiki anak tangga terakhir untuk menuju kelantai 3. Sesampainya didepan ruangan kelas, sebelum masuk kedalam aku merapikan baju dan mengatur nafasku yang tidak beraturan ini.
Aku masuk kedalam ruangan dan melihat kearah sekitar ternyata kursinya sudah terisi penuh, lalu aku melihat kearah Dosen dan mengangguk mrminta maaf karena telat. Salah satu temanku melambaikan tangan dan memberikan isyarat menyuruhku untuk duduk disebelahnya, karena kursinya yang memang masih kosong dan temanku hanya menggelengkan kepalanya.
“Telat, aja terus?” Kata temanku ketus, aku hanya memberi respon cengerin kuda yang manis.
Mata Kuliah pagi ini mengenai Teknik Pantai. Dosen Teknik Pantai adalah Dosen paling sabar yang pernah kukenal selama kuliah hingga semester 4 ini. Pak Dosen yang sedang menjelaskan materinya didepan kelas, seolah olah tidak didengarkan oleh mahasiswanya karena memang Pak Dosen seperti berbicara sendiri didepan kelas.
Ampun Pak... Maklumlah sebagian besar kelas ini penghuninya adalah laki-laki dan perempuannya bisa dihitung jari. Hanya ada 6 orang perempuan dan sisanya adalah 36 laki-laki lebah, berisiknya bukan main.
Mereka semua ada yang sedang bermain Ponsel, berbicara sendiri dengan temannya, ada yang sok pura-pura mendengarkan, ada yang memang benar-benar mendengarkan, baca novel.
Dan, Apa yang kulakukan? Untuk menghilangkan rasa kantukku dipagi hari karena harus mengikuti kelas pagi ini.
Taraaa.... bermain ABC 5 dasar permainan anak SD jaman dulu untuk menghilangkan rasa bosan. Aku adalah salah satu atlet jari terbaik dikelasku dalam kompetisi permainan ABC lima dasar ini.
“Lin, dini, ayuhh? Mana jarinya?” kata temanku kepada kita berdua dari arah belakang.
Dini teman sekelasku sudah menyiapkan jarinya, bersiap untuk melanjutkan permainan sambil tetap melihat kedepan karena kita berdua duduk dibangku baris kedua.
“Iyaa,, bentar. Liat itu Pak Abdul?” Jawabku dan aku belum berani untuk menoleh kearah belakang karena aku merasa Pak Abdul sedang mengawasi kami bermain, setelah Pak Abdul melihat kearah Laptopnya lagi dan menerangkan Mata Kuliahnya. Akupun sudah siap untuk bermain.
Aku menyodorkan tanganku kebelakang dan memberikan aba-aba.
“ABC 5 Dasar.” serempak lima orang yang ikut permainan itu membuka jarinya masing-masing dan memberikan angka yang berfariasi ada yang angka 2, angka 4 dan salah satu dari mereka menghitung dan yang dimainkan adalah nama-nama hewan. Ternyata yang keluar adalah huruf “K”.
“Kodok. “ Aku menjawab dengan cepat.
Dini temanku menyawab. “Kuda.” Dengan cepat.
Aku dan Dini sudah merasa diatas angin karena bisa menjawab ketika teman-temanku sedang memikirkan jawabannya yang lain. Ternyata tinggal satu yang tidak bisa menjawab. Hukuman bagi yang tidak bisa menjawab adalah Dahinya diselentik.
“1...2...3” Kita serempak menghitung dengan suara yang sangat pelan hampir bisa dikatakan kita seperti sedang berbisik.
“4...5...6...” Deni yang dibawah tekanan tidak bisa menjawab kata selanjutnya, wajahnya terihat sangat panik dan sampai dihitungan kesepeluh.
“Awwww,,,” Deni hanya bisa meringis kesakitan tanpa bisa menjerit.
Tanpa sadar kita tertawa agak keras karena melihat ekspresi Deni yang kesakitan. Sampai sampai Pak Abdul mendengarnya. Kita buru buru memperbaiki posisi duduk kami. Pak Abdul hanya melihat dan kembali melanjutkan penjelasannya dan kita hanya tertawa.
