Selamat membaca ...
Pagi hari yang sangat cerah, tampak seorang wanita cantik yang masih meringkuk di bawah selimut, tak peduli dengan sinar mentari yang sudah menerobos masuk ke dalam kamar miliknya, menikmati mimpi yang sangat indah, sampai tidak mau terbangun dari alam mimpinya.
Tokk tokk tokk
Suara ketukan pintu dari luar membuat seorang wanita cantik itu terlonjak kaget dan membuyarkan semua mimpi indahnya.
“Sayang, bangun dan bersihkan dirimu, ayo kita sarapan, bukankah hari ini kau ada jadwal pemotretan?! Ucap seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.
“Iya Mom, aku akan segera turun!” seru Diva, seorang wanita cantik kesayangan keluarga.
“Astaga! Aku sampai lupa ada jadwal pemotretan itu,” gumam Diva frustasi, ia mengambil ponsel miliknya yang ada di atas nakas di samping tempat tidur, di sana sudah ada puluhan panggilan tak terjawab dari sang sekertaris sekaligus sahabat baiknya. Miranda.
Tak ingin membuang waktu, Diva pun segera bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hanya membutuh waktu 15 menit, wanita cantik itu sudah siap dengan penampilan yang sempurna seperti biasanya.
Diva menuruni anak tangga satu persatu untuk ikut sarapan dengan Mommy Daddy-nya, dan juga sahabatnya yang sudah ada di sana sambil memasang wajah kesalnya, seperti biasa, wanita cantik itu hanya memasang wajah datarnya tanpa dosa, membuat semua orang yang ada di meja makan tersebut hanya menggelengkan kepalanya, yang tak habis pikir dengan wanita berparas cantik itu mempunyai sifat yang sangat dingin.
“Aunty, lihatlah putrimu yang sangat keterlaluan padaku,” adu Mira berpura- pura merajuk, membuat Devan (Daddy Diva) dan Via (Mommy Diva) terkekeh melihat kelakuan putri mereka dan sahabatnya.
“Haiss, manja sekali,” Diva menyahuti sambil melirik kesal ke arah sahabatnya.
“Ck, ck, ck, sudah, sudah, kalian selalu saja ribut, kalian hampir telat, jadi lebih baik habiskan dulu sarapan kalian,” ucap Mommy Diva menengahi dua orang yang selalu bersikap kekanak- kanakan itu.
Tak butuh waktu lama, kini mereka sudah selesai sarapan, dan akan segera berangkat untuk melakukan aktivitas masing-masing.
“Diva, tunggu dulu,” cegah sang Daddy saat melihat putrinya beranjak dari tempat duduknya.
“Ada apa Dad?” tanya Diva penasaran.
“Kapan kamu siap mengelola perusahaan Daddy?” Tuan Devan malah berbalik tanya pada sang putri.
“Aku tahu yang di maksud Daddy adalah pernikahanku, aku sudah pernah bilang akan menikah dengan orang yang aku cintai, tolong jangan terus mencarikan aku pria, bahkan aku sanggup membawa pria manapun jika aku mau,” jawab Diva dengan tegas, ia sudah bosan mendengar permintaan orang tuanya yang terus menjodohkan dirinya dengan beberapa anak dari rekan bisnis sang Daddy, namun, Diva selalu menolaknya.
“Sayang, sudah, jangan terus meminta putri kita menikah dengan pilihan kita, aku yakin Diva bisa mencari yang baik untuknya,” ucap Via menenangkan suaminya.
“Kalau begitu, Diva sama Mira berangkat dulu ya Dad, Mom, cup, cup,” pamit Diva pada Mommy dan Daddy-nya dengan memberikan kecupan di pipi kedua orang tuanya.
“Mira, ayo kita berangkat,” ajak Diva pada sahabatnya yang dari tadi hanya diam dan tak berani membuka suaranya, meskipun keluarga Diva sangat baik padanya, namun ia harus melihat situasi dan kondisi agar tidak ikut campu dalam masalah pribadi mereka.
“Kami pamit, aunty, uncle,” ucap Mira yang langsung di tarik keluar oleh Diva.
Sedangkan Devan dan Via hanya menggelengkan kepalanya saat melihat begitu keras kepalanya putri mereka.
