Cerita baru...
Happy reading guys
Aku hanyalah gadis berusia 18 tahun, yang jatuh cinta pada anak sahabat orangtuaku, sekaligus pemilik sekolah. Dimana, ayah Bianca adalah kepala sekolahnya. Hingga apapun dilakukan Bianca untuk mendapatkan perhatian dari Jonathan Dwipangga..
Mas Joe, panggilan yang selalu Bianca ucapkan saat bertemu dengan pujaannya. Walaupun Jonathan tidak menanggapi, wajah datar dan dingin selalu ditunjukkan oleh Jonathan jika Bianca datang kerumahnya. Atas undangan Mamanya yang sangat menyukai Bianca.
Awal-awalnya, Jonathan menyambut kedatangan Bianca dengan ramah. Tetapi, setelah tahu. Bianca menyukainya, sikap Jonathan berubah. Sikapnya yang ramah berubah menjadi dingin dan menjaga jarak dengan Bianca.
Dukungan kedua orang tua Jonathan, membuat Bianca merasa berada di atas angin. Penolakan Jonathan karena menganggap Bianca putri sahabat orangtuanya, tidak diindahkan oleh Bianca.
Ketika Bianca mendengar kabar, bahwa Jonathan akan menikah. Membuat otak kecil Bianca merencanakan sesuatu.
Apapun akan aku lakukan, sampai satu seketika. Atas bantuan temanku, aku berhasil menjebak Mas Joe dengan gairah satu malam. Gairah yang aku sesali, sekaligus aku syukuri. Karena akibat gairah satu malam itu, aku mendapatkan anugerah terindah. Yaitu bayi laki-laki mungil, yang aku beri nama Elvan Dwi Askari.
Aku menyelipkan Dwi, diantara Elvan dan Askari. Untuk mengingatkan sosok laki-laki yang aku cintai dan aku rindukan.
Inilah kisah ku.
☘️☘️☘️
"Mama..!" teriakan anak kecil dari kejauhan terdengar di gendang telinga Bianca.
Bianca spontan berdiri dari duduknya, dan menoleh ke asal suara.
"jangan lari-lari El !" Teriak Bianca kepada putra kecilnya, yang baru berusia 4 tahun.
Elvan Dwi Baskari, putra Bianca yang hadir ke dunia. Akibat kesalahan satu malam yang dilakukan Bianca.
Sampai ditempat Bianca, putra kecilnya langsung menubruk kedalam pelukan Bianca.
"Sudah pulang sayank?" tanya Bianca seraya mengusap peluh di wajah putranya tersebut.
"Lihat Ma..!" Jari kecil Elvan memberikan kepada Mamanya, apa yang ada dalam genggaman tangannya.
"Apa itu ?" Tanya Bianca pada Elvan.
"Gambal(gambar), Bu gulu(guru) nyuluh(nyuruh) El gambal(gambar) " ucap Elvan dengan suara cadel, yang belum Pasih mengucapkan huruf R. Walaupun Bianca sudah sering mengajarkan agar Elvan mengucapkan huruf R dengan benar, tetapi Elvan masih saja tidak bisa.
"Gambar El, bukan gambal(gambar)" Bianca mengkoreksi ucapan yang tidak pas di ucapkan oleh Elvan.
"Maaf, gam..bar.." ucap Elvan dengan suara yang lambat mengucapkan kata gambar.
"Bagus, kalau bicara jangan terburu-buru ya anak mama yang ganteng" kata Bianca dengan memuji Elvan.
"Baik Mama El yang cantik " balas Elvan dengan memuji Bianca.
"Bajunya kenapa El?" Bianca melihat, baju Elvan yang kotor terkena kotoran lumpur yang sudah mengering..
"Ini" Elvan menundukkan wajahnya, dia takut memandang wajah Mamanya.
"Iya, kenapa kotor. Elvan main apa nak?" tanya Bianca dengan lembut, agar Elvan tidak takut mengatakan apa yang dilakukannya. Sehingga bajunya kotor.
"Elvan dengan teman-teman mengejar layangan ma" beritahu Elvan, penyebab bajunya kotor.
"Layangan?"
