...~•Happy Reading•~...
Kandara adalah seorang programmer dari perusahan IT ternama di Indonesia. Kinerja Kandara di perusahan tersebut sangatlah diunggulkan. Sehingga dia bersama kedua rekannya, Mala dan Toby ditugaskan selama 10 hari di perusahan Inte'Q. Salah satu perusahan IT ternama di Seoul, Korea Selatan.
Hari ini mereka akan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan tugas mereka di perusahan Inte'Q.
Saat tiba di Bandara Incheon, Kandara mencari kedua rekan kerjanya dengan harap-harap cemas. Karena dia menyadari telah melakukan kesalahan. 'Semoga mereka tidak marah padaku dengan apa yang terjadi pagi ini.' Kandara membatin dan berharap.
^^^Tadi pagi setelah kembali ke hotel, Kandara tidak menemukan kedua rekan kerjanya. Menurut pihak hotel, mereka berdua sudah check out dan menitipkan pesan bahwa mereka telah berangkat ke Bandara.^^^
^^^Kandara masuk ke kamarnya lalu membersihkan tubuhnya. Dia mengganti pakaian lalu berdandan seadanya. Kemudian chek out dan menyusul kedua rekannya ke Bandara, karena waktu tidak memungkinkan untuknya berlama-lama.^^^
^^^Kandara bersyukur, karena semua barang bawaan dan kopernya sudah dikemas sehari sebelumnya. Sehingga tidak banyak waktu yang terbuang untuk mengemasi semua barang bawaannya.^^^
^^^Kandara meminta tolong pihak hotel menyiapkan taksi untuknya. Sepanjang perjalanan di dalam taksi ke Bandara, Kandara terus berdoa mengharapkan perjalanannya lancar. Karena waktu yang sangat terbatas menjelang penerbangannya. Dia bersyukur, jalanan tidak terlalu padat, sehingga bisa tiba tepat waktu.^^^
Setelah tiba di Bandara, Kandara mencari Mala dan Toby. Ketika melihat kedua rekannya, dia berjalan cepat ke tempat mereka berdiri sambil menyeret koper dengan jantung yang berdetak cepat.
"Maafkan Dara, Mas Mala dan Mas Toby." ucap Kandara setelah di dekat mereka, sambil mengatur nafasnya dengan wajah yang merasa bersalah. Dia makin merasa bersalah melihat wajah kedua rekannya. 'Mereka pasti sangat panik dan khawatir saat mencariku tadi pagi dan tidak menemukanku di kamar hotel.' Batin Kandara.
^^^Kedua rekannya menengok ke arah Kandara dengan perasaan yang tidak bisa di gambarkan. Senang, lega, marah, kesal, khawatir, semua jadi satu.^^^
"Kau dari mana saja, Kandara. Kau hampir terlambat." Toby berkata sambil melihat jam tangannya. Toby tidak pernah memanggilnya dengan nama jelas seperti itu. Karena kesal, juga cemas dan khawatir membuat dia emosi.
"Tadi pagi kami mencari dan meneleponmu berkali-kali, tetapi ponselmu tidak aktif. Apa yang terjadi denganmu, Kandaraa?" Toby menatap tajam wajah Kandara lalu menghembuskan nafasnya perlahan setelah melihat matanya mulai berkaca-kaca.
"Sudah, sudah. Dara, check in dulu, gih. Mumpung masih keburu check in. Kami sudah duluan, karena pikir kau masih mau stay di Seoul. Hehehe." Mala berkata dengan suara pelan dan coba bercanda untuk mencairkan suasana. Sebab suara Toby agak tinggi dan wajahnya mulai memerah.
"Oh iya, Mas. Dara check in dulu. Sekali lagi, maafkan Dara, Mas." Kandara menyatukan kedua tangannya di dada kepada kedua rekannya, lalu beranjak ke tempat check in dengan hati sedih karena telah mengecewakan rekannya.
^^^Hati Toby terus bertanya-tanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Kandara yang sedang melangkah di depannya. 'Ada apa dengannya?'^^^
Mala menyenggol bahu Toby dan berkata: "Toby, apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Dara tadi malam? Dia tidak seperti biasanya. Wajahnya agak pucat dan matanya sangat sayu." Mala juga ikut menatap punggung Kandara.
