..."Mungkin ini yang dinamakan Blackout. Setiap hasil awal yang dibanggakan seringkali sirna karena hal sepele, mulai dari meremehkan, kurang fokus, tak berkomitmen, dan hal yang tak sesuai prediksi. Bahkan kejadian ini terjadi pada waktu yang tidak tepat."...
Sudah hampir dua tahun lamanya Hadad melakukan setiap aktivitas yang ada tanpa terkecuali. Mulai dari pekerjaan akhir pekan yang berasa setiap hari, kegiatan perkumpulan organisasi yang tiada henti di setiap malamnya, dan acara-acara mendadak dari setiap insan yang mempunyai urusan dengannya.
Terkadang waktu yang ia lakukan hanyalah kebiasaan berulang yang tidak jelas hasilnya namun rutin hadirnya. Merencanakan setiap kegiatan memang bukanlah hal yang sulit untuk dihadapi jikalau Hadad mengandalkan teman-temannya, akan tetapi hasil yang ia prediksi seringkali melenceng daripada apa yang ia mau.
"Apakah hari ini sudah selesai? Semua pasti sudah sesuai rencana" gumamnya.
Ini merupakan sekilas perasaan random yang selalu membayang-bayangi pemikirannya. Perasaan campur aduk antara senang dan gelisah pun sudah jadi rutinitas yang ia rasakan. Kekeliruan pun muncul dalam benaknya tanpa henti seakan kesadarannya perlahan mulai diambang batasnya. Ruangan sekitar Hadad pun semakin membuat hal absurd ini semakin menjadi-jadi.
Anehnya hari ini seperti lebih membingungkan daripada hari-hari yang telah dilewati sebelumnya. Dengan mempertahankan kesadarannya Hadad mencoba untuk tetap fokus sambil meminum air mineral yang telah disimpan didekat meja belajar yang ia gunakan. Tanpa pikir panjang Hadad pun kembali mengerjakan pekerjaan yang masih tersisa pada hari ini.
"Tap.....Tap....Tap....Tap....."
Suara yang tiba-tiba mendekati ruangan yang sedang Hadad tempati. Padahal jarak diluar pintu kamarnya hanya beberapa langkah saja dari jalan dekat rumahnya, namun suara yang ia dengarkan tadi seakan menunjukkan bahwa sosok ini berlari tanpa halangan.
"Permisi.... apakah benar ini kediaman Kak Romli?" suara yang terdengar diluar pintu itu.
"Sebentar...... saya kesitu sekarang." jawab Hadad dengan terburu-buru mendekati sumber suara.
Setelah Hadad sudah mendekati pintu tersebut, ia pun mencoba untuk membuka pintu didepannya. Tak terduga ternyata orang yang berada didepannya adalah seorang gadis cantik yang sedang membawa kertas laporan.
"Mohon maaf kak apabila saya mengganggu waktunya sebentar, nama saya Sirlia Ajram. Saya disini diamanatkan untuk menyampaikan laporan dari organisasi pemuda bahwasanya kami ingin mengadakan rapat anggota perihal acara besar yang akan diadakan 3 hari lagi." ucapnya dengan nada yang sedikit cepat.
"Memangnya acara apa yang akan dibuat oleh para pemuda ini? Bukankah 3 hari yang akan datang itu hari yang cukup sibuk?" Tanya Hadad dengan sedikit frustasi dikarenakan pekerjaan yang masih belum sepenuhnya ia selesaikan.
"Hanya acara informal saja tidak lebih. Plus penerimaan data-data dari setiap kegiatan yang sudah terlaksana, karena data tersebut sangatlah penting dan dapat bermanfaat di lain waktu."
"Baiklah akan saya tanda tangani suratnya, coba saya lihat terlebih dahulu."
"Silahkan kak,semoga sesuai dengan ekspetasi."