"Iya, tadi saat jam istilahat(istirahat). Elvan dan teman-teman melihat ada layangan dibelakang sekolah, telus(terus) Elvan dengan teman-teman mengejalnya(mengejar)" ucap Elvan dengan suaranya yang masih cadel.
"Sekali lagi, jangan lakukan ya El. Bagaimana, jika saat mengejar layangan. Tiba-tiba ada mobil, dan El tidak melihat. Karena fokus menatap kearah layangan, El akan kena tabrak. Apa El mau melihat mama sedih?" tanya Bianca, seraya memegang kedua bahu Elvan.
"Tidak ma, El tidak akan melakukannya lagi. El nggak mau membuat mama sedih" ucap Elvan dengan tatapan mata yang sendu, dan memeluk Bianca. Kemudian memberikan kecupan di pipi Bianca.
"Anak mama, good boy.." Bianca balas mengecup pipi putranya yang baru berusia 4 tahun, tapi postur tubuh Elvan lumayan tinggi dibandingkan dengan teman-temannya yang seusia dengannya.
Matanya berwarna coklat, dan rambutnya yang berwarna coklat juga. Membuat Elvan berbeda dengan teman-temannya yang lain, tetapi tidak ada yang memberikan komentar buruk mengenai keberadaan Elvan yang tidak pernah didampingi oleh seorang laki-laki sebagai ayahnya.
Bukan tidak ada sama sekali, ada. Tapi, lebih banyak yang menyayangi Elvan. Dari pada membencinya.
"Ayo kita masuk, El mandi ya. Mama mau nunggu budhe ayu," ucap Bianca pada putranya Elvan.
"Baik mama," jawab Elvan masuk kedalam rumah dengan berlari kecil.
Bianca duduk, sembari menjahit baju Elvan yang sedikit sobek. Dari tempatnya duduk, Bianca mendengar suara Elvan yang yang mengucapkan huruf R sembari mandi.
"R..R.R..R..R...L..L..!" ucap Elvan dengan suara yang lantang.
"Salah lagi, kenapa El nggak bisa nyebut R? apa mulut El cacat? seperti kata agus." Elvan bicara sendiri dalam kamar mandi, seraya memainkan busa sabun yang berada di badannya.
"El, cepat mandinya..!" titah Bianca pada putranya.
"Ya.." sahut Elvan.
Cklek..
Pintu kamar mandi terbuka dari luar, kepala Bianca menjulur masuk.
"Mama..!" seru El buru-buru menutup area sensitifnya dengan tangan.
"Hei.. kenapa ditutupi?" Bianca heran melihat Elvan yang melekatkan jemarinya dibagian sensitifnya.
"El, lagi mandi. Kenapa mama masuk, kata Bu gulu(guru). Tidak boleh..!" seru Elvan dengan wajah cemberut terarah pada mamanya, Bianca.
"Kenapa? biasanya mama masuk dan menggosok punggung Elvan, kenapa sekarang tidak boleh?" tanya Bianca pada Elvan.
"Kata Bu gulu(guru), Elvan sudah besar. Sudah empat tahun, tidak boleh di mandikan lagi," jawab Elvan.
"Oke, mama tidak akan masuk kedalam kamar mandi, dan menggosok punggung Elvan. Tapi, jika Elvan sudah bisa bilang R dengan lancar. Tadi saja, saat bilang guru masih cadel," kata Bianca.
"Oh.." jawab Elvan.
"Sini, mama gosok punggungnya. Biar tidak kena penyakit kulit," ucap Bianca.
"Penyakit kulit itu apa Maa?" tanya Elvan.
"Penyakit kulit itu, kulit Elvan gatal. Bisa juga merah," jawab Bianca.
"Melah(merah)..?"
"Merah, bukan melah(merah). Belajar lagi bilang R," ucap Bianca pada Elvan.
"Udang sakit Maa," ucap Elvan.
"Udang?"
"Iya, semalam Mama goreng udang. Udangnya merah." Elvan mengingat, Bianca menggoreng udang untuk lauk makan mereka.
"Bukan, udang kalau di goreng begitu. Berubah warna, bukan karena sakit," ucap Bianca.