"Itu juga yang ada dalam pikiranku. Apakah teman yang dijumpainya tadi malam melakukan sesuatu padanya?" Tanya Toby, sambil terus menatap Kandara yang sudah berjalan kembali ke tempat mereka setelah selesai check in.
^^^'Dia tidak seperti Dara yang kami kenal. Ceria, hangat, dan wajah cantiknya selalu tersenyum riang, membuat banyak orang senang berdekatan dengannya.' Batin Toby.^^^
^^^'Dara adalah pribadi yang bertanggung jawab dan profesional. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab seperti tadi pagi. Dia bukan seperti Dara yang ada di depan kami saat ini.' Batin Mala.^^^
Akhirnya dengan berbagai tanya dan cemas, mereka bertiga berjalan dalam diam ke ruang tunggu. Masing-masing berusaha menahan diri untuk tidak bercakap-cakap.
Kandara lebih banyak diam dan cendrung menghindar untuk bercakap-cakap dengan Mala dan Toby. Seperti yang dilakukannya setelah tiba di ruang tunggu. Dia pamit ke toilet, dan berlama-lama di sana. Menjelang boarding, baru kembali ke ruang tunggu untuk masuk ke pesawat.
...°-° Setiap perubahan sikap seseorang,...
...pasti ada penyebabnya °-°...
...~***~...
Penerbangan Kandara, Mala, dan Toby tepat waktu dari Bandara Incheon, Seoul - Korea Selatan menuju Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang - Indonesia.
Di dalam pesawat, Kandara tidak duduk bersama kedua rekannya, karena mereka mendapakan nomor kursi yang berbeda. Kondisi ini sedikit melegakan hati Kandara, karena bisa terhindar dari tatapan kedua rekannya. Kandara juga bisa terhindar dari berbagai pertanyaan yang harus dijawab olehnya.
^^^Hati dan pikirannya belum siap menjawab penyebab dia tidak pulang ke hotel tadi malam. Kandara tidak akan bisa menceritakan peristiwa yang dialami tadi malam bagi kedua rekannya.^^^
^^^Semua yang terjadi dan yang dialami oleh Kandara tadi malam bukanlah sebuah mimpi atau halusinasi. Tetapi itu adalah kenyataan yang menghantam kesadaran serta menggoncang hati dan pikirannya.^^^
^^^Butiran bening yang ditahannya sepanjang pagi ini mulai mengalir di pinggiran matanya. 'Apa yang akan terjadi dengan hidupku ke depan? Apa yang akan terjadi dengan hubunganku dan Mas Lucha?' Kandara terus membantin.^^^
^^^Berkali-kali dia coba menghentikan air matanya, tapi terus saja tergenang dan mengalir. 'Tenanglah. Tenanglah Dara, fokusss' Kandara membatin sambil menepuk dadanya perlahan.^^^
Akhirnya dia menengadahkan wajahnya dan berdoa untuk penerbangan dan juga dirinya. Karena hanya Tuhanlah yang dapat menolongnya saat ini. Hanya Tuhanlah yang dapat menguatkannya.
Dia meletakan kedua tangannya di dada, menekannya dengan kuat, dia berdoa: 'Ya Tuhan, lindungilah penerbangan kami ini dan tolong kuatkan'lah aku. Amin.'
Kandara menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia menyadarkan punggung dan coba memejamkan mata. Dia berusaha untuk istrahat sejenak, karena tubuhnya sangat lelah dan seakan mau remuk.
Namun hatinya yang remuk lebih menguasai tubuhnya. Sehingga sia-sia saja berusaha untuk beristirahat. Ketika matanya terpejam, semua kejadian yang dialami tadi malam bagaikan slide film yang diputar berulang-ulang.
Sekeras apa pun usahanya untuk tidak mengingat apa yang terjadi, kejadian yang dialaminya itu kembali bergulir seiring dengan deraian air mata yang mengalir di pipinya.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah, dia tidak sanggup untuk membencinya. Wajah teduh yang dikagumi selama ini, wajah itulah yang terpatri dalam benaknya. Wajah yang sama juga dalam kenyataan.