Hadad pun mulai mencek setiap surat yang telah ia dapatkan sambil menandatangani surat-surat tersebut. Ia merasa kurang familiar dengan seorang gadis muda yang diam dihadapannya. Belum lagi gadis tersebut baru saja ia temui dengan tidak sengaja. Semakin Hadad fokus membaca surat ia sempatkan pandangannya untuk menoleh kearah lawan bicaranya. Hanya saja ia kurang baik dalam memulai pembicaraan dengan seseorang yang baru ia kenal, sehingga suasana ruangan pun menjadi canggung. Gadis yang berada dihadapannya pun hanya terpaku diam sambil melihat setiap surat yang sudah Hadad tanda tangani.
Dalam hati, Hadad merasakan bahwa gadis ini memiliki aura yang berbeda dengannya. Ia menyaksikan secara langsung seorang gadis yang berperawakan tidak terlalu tinggi, memiliki kulit yang putih dan halus. Kedua bibirnya yang merah, kelopak matanya yang indah, serta kecantikan alami yang terpancar dari wajahnya. Semua hal yang ia pikirkan hampir membuatnya kehilangan fokus sehingga Hadad pun hampir saja melakukan kesalahan.
"Kak.... Kak Romli.... Kak....." suara lembut yang sekelebat terdengar dalam halusinasi yang sedang Hadad bayangkan. Tetapi ia tetap mencoba untuk tetap tenang dalam menghadapi kondisi tersebut.
"Ya ada apa?" Tanya Hadad
"Bukannya surat yang kak Romli tanda tangani ini agak janggal ya?"
"Janggal..... ah masa padahal aku sudah fokus menandatanganinya."
"Iya saya juga tau, tapi kan lembaran yang kak Romli tanda tangani sudah beres loh. Kenapa kak Romli masih menandatangani kertas lain?"
Seketika Hadad pun terdiam dan mencoba berpikir cepat perihal kejadian yang sedang terjadi. Dan ternyata benar saja yang ia katakan, diriku malah menandatangani surat ujian kuliah kemarin. Tak lama kemudian aku pun langsung bergerak mengambil surat itu dan menyimpannya ditempat yang aman. Sirlia pun mencoba untuk tidak melihat apa yang sedang terjadi didepannya. Namun apa daya, surat yang Hadad simpan ada yang terjatuh didepannya. Dan ketika Sirlia membaca surat tersebut ia pun tersenyum ringan dihadapan Hadad sambil berkata,
"Kak Romli ini ternyata orangnya cekatan sekali ya."
"Cekatan? maksudnya?" Hadad berbalik bertanya penasaran sambil menggendong kardus yang akan ia simpan diatas lemari.
"Iya cekatan menyembunyikan hasil ulangan......"
Seketika Hadad merasa bahwa kertas yang sedang Sirlia baca merupakan hasil nilai ulangannya semester kemarin. Sontak Hadad pun malu dan mendadak tidak bisa berkata apapun. Melihat tingkah laku Hadad, Sirlia hanya tersenyum ringan. Lantas ia pun mencoba untuk membantu Hadad merapihkan surat-surat yang ada.
......................
Setelah hampir setengah jam menyelesaikan semuanya Sirlia mulai mengucapkan terima kasih pada Hadad dan mengatakan bahwa ia akan mengurusi sisa suratnya dengan perwakilan organisasi pemuda itu. Disaat berpamitan Hadad mulai merasakan rasa sesak yang belum pernah ia rasakan selama hidupnya. Ia bertanya-tanya perasaan apakah yang sedang melandanya secara tiba-tiba ini. Mengapa ia mulai merasakan perasaan yang tidak karuan ini. Rasa kagum apa yang mendadak membuatnya terdiam seribu bahasa tanpa bergerak sedikitpun. Sirlia telah meninggalkan kediamannya beberapa menit yang lalu, tapi mengapa perasaan ini tak kunjung hilang dan tetap membekas dihatinya.
...----------------...
