Pagi ini di sebuah rumah yang sangat indah dengan pepohonan yang berada di sekitarnya uang menunjukkan si pemilik rumah suka sekali bercocok tanam namun sangat disayangkan keadaannya sangat berbeda dengan sang pemilik karena terlihat dari wajah mereka yang penuh amarah dan kekecewaan.
"Sudah berapa kali ayah bilang jangan pernah menginjakkan kaki di tempat laknat itu, apa pernah ayah ajarkan kamu hal seperti itu?" teriak sang laki-laki paruh baya itu sambil menunjuk kepada seorang gadis yang tertunduk berderai air mata.
"Maaf ayah aku salah" cicit seorang gadis yang tertunduk itu.
"Selalu seperti itu mau sampai kapan kamu?" tanya laki-laki itu dan hanya dijawab diam oleh sang gadis.
"Ayah tanya jawab Zahra, sekarang kamu bereskan pakaian kamu ayah akan antar kamu ke rumah bibi mu sebelum kamu berubah jangan pernah kamu menginjakkan kaki di sini atau bertemu dengan bunda maupun ayah, cepat ayah antar kamu" setelah mengucapkan itu laki-laki yang dipanggil ayah itu meninggalkan anak gadisnya dan bunda dari gadis itu.
"Ayah kita bicara baik-baik dulu ya" bujuk seorang perempuan berhijab yang dari tadi hanya terdiam.
"Tidak"
"Ayo nak bunda bantu bereskan baju kamu" ucap lembut bunda sang gadis sambil membantunya berdiri.
"Bunda aku tidak mau" tatap mata memohon Zahra kepada sang bunda.
"Kamu salah jadi ini hukuman buat kamu dari ayah dan bunda, bunda yakin putri kecil bunda ini pasti bisa berubah, jangan menangis lagi kamu harus tunjukkan kepada ayah dan bunda bahwa kamu pasti bisa berubah"
Zahra hanya bisa menerima keputusan itu walaupun berat tapi ini adalah hukuman buatnya dia tau dia salah karena dengan berani masuk ke dalam tempat laknat itu bukan sekali dua kali ia sudah sering masuk ke sana tapi bukan untuk meminum minuman haram itu tetapi dia kerja di sana dan ayah serta bundanya tidak tau tentang hal itu karena dia sadar jika keduanya tau pasti tidak akan pernah di perbolehkan.
"Kamu sudah siapkan, ayo kita berangkat"
"Iya ayah" cicit Zahra
"Bunda ayo"
"Kenapa hidup aku seperti ini, maafkan aku Ya Allah aku sudah jauh dari engkau izinkan aku dan tuntun aku kembali ke jalanmu" batin Zahra.
Zahra hanya mampu meneteskan air matanya sambil memandang ke arah jalan, bibi Zahra ini adalah seorang Ustadzah di sebuah pesantren di daerah Bandung namanya Aisyah Humairah perempuan yang sekitar 2 tahun lalu di tinggalkan suaminya pergi dari dunia ini, dia tidak mempunyai anak jadinya ia sangat sayang kepada keponakannya itu yang tak lain Alifa Zahra Fitriani.
Sebenarnya Zahra berasal dari keluarga yang islami namun sangat disayangkan dikarenakan pergaulan yang bebas membuat ia terseret ke dalam jurang kemaksiatan sebenarnya ia sudah ada niat untuk keluar dari jurang itu namun sayang saat ia sedikit lagi berhasil keluar temannya kembali menyeret ia kembali ke jurang itu.
"Ayah tidak marah sama Ara, ayah hanya kecewa sama ara, Ara dulu menolak untuk masuk pesantren mungkin masih ayah maklum walaupun sebenarnya ayah sedikit kecewa, tapi ini sekarang Ara sudah melewati batas dan hal itu membuat ayah merasa gagal menjadi seorang ayah untuk Ara, Ara mau berubah kan kembali ke jalan yang benar nak jalan yang di ridhoi " ucap ayah lembut ayah yang sedang menyetir.
