NovelToon NovelToon

KISAH CINTA SI GADIS TOMBOI

SI GADIS TOMBOI.

"Kana banguun, ini sudah siang Nak!" teriak seorang wanita paruh baya.

"Hmm iya Bunda, lima menit lagi.." balas seorang gadis yang di panggil Kana oleh wanita paruh baya itu.

Melihat Kana masih melungker di dalam selimutnya. Wanita paruh baya yang di panggil Bunda oleh Kana pun langsung menarik selimutnya.

"Ya ampun ini anak, susah banget sih di bangunkannya. Bangun Kana lihat jam cepat, biar kamu tahu sekarang jam berapa!" seru sang Bunda.

"Iya iya Kana bangun Bunda." kata Kana dan ia pun bangkit dari tidurnya dan terduduk dengan mata yang masih terpejam.

"Kana nanti kamu terlambat ke sekolah, cepat dong nak bunda juga mau bekerja nih." ujar sang Bunda lagi yang masih berdiri di samping ranjang Kana.

"Iya Bunda." balas Kana yang kemudian ia pun turun dari tempat tidurnya, lalu bergegas ke kamar mandi.

Sedangkan sang Bunda menyiapkan sarapan paginya untuk dirinya dan Kana, dan tak berapa lama Kana keluar dari kamarnya dengan berpakaian seragam abu-abunya dan di lengkapi tas ransel yang sudah terpasang di punggungnya Ia terlihat tergesa-gesa menghampiri sang Bunda.

"Bunda kok nggak bangunin Kana sih?, Kana jadi terlambat Bunda." keluh Kana sambil ia memakai sepatu sekolahnya.

"Hah!, apa kamu bilang?, nggak bangunin?, hai Kana dari jam lima tadi bunda sudah bangunkan kamu, biar kamu sholat subuh tapi iamunya aja yang tidur kaya kebo." ujar sang Bunda yang terlihat kesal pada Kana.

"Ikh Bunda anak sendiri kok dibilang kebo, nggak lihat apa, Anak Bunda cantik begini pun." protes Kana dengan bibir yang terlihat cemberut.

"Ho'oh, ho'oh, anak bunda memang cantik tapi bobonya kebo, sulit banget di bangunin." ledek sang Bunda membuat bibir Kana semakin memanjang cemberutnya.

"Huh!, Bunda!" Kana menyentakan kakinya karena kesal.

"Hahahaha, sudah sudah, jangan di panjangkan lagi bibirnya, nanti cantiknya hilang loh, ya sudah sekarang cepatlah habiskan sarapannya nanti kamu terlambat loh," ujar sang Bunda, yang masih tersenyum lucu melihat tingkah anaknya yang masih kekanak-kanakan.

"Tapi Kana sudah tidak ada waktu Bunda, nggak sempat sarapan lagi." balas Kana yang terlihat ia sudah bersiap akan berangkat.

"Tapi nanti kamu masuk Angin Kana, dan pasti nanti nggak konsen loh belajarnya." tegur san Bunda yang selalu khawatir pada anak semata wayangnya.

"Tidak loh Bunda, nanti Kana sarapan di kantin sekolah saja, Bunda jangan khawatir ya, anak Bunda ini kuat loh," kata Kana sembari memeluk sang Bunda dengan penuh kasih sayang,

"Hah, ya sudahlah kalau begitu, kamu hati-hati di jalan ya nak." ujar sang Bunda yang akhirnya pasrah membiarkan Kana berangkat ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.

"Oke Bunda, Kana berangkat ya Assalamu'alaikum Bunda." kata Kana lagi sembari ia menyalami tangan ibunya dan kemudian ia juga mengecup pipi sang Bunda.

"Wa'alaikumus salam, hati-hati Nak." Setelah mendapatkan jawaban salamnya dari sang bunda Kana pun langsung pergi meninggalkan sang Bunda dengan berlari-lari kecil karena memang waktunya tinggal 30 menit lagi.

____

Yaa itulah Kana, gadis belia nan cantik yang bernama lengkap "Kirana Ardhita, yang baru berusia17 tahun gadis cantik yang sangat mandiri yang memiliki sifat yang sedikit arogan, Kirana masih duduk di kelas 3 SMA dia juga terkenal pintar, Kana adalah Anak tunggal dari pasangan Wiranto Ardhi dan Erliana Kartika. Namun saat ini Kana hanya hidup berdua saja dengan sang Bunda, karena sang Ayah telah meninggal akibat kecelakaan saat Kana masih duduk di bangku SMP.