Hari demi hari berlalu begitu cepat tanpa ada kepastian apapun didalamnya. Namun satu hal yang pasti, yakni perasaan Hadad yang masih gelisah. Hari yang ditunggu pun telah tiba. Hari dimana rapat acara organisasi kepemudaan diadakan. Ruangan yang ditata sedemikian rupa bentuknya telah membuat aura yang positif semerbak terasa dampaknya. Kumpulan meja dan kursi yang dihadapkan secara memutar, lampu LED putih yang menerangi ruangan, dinding berwarna hijau tua yang telah dicat sebelumnya, langit-langit yang dihiasi berbagai dekorasi minimalis, serta kerapihan yang menjadi kata terbaik dalam mendeskripsikan suasana ruangan tersebut. Para pemuda pun sudah mulai terlihat kedatangannya, perlahan tapi pasti ruangan pun sudah menjadi tempat yang padat akan aktivitas yang berbeda-beda. Hadad yang tidak terlalu pandai berkomunikasi hanya bisa melihat keadaan sekitarnya tanpa berbicara sepatah katapun.
"Rapatnya saja sudah semeriah ini apalagi acaranya ya." gumam Hadad.
"Bangunlah engkau....... sebelum semuanya terlambat......." Suara misterius yang tiba-tiba muncul didekat Hadad.
"Buanglah kegelisahanmu hari ini...... sebelum hal yang buruk akan terjadi........"
"Biarkan rasa penasaranmu itu...... sebelum kamu berpaling dari hal yang engkau ketahui......."
"Benarkan sikapmu itu....... sebelum kamu menghadapi sesuatu........"
Suara seseorang yang terdengar langsung ditelinga Hadad, namun tak terlihat sosoknya berada dimana. Semua orang yang Hadad lihat saat itu hanyalah orang-orang yang sedang bercanda dan tertawa dengan lawan bicara mereka masing-masing. Tidak ada seorangpun yang berbicara sendirian kecuali dirinya. Anehnya semakin Hadad pikirkan suara tersebut maka semakin sulit pula Hadad merasakan hal disekitarnya.
Karena efek tersebut Hadad pun berlari dari ruangan itu dan kembali ketempat yang biasa ia kunjungi, yakni rumahnya. Dan benar saja disaat ia sudah memasuki ruangan didalam rumahnya, suara yang ia dengar kembali berbisik-bisik kepadanya. Hadad mencoba untuk tetap mempertahankan kesadarannya yang semakin memudar. Melawan setiap rasa pening yang ia rasakan menyerang kepalanya dengan bertubi-tubi. Hingga akhirnya Hadad pun tak bisa melawan aura yang disebabkan bisikan tersebut. Dan tak lama kemudian Hadad sedikit demi sedikit kehilangan kesadarannya, tubuhnya mulai melemas dan wajahnya tak karuan. Disaat hal yang terburuk itu sedang terjadi, tiba-tiba ia mendengar teriakan diluar pintu kamarnya.
"Kak Romli.....! Kak Romli.......! Kak Romli......! Buka pintunya Kak....... !!!"
"Sirlia.....???"
"Tak kusangka, setiap hal yang aku lakukan ternyata masih jauh dari kata sempurna. Bahkan dari kata cukup saja masih kurang. Tapi apa daya, semua manfaat dari setiap hal yang aku lakukan sudah dirasakan oleh setiap orang. Hanya saja diriku masih merasakan ketidakberdayaan dan sia-sia nya waktu yang telah ku habiskan selama ini."
Gelap, sesak, tak berdaya, lemas, bingung, dan hening. Menggambarkan suasana yang sedang terjadi pada Hadad setelah kejadian aneh pada malam itu. Ia merasa dirinya masih tidak yakin akan keberadaan sosok yang membuatnya mencekam hingga dapat menjadikan dirinya trauma. Belum lagi ketika terbangun yang ia lihat hanyalah kehampaan ruang yang tak berpenghuni. Setiap sudut ruangan pun tidak ada yang ia ketahui sama sekali. Disaat Hadad mencoba untuk bangkit, setiap badannya terasa sangat berat. Bahkan untuk berjalan saja ia seperti seorang yang sudah tua. Tapi entah kenapa ia masih menduga bahwa setiap inci dari ruangan tersebut seperti semakin membuatnya gelisah.