“Apa kau melihatnya, putri kita begitu keras kepala, aku tidak tahu lagi harus bagaimana,” ucap Devan pada istrinya.
“Aku juga tidak tahu, kenapa dia bisa begitu keras kepala, entah sifat siapa yang turun padanya,” ucap Via sarkas sambil melirik ke arah sang suami, membuat Devan mencebikan bibirnya.
“Aku rasa, aku juga tidak terlalu begitu keras kepala, buktinya saja aku langsung luluh saat melihatmu,” ucap Devan yang malah menggoda sang istri.
“Haiss, kenapa kau malah menggoda diriku, aku akan sangat senang jika putri kita menikah dan berkeluarga, aku juga ingin segera menimang cucu,” ucap Via yang semakin ngawur sambil mengkhayal, membuat Devan mendengus kesal.
“Bagaimana mau menimang cucu, menikah saja belum,” ucap Devan murung.
“Sudah, kita harus sabar saja, jangan memaksa putri kita lagi, aku tidak ingin membuatnya menderita, apa kau tidak berangkat ke kantor?” tanya Via menyadarkan sang suami yang asik mengobrol dengan dirinya.
“Hari ini aku akan berangkat siang, aku juga sudah mengabarai Kevin, aku ingin menghabiskan waktu dengan istri cantikku ini, pantas saja aku punya putri yang sangat cantik seperti dirimu sayang” jawab Devan menggoda istrinya yang langsung mendapat cubitan kecil penuh sayang dari sang istri.
......................
Di sisi lain, Diva dan Mira yang baru saja sampai di lokasi, langsung menyiapkan keperluan yang akan di butuhkan oleh Diva.
“Div, kamu sedang dekat dengan pria yang mana?’ tanya Yola tiba- tiba membuat Diva seketika menghentikan gerak geriknya.
“Maksud kamu apa?” tanya Diva penuh selidik.
“Maksud aku, sebaiknya kita berhenti saja dari pekerjaan ini, aku tahu ini adalah mimpi kamu dari kecil tapi apa kamu tega melihat kedua orang tuamu, aku yakin mereka pasti merasa sangat kesepian,” jawab Mira jujur, karena ia sangat tahu sifat keras kepala sahabatnya itu.
“Aku belum ada niat buat menikah La, kamu tahu aku sangat menyukai profesi ku ini, aku juga sangat heran kenapa punya sahabat tomboi seperti dirimu,” ucap Diva yang malah berbalik memojokkan sahabatnya, membuat Mira mendengus kesal.
“Haiss, keras kepala kamu itu memang tidak ada yang bisa menandingi, tentu saja aku juga suka dengan penampilanku yang sangat keren ini,” ucap Mira yang tak kalah narsis mengakui kesukaannya terhadap penampilannya yang tomboi.
“Aku juga baru melihat sekarang, ada Sekertaris model yang tomboi, La, sebenarnya aku juga kasihan melihat orang tuaku, tapi aku belum menemukan sosok pria yang cocok dengan ku,” ucap Diva yang berubah menjadi serius.
“Lalu yang cocok dengan dirimu itu seperti apa, apa kau punya beberapa tipe pria?” tanya Mira serius.
“Tidak ada juga, aku hanya ingin pria yang tulus mencintaiku tanpa melihat rupa dan materiku, yang bisa mengimbangi sifatku yang sangat keras ini, yang bisa membuatku merasa nyaman saat di dekatnya, dan juga yang bisa melindungi diriku, apakah ada yang seperti itu, aku rasa tidak akan ada, karena aku tahu setiap pria yang mencoba mendekati diriku tidak pernah tulus, aku hanya melihat napsu mereka saja saat mereka melihat diriku,” jawab Diva yang lesuh.
...****************...
Tekan favorite agar dapat notifikasi jika sudah up.
Jangan lupa sedekah dengan like, vote, hadiah dan komen tentang ceritanya ...
Follow IG Author @aran_diah
Hatur nuhun.
Selamat membaca ...