Kana adalah sebutan untuk dirinya sendiri, karena ketika kecil, ia sulit memanggil dirinya Kirana alhasil ia menyingkatnya menjadi Kana. Dan itu hanya berlaku pada keluarganya sendiri, karena saat di sekolah Kana akan di panggil dengan sebutan Dhita atau si tomboi, karena Kana memang di kenal dengan tomboinya, keceriaannya, juga kenakalannya, hingga beberapa kali, mengharuskan orang tuanya menghadapi sang guru akibat kenakalannya.

______

Di Sekolah SMA Tunas bangsa..

Di kejauhan seorang gadis berlari-lari sangat kencang karena ia melihat pintu gerbang yang hampir di tutup oleh penjaga gerbang sekolah TB.

"Mamang tungguuu, jangan di tutup duluu!" teriakk gadis tersebut, sambil ia berlari kuat dan akhirnya sampai di depan gerbang dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Aduuh, Neng Dhita!, nanti Mamang di marahin lagi sama kepala sekolah neng." ujar penjaga gerbang, pada gadis yang bernama Dhita alias Kana.

"Aduh tolong Mang, untuk kali ini aja, besok aku janji deh nggak akan terlambat lagi." balas Kana.

"Kemarin Neng Dhita juga bilang begitu, janji nggak akan terlambat lagi, buktinya sekarang terlambat lagi neng." ujar penjaga gerbang lagi.

"Aduuh, Mang.. please.. please.. untuk kali ini aja Mang, bukain dong, besok kalau aku terlambat lagi aku pasti akan langsung pulang deh, ya mang." kata Kana sambil mengatupkan kedua tangannya, yang terlihat ia sangat memohon sekali pada mamang penjaga gerbang.

"Haiis.. janji ya Neng, besok jangan di ulangin lagi." balas sang penjaga gerbang yang akhirnya menyerah dan ia pun membukakan pintu gerbangnya untuk Kana.

"Iya Mang Dhita janji deh." kata Kirana yang terlihat senang karena akhirnya ia bisa masuk ke sekolah juga.

"Ya sudah sekarang neng bisa masuk." kata si mamang.

"Terima kasih Mang!" seru Kana yang kemudian ia kembali lari menuju ke kelasnya.

Sesampainya di kelasnya, Kana merasa beruntung karena ternyata guru wali kelasnya belum datang, hingga Ia bebas masuk ke dalam kelasnya, tanpa ada teguran dari sang guru.

"Hah, si gadis tomboi gini hari baru datang!, gila terlambat aja sih Lo boi, Lo pikir nih sekolah punya bapak Lo apa?." tegur seorang pria yang duduk di kursi sebelah tempat Kana duduk.

"Ah, berbisik banget sih Lo Ar, mau ini sekolah bokap gue kek, mau sekolah moyang gue kek, itu bukan urusan Lo!, jadi Lo jangan banyak bacot, Lo paham!" bentak Kana, yang memang ia tak pernah takut pada siapapun, termasuk Arya ketua kelas yang di segani di kelasnya pun ia berani membentaknya.

"Haiiy, nih anak, di tegur malah ngebalik membentak, Lo nih sebenarnya cowok apa cewek sih, di bilang cewek nggak ada manis-manis ya," ujar Arya yang nampak ia heran melihat teman sebangkunya itu hingga ia hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

"Akh, bodo amat!, emang gue pikirin, Lo mau ngomong apa juga gue mah masa bodo!." Balas Kana ketus.

Di saat bersamaan, muncullah dua orang pria, yang terlihat beda usia, yang satunya seorang pria paruh baya, dan yang sebelahnya seorang pria tampan dengan wajah yang terlihat dingin, Masuk ke kelas mereka.

"Selamat pagi Anak-anak?!'' sapa keduanya, membuat para gadis yang ada di ruangan itu bukannya menjawab tapi malah terpelongo melihat kedatangan salah satu Pria yang baru mereka lihat tersebut. Karena sapaannya tidak di balas membuat pria paruh baya itu mengulangi perkataannya sembari memukul meja dengan penggaris kayu yang ada di situ.