"Sakit kulit itu, kalau Elvan keluar rumah. Terus main di sawah, dan pulang tidak bersihkan diri. Bisa gatal-gatal, Elvan garuk-garuk dan menjadi merah. Bisa membuat kulit meradang." jelaskan Bianca panjang lebar, walaupun Elvan belum mengerti apa yang dikatakan oleh Mamanya. Tapi dia menganggukkan kepalanya, seakan-akan mengerti.
"Sudah, mandi yang bersih," ucap Bianca mengakhiri memberikan sabun di punggung Elvan.
"Terima kasih," ucap Elvan.
"Kembali." balas Bianca dari depan pintu.
"Assalamu'alaikum.."
"Yuu...!" teriak dari teras depan rumah Bianca.
"Wa'alaikumssalam.." Bianca menyahut salam seraya keluar untuk menemui tamunya yang ditunggunya.
"Mbak Ayu, jadi ngambil telur asinnya?" tanya Bianca.
"Jadilah Bian, kalau mbak nggak jual telur asin. Mbak mau makan apa? makan angin, tidak makan angin saja. Badan mbak sudah lebar, selebar lapangan bola di kelurahan," jawab Ayu.
"Mbak ini, merendahkan diri. Badan mbak semok begitu." balas Bianca.
"Semok apaan? lemak meluber di mana-mana." gerutu Ayu dengan memegang pinggangnya.
"Mana telur asin ku Bian, biar cepat jualan. Orang sudah buka lapak, aku masih mengambil barang."
"Ayo kebelakang mbak, belum aku masukkan tempat," ucap Bianca.
"Kenapa tidak semalam ambil mbak ?" tanya Bianca sembari menuju belakang rumah.
"Semalam aku kondangan, ke kampung sebelah. Mungkin saja ada duda mencari janda yang semok seperti aku," ucap Ayu dengan memainkan pinggulnya ke kiri dan kanan.
"Cari duda tidak perlu ke kampung sebelah Mbak Ayu, Bang Toyib lagi cari jodoh," ucap Bianca.
"Malas dengan bang Toyib, nanti tidak pulang-pulang," gurau Ayu.
🌜 Next🌛
Karya baru, semoga kakak-kakak reader suka 🥰
Happy reading guys 🥰
🍀🍀
"Tuh..kan, aku lupa mau apa ke sini. Gara-gara membahas badan montok dan semok ini," ucap mbak Ayu dengan menepuk jidatnya.
"Mana telur asin ku Bian, biar cepat jualan. Orang sudah buka lapak, aku masih mengambil barang."
"Ayo kebelakang mbak, belum aku masukkan tempat," ucap Bianca, mengajak Ayu untuk kebelakang rumahnya.
"Kenapa tidak semalam ambil mbak ?" tanya Bianca sembari menuju belakang rumah.
"Semalam aku kondangan, ke kampung sebelah. Mungkin saja ada duda mencari janda yang semok seperti aku," ucap Ayu dengan memainkan pinggulnya ke kiri dan kanan.
"Cari duda tidak perlu ke kampung sebelah Mbak Ayu, Bang Toyib lagi cari jodoh," ucap Bianca.
"Malas dengan bang Toyib, nanti tidak pulang-pulang. Mending jadi janda aku," gurau Ayu.
"Bian, El mana?" tanya Ayu, karena tidak melihat keberadaan Elvan.
"Mandi mbak, El hari ini aneh," ujar Bianca.
"Aneh apa?" tanya Ayu dengan mimik wajah yang serius, membuat Bianca yang melihatnya menjadi tertawa.
"Biasa saja wajahnya mbak," ucap Bianca.
"Aku penasaran Bian, seserius apa keanehan bocah ganteng itu. Tidak sampai menghilangkan kegantengannya kan ?"
"Hih..mbak, tidak sampai segitunya. El aneh saja, hari ini tidak mau di mandikan. Biasanya, aku selalu menggosok punggungnya. Sekarang mbak, aku masuk kedalam kamar mandi. Elvan buru-buru nutup burung parkit dengan tangannya," ucap Bianca.
"Hahahaha..!" tawa Ayu sekeras mungkin, air mata hampir menetes di pipinya.
"Mbak...! Kenapa tertawa, aku serius loh..!" kesal Bianca, ayu menertawakan dirinya.
"Maaf..maaf..!" ucap Ayu sambil menutup mulutnya.