“Aku yakin kau pasti bisa menemukan pria yang kau inginkan, mungkin kau belum menemukannya, aku yakin dia pasti akan datang untuk mempertemukan takdir kalian, ya sudah sebaiknya kau bersiap untuk pemotretan selanjutnya,” ucap Mira yang selalu mendukung setiap keputusan sahabatnya.
setelah percakapan mereka selesai, kini mereka melakukan pekerjaan mereka masing- masing, sesi demi sesi Diva selesaikan. Tanpa terasa sudah siang hari dan waktu menunjukkan jam makan siang.
“Div, makan yuk!” ajak Mira pada sahabatnya yang baru saja selesai.
“Ayo, aku juga sudah lapar sekali, sebaiknya kita makan di Restauran di sebrang jalan saja,” ucap Diva yang sudah tidak bisa menahan rasa laparnya.
“Baiklah, nona muda ku ini ternyata sudah sangat lapar ya,” ucap Mira menggoda sahabatnya.
...----------------...
Tak butuh waktu lama kini mereka sudah ada di Restauran yang ada di sebrang jalan lokasi pemotretan tersebut. Meskipun Diva seorang model, tapi ia tidak merasa jauh lebih tinggi dengan orang sekitar dan tetap memilih untuk berbaur di tempat umum.
Namun, siapa sangka di sana ada seorang wanita yang menjadi rival Diva dalam dunia model, dengan membawa sebuah jus yang sengaja di tumpahkan pada gaun Diva.
“Hei, apa kau sudah gila!” bentak Diva penuh emosi.
“Ups, sorry, aku kira tidak ada orang,” bukan meminta maaf, malah sengaja memancing kemarahan Diva.
“Bren*gsek! Awas saja kau!” geram Diva yang hampir melayangkan tamparannya pada wanita tersebut, sebelum akhirnya Mira menahan tangan Diva.
“Diva, sebaiknya kau tenang dulu, dia memang sengaja memancingmu agar semua orang melihat ke arah kita dan melihat kelakuan dirimu, jangan kotori tanganmu dengan menyentuh sampah seperti wanita gila ini,” ucap Mira menenangkan sahabatnya.
“Hei, jaga mulutmu!” bentak wanita tersebut tak terima.
“Kau memang benar Ra, tidak seharusnya aku mengotori tanganku dengan menyentuh sampah tak berguna ini,” ucap Diva yang tak mau kalah dengan Mira.
“Jessy, apa kau tidak bosan untuk mengganggu Diva, apa salah Diva padamu?! Tanya Mira yang tak habis pikir dengan wanita yang ada di hadapannya tersebut.
“Itu bukan urusanmu!” bentak Jessy pada Miranda.
“Sudah Ra, gak usah di ladenin lagi, aku mau ke toilet sebentar,” ucap Diva lalu pergi meninggalkan Mira dan Jessy yang sedang saling menatap tajam satu sama lain.
“Sebaiknya kamu cepat pergi sebelum aku benar- benar akan menendang wajahmu itu,” ucap Mira menatap tajam ke arah Jessy, membuat Jessy mendengus kesal.
“Awas saja kalian, aku akan menyingkirkan kalian berdua!” ancam Jessy yang langsung pergi membawa kekesalan dalam hatinya.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan kejadian tersebut. Sampai tak henti-hentinya menatap seorang wanita yang menarik perhatiannya.
“Tuan, apa kita akan makan siang di sini?” tanya sang sekertaris sekaligus asisten pribadinya.
“Kita turun di sini,” ucap seorang pria tampan yang duduk di kursi belakang.
“Baik, tuan muda,” ucap sang sekertaris tersebut yang beranama Sam. Ia turun dan memutar arah untuk membukakan pintu mobil sang tuan muda. Alfa.
Tak butuh waktu lama, kini sekertaris Sam dan Alfa sudah duduk di sebuah meja yang tak jauh dari meja Diva dan Mira, namun sepertinya Alfa terlihat sedang mencari sesuatu.
“Tuan muda, apa tuan sedang mencari sesuatu?” tanya sekertaris Sam yang bingung dengan sikap sang tuan mudanya.
“Aku ke toilet dulu,” ucap Alfa yang beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan sekertaris Sam yang tengah merasa ada yang aneh dengan tuan mudanya.
Alfa melangkahkan kakinya menuju toilet wanita, ia menelusuri beberapa penjuru yang ada di sana, mencari seorang wanita yang sudah mencuri perhatiannya, sungguh ia terpikat oleh kecantikkan wanita tersebut, bukan hanya itu, ia juga sedikit merasa tertantang oleh sifat wanita yang begitu anggun dan cantik ternyata mempunyai sisi yang kasar.