CETAAAK!!

"Selamat pagi Anak-anak!"

____________

﷽ Selamat datang di novel terbaru Author yang in syaa Allah membawakan keberkahan bagi author juga bagi para Readers yang membacanya.

Dan semoga para Readers kesayanganku menyukai novel terbarunya Author, Dan Author juga memohon Do'anya pada para Readers, semoga Novel ini diberikan kemudahan serta kelancaran dalam proses pembuatannya.

Bismillah in syaa Allah bisa.

Jadi author mohon dukungannya serta doanya ya guys 🙏🥰 Serta jangan lupa tinggalkan jejaknya selalu Oke, see you 🙏🥰.

MACANNYA SEKOLAH.

CETAAAK!!

Suara hantaman penggaris kayu kemeja membuat seisi kelas spontan beralih kedepan dan semuanya langsung menatap dua orang pria yang beda usia itu.

"Selamat pagi Anak-anak!" ucap Pria paruh baya yang di tangan kanannya terdapat sebuah penggarisan kayu panjang.

"Selamat pagi pak" jawab seisi kelas secara bersamaan.

"Anak-anak, kita kedatangan guru baru, yang menggantikan Pak Rusli, silahkan Pak Andnan perkenalkan diri Anda," titah pria paruh baya tersebut.

"Terima kasih Pak Baskoro" balas pria yang di panggil Adnan,

"Sama-sama Pak Andnan. Kalau begitu saya permisi ya Pak" ujar pria paruh baya yang di panggil Baskoro.

"Iya Pak Baskoro silakan"

Setelah mendapatkan jawaban dari Adnan Baskoro pergi meninggalkan kelas Kirana, tinggallah Adnan yang masih berada di dalam kelas, lalu ia berjalan maju sedikit menghadap kearah arah para murid barunya.

"Pagi semuanya" sapa Adnan dengan melihatkan wajah datarnya.

"Pagi Pak!" jawab mereka secara serentak.

"perkenalkan saya wali kelas kalian yang baru. Nama saya Adnan Rayyan Salim, kalian bisa memanggil saya Pak Andnan saja usia saya 27 tahun, belum begitu tua bukan," ujar Adnan memperkenalkan dirinya pada murid-muridnya, yang terlihat masih tercengang karena melihat guru baru mereka yang terlihat tampan di mata mereka.

"Oke sekian acara perkenalannya sekarang kita lanjutkan saja pelajaran hari ini, oh iya tadi Bapak lihat ada yang terlambat, coba maju kedepan siapa yang terlambat tadi," lanjutnya dengan memasang wajah datarnya.

Kirana yang memang merasa terlambat Ia pun berdiri dan berjalan menuju kedepan kelasnya.

"Saya Pak yang terlambat!" kata Kirana sedikit ketus.

"Bagus! ternyata kamu menyadarinya, sekarang silahkan keluar, karena saya tidak suka mengajar seseorang yang tidak disiplin!," titah Adnan.

"Tapi Pak, saya terlambatkan jam pelajaran belum di mulai" bantah Kirana.

"Saya tidak suka di bantah! Silahkan kamu keluar! dan berdiri di depan tiang bendera dan beri hormat pada bendera!" tegas Adnan dengan memasang wajah dingin pada Kirana, membuat Kirana menjadi kesal.

Tanpa berkata apapun lagi Kirana menyentakkan kakinya dan langsung berjalan menuju ke halaman sekolah yang di tengahnya ada terdapat tiang bendera, Ia pun menjalani hukumannya dengan cara hormat pada bendera.

"Huh! masih baru sudah belagu tuh guru,!" gerutu Kirana terlihat kesal, "Lihat saja gue nggak akan pernah mau lagi mengikuti pelajarannya huh! Menyebalkan" gerutunya lagi. Namun ia tetap menjalankan hukumnya.

Satu jam telah berlalu, satu jam juga Kirana menjalankan hukumannya, hingga datang seorang wanita berseragam sama menghampiri dirinya.

"Boi, Lo di panggil sama Pak Adnan tuh," kata gadis belia itu.

"Cih! mau apa dia manggil gue? malas banget gue ngeliat tampang Dia!" gumam Kirana namun masih terdengar oleh wanita itu.