"Ayah maafkan ara, ayah tidak gagal menjadi sosok ayah bagi Ara, ara yang gagal jadi anak buat ayah, ayah jangan menyalakan diri ayah lagi, Ara akan berubah ayah Ara akan berusaha" ucap Zahra dibarengin dengan air matanya yang terus mengalir.
Jam demi jam terus berlalu tak terasa sekarang sudah terlihat rumah joglo yang merupakan rumah dari bibi Aisyah, sudah setahun lebih rasanya Ara tak pernah lagi menginjakkan kaki di sana semenjak dirinya masuk ke dalam jurang kemaksiatan itu.
"Tok. Tok... Assalamualaikum" ayah mengetuk pintu rumah bibi Aisyah.
"Waalaikumsalam"
"Kerek..."(anggap saja suara pintu dibuka)
terlihat perempuan yang merupakan ART di rumah bibi Aisyah namanya mbok Sum.
"Oh tuan Goufar" Goufar adalah nama ayah dari Zahra.
"Iya mbok Aisyah ada?"
"Ada dari tadi ibu sudah tunggu dari tadi " jawab mbok sum sambil menganggukkan kepalanya.
"Ayo silakan masuk" lanjut mbok sum mempersilahkan Ara dan keluarga masuk.
Terlihat di depan sana ada seorang perempuan berhijab syar'i yang tersenyum ke arah mereka.
Dia adalah seorang yang sudah seperti ibu bagi Ara orang yang sebenarnya Ara rindukan.
"Wah akhirnya sampai juga, ayo duduk-duduk" sambut bibi Aisyah dengan ramah dan jangan lupakan senyum yang begitu menyejukkan.
"Maaf ya Asiyah kami sekeluarga merepotkan kamu lagi"
"Tidak apa-apa mbak aku malahan senang karena ada temannya sekarang tidak cuma sama mbok sum saja"
...°°°°
...
Suara merdu itu mengalun indah di telingaku, aku malu rasanya aku begitu merepotkan bibiku sudah sekian lama tak kesini malah merepotkannya saja sekarang.
Selain itu aku malu bibiku orang yang Solehah lembut perkataannya dan bahkan dia tidak meninggikan suaranya di depan siapa pun sedangkan aku keponakannya, aku hina aku terlalu banyak dosa dan lagi perkataan ku selalu kasar kepada orang lain.
"Syah mas minta tolong ya, tolong bantu Ara untuk kembali ke jalan yang benar tuntun dia jika jatuh maka bantulah dia untuk kembali berdiri jika dia sedih hibur dia" ayah mengucapkan kata-kata itu sambil melihatku dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku pasti bantu ara, Ara sudah seperti anak bagiku, aku sayang dia kamu tau itu mas dari dulu."
"Iya syah mas tau, Ara ini anak aku satu-satunya kalo dia tetap di jalan itu maka aku harus menerima kegagalan menjadi seorang ayah tapi kalau dia berhasil ada rasa kebanggaan dan rasa lega tersendiri."
"Aku pasti aku bantu dia jangan khawatir mas, sudah yuk mendingan kita makan dulu yuk kalian kan abis perjalanan jauh pasti lapar aku sudah masak in makanan kesukaan kalian" ajak bibi Aisyah sambil mengarahkan kami kemeja makan.
beberapa menit kemudian.....
"Ara ayah sama bunda pamit ya kamu jangan nakal dan ayah menunggu kabar baik darimu" ucap ayah sambil mengelus kepala ku.
"Iya ayah insya Allah Ara akan usahakan"
"Syah aku pamit ya titip Ara bantu dia"
"Iya mas kamu sama mbak hati-hati di jalan jangan Ara dia aman sama aku"
"Iya aku percaya itu kalo begitu aku sama istriku pamit ya, assalamualaikum" ayah dan bunda sudah lenyap dari hadapanku mereka benar-benar menitipkan ku kepada bibi Aisyah dan mereka sangat berharap kau bisa kembali ke jalan yang benar.