"Aku bukan menertawakan kau Bian, aku merasa lucu saja. Elvan yang baru memasuki usia 4 tahun, sudah merasa dewasa saja. Tidak terasa ya Bian, pertemuan pertama kita yang pertama lalu," ucap Ayu.
Ayu mengingat kembali, saat pertama sekali bertemu dengan Bianca. Gadis kota, yang duduk sendiri di halte dengan pandangan mata yang kosong. Menatap jauh kedepan.
🌟Flashback 🌟
Ayu ingin kembali ke kampung halamannya, setelah sidang perceraiannya dengan sang suami di sah kan oleh negara. Dengan berjalan gontai, Ayu berjalan menuju halte bus menuju kampungnya.
"Ya Allah, apa keputusan yang aku ambil sudah benar. Aku tidak kuat lagi ya Allah, jika hanya di madu. Mungkin saja aku sanggup, tapi siksaan batin yang dilakukan mereka berdua. Aku tidak akan sanggup." gumam Ayu Salsabila, wanita muda yang baru berusia 20 tahun. Sudah menyandang status janda muda, tanpa anak.
Umur 19 tahun, Ayu menikah. Karena gadis-gadis di kampungnya, jika sudah memasuki usia 20 tahun sudah pada menikah. Begitu juga dengan Ayu, yang menikah muda dengan pemuda desa sebelah.
Gadis kampungnya menikah muda, tidak heran lagi. Begitu juga dengan perceraian. Wanita kampungnya, banyak yang bercerai. Saat pernikahan masih seumur jagung, sering percekcokan terjadi. Sehingga, perceraian diambil untuk menyelesaikan masalah rumah tangga.
Ayu meletakkan bokongnya disebelah Bianca, ekspresi Bianca tidak berubah. Tatapan matanya masih kosong, walaupun Ayu krasak-krusuk didekatnya dengan membuka tas yang dibawanya mencari sesuatu didalam tasnya.
"Apa gadis ini buta, atau bisu." batin Ayu, seraya melirik Bianca.
Ayu menggoyangkan jemarinya didepan wajah Bianca, mata Bianca tidak berkedip.
"Buta." gumam Ayu.
Air mata tiba-tiba mengalir, membasahi pipinya si gadis. Membuat Ayu terkejut.
"Aduh! nangis..!" Ayu bingung, melihat Bianca menitikkan air mata.
"Mbak..mbak..! jangan nangis mbak, magrib begini tidak boleh nangis mbak," ucap Ayu.
Bukan berhenti air mata Bianca, air matanya semakin mengalir deras. Tetapi suara tangisan tidak terdengar keluar dari dalam mulutnya, hanya air mata yang menandakan hati Bianca sedang sedih saat ini.
"Lah..makin banjir, mbak. Jangan nangis, mbak mau kemana?" tanya Ayu.
Bianca tidak menjawab, hanya gelengan kepala yang dilakukannya.
"Tidak tahu, mbak dari mana? dan kau kemana?" tanya Ayu lagi
Kembali lagi, hanya gelengan yang dilakukan Bianca.
"Mbak ini sudah mau malam, tidak bagus malam-malam di halte mbak. Banyak pria hidung belang cari mangsa, mbak cantik begini. Besok mbak sudah jatuh ke tangan mami- mami," ucap Ayu, menakut-nakuti Bianca.
"Begini saja mbak, ayo ikut saya pulang ke kampung. Nanti, di sana. Mbak pikirkan mau kemana."
Akhirnya, Bianca ikut dengan Ayu. Sampai sekarang, Bianca sudah betah tinggal di kampung Ayu. Teman yang dikenalnya di halte bus.
✨✨Flashback off ✨
🍀🍀🍀
Jonathan duduk dibelakang meja kerjanya, tangannya bermain diatas keyboard komputer.
Derrt..
Getaran ponselnya menganggu aktivitasnya, matanya melirik kearah ponselnya dan melihat nama siapa yang tertera di ponselnya.
"Mira?"
Jonathan meraih ponselnya dan mengaktifkan speaker ponselnya.
"Mir, ada apa kau menghubungi aku?" tanya Jonathan.
"Apa aku tidak boleh menghubungimu Jo, aku merindukanmu?" suara Mira terdengar sangat lembut.
