NovelToon NovelToon

SuGaR BabY

SB 1. Kematian jauh lebih baik dari dunia yang dipenuhi orang-orang jahat.

Malam hari di kediaman Maranta, lebih tepatnya di belakang rumah di kolam renang.

Hari itu, lampu di kolam renang mengalami kerusakan membuat pencahayaan di sana menjadi sangat minim.

Hanya pantulan cahaya dari air kolam yang menjadi andalan dua perempuan yang sedang beradu mulut untuk melihat satu sama lain.

"Apa kau lihat cincin ini? Ini adalah bukti cinta Avandra padaku! Coba lihat dirimu sekarang, apakah ada cincin di sana? Heh, bahkan bajumu pun tidak layak menjadi baju Nyonya keluarga Maranta. Jadi sebaiknya, kau akhiri saja mimpimu untuk terus berada di tempat ini dan pergilah dari sini sejauh mungkin supaya tidak mengganggu hubungan ku dengan Avandra!" Teriak Merisa pada Karamoy.

"Kau, Kau pikir aku akan termakan dengan omonganmu itu? Meskipun kau dan suamiku saling menyukai, tapi aku akan bertahan di keluarga ini! Aku tidak akan pernah menceraikan Avandra, aku akan berada di sini supaya kalian berdua tidak bisa bersatu dalam pernikahan!

"Hm,, Aku tidak sabar menunggu anak di dalam perut mu itu lahir tanpa seorang ayah! Akan sangat menarik bila perempuan yang sangat dibanggakan oleh banyak orang ternyata melahirkan seorang anak haram!" Karamoy tertawa menyengir melihat Merisa langsung terpukul oleh kata-katanya.

Di keluarga Maranta memang tidak diijinkan seorang pria memiliki 2 istri dan seorang anak haram tidak akan bisa menjadi pewaris keluarga Maranta.

Maka dari itu, satu-satunya hal yang membuat Karamoy tetap bertahan dalam pernikahannya yang tidak sehat adalah karena dia tidak mau membiarkan suami dan sahabatnya yang sudah berselingkuh sejak beberapa tahun yang lalu menikah dan hidup bahagia.

Jika mau menderita, dia memilih jika mereka semua menderita, bukan hanya dirinya saja!

"Kau...! Beraninya kau menyebut anak dalam perutku sebagai anak haram! Anak ini adalah buah cintaku bersama Avandra!" Teriak Marisa dengan mata memerah karena sangat membenci Karamoy.

"Coba saja kalau begitu! Lahirkanlah anak itu, dan lihat bagaimana keluarga Maranta akan menerima seorang anak haram di keluarga mereka!" Karamoy tidak mau kalah, jika perempuan di depannya terus merundungnya maka dia akan bertahan dengan seluruh kemampuannya.

Sudah cukup dia menderita selama 5 tahun dalam keluarga Maranta, maka dia tidak akan memperpanjang penderitaannya dengan terus mengalah pada dua orang laknat itu!

"Beraninya kau...!" Merisa berteriak marah dan melompat ke arah Karamoy, ia mendorong perempuan itu ke dalam kolam.

Byur...!!!

Karena tidak pandai berenang Karamoy meronta-ronta di dalam kolam dan akhirnya tangannya mencapai sisi kolam lalu dia mendekat kearah kolam untuk menarik diri dari dalam kolam.

"Berharap bisa keluar?! Tidak akan ku biarkan!" Merisa berbicara sambil menggertakkan giginya lalu menekan kepala Karamoy kebawa air hingga perempuan itu terus meronta-ronta.

Sekarang, aku akan membunuhmu supaya aku bisa masuk ke keluarga Maranta dan mendapatkan suamimu serta segala-galanya yang kamu miliki. Kematianmu malam ini adalah karena kamu tidak sengaja terjatuh ke dalam kolam dan tidak tahu cara berenang hingga tenggelam di sana!" Merisa berbicara penuh amarah pada perempuan yang terus meronta-ronta karena tidak bisa mendapatkan oksigen.

"Lihat dirimu, sesaat yang lalu kau masih berani mengataiku, tapi sekarang,, hahaha,,, dari dulu kalau memang sudah ditakdirkan untuk selalu kalah dariku!" Kembali kata Merisa dengan wajah dipenuhi kemenangan.

Sementara di dalam air, Karamoy menjadi semakin lemah, sudah banyak air yang masuk ke dalam paru-paru nya. Perlahan-lahan, kekuatannya untuk meronta menjadi semakin lemah hingga ketika dia sudah terdiam dan menyerahkan jiwanya pada kematian.

Begitu damai dalam kematian, tidak ada kesedihan, tidak ada penderitaan, tidak ada kesakitan, semuanya hanya ruang hampa yang tenang.

Kematian jauh lebih baik daripada hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang jahat!