"Ya Allah apa aku bisa kembali ke jalan yang Engkau kehendaki" batin ku sambil melihat mobil ayah yang sudah menjauh.
"Ayo masuk Ra" ajakan bibi sambil mengelus kepalaku yang tidak tertutup hijab.
"Iya bibi"
Kami masuk ke dalam dan tak lupa menutup pintu kembali.
"Ara bangun nak, ayo kita sholat subuh" suara lembut itu mengalun indah di telingaku.
" Lima menit lagi, Ara masih ngantuk" ucapku sambil menarik selimutku, jujur aku masih sangat mengantuk karena aku tidak berubah bangun sepagi ini sebelumnya.
"Ara ayo ah bangun nanti sholatnya keburu lewat" bibi Aisyah tidak menyerah dia masih terus menggoyang-goyang tubuhku aku yang tubuhnya terus digoyang-goyang membuat ku memutuskan untuk bangun dari tidurku.
"Bibi inikan masih pagi" ucapku sebal.
"Iya bibi tau tapikan kamu harus sholat ayo ah, ambil wudhu sana bibi tunggu di mushola di bawah"
sebelum bibi Aisyah pergi aku dengan cepat memegang tangannya.
"Ada apa?"
"Hehehe Ara lupa urutan wudhu nya" ucapku dengan menggaruk kepalanya yang padahal tidak gatal.
"Hmm ayo bangun nanti bibi contoh in urutan wudhu nya."
Bergegas aku bangun dari tempat tidur dan mengikuti bibi Aisyah yang berjalan kearah kamar mandi, ku perhatikan bibi Aisyah yang sedang mencontohkan cara berwudhu.
"Sudah paham?" tanyanya kepadaku.
"Sudah"
"Ya udah bibi kebawah duluan kamu jangan lama-lama ya keburu waktunya habis"
beberapa jam kemudian...
Kami semua, yah kami semua aku bibi Aisyah mbok Sum yang sekarang sedang hikmat sarapan pagi bersama di meja makan, mbok Sum memang selalu makan bersama karena bibi Aisyah tidak punya anak dan suaminya pun sudah tiada akhirnya ia menyuruh mbok S.um untuk menemaninya makan katanya agar tidak kesepian.
"Ara nanti kamu ikut bibi ya ke pesantren, nanti bibi kenalin kamu sama Abah dan umi, sama ustadz dan ustadzah di sana nanti kamu ikut ngaji saja sama para santri" ucap bibi Aisyah ketika sudah selesai makan.
"Anu bibi, Ara gak punya gamis"
"Ya Allah, ya udah kamu pake baju punya bibi aja dulu nanti kita pulang dari pesantren baru kita beli baju buat kamu"
"Apa gak apa-apa"
"Gak apa-apa"
Aku merasa tidak enak kepada bibiku aku sering sekali merepotkannya sampai masalah baju pun aku merepotkannya.
Setelah ku bantu bibi Aisyah dan mbok sum membersihkan piring bekas maka kami aku segera siap-siap berganti pakaian dengan pakaian yang di kasih bibi Aisyah.
"Ara ayo cepat nanti bibi bisa telat"
"Iya"
Aku dengan cepat menghampiri bibi ku yang sedang duduk di sofa.
"Sudah ayo berangkat"
"Iya "
"mbok kita berangkat dulu ya, assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Kami berjalan kaki menuju pesantren tempat bibiku mengajar, kata bibi pesantren lumayan dekat jadi tidak perlu naik mobil ataupun motor.