Sudah hampir satu jam lamanya Hadad berkeliling tempat tersebut, namun ia masih belum mendapatkan petunjuk yang pasti. Yang ia temukan hanyalah ornamen-ornamen tua bergaya asia timur yang pernah ia lihat sebelumnya. Tulisan yang tercatat pada setiap ornamen tersebut semakin menguatkan pendapat Hadad akan asal tempat tersebut. Anehnya bukan hanya ornamen saja yang berbahasa seperti itu, bahkan lukisan-lukisan didinding dan langit-langit ruangan pun tergambar layaknya kaligrafi. Nuansa yang sangat menggambarkan suasana di timur tengah.
"Tap.... Tap..... Tap..... "
suara langkah kaki yang terdengar didepan lorong ruangan tempat Hadad berada. Suara tersebut terdengar hampir berkali-kali dan semakin jelas arah kedatangannya. Dengan sigap Hadad bergegas mengintip dari celah pintu yang terbuka mencari sumber suara tersebut. Namun keadaan yang gelap gulita membuat Hadad masih tidak bisa melihat sekitarnya dan hanya dapat melihat dengan jarak satu meter saja. Dan tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang sedang mengoceh dengan sendirinya.
"Mengapa diriku ditempatkan ditempat yang serendah ini sih !!!!" Gumam makhluk itu.
"Aku kan berharap diberi tempat yang agak baik, minimal yang ada Maneki Nekonya gitu biar kelihatan beruntung."
"Disini malah gak ada harapan untuk menarik perhatianku, bahkan menyentuhnya saja aku ogah."
Hadad hanya bisa terdiam tanpa bersuara setelah mendengar perkataan perempuan misterius itu. Beruntung baginya karena sosok tersebut tidaklah mengincar dirinya. Hanya saja ketika Hadad mencoba menangkap situasi yang sedang terjadi ia tersadar bahwa setiap ucapan yang telah dilontarkan perempuan misterius sangatlah kental dengan budaya Jepang. Akhirnya Hadad pun kembali mencoba mengintip celah dari pintu lagi. Sosok tersebut sudah hilang entah kemana. Dan yang membuat Hadad gelisah ialah tak ada suara langkah kaki yang terdengar setelah ucapan perempuan misterius tersebut.
"Kemana suara itu pergi ya....." Tanya Hadad kebingungan.
"Apa mungkin sosok tersebut sudah hilang? Atau mungkin ia bersembunyi dan sedang mencari sesuatu?"
Perasaan Hadad pun masih bercampur aduk setelah kejadian tersebut. Ia mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk keluar dari tempat tersebut dengan perlahan. Ruangan yang masih gelap membuat Hadad tidak bisa melihat arah jalan secara jelas. Belum lagi tidak ada suara sedikitpun pada lorong tersebut kecuali langkah kaki yang Hadad hasilkan. Kewaspadaan pun menjadi sikap yang sedang Hadad alami saat ini. Berbekal pengetahuan bela diri yang ia dapatkan saat masih kecil dikala ia menonton serial Tokusatsu. Hadad mencoba mengingat kembali gerakan yang hampir diulang beberapa kali disaat kecilnya itu. Memang hal tersebut masih belum cukup untuk mengalahkan rasa kewaspadaan Hadad terhadap reaksi sekitar. Tapi setidaknya ia bisa lebih agak tenang untuk bisa melangkah lebih maju.