Bukan hanya karena ketampanannya saja, tetapi sikap dan pribadi yang dikenal selama ini, itu benar adanya. Wajah yang dilihatnya tadi pagi sebelum keluar dari kamar, itulah dia yang sebenarnya.
Untuk bisa bertemu dengannya dalam mimpi pun tidak mungkin. Karena dia bagaikan bintang di langit, yang bukan saja jauh dari pandangan mata, tetapi juga jauh dari jangkauan tangan. Selama ini hanya bisa melihat lewat sosial media.
Tetapi ketika bisa bertemu dengannya di dunia nyata, bisa dijangkau bukan saja dengan mata, tetapi juga berada dalam jangkauan tangan, semuanya terhempas karena suatu tindakan yang tidak terpuji dan menyakitkan.
Hati Kandara masih mengaguminya, sehingga kenyataan yang terjadi sungguh sangat menyedihkan. Dalam diam hati Kandara ikut menangis, membuat air matanya tidak bisa berhenti mengalir.
Disela-sela tangis, Kandara melihat orang di sampingnya yang mulai memperhatikan. Dia mengambil tissu dari dalam tas untuk menghapus air matanya. Ketika melihat ponselnya mati, dia langsung mengisi daya. Kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela, tampak awan bergulung indah. Tapi keindahan gulungan awan tidak mampu menghibur hatinya.
Kandara menutup jendela dan menyandarkan kepalanya perlahan. 'Kiranya Engkau menghiburku, ya, Tuhan. Karena Engkau'lah penghiburanku.' Kandara berkata dalam hati, lalu memejamkan matanya.
...°-° Sebuah kehilangan yang tidak diinginkan, sangat menyakitkan °-°...
...~***~...
...~●○♡○●~...
Flash back
Tadi malam ; Kandara, Mala dan Toby menghabiskan malam terakhir di Seoul dengan makan malan bersama di restaurant Bulgogi yang lezat sambil menikmati pemandangan kota Seoul yang indah di malam hari dari restaurant tersebut.
^^^Setelah makan malam, Mala dan Toby kembali ke hotel untuk bersantai, menghabiskan malam terakhir di kota Seoul. Sedangkan Kandara menemui sahabatnya Manche yang sedang berada di Seoul. Mereka telah membuat janji untuk bertemu di Relkha Hotel, karena Manche sudah berada di Seoul dan ada pertemuan bisnis di sana.^^^
^^^Hal itu membuat Kandara tidak bisa menghabiskan malam terakhir dengan berjalan-jalan menikmati kota Seoul bersama kedua rekannya.^^^
Setelah tiba di Relkha Hotel, Kandara menghubungi sahabatnya untuk mengabarkan bahwa dia telah tiba di lobby hotel. Manche memintanya untuk naik ke cafe yang berada di lantai 11, karena pertemuannya belum selesai.
"Kau belum selesai pertemuan? Kalau begitu, aku kembali ke hotelku saja, ya. Nanti aku mengganggumu." Kandara yang masih di lobby, merasa tidak enak untuk naik ke cafe. Dia khawatir mengganggu pertemuan bisnis Manche.
"Ngga papa Dara, naik saja. Aku rindu sekali ingin bertemu denganmu dan ada yang mau aku titipkan buat Tante. Mumpung kita bisa bertemu di sini dan aku sudah siapkan." Manche meyakinkan Kandara, agar mau menemuinya. Dia sangat rindu dan ingin bertemu dengannya. Walau sejenak, mereka bisa duduk di cafe yang nyaman sambil melepaskan kangen.
^^^Manche dan Kandara sudah bersahabat dari masih duduk di bangku sekolah menengah. Selanjutnya sampai kuliah, walau fakultas mereka berbeda. Tapi sampai sekarang mereka tetap bersahabat.^^^
"Baik kalau begitu, aku akan ke atas menemuimu. Aku kabari lagi setelah di sana." Kandara segera menuju lift.