Jujur sebenarnya aku sedikit ada rasa takut dan juga malu, aku merasa tak pantas berada di samping bibiku ini, tidak butuh waktu yang lama didepan sana sudah terpampang jelas gerbang tinggi yang diatasnya terdapat tulisan
" PESANTREN AN-NUR"
"Ara nanti kamu jangan takut ya mereka baik kok" ucap bibi disela-sela kami berjalan.
"Aku tidak takut hanya sedikit malu saja"
"Tidak usah malu nanti bibi kenalin kamu sama umi dan Abah beliau orang lembut dan juga penyabar, pasti beliau menerima kamu kok"
"Tapi...bi"
"Udah santai aja, ingat kamu punya sang maha kuasa"
Tak terasa kami sudah berada di depan gerbang, melihat kami , ah tidak lebih tepatnya bibi Aisyah santri yang berjaga pun membukakan pintu untuk ku dan bibi.
"Assalamu'alaikum ustadzah" salam santri itu sambil menyatukan kedua tangannya didepan dadanya (aku bingung bahasanya jadi maklum aja yah)
"Waalaikumsalam, kamu jaga?"
"Iya ustadzah"
"Makasih ya udah dibukain"
"Sama-sama ustadzah"
°°°°
Ara hanya diam saja karena Ara juga tidak kenal meraka, setelahnya Ara dan bibi meneruskan berjalan ke rumah abah dan umi, terlihat banyak para santri yang berlalu lalang dari yang hijab nya biasa saja sampai juga ada yang pakai cadar, ada juga santri putranya.
"Yang tadi bukain pintu kita itu Faris namanya jadi setiap hari di pintu gerbang pasti ada yang jaga tapi yang kebagian jaga gerbang hanya santri senior saja"
"Oh gitu ya, terus yang Ara tau biasanya santri putri dan santri putra dipisah atau gak pasti ada gerbang pemisahan, tapi kok disini gak ada?" tanyanya karen terlihat tadi santri putri dan putra berlalu lalang.
"Oh itu ada sebenarnya, tapi sudah lama tidak dipakai akhirnya dibongkar dan lagi walaupun mereka tidak ada pemisahan bukan berarti mereka bisa seenaknya karena apa? setiap sudut itu pasti ada yang mengawasi dan juga meraka tau bahwa Allah itu tidak tidur dan yang biasanya bibi dengar sih mereka takut dihukum karena disini hukumannya gak main-main"
"Oh gitu pantesan Ara liat walaupun mereka campuran baur meraka gak ada yang namanya ngobrol dengan lawan jenis"
"Iya walaupun begitu masih ada aja yang ngelarang"
Kami terlarut dalam obrolan sampai tidak sadar sudah sampai depan rumah Abah dan umi.
"Assalamu'alaikum" ucap kami setelah sampai didepan pintu.
"Waalaikumsalam, akhirnya sampai juga umi tunggu-tunggu, jadi ini yang namanya Zahra" ucap perempuan cantik berhijab syar'i dengan senyuman yang begitu menyejukkan hati.
"Iya umi maaf ya tadi ngobrol-ngobrol dulu soalnya, dan iya ini Zahra yang waktu itu aku ceritain" jawab bibi sambil mengelus lenganku.
kemudian dilanjutkan dengan kami mencium tangan umi dan umi mengajak kami untuk masuk kedalam.
"Teh tolong bikini minuman ya" pinta umi kepada santri yang lewat.
"Baik umi"
"Ara ini dari mana asalnya" tanya umi kepada ku.