SB 2. Kembali ke 5 tahun yang lalu

Kicauan burung di pagi hari dan lembutnya sinar matahari pagi menembus ke dalam sebuah kamar di kediaman Benta.

Seorang pria dan seorang wanita yang polos di bawah sebuah selimut masih terlelap dalam tidur mereka setelah pertempuran di malam yang panjang.

Merasakan silaunya cahaya matahari, perempuan yang berada di pelukan sang pria mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan diri dengan cahaya di pagi hari.

"Ada apa ini?" Gadis berumur 20 tahun itu mengerjapkan matanya dan dengan malas menggerakkan tangannya untuk mengusap-usap matanya.

"Ohhh,, Kenapa tanganku sangat sakit seperti ini?!" Gerutu perempuan itu sembari melihat tangannya dan terkejut ketika bukan hanya tangannya saja yang berada di sana melainkan tangan kekar seorang pria sedang menjadi bantalnya.

"Siapa yang,,,?" Karamoy melototkan matanya dan dengan cepat menjauh dari pria yang sedang polos di depannya.

"Paman? Mengapa aku?" Dengan ketakutan di tubuhnya, Karamoy melihat sekelilingnya dan mengeryit mengenali kamar yang ia tempati.

"Apa yang sudah kulakukan?!" Karamoy melilit tubuhnya dengan selimut lalu berlari ke dalam kamar mandi.

Ia sudah tidak merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya karena keterkejutan yang memenuhi pikirannya..

"Kamar mandi ini?" Karamoy memperhatikan desain kamar mandi itu, setidaknya itulah adalah desain kamar mandinya ketika dia masih gadis, 5 tahun yang lalu.

"Bagaimana bisa? Bukankah kamar ini sudah lama tidak ditempati dan terakhir kali aku sudah mengganti dekorasinya? Bagaimana bisa?" Karamoy memperhatikan desain itu dan tatapannya membeku ketika melihat dirinya sendiri di cermin.

"Ini,," perempuan itu bernafas dengan berat sembari mengulurkan tangannya memegang wajahnya sendiri.

"Dimana bekas lukanya?" Karamoy kembali menyentuh wajahnya seperti orang gila, dulunya dia memiliki sedikit bekas luka di pipinya karena terkena goresan kaca yang dibuat oleh Merisa.

"Apa,, apa yang terjadi?" Karamoy terus melihat wajahnya dan seluruh tubuhnya.

"Dimana semua bekas luka yang ada di tubuhku?" Karamoy menghamparkan selimutnya di lantai dan memeriksa seluruh bagian tubuhnya, sangat mulus tanpa ada cacat setitik pun.

"Karamoy?" Tiba-tiba sebuah suara dari balik pintu menyadarkan Karamoy, perempuan itu segera meraih selimutnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut.

Pintu segera terbuka memperlihatkan Samuel yang kini berdiri di depannya.

"Karamoy, Paman minta maaf, kemarin malam Paman pulang dalam keadaan mabuk dan,,,"

"Tunggu!" Karamoy menghentikan ucapan pamannya, mengapa dia merasa familiar dengan kata-kata itu?

"Paman, dapatkah kau katakan tanggal berapa sekarang?" Tanya Karamoy.

"Tanggal? 27 April 2020." Jawab Semuel.

"2020?" Karamoy mengulurkan tangannya dan menutup mulutnya sendiri lalu berbalik ke arah cermin dan memandangi dirinya, begitu asing dalam ingatannya karena sudah 5 tahun yang lalu ketika terakhir kalinya dia melihat dirinya seperti itu.

"Karamoy, kau tidak marah pada Paman bukan? Paman sungguh,,"

"Tidak! Aku tidak marah pada paman!,!" Karamoy menangis bahagia sambil menutup wajahnya, air mata yang jatuh dan senyum yang terukir.

"Kau baik-baik saja?" Semuel mendekati Karamoy dan memeluk perempuan itu.

"Maaf, paman sungguh minta maaf." Ucap Semuel.

"Tidak Paman, aku sungguh tidak menyalahkan Paman,, hiks,, hiks,," Karamoy terus terisak dalam kebahagiaannya.

Dia ingat hari ini, dia ingat adegan ini, ini adalah adegan di hari lamarannya dengan Avandra.

Artinya, dia kembali ke 5 tahun yang lalu, dia bisa memperbaiki semuanya, dia bisa memulainya dari awal.

Pamannya yang ada didepannya ini, meskipun dia telah mengambil mahkotanya secara paksa, tapi di kehidupan sebelumnya, Karamoy sudah memaafkan pamannya.

Jadi untuk sekarang, dia benar-benar tidak memiliki penyesalan apapun, bahkan kemarahan untuk pamannya, setitik pun tidak pernah ada di hatinya.

"Terimakasih Paman,," Karamoy terisak sembari memeluk erat pamannya mengabaikan dirinya yang masih polos hanya terbungkus oleh selimut.

