NovelToon NovelToon

Kakak Iparku Ayah Anakku

Seperti anak tiri

Dari pagi Anara sibuk membereskan seisi rumah sendirian. Rumah orang tuanya sangat besar. Namun ayahnya tidak menyewa pembantu. Dia di perlakukan sangat berbeda dengan Kakaknya. Bahkan penampilan mereka juga sangatlah berbeda. Dia bagaikan upik abu dan Kakaknya bagaikan cinderela. Walaupun seperti itu, dia tetap menyayangi ayah dan Kakaknya.

"Ah capek sekali," Anara mengusap keningnya yang basah karena berkeringat.

"Nar... Nara..." panggil Vanesa yang merupakan Kakak Anara.

"Sebentar Kak," Anara menghentikan sejenak pekerjaannya. Padahal dia belum selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Anara pergi menghampiri Kakaknya yang sedang menonton televisi.

"Ada apa Kak?" tanya Anara yang baru datang.

"Cepat bereskan makanan ini!" Vanesa menunjuk ke atas meja depannya. Ternyata banyak bungkus makanan yang sudah kosong.

"Baik Kak," jawab Anara lalu dia mengambil semua bungkusan makanan yang sudah kosong dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu dia kembali mengerjakan pekerjaannya yang memang belum selesai.

Anara sudah selesai menyapu rumah. sekarang tinggal mengepel. Dia segera mengambil alat pel. Anara mulai mengepel di ruang keluarga.

Vanesa bosan menonton televisi. Dia memilih untuk mematikan layar televisi yang sedang dia tonton.

Mending aku mandi dulu, nanti kan Kenzo mau main kesini" batin Vanesa lalu beranjak dari duduknya.

Vanesa berjalan melewati Anara yang sedang mengepel.

Bruk

"Aww sakit," Vanesa terpeleset karena lantai masih basah.

"Sinih biar aku bantu," Anara mengulurkan tangannya dan berniat untuk membantu Vanesa berdiri.

"Tidak usah! nanti badanku jadi kotor kalau memegang tanganmu. Lagian kalau kerja itu yang bener. Masa cuma ngepel saja tidak bisa."

"Maaf Kak, lantainya memang masih basah. Maaf karena ini kesalahanku." ucap Anara

"Memang ini salahmu anak pembawa sial," setelah mengatakan itu Vanesa langsung pergi dari hadapan Anara.

Tes

Anara meneteskan air matanya setelah mendengar perkataan Vanesa. Dia sangat ingin di perhatikan oleh Kakaknya. Namun itu hanya khayalannya saja. Karena Vanesa juga membencinya seperti ayahnya. Anara mengusap sudut matanya. Lalu dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Pukul 11 siang, Anara baru selesai membersihkan rumah itu. Dia segera beristirahat sebentar. Karena kebetulan nanti dia juga harus memasak. Anara memilih untuk tidur sebentar setidaknya untuk tiga puluh menit ke depan.

Tiga puluh menit kemudian, Anara yang baru keluar dari kamar mendengar de*sahan dari kamar sebelahnya. Lebih tepatnya itu kamar Vanesa. Sering sekali saat siang hari Anara mendengar suara itu karena kebetulan Vanesa tidak pernah menyalakan pengedap suara yang ada di kamarnya. Anara sudah sering sekali bertanya karena penasaran dengan suara de*sahan yang selalu dia dengar. Namun Vanesa menjawab jika itu hanya suara dari video yang dia tonton di laptop. Karena Anara masih polos, dia mempercayainya begitu saja. Anara kembali melanjutkan langkahnya menuju ke dapur.

"Ah capeknya," gumam Vanesa yang kini sudah menidurkan badannya di sebelah kekasihnya.

"Aku haus nih sayang, aku ke dapur dulu yah ambil minum," ucap Kenzo yang sedang berbaring di sebelah Vanesa.

Jam segini pasti Nara sedang masak. Bisa gawat kalau nanti Kenzo melihatnya. Bagaimana jika Nara bilang kalau dia adikku. Aku malu dong karena penampilan Nara kuno sekali." batin Vanesa

"Biar aku yang ambilkan, kamu di sini saja," ucap Vanesa

"Baiklah," jawab Kenzo

Vanesa memakai kembali pakaiannya. Di segera keluar kamar untuk mengambilkan minum. Sedangkan Kenzo memilih untuk beristirahat sebentar. Karena nanti mereka akan melanjutkan lagi ronde ke duanya.