Tidak lama setelah itu Mata kuliah untuk Teknik Pantai selesai.
“Main kekostku yuhh,,, Mata Kuliahnya Bu Wati kosong lho?” Tanya Dini kepadaku. Aku sedang membereskan buku-buku setelah kuliah selesai.
“Enggak din,,, aku mau pulang kekost dulu. Nanti sorean gimana?” Aku sedikit menawar karena hari ini aku ingin melanjutkan tidurku yang tertunda tadi malam karena harus kuliah pagi.
“Iyaa sudahh. Nanti Sore iyaa?” Kata dini
“Siapp bosss,,,” Aku hanya bisa tersenyum dan lega karena dini tidak memaksa seperti biasanya.
Aku dan dini keluar bersama dari kelas dan sesampainya didepan gedung Fakultas ternyata matahari sudah mulai tinggi dan panasnya pun menyengat. Aku dan Dini berpisah karena kita tidak tinggal bersama dalam satu kost.
Aku berjalan sendiri menyusuri jalan yang mulai terlihat ramai oleh banyaknya Mahasiswa yang akan menghadiri kuliahnya. Didepan Gerbangpun banyak sekali Mahasiswa yang keluar-masuk. Ada yang berjalan
kaki, ada yang menggunakan sepeda kayuh dan mengendarai motor dan mereka pun sudah berpakaian rapi. Saat itu aku tidak langsung pulang kekost, aku mampir kesebuah minimarket untuk membeli jajan. Setelah selesai membeli jajanan aku langsung menuju kost’an. Aku harus berjalan kaki lagi untuk menuju kost yang jaraknya lumayan cukup jauh.
“Tumben jam segini udah pulang.” Tanya salah satu mba-mba penghuni kost yang melihat aku duduk didepan kamar dan belum masuk kedalam.
“Iyaa mba,, udah enggak ada kuliah lagi?” Jawabku.
“Mba mau kuliah iyaa?” Lanjut ku bertanya.
“Iya,,,” Jawab mba kost singkat dan pergi berlalu setelah membuka pintu gerbang Kost yang tertutup.
Ketika membuka pintu kamar udara dingin menyambut. Bungkusan Plastik dan tas gendong kuletakan disembarang tempat, kurebahkan badan untuk membuat tubuh ini sedikit rileks.
“Hahh,,, Nyamannya?” Ketika Aku akan mulai memejamkan mata dan sedikit lagi akan tertidur, tiba-tiba saja ponsel yang berada ditas bergetar sangat keras dan berulang-ulang.
Aku memaksakan diri untuk bangkit dari tidurku dan mengambil ponsel ditas dengan malas. Tanpa melihat layar ponsel langsung kuangkat teleponnya.
“Hallo,,” Suaraku lemas.
"Hei, halo sayang?" Jawab suara telepon diujung sana.
“Lagi tidur iyaa?” Lanjutnya.
Aku diam sejenak dan melihat layar ponsel, aku sedikit terkejut karena yang menghubungiku adalah orang yang sedang kunantikan teleponnya.
“Hallo,,, Mas Hendra.” Jawabku bersemangat dan memperbaiki posisi duduk.
“Kamu ini kebiasaan iyaa? Lagi tidur iyaa?”
Tanyanya lagi.
"Enggak kok..." Jawabku sambil tertawa. “Gimana kabar Mas Hendra lama enggak
ketemu.”
“Kenapa Kangen iya?” Godanya.
“Sudah hampir 3 minggu ini kan kita tidak bertemu?” Aku hanya diam mendengarkan Mas Hendra bicara hanya anggukan kepala saja yang aku bisa lakukan entah Mas Hendra tahu atau tidak.
“Jadi kapan kita bisa bertemu?” Kata Mas Hendra.
“Apa? Ketemu? kapan?” Jawabku yang sedikit tidak percaya.