@Info

Novel ini update setiap pukul 00.30 WIB

SB 3. Aku adalah keponakan yang berdosa

Setelah menenangkan Karamoy, Semuel membiarkan perempuan itu membersihkan diri lalu dia juga pergi ke kamarnya membersihkan diri sebelum keduanya bertemu di meja makan.

Karamoy duduk dengan mata berkaca-kaca, sejak dia tinggal di keluarga Maranta, dia sangat merindukan situasi seperti ini, makan bersama dengan Paman angkat yang telah merawatnya.

Tapi selama 5 tahun terakhir dia telah dibutakan oleh keinginannya untuk mempertahankan posisinya sebagai istri Avandra hingga tidak punya waktu lagi untuk kembali dan makan malam bersama paman angkatnya.

"Ada apa?" Semuel bertanya dengan hati-hati, dia berpikir bahwa perempuan di depannya masih teringat akan kejadian semalam.

"Paman, aku baik-baik saja." Jawab Karamoy sembari menghela nafas dengan besar berusaha menenangkan hatinya yang kalut.

"Sungguh?"

Karamoy membuat wajahnya terlihat meyakinkan "Sungguh Paman. Dan apa yang terjadi kemarin malam, aku tidak terlalu memikirkannya, bolehkah kita melupakan hal itu dan menganggapnya tidak pernah terjadi?"

Mendengar ucapan Karamoy, sebuah batu yang besar serasa menindih hati Semuel, sebenarnya kemarin malam dia tidak mabuk, tetapi dia hanya tidak rela membiarkan Karamoy harus menikah dengan pria bejat seperti Avandra.

Tidak menyangka ternyata apa yang terjadi kemarin malam tidak bisa mengurungkan niat Karamoy untuk tetap menikah dengan Avandra.

"Baiklah, Paman tidak akan pernah membahasnya. Sekarang habiskan dulu sarapanmu dan baru bersiap untuk acara lamaran nanti sore." Semuel berusaha menahan diri, sebaiknya dia tidak perlu mendesak Karamoy, perempuan itu memiliki hak untuk memutuskan jalan hidupnya sendiri.

"Terima kasih Paman." Jawab Karamoy lalu dia mulai menikmati makanannya.

Di sela-sela sarapan mereka, Karamoy sesekali menaruh beberapa potong daging di piring pamannya.

'Akhirnya aku punya kesempatan untuk melakukan hal ini lagi setelah sekian lama terus terkurung di rumah keluarga Maranta.' Karamoy merasa sangat terharu karena bisa makan bersama dengan pamannya bahkan dia bisa menaruh beberapa potong daging di piring pamannya.

"Kenapa kau terus menaruh daging di piring paman?" Semuel mengambil potongan daging yang diletakkan Karamoy di piring nya lalu memindahkannya ke piring Karamoy.

"Tubuhmu sudah terlalu kurus, kau harus lebih banyak makan daging, jangan berdiet demi terlihat cantik dimata laki-laki. Tidak ada laki-laki yang menghargai perjuangan seorang perempuan untuk menjadi cantik demi mereka." Semuel berbicara dengan wajah meyakinkan.

Karamoy "..."

Apakah paman merasa dirinya bukan laki-laki? Mengapa dia menjelekkan dirinya sendiri?

Ia ingin tertawa tapi dia menahan diri dan hanya tersenyum mengambil daging yang diletakkan Semuel di piringnya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Rasa ini, Aku sangat merindukan makanan di rumah ini." Tiba-tiba kata Karamoy sembari memejamkan matanya menikmati rasa daging di mulutnya.

"Bukankah kau selalu makan di sini tiap hari? Jangan mengada-ngada lagi dan habiskan sarapanmu." Kata Semuel tidak tahan melihat tingkah konyol keponakannya.

Sementara Karamoy yang mendengar ucapan pamannya, perempuan itu hanya tersenyum biasa.

'Paman jelas tidak tahu, tetapi sudah 5 tahun aku tidak kembali ke tempat ini karena sibuk di keluarga Maranta. Tapi aku janji Paman, mulai hari ini aku akan terus berada di rumah ini menemani paman.' gumam Karamoy penuh tekad.

Sejak 5 tahun pernikahannya dengan Avandra, 5 tahun itu juga dia terus menderita di keluarga Maranta, tetapi satu hal yang terus menghiburnya setiap kali Avandra mengiriminya makanan ataupun benda-benda sederhana yang menghiburnya.

Paman angkatnya itu terus memperhatikannya meski Karamoy tidak pernah menghubunginya dan tidak pernah mengingat pamannya.

'Aku adalah keponakan yang berdosa!' batin Karamoy mengingat dosa dosanya pada pamannya sejak 5 tahun di kehidupannya yang telah Ia tinggalkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!