"Buatkan dua gelas es jeruk! Jangan pake lama yah," ucap Vanesa yang saat ini sudah ada di dapur.

"Kok dua sih, memangnya satunya untuk siapa?" tanya Anara

"Buat pacar Kakak," jawab Vanesa

"Kalian lagi nonton video yah Kak," ucap Anara yang merasa kepo.

"Tidak usah banyak tanya!" Vanesa malas untuk meladeni adiknya. Karena hubungan mereka tidak seakrab itu.

Vanesa segera pergi setelah es jeruk yang di mintanya sudah jadi. Anara juga kembali melanjutkan memasak makan siang.

°°°

Sore harinya Pak Indra sudah pulang. Dia langsung masuk ke dalam rumah begitu saja.

"Nes, Nesa," Pak Indra memanggil anak sulungnya.

Kebetulan Vanesa sedang ada di kamarnya. Dia tidak mendengar suara ayahnya yang memanggilnya.

"Papah mencari Kak Nesa?" kebetulan Anara mendengar suara ayahnya. Dia menghampiri ayahnya dan bertanya.

"Pakai tanya lagi, cepat panggil Nesa!" pinta Pak Indra

"Baik Pah," Anara segera pergi dari hadapan ayahnya untuk memanggil Vanesa.

Kini Anara sudah berada di depan pintu kamar Vanesa.

Tok tok

Anara mengetuk pintu kamar itu. Tak lama Vanesa membukakan pintu kamarnya.

"Ada apa sih, mengganggu saja," ucap Vanesa sambil menyilangkah kedua tangannya.

"Kak Nesa di panggil Papah," ucap Anara

Anara segera pergi dari sana setelah dia mengatakan itu. Begitu juga dengan Vanesa yang langsung menemui Pak Indra.

"Ada apa Pah?" tanya Vanesa yang kini sudah berada di ruang keluarga.

"Duduk dulu!" pinta Pak Indra

Vanesa langsung duduk di sofa depan Pak Indra.

"Jadi begini Nes, niatnya Papah mau menjodohkan kamu sama teman bisnis Papah. Dia pengusaha muda sukses yang akhir-akhir ini sedang di sorot media," ujar Pak Indra kepada anaknya.

"Maksud Papah, Andika Prawira CEO muda itu?"

"Iya Nak, bagaimana menurutmu?" Pak Indra bertanya respon anaknya.

"Tapi Vanesa sudah punya pacar Pah, lagian kenapa bukan Anara saja sih yang di jodohkan? Punya suami pengusaha itu pasti sibuk sekali. Bisa-bisa tidak punya waktu untuk Istri sendiri."

"Kamu itu anak kesayangan Papah, lagian Anara itu hanya anak pembawa sial," ucap Pak Indra

Anara yang akan memberikan teh hangat untuk ayahnya mendengar perkataan itu. Anara tak jadi mendekati mereka. Dia kembali ke dapur dengan membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.

Aku tahu jika aku bersalah, tapi apa tidak ada kesempatan untuk aku menjadi anak yang di sayang juga oleh Papah." batin Anara yang merasa sedih.

"Pokoknya nanti malam kamu ikut Papah! Kebetulan Andika mengundang Papah makan malam di rumahnya," kata Pak Indra

"Memangnya Andika sudah tahu aku, kok dia seperti tidak masalah jika di jodohkan denganku?"

"Siapa coba yang tidak tahu Vanesa Wijaya anak dari Indra Wijaya. Kamu itu model terkenal sekaligus anak pengusaha terkenal. Jadi sudah pasti para lelaki di luar sana mengetahui kamu. Bahkan mereka mengantri ingin mendapatkanmu." ucap Pak Indra

"Nanti Vanesa fikirkan lagi," ucap Vanesa

"Segera putuskan pacarmu itu! Lagian Papah tidak suka jika kamu berpacaran dengan seorang pengangguran seperti itu," pinta Pak Indra

"Kenzo itu fotografer Pah, dia bukan pengangguran," kata Vanesa

"Apa pun itu pekerjaannya, Papah tetap tidak suka," ucap Pak Indra

"Baiklah terserah Papah saja," setelah mengatakan itu,Vanesa pergi dari hadapan Pak Indra.