"Aku sibuk, jika tidak penting sekali. Aku akan memutuskan sambungan telepon ini," kata Jonathan.
"Hei.. tunggu! Jangan diputuskan dulu," ucap Mira.
"Ada apa?" tanya Jonathan.
"Apa kau mau menjadi pendampingku pada acara reuni Akbar universitas kita?" tanya Mira.
Jonathan mengerutkan pelipisnya, dia heran dengan permintaan Mira. Karena Jonathan merasa, permintaan Mira sangat tidak penting. Karena Mira tahu, Jonathan tidak suka dengan keramaian dan pesta. Apalagi hanya reuni, yang tidak penting menurut Jonathan.
"Sejak kapan aku mau pergi ke acara tidak penting seperti itu?"
"Ayolah Joe, sekali ini saja. Teman-teman pasti suka melihat kedatangan mu, mungkin saja Chelsea juga akan hadir. Apa kau tidak ingin bertemu dengannya?"
Jonathan terdiam, mendengar Mira menyebutkan nama Chelsea. Gadis yang hampir menjadi istrinya, tetapi karena kejadian yang tidak diinginkannya. Terpaksa, Jonathan mengakhiri hubungan percintaannya dengan Chelsea. No, bukan Jonathan yang mengakhiri. Tapi, Chelsea yang hilang.
"Tidak, aku sibuk..!"
Jonathan menutup ponselnya dan memasukkannya kedalam laci meja kerjanya.
Jonathan memundurkan tubuhnya, dan menyandarkan kepalanya kesadaran kursi. Ingatannya kembali kepada peristiwa yang telah memporak-porandakan kehidupannya dan juga percintaannya dengan Chelsea yang baru di kenalnya selama 5 bulan, dan juga menjadi pilihannya untuk menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya.
Walaupun sebenarnya, dia dan Chelsea satu universitas. Tapi dia tidak mengenal Chelsea saat di bangku kuliah.
Setelah masuk kedalam dunia kerja, Jonathan baru mengenal Chelsea.
✨✨Flashback ✨✨
Hari itu, Jonathan kembali ke apartemennya. Setelah melakukan kunjungan kerja, memantau perkembangan pembangunan gedung sekolah di luar kota.
Jonathan menghentikan mobilnya ditempat dimana dia selalu memarkirkan mobilnya.
"Mas joe...!" seorang gadis berlari kecil menuju tempat Jonathan berdiri.
"Ada apa?" tanya Jonathan dengan datar, entah kenapa apa. Dulu Jonathan sangat akrab dengan Bianca, putri sahabat orangtuanya. Sekaligus sebagai kepala sekolah pada yayasan pendidikan milik keluarga Dwipangga.
"Bolehkah Bianca ke apartemen mas Joe? Bianca sebenarnya ingin ke apartemen Seruni, tapi Seruni belum berada di apartemennya," kata Bianca.
"Kenapa tidak pulang saja, nanti kembali lagi," ucap Jonathan.
"Kata seruni dia akan datang sebentar lagi mas, Bianca butuh bukunya mas. Besok Bianca ada ujian."
"Baiklah."
Jonathan melangkah menuju apartemennya, di ikuti oleh Bianca dengan wajah yang ceria.
Setelah pintu apartemen terbuka, Jonathan masuk. Begitu juga dengan Bianca.
"Mas, boleh Bianca minta minum. Bianca sangat haus ," ucap Bianca.
🌜 Next🌛
happy reading guys 🥰
☘️☘️☘️☘️
"Mas, boleh Bianca minta minum. Bianca sangat haus ," ucap Bianca.
"Ambil saja di dapur," ucap Jonathan.
"Terima kasih."
"Heemm.." sahut Jonathan seraya masuk menuju dalam kamarnya.
"Aku harus melakukannya, walaupun mas Joe tidak bisa aku miliki. Satu hari menjadi memilikinya saja, aku sudah senang." gumam Bianca.
Bianca mengambil obat dalam tasnya, dan memasukkannya kedalam botol minum yang berisi air mineral. Dan membawanya menuju ruang tamu.
Jonathan keluar dari dalam kamar, setelah mengganti bajunya dengan baju rumah.