“Mas Hendra sudah enggak sibuk?” belum sempat Mas Hendra menjawab aku langsung bertanya lagi. “Mau ketemu dimana? Aku sabtu ini enggak ada acara mas, Mas dimana sekarang?” Mas Hendra hanya mendengarkan dan tertawa tidak berhenti.
“Terserah kamu, kapan kita bisa bertemu. Sabtu ini iya tidak apa-apa?"
“Ok,, Sabtu ini aku setuju.”
Dan sambungan telepon pun terputus. Aku tertawa senang karena akan bisa bertemu dengan Mas Hendra kekasihku setelah sekian lama tidak bertemu.
***
Sabtu sore yang cerah rencana kitapun terlaksana. Hari ini adalah hari keberuntunganku karena aku bisa berjalan-jalan dengannnya.
Aku dan Mas Hendra tidak bertemu hampir 3 minggu karena memang kami berdua yang benar-benar sangat sibuk dengan urusan kami masing-masing. Mas Hendra sibuk dengan pekerjaannya dan aku sibuk dengan kuliahku dan segala kegiatan yang ada.
Rencana Sore ini aku meminta kepada Mas Hendra untuk berjalan-jalan ketempat yang tidak terlalu ramai dan jaraknya tidak jauh dari tempatku saat ini tinggal. Mas Hendra pun mengajak ku ketempat didataran tinggi yang dapat melihat seluruh kota ini. Orang menyebutnya “Bukit Bintang”. Tempat ini sungguh indah jika malam datang itupun kalau tidak hujan dan mendung. Jika cuacanya cerah pasti pemandangannnya akan bagus. Kita bisa melihat hamparan lampu yang berkelap kelip seperti taburan bintang yang berada dilangit.
“Liana?” Aku melihat kearah orang yang memanggilku dan Aku pun tersenyum. “Ini,,” memberikan sebotol minuman kepada ku.
“Makasih iyaa, Mas?” Jawabku senang dan Mas Hendra pun langsung tersenyum.
Mas Hendra duduk disebelah ku dan kita pun melihat pemandangan yang sangat indah bersama.
“Lihat?” Mas Hendra menunjuk Matahari yang akan tenggelam. “Indah iyaa.” Lanjutnya.
“Memang matahari disore ini sangat indah mas, Lihat itu?” Aku menunjukkan Langit yang mulai terlihat berwarna jingga itu. “Indahkan?” Aku dan Mas Hendra tertawa bersama.
“Kenapa? Sepertinya kamu tidak senang bertemu denganku?” godanya.
“Siapa, siapa yang bilang. Aku senang kok,” Jawabku cepat. Mana mungkin aku tidak senang. Kita tidak bertemu hampir 3 minggu dan baru bisa ketemu sekarang, kesempatan yang langka.” Aku menjelaskan panjang lebar.
“Ohh,,, Begitu. Oya,, Bagaimana dengan Nia? Apakah dia sudah menghubungi mu?”
Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Mas Hendra yang tiba-tiba menanyakan Nia sahabatku itu. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tidak tahu harus mengatakan apa.
“Tidak apa-apa? Aku yakin suatu hari nanti Nia akan kembali padamu Lin.” Mas Hendra mencoba meyakinkanku.
Inilah yang membuatku selalu memikirkan sahabatku ini. Dalam hati Aku selalu bertanya-tanya. Apakah sejak kejadian 2 tahun yang lalu Nia belum bisa memaafkanku? Apakah dia masih marah padaku? atau Nia sudah melupakanku? Selama 2 tahun ini aku selalu mencoba menghubungi Nia. Aku selalu mengirim pesan baik online atau menghubungi secara langsung dan selalu bertanya keberadaan Nia karena Nia bukanlah seseorang yang bertempat tinggal disatu tempat dalam jangka waktu yang lama.
***
Aku dan Nia bersahabat sejak kecil dari kita duduk dibangku SMP. Kenangan ketika masih bersama pun terlintas kembali dipikiranku. Aku membuka-buka Album foto kenangan kita berdua. Dari semasa SMP hingga sekarang.