...----------------...
“Haiss, di mana wanita itu, apa aku sudah gila, hingga datang mencarinya sendiri,” gerutu Alfa yang merutuki dirinya sendiri. Hingga matanya menangkap sosok wanita yang sedang ia cari dari tadi.
“Hmm, itu dia mangsaku,” gumam Alfa sambil menampilkan senyum smirknya, ia berjalan ke arah wanita cantik itu.
Brukk!
“Awwhh,” ringis wanita itu yang tak lain adalah Diva, wanita itu terhuyung ke belakang saat menabrak tubuh tegap dan kekar seorang pria yang tak lain adalah Alfa.
“Apa kau tidak punya mata untuk melihat, nona?” tanya Alfa yang menatap tajam ke arah Diva, padahal dirinya sendiri yang menabrak Diva dengan sengaja.
“Hei! Apa kau sudah gila, harusnya aku yang bertanya padamu, tuan!” bentak Diva yang merasa tak terima.
“Apa perlu aku tunjukkan cctv di sini?” tanya Alfa menantang, meskipun ia hanya menakuti wanita cantik itu, dan ternyata itu mampu untuk membungkam mulut pedas wanita itu.
“Kalau begitu aku minta maaf, minggir!” ucap Diva ketus dan ingin melangkahkan kakinya dari hadapan Alfa, namun, bukan Alfa namanya jika ia melepaskan apa yang sudah di cap menjadi miliknya begitu saja.
“Tidak semudah itu , nona,” ucap Alfa yang menghalangi jalan Diva. Sungguh ini adalah pandangan yang sangat langka, jika biasanya para wanita lain yang akan mengemis cinta dan perhatian darinya, namun, kali ini seorang pria tampan itu kini terbalik mengemis perhatian dari wanita yang cukup angkuh itu.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Diva dengan tatapan tajamnya, yang justru membuat Alfa semakin tertarik dan tertantang dengan wanita yang ada di hadapannya itu.
“Ternyata kau jauh lebih pintar dari yang aku pikirkan,” bukan menjawab, Pria itu malah memuji wanita cantik tersebut, sambil menampilkan senyum smirknya, membuat Diva mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh pria itu.
...----------------...
Di sisi lain, sekertaris Sam yang sudah cukup lama menunggu sang tuan muda namun tak kunjung datang, ia merasa sangat khawatir, meskipun bukan anak kecil lagi, namun sesuatu bisa terjadi kapan saja, ia bangkit dari tempat duduknya, hendak menyusul sang tuan muda, namun, baru saja ia hendak bangkit, Alfa muncul dengan raut wajah yang sangat cerah, bahkan mengalahkan cerahnya terik matahari di siang bolong.
“Tuan, apa tuan baik-baik saja?” tanya sekertaris Sam dengan sangat khawatir.
“Apa kau berharap terjadi sesuatu padaku?” seperti biasa, ia malah memberi pertanyaan kembali untuk menjawab pertanyaan, pria tampan itu menatap sekertaris Sam dengan sinis.
“Emm, tidak tuan, tidak, saya hanya ingin memastikan keadaan tuan baik-baik saja,” jawab sekertaris Sam dengan cepat.
“Bahkan keadaan ku jauh lebih baik daripada sebelumnya,” ucap Alfa dengan sinis, membuat sekertaris Sam kebingungan, apa yang sudah membuat tuan mudanya begitu cerah ceria seperti itu, pikiran sekertaris Sam terus berputar-putar untuk mencari jawaban, namun hasilnya nihil.
“Kau tidak akan bisa menebaknya, oleh karena itu, aku punya tugas untukmu,” ucap Alfa memberikan titah pada sekertaris Sam, sambil menampilkan senyum smirknya. Sedangkan, sekertaris Sam hanya diam dan menunggu tugas apa yang akan ia lakukan.
...****************...
Tekan favorite agar dapat notifikasi jika sudah up.
Jangan lupa sedekah dengan like, vote, hadiah dan komen tentang ceritanya ...
Follow IG Author @aran_diah
Hatur nuhun.