Dasar anak itu," gumam Pak Indra sambil menatap kepergian putri kesayangannya.

°°°°

.....

Promosi novel baru

Judul: Jeritan hati seorang istri

Andika Prawira

Anara melihat Ayah dan Kakaknya sudah berpenampilan rapih. Anara hanya melihat dari jauh saja. Karena saat ini dia ada di dapur.

Bagus sekali pakaian Kak Nesa, sepertinya Kak Nesa sama Papah mau ada acara penting." gumam Anara sambil menatap Vanesa dan Pak Indra dari kejauhan.

Terkadang Anara ingin seperti Kakaknya. Bisa keluar masuk rumah dengan bebas dan juga berpenampilan cantik. Namun itu hanya angan-angannya saja. Anara hanya berdiam diri di rumah. Kecuali saat dia sekolah. Itupun jika pulang sekolah, harus segera pulang ke rumah. Karena banyak pekerjaan rumah yang menantinya. Namun dia baru menghadapi ujian nasional, jadi dia tidak setiap hari datang ke sekolah. Hanya jika ada kepentingan saja dia berangkat.

Selesai sudah tugas Anara di dapur. Sekarang saatnya dia makan malam. Anara menatap makanan yang enak-enak tertata rapih di atas meja. Sebenarnya dia ingin sekali mencicipinya. Namun dia takut jika nanti dia kena marah oleh Ayahnya. Jujur saja, Anara tidak boleh makan enak oleh Ayahnya. Terkadang Anara memakan tulang sisa yang ada di piring. Karena biasanya ada sedikit daging yang menempel di tulang.

"Aku makan pakai sup saja," gumam Anara lalu mengambil nasi dan sup. Setelah itu dia makan di dapur sambil duduk di lantai. Karena jika ketahuan makan di ruang makan, nanti pasti dia akan kena marah.

°°

Kebetulan Pak Indra dan Vanesa sudah sampai di depan kediaman Andika. Keduanya begitu tercengang melihat bangunan mewah bak istana itu.

Waw, ternyata kaya juga dia," batin Vanesa

Saat keduanya sudah di depan pintu masuk, pintu itu terbuka dengan sendirinya. Ternyata ada monitor yang di pantau oleh Andika. Dan saat Andika memencet remot, otomatis pintu itu terbuka lebar.

"Selamat datang Pak Indra, Vanesa," Andika menyambut hangat kedatangan mereka.

"Terima kasih Nak Andika sudah mengundang kami datang, rumahnya mewah sekali," ucap Pak Indra

"Sama-sama Pak," ucap Andika

Andika langsung mengajak mereka ke ruang makan.

"Silahkan duduk dan di nikmati," ucap Andika lalu keduanya duduk di salah satu kursi.

Kebetulan Vanesa dan Andika duduk berhadapan. Sejak tadi Andika memperhatikan Vanesa.

Kini ketiganya langsung menikmati hidangan yang ada di depan mereka.

"Saya senang sekali karena bisa bertemu Vanesa secara langsung," kata Andika di sela-sela makan malamnya.

Vanesa hanya tersenyum saat mendengar pujian dari mulut Andika.

"Beruntung sekali Pak Indra punya anak seperti Vanesa. Sudah cantik, pintar, dan terkenal," ucap Andika memuji.

"Betul Nak Andika, Vanesa ini satu-satunya anak saya yang saya sayangi," ucap Pak Indra

Andika kembali fokus melahap makan malamnya setelah mengatakan itu. Begitupun dengan Pak Indra. Sedangkan Vanesa sejak tadi hanya tersenyum saja.

Apa dia akan tetap memujiku jika dia tahu bahwa aku sudah tidak virgin lagi," batin Vanesa

Setelah selesai makan malam, kini Andika mengajak mereka untuk mengobrol santai di ruang keluarga. Tak lama, salah satu pelayan di rumah itu membawakan mereka hidangan penutup.