Aku pun merasa sedih jika mengingat Nia, tidak terasa tiba-tiba air mataku menetes. Aku menangis, kenapa jadi seperti ini, kenapa ini semua terjadi padaku dan kenapa Nia harus bersikap seperti ini. Andai saja kejadian itu tidak terjadi pasti aku dan Nia masih bersahabat hingga sekarang dan antara Aku, Kamu dan Dia masih bisa bersahabat untuk selamanya.
Kisahpun baru dimulai
🌳🌳🌳
Hari ini adalah hari dimana pertama kali masuk sekolah setelah libur panjang. Tahun ini adalah tahun ajaran baru. Semua Siswa-siswi yang masih berseragam entah itu merah putih, biru putih ataupun putih abu-abu memasuki tahun kenaikan kelas. Untuk disekolahku, kelas baru tapi tetap teman lama.
Hari senin, hari pertama masuk sekolah setelah libur selama 2 minggu, yang berstatus sebagai seorang pelajar. Harus berangkat pagi karena seperti biasa ada agenda rutin setiap hari senin yaitu Upacara pengibaran bendera Merah Putih.
Dengan wajah cerah dan hati yang gembira akupun sudah siap siaga berdiri dipinggir jalan untuk menunggu teman-temannku yang akan berangkat bersama. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu mereka datang. Mereka satu -persatu terlihat dan tersenyum sangat senang.
Jalan Raya yang ketika masa liburan biasanya sepi kini berubah menjadi sangat ramai banyak sekali kendaraan bermotor berseragam anak sekolah yang lalu lalang seperti akan pawai. Setiap bis-bis yang lewat sudah terisi penuh dengan penumpang.
Efek hari pertama masuk sekolah kita bertiga menunggu bis mini atau biasa kita sebut Mikro agak lama karena semua yang kita berhentikan terisi penuh. Lama menunggu, akhirnya kita mendapatkan bis dengan keadaan bis yang penuh sesak dengan penumpang yang mayoritas anak sekolah. Mikropun melaju dengan sangat cepat. Jarak antara sekolah dengan rumah tidak terlalu jauh hanya Sekitar 8 menit sudah sampai.
Aku dan kedua temanku pun bergegas menuju kelas masing-masing karena kelas kami bertiga memang berbeda. Aku menuju Kelas VIII C, untuk menuju kekelas aku harus sedikit berlari karena dari gerbang sekolah menuju kelas agak jauh. Harus melewati lapangan untuk upacara dan 10 menit lagi bel untuk Upacara akan segera dibunyikan. Sesampainya didalam kelas teman sebangkuku sudah menunggu dan memilih tempat duduk dari depan No. 2 baris ke dua dari pojok depan bangku Guru. Aku tidak protes untuk tempat duduk itu karena memang sudah kupasrahkan kepadanya untuk duduk dimana saja. Belum lama Aku duduk dan berbincang-bincang dengan teman-teman bel pun berbunyi dan semua siswa menuju ke lapangan untuk mengikuti Upacara.
Sejak duduk dikelas VII aku sudah tergabung dengan anggota PMR disekolah kegiatan ekstrakulikuler dan selalu aktif mengikuti semua kegiatan PMR yang diadakan disekolah baik kegiatan diluar maupun didalam karena aku adalah tipe seorang perempuan yang senang berpetualang.
Bu Tina adalah Guru Pembina PMR sekaligus wali kelas ku saat aku masih duduk dikelas VII. Sebagai pembina PMR Bu Tina meminta kami anggota PMR yang masih aktif untuk menjadi Petugas PMR dihari pertama masuk sekolah. Upacara pengibaran bendera Merah Putih pun berlangsung seperti biasa, sangat hikmat dan tidak ada yang pingsan. Kegiatan setiap hari sebagai siswa yang baik pun aku jalankan. Dari masuk sekolah yang tidak pernah bolos karena alasan sakit kegiatan PMR ku yang selalu aktif dan setiap hari jum’at aku selalu rutin mengikuti Pramuka.