"Ini mas," Bianca memberikan botol air mineral kepada Jonathan.
"Aku bisa ambil sendiri." Jonathan menolak botol minum yang diberikan oleh Bianca.
"Tidak ada lagi mas, lemari pendingin kosong," ucap Bianca.
Jonathan menerima botol minum, membukanya dan meneguk tanpa tersisa.
Bianca terlihat senang, melihat Jonathan meneguk air mineral yang diberikannya.
Jonathan yang duduk didepannya, bergerak dengan gelisah. Setelah meminum air yang diberikan oleh Bianca.
"Kenapa mas?" tanya Bianca sembari berjalan mendekati Jonathan yang duduk dengan gelisah.
"Ada apa dengan tubuhku ini." batin Jonathan.
"Mas Joe sepertinya sudah terpengaruh dengan obat yang aku masukkan kedalam botol minum itu." batin Bianca.
Dengan memberanikan diri, Bianca duduk dipangkuan Jonathan,. Membuat Jonathan kaget dengan keberanian gadis yang baru saja ingin memasuki bangku universitas tersebut.
"Apa yang kau lakukan.!" Jonathan mendorong tubuh Bianca dari pangkuannya, tetapi. Bianca melingkarkan tangannya ke leher Jonathan, kemudian Bianca. Entah dapat keberanian dari mana, melekatkan bibirnya ke bibir Jonathan.
Walaupun Bianca belum begitu sempurna memainkan lidah dan tubuhnya yang menempel di dada bidang Jonathan, tetapi jiwa laki-laki Jonathan langsung naik. Saat merasa dada kenyal, menggesek-ngesek didepan dadanya.
Walaupun Jonathan berusaha untuk menolak, tetapi. Hasrat untuk bercinta lebih besar daripada hasrat untuk menolak, akhirnya. Napsu Jonathan berkobar, dia tidak bisa menahannya. Dengan sekali sentak, tubuh polos Bianca terpampang di depan mata Jonathan. Di sofa, Jonathan merenggut kesucian Bianca. Tidak hanya sekali, Jonathan menikmati tubuh Bianca berkali-kali. Sampai keduanya tidak ada tenaga untuk melakukannya lagi.
Bianca sangat senang, karena impiannya satu hari memiliki Jonathan berhasil. Dia melupakan, apa akibat yang akan di hadapinya.
✨✨Flashback off ✨✨
"Aku akan mencarimu sampai ketemu, kau telah menghancurkan hidupku," ucap Jonathan dengan perasaan yang penuh dengan kemarahan, setiap mengingat Bianca.
"Chelsea, kau kemana? apa kau tidak bisa memaafkan aku." gumam Jonathan.
"Dasar kau perempuan jallang, Bianca..! aku mengutuk mu, kau tidak akan mendapatkan kebahagiaan selamanya.!" seru Jonathan dengan penuh kegeraman, tangannya terkepal.
☘️☘️☘️
"Mama..!" suara nyaring memecah kesunyian di pagi hari.
"Iya El," sahut Bianca dari belakang rumah.
"Apa hari ini tidak sekolah?" tanya Elvan, karena tidak melihat baju seragam sekolah yang biasa diletakkan Bianca disamping pintu kamar mandi.
"Ini Sabtu, sekolah libur."
"Ohh.." sahut Elvan.
"Baru sekolah, kenapa sudah libur." Elvan bingung, karena baru sekolah tiga hari. Dan kini dia libur.
"Ma, karena libur. Boleh El ikut Budhe Ayu jualan?"
"Nanti ganggu budhe El, di sana banyak mobil lalu-lalang," ucap Bianca.
"El tidak nakal Maa, boleh ya?" Elvan menunjukkan wajah puppy eyes, membuat Bianca tidak bisa menolak keinginan putranya tersebut.
"Baiklah, jangan nakal ya. Jangan main di jalan, nurut dengan apa yang budhe katakan," ucap Bianca.
"Baik Mama..!" seru Elvan.
Dengan cepat Elvan menghabiskan sarapan paginya.
"Jangan buru-buru El, budhe Ayu tidak akan kemana-mana," ucap Bianca, karena Elvan menelan saja makanan tanpa mengunyah perlahan-lahan terlebih dahulu.