"Jadi bagaimana Vanesa, apa kamu mau menikah dengan saya?" tanya Andika

"Sebenarnya ada hal yang ingin saya bicarakan berdua dengan Pak Andika?" ucap Vanesa

"Panggil saja saya Andika, tidak usah pakai Pak," pinta Andika

"Iya Andika," ucap Vanesa

"Lebih baik Papah pulang saja yah, biar kalian bisa mengobrol berdua. Mau menginap juga tidak apa-apa kok Nes," ucap Pak Indra

"Tapi kita belum mengobrol sama sekali loh Pak," kata Andika sambil menatap Pak Indra.

"Kalau mengobrol bisa lain kali, yang penting kalian bisa akrab dulu. Lagian saya setuju kok dengan hubungan kalian," ucap Pak Indra

Pak Indra berpamitan untuk pulang. Andika dan Vanesa mengantarnya sampai di depan rumah.

"Lebih baik kita bicara di ruang pribadi saya biar lebih nyaman," ajak Andika

"Boleh," jawab Vanesa

Kini Vanesa beranjak dari duduknya. Dia mengikuti kemana Andika pergi.

Saat ini keduanya sudah berada di ruang pribadi Andika. Vanesa duduk di sofa yang ada di depan Andika.

"Jadi apa yang mau kamu bicarakan?" Andika langsung saja bertanya pada intinya.

"Saya hanya tidak mau kamu menyesal," Vanesa berekspresi sedih di depan Andika.

"Sebenarnya saya sudah tidak virgin. Saat itu saya baru pulang pemotretan. Tiba-tiba saya di culik dan di bawa ke gudang kosong. Saya hiks hiks," Vanesa tidak bisa membendung lagi air matanya.

Sejenak Andika tampak terdiam. Dia kecewa saat mengetahui jika gadis pujaannya sudah tidak virgin. Tapi saat mendengar cerita Vanesa, dia menjadi sangat kasihan karena Vanesa mengalami hal seperti itu.

Andika berpindah duduk dan saat ini dia ada di sebelah Vanesa.

"Tenanglah! Jangan menangis lagi karena aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata keluar begitu saja dari matamu," Alvin merengkuh Vanesa ke dalam pelukannya.

"Benarkah?" Vanesa menatap wajah Andika dari jarak dekat.

"Benar sayang," jawab Andika yang kini juga sudah menatap Vanesa. Keduanya saling tatap hingga Andika perlahan-lahan mendekatkan bibir mereka.

Kini keduanya saling ******* dan menikmati ci*uman mereka. Bahkan Vanesa sudah berpindah duduk di pangkuan Andika. Dia sedikit menggesek-gesekan miliknya sehingga Andika merasa tak tenang dengan posisi intim mereka.

Kini keduanya sudah selesai ber*ciuman. Vanesa menatap intens raut wajah Andika yang seperti sedang menahan sesuatu.

"Kalau sesak buka saja," ucap Vanesa

"Tidak kok," jawab Andika

"Tidak usah menahannya, nanti sakit," kata Vanesa lalu dia membuka resleting celana Andika.

Vanesa juga menyingkap dres yang dia pakai. Lalu dia membuka kain terakhir yang menutupi bagian terlarangnya. Vanesa kembali duduk di pangkuan Andika dengan memasukan milik Andika. Dia mulai bergerak naik turun di pangkuan Andika.

Andika hanya menikmati apa yang di lakukan oleh Vanesa. Karena ini baru pertama kalinya dia melakukan itu.

Satu jam sudah mereka melakukan itu. Vanesa langsung saja membersihkan dirinya di kamar mandi yang ada di ruangan itu. Sedangkan Andika masih tiduran di sofa sambil menetralkan fikirannya. Rasanya dia sangat senang bisa merasakan surga dunia. Apalagi itu bersama wanita pujaannya.

Andika mendengar suara Vanesa yang bicara kepadanya.

"Aku pulang dulu, sampai bertemu kembali," ucap Vanesa sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Besok aku main ke rumahmu," ucap Andika

"Aku tunggu kedatanganmu," jawab Vanesa lalu dia langsung keluar dari ruangan itu.

Vanesa langsung pulang menuju ke rumahnya dengan menaiki taxi online. Namun saat dia di perjalanan, dia mendengar ponsel miliknya berdering. Ternyata itu panggilan masuk dari Kenzo yang mengajaknya ketemu.