"Dari Jakarta"
"Umi sudah dengar cerita kamu dari ustadzah Aisyah, setiap manusia pasti pernah melakukan dosa dan orang orang yang hebat ada mereka yang mau berusaha keluar dari kubangan dosa itu dan umi yakin Ara pasti berhasil"
"Iya umi"
"Jangan canggung bias aja, umi ini udah tua umi punya cucu dua sama satu nya masih jadi calon cucu, anak umi tiga yang pertama laki-laki namanya Fatih sudah menikah, sudah punya anak dua dan tinggal di Semarang Alhamdulillah dia berhasil dalam misi nya mensyiarkan agama islam dan dia sudah punya pesantren sendiri, nah anak umi yang kedua namanya Nisa dia tinggal disini sementara tapi sedang keluar sama suaminya periksa kandungan, terus anak umi yang ketiga namanya Faiz dia ngajar disini belum menikah, kalo umi tanya "kapan Faiz ngasih umi menantu" jawabnya pasti belum ada calon yah umi mah hanya bisa menunggu saja umi gak akan pernah menjodohkan anak umi karena umi tau masalah hati tidak bisa dipaksakan"
"Iya umi"
"Apa mungkin nak Ara mau jadi calon anak umi" ucap umi sambil tersenyum kepada ku.
"Hehehe belum ada kepikiran untuk ke sana"
"Iya iya, Ara nanti ngajinya sama umi dulu yah nanti kalo sudah lancar baca Alquran nya dan sudah tau tata cara shalat dan sudah ngelogat kitab baru deh ngaji bareng sama santri yang yang lain, tidak apa umi"
"Tidak apa umi malahan Ara lebih bersyukur seperti itu"
"Alhamdulillah Ara mau tinggal disini dan rumah umi juga tidak apa malah umi senang"
"Tidak terima kasih umi Ara tinggal dirumah bibi Aisyah saja kasian bibi tidak ada temannya" tolak ku karena aku lebih nyaman dirumah bibiku daripada disini.
"Dia sangat sayang kamu ya Syah"
"Iya umi udah kaya anak aku dia mah"
"Iya, sampai umi ayo diminum airnya"
Ketika aku sedang minum ada suara laki-laki yang mengucapkan salam dari luar sambil di barengi dengan kemunculan laki-laki berbaju koko putih peci hitam dan sorban hijau di bahunya.
"wa'alaikumsalam" jawab kami.
Tidak sengaja mataku menatap matanya ketik tersadar langsung ku palingkan wajahku kebawah.
"Sudah pulang iz"
"Sudah mi"
°°°°
Lelah sekali rasanya ba'da subuh tadi aku harus membadali abah mengajar karena beliau ada keperluan di luar pesantren, ku langkahkan kaki ku masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam "assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Saat ku tengokan kepalaku aku tersadar bahwa tidak hanya ada umiku di sana juga ada ustadzah Aisyah dan juga seorang perempuan yang tak ku kenal.
"Subhanallah matanya begitu indah parasnya begitu ayu" batinku tak sadar sudah mengagumi sesuatu yang buakan mahram dariku sampai pertanyaan umi membuatku tersadar.
"Kamu sudah pulang iz" tanya umi
"Sudah umi"
"Astaghfirullah apa yang aku lakukan kenapa ku menatap perempuan yang buka mahram ku" batinku.
kemudian tundukan kepalaku dan dan berpamitan kepada umi.
"Umi Faiz kebelakang dulu"
"Iya iz"
°°°°
"Itu tadi anak umi yang terakhir"
"Iya umi"
"Gimana tertarik tidak"
"Tidak tau umi"
Aku malu rasanya tadi tidak sengaja menatap wajah laki-laki tersebut.
"Umi Aisyah izin mengajar dulu sudah waktunya Aisyah untuk mengajar" pamit bibi Aisyah.
"Oh iya tidak apa"
"Assalamu'alaikum" salam bibi sambil mencium tangan umi dan dilanjutkan aku yang mencium tangan bibi.