^^^Setelah tiba di pintu cafe, Kandara melihat ke dalam ruangannya. Walau tidak bisa melihat Manche, dia merasa takjub dengan interior Cafe Relkha Hotel.^^^
^^^Suasananya sangat nyaman dengan tirai-tirai yang indah, meja kursi kayu bagus dan berhiaskan lampu-lampu hias nan cantik. Live musicnya menambah kesan mewah dan romantis. Kandara segera mengirimkan pesan kepada Manche untuk memberitahukan kedatangannya, karena masih belum bisa melihat Manche.^^^
Beberapa saat kemudian Kandara melihat Manche mendatanginya. Mereka langsung saling berpelukan dengan erat sambil tersenyum senang, karena sudah lama tidak bertemu.
^^^Manche telah pindah dan berkarier di New York, Amerika dari 2 tahun lalu. Dia mengikuti orang tuanya dan ini adalah pertemuan mereka yang pertama setelah kepindahannya ke Amerika.^^^
^^^Beberapa hari lalu ketika Manche akan melakukan perjalanan bisnis ke Seoul dan mengetahui Kandara sedang berada di Seoul. Manche menghubungi Kandara dan membuat janji agar mereka bisa bertemu.^^^
^^^Maka ketika Manche melakukan pertemuan bisnis di hotel yang tidak jauh dari tempat tinggal Kandara, Manche meminta Kandara untuk datang ke tempat pertemuannya sebelum Kandara kembali ke Indonesia.^^^
"Wuuaaah... Kau semakin cantik aja, Dara." Ucap Manche sambil mencium pipinya dan menatapnya dengan wajah happy.
"Bisa aja kau, Che. Kau itu yang makin, makin cantik n n n..." Kandara menepuk pelan lengan Manche, kemudian mereka tertawa bersama.
^^^Manche memiliki wajah campuran Asia, Eropa dan Amerika yang cantik dengan bentuk tubuh yang aduhai ditambah dengan kulit sawo matang eksotik, cantik dan seksi.^^^
^^^Kandara memiliki wajah asli Indonesia. Berkulit kuning langsat mulus, hidung manjung, mata hitam bening, rambut ikal lebat yang indah melewati bahu dengan bentuk tubuh yang tidak kalah aduhai.^^^
^^^Namun yang membuat banyak orang senang melihat Kandara adalah kelembutan, keramahan dan senyuman mata yang makin mempercantik dirinya.^^^
^^^Kehangatan hatinya terujud dalam sikap dan ucapnya. Sehingga banyak orang dibuat terpesona, ketika bertemu dan bertukar sapa dengannya.^^^
^^^Kebaikan hatinya terlihat jelas bukan hanya dalam kata, tetapi juga dalam tindakan. Ucapan dan tindakannya yang selaras membuat banyak orang menyayanginya.^^^
...°-° Kecantikan hati bisa membuat seseorang mempesona °-°...
Setelah melepaskan rasa rindu dan berkangen ria, Manche menggandeng tangan Kandara dan mengajaknya masuk ke dalam cafe. Kandara mengikutinya dengan hati yang senang.
"Yuuuk, mari kita masuk dulu. Aku akan mengambil bingkisan untukmu dan Tante. Ooh, iyaa. Apa kabar, Tante?" Tanya Manche, mengingat Bu Selvine, Mama Kandara yang sangat disayangi dan juga menyayanginya.
^^^Selama tinggal bersama keluarga Kandara, Bu Selvine memperlakukan Manche seperti putrinya sendiri. Sebagaimana Kandara, Manche diperlakukan dengan perhatian dan kasih sayang yang sama. Sangat berbeda dengan Mommynya yang lebih cuek.^^^
^^^Jadi selama ditinggal Mommynya untuk menyusul Daddynya, orang tua Kandara'lah yang jadi orang tua baginya. Setelah menyelesaikan kuliah, baru dia menyusul orang tuanya ke Amerika.^^^
"Puji Tuhan, Mama baik dan sehat, Che. Makasiiii..." ucap Kandara sambil menyandarkan pipinya ke pundak Manche sambil mengandeng tangannya.
"Tante masih sibuk dengan butiknya?" Tanya Manche lagi.
"Masih. Beberapa waktu belakangan ini lumayan berkembang, sehingga Mama sudah tambah beberapa karyawan lagi." Kandara menjelaskan usaha Mamanya.
"Oooh iyaa, Che. Apa kabar Om Josh dan Tante Alicia?" Kandara menanyakan kedua orang tua Manche.