Selamat membaca ...
“Tugas apa itu tuan muda?” tanya sekertaris Sam yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan tugas dari sang tuan muda.
“Selidiki wanita yang duduk di sebrang sana,” tunjuk Alfa dengan pandangan matanya, membuat sekertaris Sam melongo, ia bingung, sejak kapan tuan mudanya berurusan dengan model cantik tapi angkuh itu, sekertaris Sam terus bertanya dalam benaknya.
“Tuan, itukan model cantik dan angkuh,” ucap sekertaris Sam yang dapat tatapan tajam dari Alfa dan langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
“Apa kau kenal dia?” tanya Alfa penuh selidik.
“Tuan, ini pesanan anda,” seorang pelayan datang membawa beberapa pesanan mereka dan memotong sesi tanya jawab antara sekertaris Sam dan Alfa. Alfa menatap tajam ke arah pelayan tersebut, membuat pelayan tersebut ketakutan dan segara pergi dari sana.
“Tidak, tuan muda, hanya saja siapa yang tidak tahu dengan model cantik dan angkuh itu, tuan, banyak para pria yang patah hati atas penolakannya,” jawab sekertaris Sam melanjutkan sesi tanya jawab tersebut dengan panjang lebar.
Sedangkan Alfa yang mendengarkan hal itu kini menampilkan senyum smirknya membuat sekertaris Sam merinding.
‘Kenapa tuan muda tersenyum seperti itu, membuat ku takut saja, pasti setelah ini akan ada banyak hal yang harus aku lakukan,’ batin sekertaris Sam dalam hati.
“Benarkah, berarti itu jauh lebih baik dan lebih menantang bagiku,” ucap Alfa dengan tatapan yang sulit di artikan.
“Benar tuan muda, mungkin hanya tuan muda yang tidak mengenalnya,” ucap sekertaris Sam yang membuat Alfa mendengus kesal.
“Itu karena tidak penting,” ucap Alfa berkilah.
“Apa sekarang seorang model begitu penting?” tanya sekertaris Sam yang sengaja menggoda tuan mudanya.
“Apa kau sudah bosan hidup?!” tanya Alfa yang mulai menunjukkan taringnya, membuat sekertaris Sam menelan ludahnya dengan kasar.
“Tidak, tuan muda, kalau begitu ayo kita makan, sebelum makanan ini dingin,” ucap sekertaris Sam yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan, meskipun Alfa tahu itu hanya alasan sekertaris Sam, namun ia tetap menurutinya, karena ia juga sudah sangat lapar.
...----------------...
Di sisi lain, seorang wanita cantik yang tengah memasang wajah kesalnya sambil mengaduk makanan yang belum disentuh sedikitpun.
“Div, kenapa kamu belum makan makanan kamu, apa aku sudah salah pesan makanan?” tanya Mira yang merasa sangat bersalah, karena biasanya Diva memesan menu makanan yang seperti biasanya.
“Tidak, em maksudku, mana mungkin aku tidak pesan makanan yang sama dengan mu, ini adalah makanan favorit ku,” jawab Diva yang merasa sangat bersalah saat melihat raut wajah sahabatnya yang tiba- tiba murung.
“Baiklah, sebaiknya kita cepat makan, aku juga sudah lelah,” ucap Mira sambil tersenyum ke arah Diva.
“Apa kita sudah tidak ada jadwal lagi?” tanya Diva pada Mira.
“Tidak ada, hari ini kita bisa pulang cepat,” jawab Mira dengan bersemangat.
“Aku heran padamu, seorang Sekertaris cantik seperti dirimu berpakaian tomboi, apa alasanmu masih sama, karena takut digoda oleh seorang pria?” tanya Diva sambil terkekeh, membuat Mira mendengus dengan kesal pada sahabatnya itu.
“Cih! Pandai sekali kau menggodaku,” decak Mira sambil memutar bola matanya malas.
“Harusnya kau tidak perlu melakukan itu, ikuti saja caraku,” ucap Diva dengan bangga.
“Itu hanya akan memperbanyak musuh karena rasa sakit hati mereka, kau belum merasakannya saja, aku yakin pria yang pernah kamu tolak itu berusaha balas dendam padamu,” ucap Mira memperingati sahabatnya itu.