***
Hari ini setelah pulang sekolah aku tidak langsung pulang kerumah. Bukan karena ada kegiatan PMR atau pramuka, tetapi aku mengerjakan tugas sekolah di salah satu rumah temanku namanya Dewi.
Rumah Dewi sangat jauh, setelah kita turun dari mikro. Kita harus berjalan kaki dan melewati sawah-sawah yang baru saja ditanam. Setelah melewati sawah-sawah kita masih harus berjalan kaki melewati jalan setapak dan kanan kirinya adalah kebun warga. Sesekali kita melewati rumah warga. Sesampainya dirumah dewi kita dihidangkan makanan siang oleh Ibunya dewi. Awalnya kami malu-malu untuk makan sampai berkali ibunya dewi menyuruh kita untuk untuk makan. Tapi pada akhirnyya kita menyerah karena kami memang kelaparan dan lelah berjalan. Akhirnya kamipun memakan-makanan yang dihidangkan itu sampai habis. Perut kita sudah kenyang, tanpa berpikir panjang kita pun segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Guru. Untuk tugas kali ini kita berkutat dengan angka-angka yang mengharuskan kita berpikir lebih keras lagi untuk mendapatkan jawaban yang benar karena ini adalah ilmu pasti.
Tidak terasa waktu sudah sore dan menunjukkan pukul 3 dan akhirnya kita pun selesai mengerjakan tugas itu. Tidak tahu benar atau salah yang penting tugas itu selesai dan dikerjakan. Sebelum pulang Dewi si tuan rumah mengajak kita untuk bermain-main disungai. Sungainya itu terletak persis dibelakang rumah dewi. Akupun mau kesungai karena aku memang jarang sekali bermain-main disungai apalagi dewi mengatakan bahwa ada air terjunnya disana. Kesempatan yang baik untuk bermain air.
Kita berempatpun menuju sungai. Jalurnya tidak terlalu susah karena jalan itu sudah dibuat tangga buatan untuk mempermudah akses kesungai itu karena ternyata tempat itu adalah tempat yang sudah dijadikan tempat wisata oleh penduduk lokal. Setelah sampai disungai itu, ternyata sungainya agak ramai dengan orang yang asik berpacaran dan yang aku lihat ada jembatan gantung diatasnya dan ada akses jalan untuk lewatnya sepeda motor.
“Wihhh,,, aku baru tahu kalau disini ada air terjun.” Kataku senang yang melihat air terjun berada tepat dihadapanku.
“Makanya sering main iya? Jadi tahu tempat yang kayak gini?” Jawab Tami dan kita berempat pun tertawa bersama.
“Kalau saja aku bawa baju ganti, pasti aku nyebur dehh,,,” Kataku memandang air yang sangat jernih dan menggoda itu.
“Iya,, bener lin?” Jawab Anggris.“ kenapa kamu enggak bilang, wi?” lanjut Anggris.
“Lha,,, mana aku tahu kalo mau kesini.” Kata dewi tersenyum.
Kita pun hanya bisa memandang air jernih itu sambil ngobrol tidak tahu arahnya kemana. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri berkeliling sungai itu.
“Jangan jauh-jauh, sudah sore." Kata Tami dan aku hanya mengangguk mengiyakan.
Aku menikmati sekali pemandangan indah ini. Disekeliling sungai ini aku melihat ada tebing-tebing menjulang tinggi dan diatasnya terdapat pohon-pohon. Aku berjalan dipinggiran sungai dan melihat banyak sekali pasangan-pasangan muda-mudi yang sedang menikmati derasnya arus sungai ini. Ketika aku sedang melihat batu-batu yang ada dibawah sambil berjalan tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang tidak aku kenal.
“Maaf, Mas aku tidak sengaja.” Kata ku menunduk meminta maaf kepada orang itu, tetapi orang itu hanya diam saja dan malah memandangiku. “Mas, aku minta maaf.” Kataku sekali lagi.
“Iya tidak apa-apa?”
“Apa?” kataku.