"Puji Tuhan, baik dan sehat juga. Hanya sekarang mereka lagi sibuk-sibuknya mengembangkan usaha di sana." Kandara mengangguk, dia mengerti kesibukan orang tua sahabatnya.
"Maaf, Che. Aku tidak menitipkan sesuatu untuk Tante dan Om, karena aku tidak tahu akan bertemu denganmu di sini." Ucap Kandara lagi.
"Santai aja, Ra. Lain kali kita pasti akan bertemu lagi." Manche mengusap lengan Kandara.
^^^Setelah tiba di mejanya, Manche memperkenalkan Kandara kepada beberapa orang yang ada duduk di mejanya sebagai teman bisnisnya. Ada pria dan wanita. Ketika melihat wajah mereka, Kandara membatin. 'Mungkin mereka dari Amerika dan Korea.'.^^^
^^^Rekan bisnis Manche tertegun melihat kecantikan dan keramahan di wajah Kandara. Mereka langsung menanyakan siapa dirinya kepada Manche. Kandara mengerti, karena mereka menggunakan bahasa Inggris.^^^
^^^Namun Kandara mengabaikan, karena lebih memperhatikan interior cafe yang sangat waoo... 'Cafe ini membuat orang betah berlama-lama menikmati suasana yang nyaman dan romatis.' Batin Kandara.^^^
"Mau minum apa, Dara?" Tanya Manche mengalihkan perhatian Kandara dari rasa kagumnya akan suasana cafe.
"Mmmm, ngga usa deh, Che. Makasiii... Aku pulang aja, karena penerbanganku pagi." Kandara merasa tidak nyaman duduk ngobrol dengan Manche dan dilihat oleh rekan bisnisnya.
'Sebenarnya, aku masih ingin berlama-lama denganmu berbagi cerita, menikmati musik dan suasana cafe ini, tetapi tidak enak dengan rekan-rekanmu.' Kandara berkata dalam hati.
"Yaa, udah kalau begitu. Nanti kita telponan ya, ini titipanku buat Tante dan juga ada buatmu." Manche menyerahkan paper bag berisi paket untuknya.
"Makasiii, Che. Aku pamit ya, hati-hati." Kandara berkata pelan sambil memeluk sahabatnya. Hatinya jadi sedih, mereka akan berpisah lagi. Setelah itu, Kandara pamit kepada rekan bisnis Manche.
"Kau juga, Dara. Hati-hati di jalan saat kembali ke hotel. Jangan lupa kabari aku setelah tiba di Indonesia." Kandara mengangguk. Manche memeluk Kandara sambil mengusap punggungnya dengan sayang.
^^^Setelah keluar dari cafe, Kandara melihat ada toilet di lantai itu. Dia segera ke toilet untuk melaksanakan rutinitasnya, agar tidak mengganggu dalam perjalanan pulang ke hotelnya.^^^
Selesai melakukan rutinitasnya, Kandara merapikan rambut dan dandanannya yang agak berantakan.
Dia jadi malu mengingat tadi bertemu dengan Manche dan rekan-rekannya dengan penampilan yang kurang rapi. Dia merapikan baju dan rambutnya lalu segera keluar dari toilet, karena terdengar bunyi air.
...°-° Persahabatan yang baik, tidak akan rusak oleh jarak dan waktu °-°...
...~***~...
...~●○♡○●~...
...~•Happy Reading•~...
Setelah dari toilet, Kandara menuju lift dan hendak menekan lantai yang di tujunya, tiba-tiba seorang pria masuk dengan menunduk, agak terhuyung dan berkata pelan: "Help me..."
Kandara mendekat untuk mendengar apa yang diucapkan lebih jelas. "Yes sir...?" Tanya Kandara. 'Pria ini tidak dalam keadaan mabuk, karena tidak berbau alkohol. Yang tercium, mala bau harum maskulin dari tubuhnya.' Batin Kandara.
Pria tersebut sedikit mengangkat wajahnya dan berucap pelan: "Help me, please." Sambil mengeluarkan tangannya dari jaketnya.
Betapa terkejut Kandara saat melihat wajahnya. "Astagaaa, Darel." Kandara berkata dengan mata membulat. Sebab Darel adalah seorang idol Korea Selatan, salah satu member boyband dari grup Melo yang sangat terkenal.