"Waalaikumsalam"
"Nah sekarang Ara ikut umi ke gazebo belakang kita ngaji di sana"
"Iya umi"
Kami bangun dan aku mengikuti umi kearah gazebo.
bersambung
Assalamu'alaikum semuanya gimana ceritanya seru gak.
dan di part ini Ara sudah mulai mengaji ya teman-teman dan lagi Ara sudah ketemu sama Fariz terus stay ya bakal ada keseruan di part-part selanjutnya.
jangan lupa untuk like oke.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, dah🙏
perasaan tenang dan sejuk itulah yang cocok untuk menggambarkan suasana di sekitar gazebo di rumah umi ini.
suara lembut itu mengalun indah di telingaku umi sosok yang sekarang ku kagumi, beliau tidak memandang ku dengan tatapan sinis tidak menghujat ku dengan masa lalu ku beliau merangkul ku mau membantu mendukung ku dalam hijrahku.
"nak seseorang pasti pernah melakukan dosa pernah melakukan kesalahan itu hal yang bisa tapi mereka yang mau keluar dari dosa dan mau menjadi kesalahan itu sebagai pelajaran untuk lebih baik lagi mereka adalah orang yang hebat" ucap umi dengan lembut sambil memandang ku dengan tatapan teduhnya.
"dan kamu orang hebat itu, dan kamu harus tau bahwa perempuan adalah fitnah terbesar bagi laki-laki yang ada di dunia, karena apa kamu tau?"
"tidak tau umi"
"karena kamu tau seorang laki-laki yang sudah punya istri bisa saja pisah karena adanya wanita lain dihatinya dan lagi persahabatan akan putus karena ada perebutan seorang wanita dan lagi setan lebih mudah menghancurkan iman seseorang melalui perempuan karena apa? Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ
“Sesungguhnya wanita itu menghadap ke depan dalam bentuk setan dan ke belakang dalam bentuk setan (pula)” (HR. Muslim).
Makna hadis ini sebagaimana dijelaskan oleh Mujahid rahimahullah: “Ketika wanita menghadap ke depan (datang) maka setan duduk di atas kepalanya lalu menghiasinya untuk orang yang melihatnya dan ketika wanita itu menghadap ke belakang (pergi), setan duduk di atas bagian belakangnya lalu ia memperindahnya untuk orang yang melihatnya” (Al-Jami li Ahkam Al-Qur’an karya Al Qurthubi, juz 12/227)., kamu mengerti sayang"
"mengerti mi"
"perempuan itu mulia maka dari itu kita harus menjaga kemuliaan seorang perempuan, sudah dulu ngajinya besok kita lanjutkan lagi tentang hijab dan juga jangan lupa besok bawa Qur'an ya"
"iya umi"
"nanti diajarin baca Alquran nya tapi nggak sama umi nanti sama anak umi yang perempuan soalnya besok umi mau pergi sama abah, gak apa-apa kan sayang"
"tidak apa umi, umi eh Ara pingin keliling pondok boleh tidak umi?"
"boleh banget dong sayang"
setelah itu Ara memanggil seorang santri yang kebetulan lewat namanya Yanti perempuan yang begitu cantik.
"yanti" panggil umi kepada santri itu.
"baik umi"
"tolong teman in nak Ara keliling ya"
"baik umi"
"Ara sama Yanti tidak apa kan, nah Yanti belum lama menikah dengan seorang ustadz yang ada disini Alhamdulillah jodohnya ketemu disini, siapa Ara ketemu jodohbya disini."
"tidak tau umi"
"hehehe yah sudah sana"
"yah sudah Ara pamit ya umi, assalamu'alaikum" ucapku sambil mencium tangan umi.
aku dan Yanti berjalan mengelilingi area pondok dimulai dari taman belakang dekat masjid, ada kolam ikan dekat taman itu yang kata yanti itu ternak lele anak santri putra yang dipimpin oleh ustadz Faiz yang merupakan anak bungsu dari umi.
"dan kamu harus tau Ara tempat ini biasanya banyak di salah gunakan santri"
"maksudnya gimana aku gak ngerti" ucap
"iya banyak santri putri dan santri putra ketemuan disini makanya tiap malam ada patrol"
"Ara ini tinggal disini atau di rumah ustadzah Aisyah"
"dirumah bibi aisyah"
"kenapa gak disini aja"
"Ara belum berani"
"iya ngerti ayo kita lanjut lagi"
kami melanjutkan perjalanan tapi tak sengaja mataku menatap mata yang sama sama dengan yang diruang tamu umi mata yang tajam yang mampu membuat jantungku berdegup kencang.