Mumpung masih di luar, lebih baik aku temui Kenzo dulu sebentar." batin Vanesa

°°°

Ternyata bukan menonton Video

Anara sejak tadi merasa gelisah. Dia ingin bicara kepada Ayahnya namun dia takut jika Ayahnya mengatakan sesuatu yang akan membuatnya kecewa. Namun Anara memberanikan diri untuk tetap bicara. Karena ini menyangkut acara perpisahan di sekolah. Anara berharap jika Ayahnya akan datang. Ya, walaupun selama dua belas tahun bersekolah, ayahnya itu tidak pernah datang untuk mengambil rapornya.

Anara mendekati Ayahnya yang sedang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi.

"Pah, ada yang ingin Nara bicarakan," ucap Anara yang kini berdiri tak jauh dari ayahnya.

"Bicaralah!" pinta Pak Indra tanpa mengalihkan arah pandangnya.

Anara berbicara sambil berdiri karena jika duduk di sofa, nanti dia malah kena marah.

"Besok ada acara perpisahan sekolah. Nara harap Ayah akan datang. Karena semua orang tua siswa lain pasti datang."

Pak Indra mengalihkan arah pandangnya. Saat ini Pak Indra menatap anaknya.

"Bagaimana besok saja, kalau ada waktu ya nanti pergi," jawab Pak Indra

"Makasih Pah, Nara harap Papah akan datang," Nara masih berharap agar Ayahnya datang ke acara yang menurutnya penting.

Anara segera pergi dari hadapan Ayahnya. Dia akan kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya yang masih belum beres.

Setelah kepergian Anara, terdengar ketukan pintu dari depan pintu masuk.

Pak Indra beranjak dari duduknya lalu membukakan pintu rumahnya.

"Eh Nak Andika, pagi sekali loh datangnya," ucap Pak Indra

"Iya Om, saya mau ketemu sama Nesa,

tapi Nesa ada di rumah tidak yah?" Andika bertanya sambil menatap ke dalam rumah.

"Ada kok, Nesa ada di kamarnya. Ayo masuk! nanti Om panggilkan Nesa."

"Makasih Om," Andika segera melangkahkan kakinya masuk ke rumah.

"Sama-sama Nak," ucap Pak Indra

Andika duduk di sofa yang ada di ruang keluarga sambil menunggu Pak Indra yang sedang memanggil Vanesa.

Pak Indra kembali dengan Vanesa. Kini keduanya duduk di depan Andika.

"Mas Andika kok datangnya pagi sekali?"

"Iya Nes, aku tidak kuat jika harus menahan rindu. Jadi aku datangnya lebih awal."

"Duh Nak Andika ini jadi mengingatkan saya saat muda dulu," kata Pak Indra

"Namanya juga anak muda Om."

"Oh iya Nak Andika, maaf yah Om harus pergi ke kantor nih," ucap Pak Indra

"Yah, tidak asyik dong kalau tidak ada Om."

"Kan masih ada aku," kata Nesa

Pak Indra berpamitan kepada Vanesa dan Andika. Lalu Pak Indra ke kamar untuk mengambil tas kerjanya. Pak Indra segera berangkat ke kantor.

Setelah kepergian Pak Indra, Vanesa mengajak Andika ke kamarnya. Dengan senang hati Andika menerima tawarannya.

Anara baru saja selesai menyapu halaman belakang. Sekarang tinggal mengepel di lantai atas. Anara melangkah menaiki tangga dengan membawa alat pel. Namun lagi-lagi dia mendengar suara dari kamar Vanesa. Kebetulan pintu kamar Vanesa sedikit terbuka. Anara menaruh alat pel yang dia bawa. Lalu sejenak dia menatap ke dalam kamar. Dia menganga saat melihat Vanesa berada di bawah kungkungan seorang laki-laki. apalagi keduanya tidak berpakaian.

Jadi yang Kak Nesa katakan semuanya bohong. Kak Nesa tidak nonton video, tapi itu memang suara kak Nesa dan seorang laki-laki, tapi mereka---" Anara buru-buru pergi dari sana karena takut Vanesa meihatnya berdiri di depan kamarnya.