^^^Kandara sangat mengenal dan tahu nama kelima member Melo tersebut. Karena mereka adalah grup idolanya, terutama Darel adalah biasnya.^^^
Mengingat kehidupan para Idol selalu menjadi incaran para media, Kandara segera menolongnya. Dia mengambil kartu yang ada di tangannya, langsung menekan angka lantai sesuai nomor kamar yang ada di kartunya.
^^^(Kandara bersyukur bisa berbahasa Korea dengan baik)^^^
"Mari, Deral. Aku akan menolongmu." Kandara memegang tangan Darel dan meletakan tangan Darel di bahunya untuk menopangnya, agar bisa tetap berdiri dengan baik. Dia berusaha mengimbangi, karena Darel agak sempoyongan dan tubuhnya lebih tinggi dari tubuhnya, juga berat.
"Bertahanlah dan tundukan kepalamu, karena kita akan keluar. Jangan sampai ada yang melihatmu." Bisik Kandara. Darel mengikuti yang dikatakan, lalu menundukan kepalanya.
"Hhhmmm..." Darel berguman sambil berusaha mencoba membuka jacketnya. Kandara jadi kelabakan, untuk mencegahnya.
"Darel, diamlah! Kita bisa jatuh." Kandara berbisik dengan nafas tersengal. Karena Darel ingin melepaskan jacketnya, Kandara harus menggunakan tenaga yang sedikit ekstra, agar mereka bisa sampai di kamar Darel dengan selamat tanpa membuat keributan.
^^^Kandara merasa sedikit tenang, mereka tidak bertemu dengan orang lain atau para paparazi atau wartawan saat keluar dari lift sampai ke kamar Darel.^^^
Kandara meletakan kartu akses agar bisa melihat dengan jelas kamar Darel, dan kembali menopang Darel ke sofa yang ada dalam kamar tersebut.
Kandara heran melihat Darel yang sedang berusaha mengendalikan dirinya dengan menunduk. 'Apakah dia sedang sakit?' Tanya Kandara dalam hati, sebab kulit wajah Darel juga mulai memerah.
Setelah mendudukan Darel di sofa, dia meletakan tas dan paper bagnya di atas sofa. Kemudian Kandara mencari letak air minum. Kandara melihat kamarnya sangat besar dan mewah.
'Yaaa, bedalah kehidupan para idol.' Kandara membatin, lalu menuangkan air ke gelas yang ada di atas meja di dalam kamar itu.
"Kenapa panas sekali." Ucap Darel yang tiba-tiba berdiri dan melepaskan jacketnya yang sejak tadi ingin dilepaskan. Kemudian dia mulai membuka kancing kemejanya. Kandara kaget melihat apa yang dilakukan oleh Darel. Dia langsung meletakan gelas dan berjalan mendekati Darel.
"Ada apa Darel? Apakah kau sakit?" Tanya Kandara panik dan mulai dag dig dug.
"Mengapa panas sekali." Ucap Darel, dan terus membuka kancing kemejanya, sambil melihat Kandara dengan tatapan yang berbeda.
"Haaa... panas? Kamar ini sangat dingin, Darel." Ucap Kandara heran, karena kamar Darel memang dingin. 'Apa yang sedang terjadi dengan Darel?' Tanya Kandara dalam hati lagi. Kandara mulai panik dan jantungnya berdegup kencang melihat apa yang dilakukan Darel.
^^^Jantungnya makin berdegup tidak teratur saat melihat Darel menggelengkan kepala berkali-kali, coba mengendalikan dirinya.^^^
^^^Rasa dalam tubuh Darel semakin panas dan bergelora. Sehingga membuat dia tidak bisa mengendalikan luapan dari dalam dirinya. Dia terus berusaha melepaskan kemejanya.^^^
Melihat itu, Kandara terkejut dan makin panik. Semua rasa kagum dan detak jantung menyentak kesadarannya. Dia memalingkan wajahnya agar tidak melihat tubuh Darel yang sudah mulai terbuka, akibat perbuatan Darel seakan tidak sadar. Dia terus berusaha melawan rasa, yang mulai mengusai dirinya.
...°-° Sesuatu yang tidak terduga, pasti akan mengejutkan °-°...