"astaghfirullah" ucapku dengan segera memalingkan wajah ku.
"kenapa Ra"
"tidak kenapa-napa kok"
"oh kirain kenapa"
°°°°
aku telah selesai membadali abah mengisi pengajian umum di masjid, lelah rasanya tapi mau bagaimana lagi ini sudah kewajiban ku.
"ya sudah silakan kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat"
"baik a" jawab seluruh santri.
"assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh"
"wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh"
aku bangun meninggal masjid namun saat baru saja ku langkahkan kaki ku keluar masjid kembali ku lihat mata itu, mata yang sama saat di ruang tamu tadi, mata yang entah kenapa membuat jantungku berdegup kencang mata itu selalu terngiang di pikiran ku, mata yang entah kenapa sulit ku lupakan.
"astaghfirullah kenapa aku memandang yang bukan mahram bagiku" batinku berkata.
ku lihat dia sudah berlalu pergi dengan segera ku lanjutkan kegiatan ku yang tertunda.
"assalamu'alaikum a Faiz hampura" ucap santri yang berada di belakang ku.
"wa'alaikumsalam iya kenapa, mang" jawabku dibarengi dengan membalikan badanku.
"anu a mau izin keluar sebentar boleh a" izin santri itu.
"mau kemana emangnya mang"
"mau kepasar a mau beli keperluan"
"oh iya silakan tapi usahakan sebelum Zuhur sudah balik ya mang"
"iya a, kami pamit a assalamu'alaikum"
"wa'alaikumsalam"
ku lanjutkan tujuanku yaitu balik ke rumah yang dari tadi tertunda.
°°°°
"Ara maaf ya aku baru di WA tadi sama suamiku jadi aku harus balik kekamar Sekarang, maaf yah aku gak bisa temenin kamu keliling sampai selesai" ucap Yanti dengan wajah merasa bersalah.
"tidak apa aku bisa sendiri kok" jawabku dengan disertai senyuman.
"maaf yah besok deh aku teman in"
"iya tidak apa udah sana"
"maaf ya aku pamit yah, assalamu'alaikum"
"wa'alaikumsalam"
setelah Yanti pergi aku berjalan sendiri mengelilingi pondok sampai langkah ku berhenti di sawah yang ku yakini sebagai area belakang asrama putri, ku duduk dibawah pohon besar yang ada di sana, ku keluarkan buku harian yang baru aku beli di toko dekat rumah bibi aisyah, ku pandang hamparan padi yang ku yakini sebentar lagi akan panen, perlahan ku alun kan tangan menulis setiap bait di buku itu.
dear hijrahku,
hari ini adalah hari pertama aku hijrah, awalnya aku tidak yakin namun melihat banyak yang mendukung ku untuk berhijrah menjadi semangat tersendiri untuk ku.
hari ini bibi mengajakku untuk ke pesantren tempatnya mengajar disini aku banyak mendapat pelajaran dari orang-orang yang begitu baik, aku sangat bahagia karena hijrahku diawali dengan awal yang baik.
terimakasih ya Allah atas segala nikmat dan kemudahan yang engkau berikan
salam hijrahku
Alifa Zahra Fitriani
...**bersambung.......
assalamu'alaikum
teman-teman ku😊
bagaimana kabar kalian? semoga baik-baik saja ya
gimana menurut kalian part 3 ini
yang masih penasaran pantengin terus cerita ini
dan jangan lupa like dan komen ya yang mau vote atau kasih hadiah juga boleh kok😁
oke itu aja
dadah semoga kalian suka.
wassalamu'alaikum 🙏**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!