Benar saja ruangan yang Hadad lewati sebelumnya telah berubah sepenuhnya. Bukan hanya rute jalan, akan tetapi setiap hal pada lorong pun berubah secara drastis. Ketika hendak membuka pintu mendadak punggungnya seperti ada yang memeluknya dengan erat. Entah siapa dan entah apa yang mendekapnya begitu kuat hingga pernapasannya menjadi tidak teratur. Dikala Hadad mencoba berbalik badannya seakan membeku dan mati rasa. Memalingkan wajah pun tidak bisa, hingga akhirnya pintu didepan matanya terbuka dengan sendirinya. Didepannya muncul sesosok siluman kejam bertubuh besar, berambut panjang,dengan wajah menyeringai, namun bersuara layaknya wanita.
"Tak kusangka ternyata disini masih terdapat manusia malang yang tersesat." ucapnya
"Sepertinya aku bisa melelang buruanku ini demi menunjang kehidupanku selanjutnya."
"Belum lagi dia adalah spesies yang langka, nampaknya dia berharga sangat mahal."
Hadad semakin gelisah dan ketakutan dengan siluman yang berada didepan matanya. Ia mencoba melawan dengan sekuat tenaga namun sosok dibelakangnya masih memeluk erat dirinya dengan kuat.
"Tidak mungkin, kenapa diriku kembali dihadapkan dengan kejadian seperti ini....." gumamnya
"Aku harus bisa melawan rasa takutku sebelum semuanya terlambat."
"aaaaaaaa............aaaaaaaa......aaaaaaaa..........."
Suara teriakannya yang keras mencoba melawan kekuatan dua makhluk tersebut. Keduanya tersentak diam seketika setelah mendengar kerasnya suara yang Hadad hasilkan. Tak berselang waktu yang lama, Hadad pun pingsan seketika. Seluruh badannya berevolusi, mulai dari rambutnya yang memutih beserta matanya yang memerah, pakaiannya yang berubah menjadi tuxedo berwarna hitam lengkap,dan sikapnya yang menjadi lebih tenang dan arrogan.
"Ternyata diriku ini masih terlalu lemah ya....." gumamnya
"Aku rasa inilah saatnya beraksi menunjukkan kehadiranku...."
"Siapa kau....??? Mengapa auramu mendadak berbeda....???" Tanya siluman tersebut.
"Aku..... bukanlah manusia ataupun siluman dan sebagainya...."
"Aku adalah........pemicu ketakutan dan kegelisahan......."
"Apa....? Tidak mungkin manusia ini ternyata lebih hebat daripada yang aku bayangkan."
"Jadi ini ya kebiasaan burukmu sebagai siluman..... Melelang manusia hanya demi keuntunganmu semata...."
"Apa kau kira aku akan membiarkanmu begitu saja....."
"Jangan sombong dulu kamu manusia aku akan memberimu pelajaran agar kau mengerti betapa jauhnya perbedaan kita" Bentak siluman tersebut.
Pertarungan pun tak terelakkan. Siluman tersebut mengeluarkan kekuatan magisnya dengan memperbesar keberadaan sosok makhluk yang sedang menahan Hadad. Namun dengan cepatnya Hadad menangkis magis tersebut dengan kekuatan spiritual yang baru saja ia dapatkan. Sosok makhluk yang mencengkram Hadad pun perlahan menghilang keberadaannya. Setelah itu Hadad berlari menuju siluman yang sedang ia hadapi didepan matanya dengan sangat bengis. Siluman tersebut mencoba menghindari setiap gerakan yang Hadad lakukan dengan sempurna. Bahkan serangan Hadad pun seakan-akan tidak berefek terhadap siluman tersebut. Hal itu dimanfaatkan langsung olehnya sebagai momentum serangan balik. Siluman tersebut berhasil menangkap Hadad dan mencabik-cabik tubuh Hadad dengan kekuatan magis besarnya. Hadad hanya terdiam ketika serangan tersebut berhasil melukai seluruh tubuhnya.
"Ternyata kau hanya menggertak saja manusia......... Dimana kekuatanmu yang tadi hah.....!!!"