"Kok malas sih Boi? pak Adnan cakep banget tau, gue aja langsung jatuh cinta pada pandangan pertama Boi" kata gadis belia itu.

"Hei Noni! itu emang kebiasaan Lo! pantang liat yang bening langsung bilang cinta, Cih cinta Lo terlalu ngobral!" ketus Kirana sembari ia beranjak dari tempat hukumannya tadi dan berjalan menuju ke kelas mereka.

"Eh Lo Boi, sekate-kate bilang cinta gue ngobral, cinta gue suci tahu, bak salju yang putih bersih" kata wanita yang di panggil Noni oleh Kirana tadi, sambil ia mengikuti langkah Kirana menuju kelas mereka.

"Akh bodo amat emang gue pikirin, mau ngomong apa kek, sabodo dah" ketus Kirana yang terlihat cuek banget sama Noni.

"Huh! si Boi mah tega pisan ey!" keluh Noni, tapi tetap masih ingin di dekat Kirana selalu.

Sesampainya mereka di depan kelas Kirana pun mengetuk pintu kelasnya walaupun pintu tersebut tidak tertutup sama sekali, "Permisi Pak, apakah bapak memanggil saya?" tanyanya dengan masang wajah datarnya, terlihat sekali ia tidak menyukai guru barunya itu.

"Kamu yang bernama Dhita?" tanya Adnan dingin, dan langsung di anggukkan oleh Kirana, "Oke Dhita hari ini hukuman kamu sudah cukup, saya harap hukuman hari ini bisa kamu jadikan pembelajaran agar kedepannya kamu bisa disiplin dengan peraturan sekolah, apa kamu paham hm?" sambung Adnan lagi, dengan memasang tatapan tajam pada Kirana.

"Paham pak!" balas Kirana ketus

"Bagus! sekarang kamu boleh duduk!" ujar Adnan sembari ia melangkah pergi meninggalkan kelas Kirana. sedangkan Kirana melangkah menuju kebangkunya.

"Wah senangnya berdekatan dengan pak Adnan, aku dihukum beberapa kali juga rela asalkan bisa selalu dekat dengan pak Adnan ganteng itu," ujar seorang gadis yang duduk kursi tepat di depan Kirana, sambil memegang kedua pipinya.

"Woy, Salsabila, mata Lo udah katarak ya, kayak gitu di bilang ganteng? Cih, gantengan juga Alpian kemana-mana, guru sombong itu mah jauh!" kata Kirana ngasal.

"Hah? Pian Lo bilang ganteng Boi? wah berarti mata Dhita yang katarak dong, masa cowok tonggos kutu buku gitu di bilang ganteng, akh parah banget Lo Boi," celetuk Arya teman sebangkunya Kirana.

"Ah Lo nyambar aja sih Ar, kaya listrik! Lo nggak tahu aja, Pian itu bukan tonggos, tapi seksi tau," bela Kirana membuat Arya yang mendengarnya langsung tercengang, "Udah akh gue mau kantin, ayo Bil, kita ke kantin" kata Kirana lagi sambil menarik tangan cewek yang bernama Salsabila.

"Hah, Makin parah tuh anak, gue yang ganteng gini dia bilang biasa aja, giliran Alpian si cowok tonggos dibilang ganteng, hais parah parah emang ya" gerutu Arya dengan mata yang masih memandang kepergian Kirana.

______

Sementara itu Kirana dan Salsabila yang pergi ke kantin, tiba-tiba langkahnya langsung terhenti karena jalan mereka di hadang oleh dua pria tampan berseragam sama berdiri di depan mereka.

"Hai bidadariku, Abang sangat merindukanmu, sampai kapankah aku harus menunggumu Dhita sayang, terimalah bunga cintaku ini maka kamu akan resmi menjadi pacarnya Aku" ujar salah satu pria yang sedang berdiri di depan Kirana, sambil ia menekukan satu lututnya sembari ia menyerahkan setangkai bunga mawar merah kepada Kirana.

"Haiiis, nambah lagi orang sinting di sekolah ini" gerutu Kirana sambil ia memutarkan bola mata malasnya, "Benarkah kamu ingin menjadi pacar gue Pasha?" tanya Kirana berpura-pura lembut pada pria yang sedang bertekuk lutut yang di panggil Pasha oleh Kirana.

"Ho'oh Dhita, aku ingin menjadi pacar kamu" kata Pasha terlihat sumringah karena Kirana menanggapinya.