“Kau jangan menakutiku seperti itu,” ucap Diva yang merasa sahabatnya itu terlalu berlebihan.
Setelah selesai makan, kini mereka bersiap untuk pulang lebih awal, karena hari ini jadwal tidak padat, mereka memilih untuk pulang dan beristirahat daripada harus menghabiskan waktu untuk berbelanja seperti model cantik pada umumnya.
...----------------...
Tak butuh waktu lama, kini Diva dan Mira sudah kembali untuk pulang, tak ada obrolan di antara mereka, hanya ada keheningan di dalam mobil mewah tersebut. Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di kediaman Diva.
“Ra, kamu mau mampir dulu gak?” tanya Diva pada sahabatnya itu.
“Tidak, aku mau langsung pulang saja, badan aku rasanya sudah cape,” jawab Mira jujur.
“Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan,” ucap Diva memperingati.
“Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang,” ucap Mira kemudian pergi dari halaman rumah Diva, dengan mengendarai mobilnya.
Setelah kepergian Mira, Diva melangkahkan kakinya memasuki rumahnya, di ruang tengah tersebut sudah ada Mommy dan Daddynya yang sedang bersantai ria tanpa mempedulikan Diva yang sudah ada di sana.
“Mommy! Daddy! Apa kalian sekarang sudah tidak sayang padaku?” tanya Diva dengan manja sambil menerobos masuk di tengah-tengah orang tuanya.
“Eh sayang, ternyata kau sudah pulang, tumben sekali pulang lebih awal,” ucap Via sarkas, membuat Diva mendengus dengan kesal pada sang Mommy.
“Cih, sekarang kau sudah mulai meragukan kasih sayang kami padamu itu nona kecil. Seharusnya aku juga mempertanyakan kami padamu, apa kau masih sayang pada orang tuamu ini?” tanya Devan dengan nada menyindir.
“Mom, Dad, sungguh aku sangat menyayangi kalian, tapi maaf, aku belum bisa memenuhi keinginan kalian, kalau begitu aku mau ke kamar dulu, aku cape,” ucap Diva dengan malas, sungguh hal ini yang membuat dirinya malas untuk berdebat dengan kedua orang tuanya dan memilih untuk pergi dari sana, sebelum tempramennya kumat lagi.
“Apa kau lihat sayang, putri kita semakin hari semakin keras kepala, tempramennya sungguh sangat buruk untuk seorang wanita cantik seperti dirinya,” tanya Devan memijat kepalanya pusing dengan kelakuan putri semata wayangnya itu.
“Kenapa kau malah bersikap seolah memusuhi putri kita, apa kau tidak bisa tahan dengan pertanyaan bodohmu itu, pasti saat ini putriku sedang kesal pada kita, ini semua salahmu,” tuduh Via yang tidak terima jika putrinya marah padanya juga.
“Haiss, sayang kenapa kau malah menyalahkan aku, dia juga putriku, aku hanya ingin yang terbaik untuknya,” elak Devan yang tidak terima jika disalahkan seperti itu oleh istrinya.
‘Aku tidak heran kenapa putriku juga keras kepala dan galak, karena ibunya juga tidak beda jauh dengannya, aku harus cepat membujuknya, kalau tidak, aku tidak akan dapat jatah malam ini,’ gerutu Devan dalam hati.
“Lalu apanya yang terbaik, justru putrimu itu kesal dan kau membuat tempramennya keluar lagi,” Via bersungut-sungut tetap tak terima.
“Baiklah, baiklah, maafkan aku, aku janji, setelah ini aku tidak akan menyinggung permasalahan ini lagi padanya, aku mohon maafkan aku,” ucap Devan memelas pada istrinya, yang di balas dengan lirikan mautnya.
“Hmm,” jawab Via lalu tersenyum ke arah suaminya tersebut.
...----------------...
Sedangkan Diva di dalam kamar sana sedang kesal karena ada nomor tidak di kenal yang terus mengganggunya.
“Halo sayang,” ucap seorang pria di sebrang sana.
...****************...
Tekan favorite agar dapat notifikasi jika sudah up.
Jangan lupa sedekah dengan like, vote, hadiah dan komen tentang ceritanya ...
Follow IG Author @aran_diah
Hatur nuhun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!