Anara kembali turun ke lantai bawah. Dia akan mengepel di bawah saja. Fikiran Anara berkelana entah kemana. Dia masih mengingat hal yang sedang di lakukan oleh Kakaknya.

Setelah selesai mengepel, Anara memilih untuk kembali ke kamarnya yang ada di lantai atas. Anara menyambar ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Dia akan browsing karena rasa penasarannya. dia ketik "Yang di lakukan laki-laki dan perempuan di atas ranjang tanpa pakaian"

Anara kaget saat melihat hasil dari pencariannya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.

Aku tidak mengira jika Kak Nesa akan berbuat seperti itu," batin Anara

Anara akan menasehati Kakaknya agar tidak lagi melakukan hal terlarang itu. Anara memang anak yang polos karena selama sekolah dia selalu fokus belajar dan mengurus urusan rumah saja. Bahkan ponsel juga dia gunakan saat ada perlu di grup kelas atau tugas sekolah. Selain itu, dia tak pernah memegang ponsel. Karena memang Pak Indra selalu menyita ponselnya. Itu semua dilakukan Pak Indra agar Anara fokus untuk membereskan rumah tanpa bermain ponsel.

Sejak tadi Anara mondar-mandir di dalam kamar karena merasa tak tenang memikirkan Kakaknya. Anara mencoba keluar dari kamarnya. Dia akan melihat jika Kakaknya masih di kamar atau tidak.

Saat Anara berdiri di depan kamar Vanesa, ternyata kamar itu sudah tertutup rapat. Anara mencoba untuk membuka sedikit pintunya. Namun dia tak jadi membuka pintunya saat mendengar suara Kakaknya dari belakang.

"Sedang apa kamu?"

Anara menoleh ke belakang dan melihat tatapan tak suka dari wajah Vanesa.

"Nara cari Kak Nesa, eh ternyata Kak Nesa tidak di kamar," ucap Anara

"Ada apa cari aku?"

"Aku baru tahu jika suara yang selalu terdengar dari kamar Kak Nesa itu bukan suara dari video, tapi suara Kakak sama laki-laki kan?"

"Baguslah kalau kamu tahu, tapi ingat jangan kasih tahu Papah. Awas saja kalau kamu berani mengatakan itu."

"Tidak Kak, jangan lakukan itu lagi! Itu berdosa Kak, aku akan tetap mengatakannya ke Papah."

Vanesa geram karena Anara tak mau menurut.

"Awwww..." pekik Anara saat rambut panjangnya di tarik oleh Vanesa.

"Awas saja kalau kamu bicara sama Papah, Kakak tidak segan-segan untuk mengusirmu dari rumah," ucap Vanesa lalu melepaskan tarikannya pada rambut Anara.

"Kakak jahat," Anara langsung pergi dari hadapan Vanesa dengan berlinang air mata. Dia masuk ke kamar dan mengunci rapat pintu kamarnya.

Vanesa masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar. Setelah itu dia kembali ke bawah untuk menghampiri Andika yang sedang menunggunya.

"Sayang, maaf yah lama," Vanesa mendudukan dirinya di sebelah Andika.

"Tidak lama kok sayang, oh iya tadi kok aku dengar suara ribut-ribut dari atas?"

"Itu pembantuku, tadi membuat kesalahan."

"Terus sekarang mana? kok tidak ikut turun?"

"Masih di atas sedang bersih-bersih," jawab Vanesa

"Kita pergi sekarang saja yah sayang, aku mau mengajakmu ke suatu tempat," ajak Andika

"Aku masih lelah sayang, masih perih," ucap Vanesa sambil menunjuk miliknya yang tertutup oleh dres.

"Hehe.. maaf yah sayang, tadi aku terlalu bersemangat," ucap Andika

"Tidak apa-apa kok, aku juga suka," jawab Vanesa

Hanya sebentar mereka mengobrol. Kini keduanya segera pergi dari rumah.

Anara yang baru turun dari atas tangga, melihat Kakaknya pergi keluar rumah bersama seorang laki-laki. Namun Anara tidak melihat wajah lelaki itu karena dia hanya menatapnya dari belakang.

Mungkin itu pacarnya Kak Nesa," batin Anara lalu melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Karena tadi niatnya akan ke dapur untuk mengambil air minum.

°°°°°

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!