"Siap...!" Elvan membuka mulutnya, dan menjulurkan lidahnya. Menunjukkan bahwa mulutnya tidak ada tersisa makanan.
"Maa, mana telur asin yang akan Elvan jual..?" tanya Elvan.
"Elvan mau ikut jualan juga? tidak usah ya Nak, Elvan ikut nemani budhe Ayu saja."
"Tapi Elvan ingin sepelti teman-teman, meleka jualan." Elvan ngotot ingin berjualan seperti teman-temannya.
"Mama akan kasih Elvan jualan, jika Elvan sudah bisa mengucapkan huruf R dengan benar." lagi-lagi senjata ampuh untuk menyurutkan keinginan Elvan, membuat Elvan menuruti Mamanya.
☘️☘️☘️
Elvan berlari-lari kecil sembari mengucapkan huruf R.
"R..R..R...R...R...R...R..." Elvan mengucapkan huruf R dengan lantang, dia tidak perduli dengan tatapan mata orang yang melihatnya.
"Budhe..!" teriak Elvan memanggil nama Ayu.
"Elvan...!" balas Ayu seraya merentangkan kedua tangannya lebar.
Elvan berlari menuju ketempat Ayu, sedangkan Ayu berlari menyambut kedatangan Elvan.
Setelah dekat, ritual goyang bokong dilakukan keduanya. Membuat orang yang melihat tertawa.
"Goyang terus Yu, El ." teriak pedagang telur asin yang lapaknya berdekatan dengan lapak Ayu.
Dengan heboh Ayu dan Elvan menggerakkan pinggulnya dan tangan mengepak seperti bebek.
"Aduh ..! cukup El, pinggang budhe salah urat," ucap Ayu sembari mengurut pinggangnya.
"Sudah tua Yu, nggak sadar umur," ucap temannya sesama penjual telur asin.
"Buk Ida, aku ini masih muda. Baru sweet seventeen." balas Ayu.
"Sweet seventeen sepuluh tahun yang lalu, bokong saja sudah kendor Yu. Cari suami Yu, biar bokong kencang...!" seru Bu Ida.
"Apa hubungan suami dengan bokong buk Ida?" tanya Ayu.
"Biar kau bisa senam bokong tiap malam Yu, naik turun membuat bokong kencang Yu...!" balas Bu Ajeng.
Elvan yang berada diantara ibu-ibu penjual telur asin hanya diam, dan merekam apa yang dikatakan oleh mulut ibu-ibu.
"Budhe, apa Elvan bisa ikut senam bokong.?" mata imut Elvan menatap wajah Ayu.
"Aduh...!" Ayu menutup mulutnya, yang ingin melontarkan balasan kata-kata pada Bu Ajeng.
"Wooii..! mulut di jaga, anakku otaknya jadi tercemar. Karena bergabung dengan emak-emak galau..!" seru Ayu.
"Aduh... lupa, ada calon mantuku ," ucap Bu Ida.
"Ngarep Bu Ida, Elvan mau jadi mantu mu. Elvan mau jadi suamiku, Ya kan Elvan?" goda Bu Ajeng.
"Ih...Dasar emak-emak genit, anak kecil saja di godain," ujar Ayu.
"Biar awet muda Yu." balas Budi, satu-satunya penjual telur asin pria. Selebihnya, dari ujung masuk desa sampai keluar dari desa penghasil telur asin. Semua penjualnya emak-emak berdaster, dan singel parents.
"Budhe, biar Elvan bantu jual ya," ujar Elvan sembari mengambil satu bungkus telur asin dan membawanya berdiri di pinggir jalan.
"Telul Asin...Telur Asin..beli Bu...!" teriak Elvan dengan bersemangat.
"Telur Asin...siapa mau beli, bisa senam bokong dengan budhe Ayu..!" teriak Elvan.
"Ayo beli, bisa senam bokong dengan budhe Ayu..!"
"Aduh...! mate aku." gumam Ayu.
Semua tertawa mendengar ucapan Elvan, Ayu hanya dapat mengelus dadanya.
"Makanya, didepan anak kecil itu mulut di jaga. Anak kecil itu perekam, apa yang didengarnya akan di ucapkannya," ucap Budi.
Next next next next next
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!