"Baiklah, maka kalahkan gue dulu, baru gue akan menerima Lo jadi pacar gue" balas Kirana sambil berkacak pinggang di depan Pasha.

"Hah? Aku tidak mungkin bisa mengalahkan kamu Dhit, kamukan macannya sekolah ini," ujar Pasha terlihat sedih mendengar syarat yang di ajukan Kirana.

"Kalau begitu jangan bermimpi jadi pacar gue!" cetus Kirana sambil ia berlalu meninggalkan Pasha yang masih berlutut.

"Kejam banget sih Lo Boi? Pashakan cinta Lo tuh tulus, padahal banyak banget yang menyukai Pasha, eh Lo dia yang datang malah di abaikan" tegur Billa yang terlihat kesal melihat penolakan Kirana terhadap Pasha.

"Akh bodo amat emang gue pikirin" balas Kirana terlihat cuek. Mendengar balasan Kirana Salsabila hanya menggelengkan kepalanya saja.

______

Jam sekolah pun telah berakhir, murid-murid sekolah TB pun berpulangan, termasuk Kirana dan Salsabila, yang terlihat sedang berjalan keluar kelas.

"Boi, pulang bareng yuk, nanti gue traktir deh" kata Salsabila didalam perjalanan menuju keluar gerbang sekolah.

"Sorry Bil, hari ini gue nggak bisa, kan Lo tau gue sekarang udah kerja, ya sudah gue harus secepatnya sampai di minimarket nih Bey Bil" balas Kirana yang kemudian ia langsung berjalan cepat meninggalkan Salsabila begitu saja.

Setelah meninggalkan sahabatnya Kirana berlari-lari kecil menuju sebuah minimarket yang tidak begitu jauh dari sekolah mereka. Sesampainya disana ia langsung masuk ke minimarket tersebut.

"Assalamu'alaikum pak Haji, maaf saya agak lama karena ada jam tambahan pelajaran" ujar Kirana pada seorang pria yang sedang duduk di belakang meja kasir.

"Eh Kana, tidak apa-apa Kana, jangan terlalu sungkan sama bapak mah, bapak memaklumi kamu, nama kamu masih sekolah, yang penting kamu harus giat belajar biar masa depan kamu cerah nantinya ya Nak" ujar pria yang di panggil pak Haji oleh Kirana.

"Makasih pak Haji, ya sudah Kana ganti pakaian dulu ya" pamit Kirana

"Pergilah Nak"

_____________

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys, dan kasih kritik dan saran agar Author bersemangat untuk memperbaikinya oke 🙏😉 Syukron 🙏🥰.

JANJI PERJODOHAN.

Erlina mengetahuinya kalau putrinya telah membantunya. Namun Erlina tidak mau lepas tangan begitu saja, ia tetap berjuang demi anaknya. Karena keinginan satu yaitu ingin menjadikan Kirana orang yang sukses, makanya ia bekerja begitu keras agar ia bisa menguliahkan Kirana keperguruan tinggi. Maka dari itu ia bekerja serabutan kadang mengambil upah mencuci terkadang menerima pesanan kue dari warga, seperti pagi ini ia menerima pesanan kue, yang lumayan banyak.

"Kana hari ini kamu liburkan? Nanti bantuin Bunda bikin kue ya Nak, soalnya Tante Rita memesan kue cukup banyak nih, kamu bisakan Nak?" tanya Erlina pada kirana yang baru saja keluar dari kamarnya, Ia juga terlihat baru bangun tidur.

"Iya Bun, bisa kok" balas Kirana dengan suara khas bangun tidurnya.

"Alhamdulillah, ya sudah kamu mandi dulu gih, bunda kepasar dulu ya mau beli bahan kuenya, itu sarapan sudah Bunda siapkan juga tapi mandi dulu loh baru sarapan ya Nak" ujar Erlina terdengar lembut.

"Iya loh Bun, Kana tahu juga"

"Syukurlah, ya sudah Bunda pergi ya Assalamu'alaikum" pamit Erlina yang telah bersiap pergi dengan membawa sebuah keranjang yang ia taruh di lengannya.