Tubuh Hadad hanya diam tak bergerak menerima setiap cabikan yang ia dapatkan. Hingga akhirnya tubuhnya pun terpisah menjadi dua.
"Cih.... padahal aku sudah mendapatkan tubuh yang bagus untuk aku lelang, tetapi aku malah menghancurkannya." gumamnya sambil meninggalkan jasad tubuh Hadad yang tersisa.
"Kukira beringas ternyata ampas....." suara yang tiba-tiba berbisik ditelinga siluman.
"Siapa itu? tunjukkan dirimu dasar sialan....."
"Bagaimana aku akan menampakkan diriku jikalau kamu terperangkap hanya merusak tubuh palsuku itu....."
"Apa maksudmu? Tunjukan dirimu dasar sialan..."
"Maho no ugoki : Kurai Yoru....."
"Aaaaaaaa........!!!"
Sebuah sihir yang besar keluar dari kedua tangan Hadad yang sedang dikendalikan oleh sosok misterius. Sihir tersebut langsung mengenai seluruh tubuh dari makhluk astral didepannya.
"Setiap hal yang baru
kita dapatkan, bukanlah milik kita sendiri. Terkadang, hal tersebut lebih
kompleks daripada yang kita kira. Karena hal baru hanyalah awal dari dua jalan
yakni, kebaikan dan keburukan. Keduanya akan terus membayangi kita tanpa kita
sadari. Namun kita juga dituntut untuk lebih cerdas menanggapi. Agar tidak
terjebak pada hal yang tidak diinginkan."
"Zrassssshhhh…… Zrasssshhhhh….."
suara darah yang keluar dari tubuh siluman.
"AAAAAAA.….… AAAAAAA…… SIALAN KAU MANUSIA…!!!!"
"Itulah akibatnya jika kau melakukan pekerjaan yang tidak
seharusnya!" Tutur Hadad
"Adakah pesan terakhir yang ingin kau sampaikan?"
"KAU AKAN BINASA !!! RAS KU AKAN SEGERA MENG………"
"Ya ya ya, cukup sampai situ saja pesannya……"
Siluman tersebut kalang kabut, hingga akhirnya ia terbelah menjadi beberapa
bagian. Tubuh Hadad pun sekilas berubah kembali seperti semula dan tanpa luka
sama sekali. Bahkan jasad siluman pun meledak dan hancur berkeping-keping.
Hampir setengah bagian rumah yang didekatnya tercecer darah berwarna hitam
pekat. Hadad pun segera melakukan perjalanannya kembali dengan kepribadian yang
barunya itu.
"Nampaknya aku masih belum mengetahui informasi lebih lanjut tentang dunia ini." Gumam Hadad
"Lebih baik aku segera bergegas pergi, sebelum ada yang mencurigai ku."
Beberapa ratus meter kemudian, Hadad
menemukan sebuah gua tua yang berada didekat bukit tinggi yang menjulang
keatas. Bukit tersebut hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan hutan
yang berada disekitarnya. Hanya saja satu hal yang membuat Hadad kebingungan,
yakni tidak ada satupun makhluk yang menempatinya. Penelusuran mulai ia
lakukan. Dengan berbekal penglihatan dan penciumannya yang tajam, Hadad mencoba untuk menelusuri setiap objek didalam gua. Tanpa ia sadari ada suatu kehadiran yang tidak jelas keberadaannya. Hawa tersebut terasa seperti sedang menguntit dan membuntuti Hadad beberapa menit yang lalu. Tapi sosok tersebut nampaknya belum menunjukkan eksistensinya dihadapan Hadad. Entah mengapa Hadad malah menghiraukannya dan tetap berjalan ke depan. Dan di satu lorong ia melihat secercah pantulan cahaya didepannya.
......................