Aku sedikit terkejut ketika dia berbicara. Bukan, bukan karena orang yang aku tabrak ini cakep, tinggi ataupun berkulit putih tapi suaranya seperti seorang perempuan tetapi tampilannya itu seperti seorang anak laki-laki. Dia mengenakan celana jins pendek berwarna biru selutut, memakai jaket berwarna merah dan kaos hitam. Rambutnya pendek sebahu dan wajahnya itu sangat mulus dan putih berbeda denganku meskipun aku putih tapi tidak seperti dia.
“Iyaa mba, tidak apa-apa?” Katanya sekali lagi.
“Ahh,,, iyaa maaf mas,,, Eh,,, “ Aku bingung harus mengatakan apa pada orang ini. Mas
atau mba.
“Aku cewek kok.” Jawabnya santai sambil tersenyum.
“Ahhh,,Iii,, Iyaa,, aku tahu. Maaf iya mba sekali lagi.” Kataku terbata-bata dan akupun segera mungkin pergi meninggalkan orang itu sendiri. Entah apa yang dipikirkan orang itu padaku.
Karena hari semakin sore, aku dan ketiga temannku berpamitan untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan makan. Lalu setelah mahgrib langsung belajar karena tidak ada ceritanya untukku dan kakakku ketika masih di hari sekolah dan bukan hari libur untuk menonton TV. Jatahku dan Kakakku menonton TV itu hanya ketika malam minggu dan hari minggu. Setelah hari minggu sudah habis, kembali lagi keaktifitas awal belajar dan belajar lagi.
Ketika aku sedang belajar tiba-tiba aku mengingat orang itu. Aku masih penasaran dengannya dia itu sebenarnya laki-laki atau perempuan iyaa.
Itulah pertemuan pertama ku dengannya.
🌳🌳🌳
Aku harus berjalan melewati terlebih dahulu lorong-lorong kelas 1 untuk mencapai kelasku. Seperti biasa sebelum memasuki kelas aku melihat-lihat mading terlebih dahulu dan akupun tersenyum ketika melihat ternyata cerpen karya Liana Astari dipasang juga setelah menunggu hampir 2 minggu lamanya. Setelah senang melihat Cerpen karyaku dipasang ternyata ada sebuah pengumuman yang bertuliskan akan ada perlombaan untuk PMR tingkat SMP di RSU Daerah tempatku tinggal.
Dijadwal tertera tanggal 24 November, berarti tinggal 1 minggu lagi perlombaannya. Akupun memberitahu kepada teman-teman bahwa akan diadakan lomba PMR, mereka menanggapinya biasa saja karena memang ketiga temanku ini tidak suka yang namanya ikut Eskul apa pun yang diadakan oleh sekolah yang mereka tahu hanya ikut Pramuka karena itu memang wajib.
Pelajaran sekolah telah usai, aku dan beberapa teman yang mengikuti Eskul PMR diminta berkumpul untuk menanggapi lomba tersebut. Akupun antusias mengikuti lomba itu. Bu Tina memberitahukan semua syarat-syaratnya kemudian dengan cepat kami pun dibagi tiga kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah tiga orang dan ada 3 kelompok.
Aku dapat kelompok 2 bersama Dinda dan Andini. Tiga Kelompok ini mempunyai tugasnya masing-masing dalam perlombaan. Materi yang dilombakan adalah Petolongan Pertama pada saat Korban Kecelakaan dan dibagi menjadi 3 sub materi. Pertama mengenai Penangan Pertama saat korban kecelakaan, 2. Penangan didalam ruangan dan ketiga Penanganan Tindak Lanjut setelah korban sadar yang ini lebih kepada Psikologi Korban. Kita semua harus bisa menguasi ketiganya karena pemilihan akan dilakukan secara acak oleh juri atau pengawas Perlombaan.