"Iya Bun, hati-hati di jalan ya, Wa'alaikumus salam" Setelah salamnya di balas oleh anaknya Erlina pun langsung melangkah pergi menuju kepasar yang jaraknya lumayan jauh bila berjalan kaki. Namun karena ia merasa sayang untuk naik becak akhirnya ia memilih berjalan kaki.

Erlina berjalan sangat cepat, sehingga tanpa terasa ia sudah mendekati pasar tradisional. Namun saat ia sudah hendak memasuki pasar tersebut. Tiba-tiba matanya melihat seorang wanita yang sedang menelepon, menyebrangi jalan tanpa melihat ke kanan maupun ke kiri, hingga ia tak menyadari kalau sebuah mobil box sudah mendekatinya, membuat Erlina langsung berlari kearah wanita tersebut.

"Mbak minggir!!" teriak Erlina namun wanita itu seperti tak mendengarnya. Sehingga Erlina tak lagi memikirkan dirinya, Ia langsung mendorong wanita tersebut seraya berteriak, "AWAAAS!!"

BRUUUK!!

Wanita yang di dorong Erlina terjatuh kepinggir, namun tubuh Erlina langsung di sambut oleh mobil box tersebut sehingga ia terhempas jauh. Membuat wanita yang di selamatkan oleh Erlina kaget hingga tubuhnya gemetar menyaksikan kejadian itu, dan ia pun langsung berlari menghampiri Erlina.

" Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Mbak kamu nggak papa?" tanya wanita itu dengan suara yang gemetaran, sambil ia membalikkan tubuh Erlina yang posisinya telungkup, dan saat melihat wajah Erlina wanita itu kaget bukan main, "Astaghfirullah! Erlina?!" sentaknya, dan tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.

"Erlina, bangun Er! aku Sari teman kamu, bangun Erlina" teriak wanita yang menyebut namanya Sari tersebut sambil mengguncangkan tubuh Erlina.

Mendengar wanita itu menyebutkan nama Sari Erlina pun membuka matanya, "Ka-mu Pus-pita-sari? tanyanya dengan suara terbata-bata dan terdengar lemah.

"Iya Benar Er, aku Puspita Sari, hiks.. kenapa jadi begini, Er?" Sari memeluk tubuh Erlina begitu erat, "Tolong.. tolong saya angkat wanita ini ke mobil saya pak" teriak Sari pada para pria yang ada di sana.

"Baik Bu, ayo bantu Angkat" kata salah satu Pria yang ada di situ, lalu mereka pun mengangkat Erlina ke mobilnya Sari, dan setelah Erlina sudah berada di dalam dengan cepat Sari meminta supir untuk melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju ke rumah sakit terdekat, sesampainya di rumah sakit Erlina langsung di bawa keruang UGD,

Sementara sari langsung menelpon keluarganya, ia menangis tak henti-henti hingga keluarganya sampai juga di rumah sakit.

"Ada apa Mah? kenapa kamu menangis seperti ini?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja datang bersama seorang pria muda dan seorang wanita muda juga.

"Pah, Mama hampir di tabrak mobil Pah, hiks dan Erlina.. hiks..Erlina yang sudah menyelamatkan Mama tapi, ia malah hiks.." tangis sari pecah, dan ia juga menceritakan bahwa Erlina adalah teman akrabnya ketika ia masih muda.

"Mah tenanglah, ini sudah takdir, kita tidak bisa menentangnya Mah" ujar pria muda menenangkan Sari.

"Adnan Mama tidak akan bisa tenang kalau Mama belum mengetahui hasil pemeriksaan Erlina" ujar Sari, membuat Pria muda yang di panggil Adnan itu terlihat sedih melihat Ibunya begitu sedih.

Dan di saat bersamaan seorang pria berjas putih keluar dari ruang UGD. Sari yang melihatnya langsung menghampiri Pria itu.

"Bagaimana keadaan teman saya Dok?" tanya Sari dengan tubuh terlihat gemetaran.

"Maaf Bu, kami sudah sangat berusaha, namun keadaan teman Anda semakin melemah, Oh iya adakah di antara kalian yang bernama Kana, karena beliau selalu menyebut-nyebut nama Kana," Mendengar perkataan Dokter tubuh sari semakin gemetaran.

"Apakah kami boleh melihatnya sekarang Dok?" tanya Adnan karna ia ingin Mama bisa bertemu pada Erlina.