Dengan wajah yang sudah memerah, Kandara berjalan cepat ke kursi untuk mengambil tas dan paper bagnya tanpa melihat ke arah Darel yang sedang melepaskan kemejanya.
"Aku pamit ya, Darel." Kandara segera berjalan ke pintu. Jantungnya semakin berdegup sangat kencang.
^^^Dia belum pernah dengan lelaki seorang diri di dalam kamar, apalagi dalam kondisi seperti ini. Darel sudah berhasil melepaskan kemejanya, sehingga setengah telanjang.^^^
Kandara benar-benar terkejut dan panik, karena ini adalah kondisi yang tidak terpikirkan olehnya. Hatinya yang tadinya tenang, tiba-tiba mulai cemas. Dia berjalan cepat ke arah pintu kamar, tanpa melihat ke belakang. Tetapi sebelum mencapai pintu, tiba-tiba Darel memegang tangannya dan menariknya. Seketika Kandara membeku dan paper bag jatuh dari tangannya.
Darel memegang tangan Kandara dan berusaha menahannya, tetapi Kandara berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Darel.
"Aaakkh... Lepaskan tanganku, Darel." Kandara berteriak dan berusaha melepaskan tangannya, tetapi Darel makin menarik tangannya.
"Apa yang kau lakukan, Darel. Lepaskan aku." Teriak Kandara karena Darel tiba-tiba memeluknya. Kandara mulai memberontak dalam pelukan Darel yang terus memeluknya.
Tubuh Kandara bergetar hebat ketika Darel mulai menciumnya. Kandara mendorong dada Darel dengan sekuat tenaga dan menjauhkan kepalanya dari wajah Darel, tetapi Darel menarik tengkuknya sehingga Kandara tidak bisa menggerakan kepalanya.
Hanya gumanan yang tidak jelas keluar dari mulut Darel, sambil menarik lepas baju Kandara. Darel makin tidak bisa mendalikan dirinya. Kandara memukul dada Darel dengan kekuatan yang masih dimilikinya.
^^^Kandara sebenarnya sudah kehabisan tenaga ketika membantu Darel keluar dari lift. Sehingga dia hanya bisa melawan tindakan Darel dengan tenaga tersisa yang ada padanya.^^^
"Darelll... Jangaannn! Tolong lepaskan aku." Kandara memohon dan mulai terisak, air mata sudah membanjiri mata dan kedua pipinya.
Darel melu*mat bibirnya, mencium leher Kandara yang jenjang dan menggendongnya ke tempat tidur. Menyadari hanya tinggal pakaian dalam yang ada pada tubuhnya, Kandara menyilangkan kedua tangan di dada untuk menutupi sebisanya.
'Ini sangat memalukan.' Kandara membatin. Tubuhnya gemetar ketakutan dan dia terus berontak walau tubuhnya makin lemah. Air mata sudah membanjiri wajahnya dan juga rambutnya.
Darel telah di atas tubuhnya dan mengukungnya, sehingga dia tidak bisa meloloskan diri lagi. Kandara sudah semakin lemah, tenaganya makin berkurang.
"Darel, jangan. Biarkan aku pergi... Jangan Darel." Kandara memohon dengan sisa tenaga yang masih tersisa, sambil menangis terisak dan mencoba merai selimut untuk menutupi tubuhnya.
Tetapi Darel tidak membiarkan dia menutupi tubuhnya dengan selimut, sebab Darel sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Hasrat dalam dirinya sudah bergelora dan ingin disalurkan.
Setelah sekian lama, akhirnya Darel menjatuhkan badannya yang berkeringat di samping Kandara. Kandara hanya diam tidak berdaya, dengan air mata yang terus mengalir di pinggiran matanya.
Darel menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, dengan nafas yang memburu sambil mata terpejam. Dia mencium pelipis Kandara yang telah basah oleh air mata lalu membaringkan tubuhnya seakan tidak bertulang.
Kandara hanya diam tidak bereaksi, air matanya terus mengalir dalam keheningan malam. Beberapa saat kemudian mulai terdengar bunyi nafas teratur dan tenang, Darel terlelap.
...°-° Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan nafsunya, pasti ada orang yang tersakiti °-°...
...~***~...
...~●○♡○●~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!