Kita semua diberi Pelatihan khusus selama 1 minggu dan dari pihak sekolah sengaja mendatangkan Guru pembina yang sudah ahli dalam bidang PMR ini. Setiap sore setelah pulang sekolah kami sudah stand by didalam ruangan UKS. H-2 menuju perlombaan kami melakukan simulasi praktek supaya pada saat melakukan Aplikasi yang sebenarnya tidak ada yang salah. Setelah selesai melakukan simulasi kami pun diijinkan untuk pulang oleh pembina kami.
“Besok akan ada pelatihan bersama dengan SMP lain.” Kata pembina kami datar.
“Wah,, Jam berapa bu?” Tanya salah satu temanku.
“Setelah kalian pulang sekolah. Jam 1. besok jum’atan kan?” Tanyanya
“iya bu,,” Jawabku.
Hari sudah sore aku dan teman-teman berjalan bersama menuju keluar. Ternyata kakakku sudah berada didepan menungguku karena tadi pagi sebelum berangkat sekolah aku memintanya untuk menjemputku ketika dia sudah pulang sekolah, karena memang didaerah tempat ku tinggal kalau sudah sore tidak ada lagi mikro yang lewat. Sesampainya dirumah, seperti biasa langsung mandi dan makan setelah magrib aku tidak langsung belajar aku malah tidur karena terlalu berat mata ini buat baca buku mungkin karena lelah. Dan kebiasaan yang tidak pernah hilang adalah tempat favoritku untuk belajar adalah diruang tamu ketika aku lelah untuk belajar ataupun malas membaca buku aku tinggal merebahkan badanku diatas kursi sofa yang disediakan diruang tamu dan tidur. Pernah tanpa sadar hingga pagi menjelang aku tertidur diruang tamu.
***
“Kamu hari jum’at ini enggak ikut pramukaan iya?” tanya Tami padaku.
“Iya aku mau ikut latihan bareng anak SMP lain.” Jawabku senang. “Jadi aku enggak bisa ikut pramukaan dehh,,,” kataku dengan wajah berpura-pura sedih.
“Alahh seneng kann,,, Enggak ikut pramukaan.” Kata dewi dengan sedikit sebal.
“Oya,, Katanya SMP itu cowoknya cakep-cakep lhoo,,,” Kata Anggris dan mereka bertiga pun tertawa cekikikan tidak jelas. Kebiasaan mereka kumat, kalau ngomongin Cowok-cowok cakep pasti tidak ada bosannya dan aku menanggapinya dengan datar.
Setelah jam sekolah selesai aku dan serombongan teman-teman yang akan ikut lomba sudah bersiap untuk berangkat. Kita diberi Rompi satu-satu berwarna putih yang ada tanda plus berwarna merah, Kita berangkat menggunakan Mobil Terbuka atau bahasa kerennya Kolcoak atau siklun. Sesampainya di SMP itu ternyata sedang ada acara.
Suasana sangat ramai karena diadakan Pentas Seni untuk anak-anak kelas yang sedang ada praktek seni dan budaya. Tujuan kita kemari bukan untuk melihat Pentas Seni tetapi untuk latihan bersama.
Latihan bersama anak SMP ini sungguh menyenangkan dan Guru-guru pembinannya melatih kita dengan sabar ketika kita melakukan kesalahan pada saat melakukan simulasi. Tidak terasa waktu yang kami lewati sangat cepat. Akhirnya latihan pun selesai, karena waktu belum sore, sebelum pulang kesekolah lalu pulang kerumah masing-masing kami ijinkan untuk melihat Pentas Seni tapi hanya setengah jam untuk Refreshing kata pembina kami.
Aku pun sangat senang mendapat kesempatan itu. Kapan lagi coba bisa melihat Pentas Seni seperti ini. Ternyata yang dipentaskan tidak main-main ada yang nge-band, menari dan menyanyi solo lalu ada yang menari kelompok dan tidak kalahnya penari Tradisional pun ikut berpartisipasi. Ditengah-tengah keramaian penonton tiba-tiba pundakku ada yang menepuk dan aku melihat kearah belakang. Belum sempat aku menyadari bahwa yang menepuk pundakku itu siapa tiba-tiba saja pergelangan tanganku ditarik dan aku diajak keluar dari tengah-tengah keramaian penonton. Aku masih bingung melihat orang yang menarikku dan kami berdua berhenti dibelakang penonton dan aku sadar bawa orang itu adalah orang yang aku tabrak di sungai waktu itu.