"Silahkan Pak Rizwan" balas sang Dokter, Lalu mereka pun langsung memasuki ruang intensif, dan terlihatlah Erlina

"Papa hiks..hiks.. Erlina Pah hiks.." ucapnya sambil ia memeluk tubuh suaminya.

"Tenang Mah, mari kita kesana" ajak Rizwan sambil menuntun istrinya mendekati pembaringan Erlina.

"Ke-napa Ka-mu mena-ngis Sa-ri?" tanya Erlina saat melihat temannya sudah mendekatinya.

"Maaf Er, seharusnya aku yang berada di posisimu saat ini, hiks maaf karena aku kamu jadi seperti ini Er, hiks..hiks." kata Sari sambil ia meraih tangan sahabatnya itu.

"Sssth.. ini su-dah tak-dir Sa-ri ka-mu ti-dak bo-leh menye-salinya" balas Erlina dengan suara yang terdengar bata-bata dan masih terdengar lemah.

"Sa-ri apa-kah dia a-nak ka-mu?" tanya Erlina saat melihat Adnan yang sedang berdiri di samping Sari.

"Benar Er, Oh iya kamu masih ingat janji kita? bukankah kita berjanji ingin menjodohkan anak kita Er, Oh iya anak kamu perempuan apa laki-laki ER?" tanya Sari terlihat antusias. saat ingat dengan janji perjodohan anak mereka

"A-ku ing-at kok, an-akku Kana se-orang perem-puan, bi-sakah ki-ta mengwujudkan seka-rang Sari, apakah anak ka-mu Mau? tanya Erlina yang terlihat semakin lemah.

"Mau Er pasti mau, Iyakan kamu maukan menikahi Kana anak Tante Erlina?" kata Sari dan langsung bertanya pada anaknya.

Melihat keadaan Erlina, Adnan tidak punya pilihan lain dan akhirnya ia menyetujuinya,"Iya Mah, Tante, Adnan berjanji akan menikahi anak Tanta Kana" balas Adnan pasrah.

"Alhamdulillah bi-sakah ka-mu wu-judkan seka-rang ka-rena sepertinya Tante tidak bisa menunggu lama lagi"

mendengar perkataan Erlina Adnan tidak bisa menjawab ia hanya mengangguk dan tersenyum pasrah. Erlina nampak senang dan ia juga meminta Adnan untuk menjemput Kana setelah ia memberikan alamat rumahnya. Dan Adnan pun akhirnya pergi kerumah Erlina sesuai alamat yang diberikannya.

Sesampainya di alamat tersebut Adnan terlihat sedikit kaget saat melihat rumah yang terlihat sangat sederhana,"Inikah rumah Tante Erlina, kenapa kecil sekali?" gumamnya sembari ia mengetuk pintu rumah sederhana itu. Dan tak berapa lama pintu terbuka, Adnan terlihat kaget saat melihat orang yang membuka pintunya.

"Dhita?!" sentaknya Adnan terlihat kaget.

"Eh Pak Adnan?!" sentak Kirana juga,"Mau apa Bapak kemari?" tanyanya lagi terdengar ketus.

"Eh, saya mau menjemput Kana, apakah benar ini rumah Bu Erlina?"

Kirana mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan gurunya itu, "Iya benar, tapi mau apa bapak menjemput Kana?" tanyanya masih ketus.

"Saya menjemput Kana Karena ibunya saat ini sedang di rumah sakit Ditha, jadi kamu jangan banyak bertanya lagi, cepat panggilkan Kana!" tegas Adnan.

"Apa Bunda di rumah sakit? ada apa dengan Bunda? tadi dia pergi baik-baik saja?!" tanya Kirana kini terlihat cemas.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan pada kamu, cepat kamu panggilkan Kana!" tegas Adnan lagi yang terlihat semakin kesal mendengar pertanyaan Kirana.

"Saya Kana pak! saya putri satu-satunya ibu Erlina Kirana Ardhita!" seru Kirana terlihat geram melihat gurunya yang terlihat sombong dimatanya.

Mendengar perkataan Kirana, tanpa berkata apapun Adnan langsung menarik tangan Kirana, setelah ia menutup rumanya. Membuat Kirana bingung dengan perlakuannya.

___________

Selalu berikan Dukungan pada Author ya, agar Author semangat untuk tetap update Ok 😉🙏.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!