“Kamuu??” tanyaku yang masih bingung.
“Iyaa ini aku,,, sedang apa disini?” tanyanya dan melihat seragam ku yang pastinya bukan anak SMP sini.
“Owhh,,, aku sedang ada latihan bersama disini.” jawabku. “Sekolah disini?” lanjutku bertanya dan melihat seragam yang dia kenakan dan membuatku semakin terkejut dia memakai rok.
“iyaa,,, tidak lihat aku berpakaian seragam seperti ini.” jawabnya tertawa dan menunjukan lambang sekolahnya. Meskipun penampilannya urakan seperti ini dan memakai seragam sekolah bawahannya rok kesan maskulinnya tidak bisa dihilangkan dari dirinya.
“Sekarang baru aku percaya.” kataku
“Percaya? Percaya apa?” tanyanya bingung dan sebelum aku menjawab pertanyaannya dia sudah mengatakannya duluan. “Owhh ini,,,” mengibas-ibaskan roknya dan berkata. “Percaya kalau aku ini perempuan?” dia tertawa dan akupun mengangguk mengiyakan. Kita pun tertawa bersama. “Ah,,, iya kita belum berkenalan?” Dia mengulurkan tangannya mengajakku berkenalan dan aku pun menyambut baik uluran tangannya.
“Aku Liana Astari,,,” Jawabku senang. “Nama kamu?” tanyaku
“Karunia Venatan,,,” sambil melepaskan jabat tangan itu. “Tapi panggil Nia aja.” lanjutnya.
“Lin,,, ayo pulang.” kata salah satu temanku mengajakku untuk kemobil. “Ditungguin sama Bu Tina itu,,,”
“Iyaaa,,, aku kesituuu. bentar.” Dan melihat kearah Nia. “Aku mesti pulang Nia,,,”
“Iyaa tidak apa-apa. Oya punya nomor telepon?” Tanyanya.
“Iyaa aku punya,, tapi enggak hafal. Gimana? soalnya Nomernya enggak pernah hafal.”
Kataku dengan muka menyesal.
“Ohh,,, gini aja. aku kasih kamu No. Hpku. Tapi nanti hubungi aku iyaa?” Katanya sambil mengeluarkan bolpoint dan menuliskan Nomor Handphone nya di telapak tanganku. “Jangan sampai hilang ini.”
“Ahh,, iyaa nanti sampai dirumah aku akan sms kamu.” Kataku dan setelah itu aku berpamitan dengan Nia untuk pergi. Bertemu dengan Nia seperti bertemu dengan teman lama yang lama tidak bertemu. Setelah naik kemobil aku buru-buru menyalin Nomor Handphone yang diberikan Nia, supaya tidak hilang terkena keringat.
***
Aktifitasku sama setelah aku pulang sekolah. Aku mengambil beberapa buku untuk pelajaran besok dan melihat lihat ada PR atau tidak. Ketika sedang berkonsentrasi membaca tiba-tiba aku ingat Nia. Aku melihat telapak tangan dan aku lupa untuk menghubungi Nia. Deangan sedikit berlari aku menuju kamar dan mencari buku yang bertuliskan Nomor Handphone Nia. Sialnya... sekarang aku tak tahu dimana Handphoneku..
''Ahhh...ketemu teriakku.'' aku langsung menyalin nomor hp yang diberikan Nia.
“Hei, Nia ini aku Liana”
Dari : Liana
Lama tidak ada balasan, akhirnya ada kotak masuk dan ternyata dari Nia.
"Kok sms nya lama, pasti kamu lupa iya?"
Dari : Nia
***
Inilah awal pertemanan kami. Aku bertanya pada Nia tentang banyak hal dan Nia pun sama denganku. Hubungan kami pun semakin dekat.
🌳🌳🌳
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!