Setelah melewati ujung lorong, Hadad menemukan beberapa batu mirip emerald dan zabarjud. Setiap satuan yang menerangi tempat tersebut sangatlah indah. Warna yang menawan, dengan pantulan cahaya yang menenangkan mata dan membuat setiap orang terpesona. Hanya saja ada suatu kejanggalan yang terjadi. Setelah Hadad melihat sekitarnya, ia menemukan sesosok makhluk yang sedang tertidur diujung tempat tersebut. Walaupun tempat tersebut lumayan terang, namun keberadaaan makhluk tersebut seakan membuat tempat ini menyeramkan. Hadad mencoba untuk tidak membangunkan makhluk tersebut. Naas seribu naas. Disaat akan Hadad mengambil salah satu bebatuan itu, ia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Salah satu batu tersebut seakan menyerap aura bagi siapapun yang menyentuhnya. Semakin lama seseorang menyentuhnya maka semakin besar pula energi yang akan diserapnya. Suatu hal yang belum Hadad ketahui ini sangatlah fatal. Sesaat setelah menyentuh batu tersebut, Hadad pun kehilangan kesadarannya.
Beberapa saat setelah ia kembali dari
tidurnya, Ia tersadar bahwa ia telah kembali kepada keadaan sebelumnya.
Perlahan dan pasti Hadad mencoba bangun dan menelaah setiap hal yang ada
disekitarnya. Namun kepanikan dan kegelisahan kembali menghantuinya. Sesaat setelah memikirkan beragam kejadian aneh yang akan terjadi padanya, perlahan Hadad mulai menyadari bahwa ia sedang berada di tempat yang tidak ia kenali sama sekali.
"Dimana ini.….? Mengapa aku disini…..? Bukannya diriku telah dikalahkan oleh siluman depan rumah……..?" Gumamnya sembari melihat segala hal yang ada didekatnya.
"Batu apa ini….? Mengapa aku membawanya…..? Ini bukan batu kutukan atau semacamnya kan…..?"
"Rrrrrrrrrrr.….….….. Rrrrrrrr…….." Suara yang sangat menyeramkan terdengar dari sudut kanan tempat Hadad berada.
Suara tersebut semakin lama semakin keras. Bahkan mendengar suara tersebut saja sudah membuat Hadad merinding. Hadad mencoba menelusuri suara tersebut. Ternyata suara dari ujung lorong tersebut, dihasilkan dari sesosok makhluk
besar yang sedang tertidur. Badannya penuh dengan bulu berwarna putih seperti
beruang, tangannya berbentuk tangan simpanse beserta kakinya, dan wajahnya
menyeramkan seperti kelelawar. Dengkurannya yang keras membuat Hadad tidak bisa berkata-kata. Satu hal yang pasti dalam pikirannya ialah Ia harus pergi jauh dari tempat tersebut. Hanya saja suara langkah kaki Hadad yang kurang tenang membuat makhluk itu perlahan terbangun. Hadad yang menyadari hal tersebut segera bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Satu bebatuan yang besar dijadikan tempat bersembunyi. Batu tersebut hanya memantulkan cahaya dari atas langit batuan, belakangnya cukup gelap untuk dilihat. Dan benar saja, makhluk tadi sudah bangun dari tidurnya. Dengan tinggi hampir 2 setengah meter, makhluk itu seperti sedang mencari sesuatu didekatnya. Saat menyadari ada yang hilang ditempatnya makhluk itupun mengeluarkan auman kemarahannya,
"Rrrrrrooooooooaaaaaaawrrrrrr.….….… Rrrrrrrooooooooaaaaaaawrrrrr……"
Suaranya yang lebih besar daripada suara saat tertidur. Semakin lama semakin
menyeramkan, itulah hal terbenak dalam pikiran Hadad. Karena makhluk tersebut
seakan siap untuk menerkam mangsanya. Mencari ke setiap sudut ruangan dengan
tangannya yang cukup besar, menghancurkan setiap hal dilewatinya. Hadad masih mencari jalan keluar dari tempat tersebut. Sialnya, ternyata makhluk tersebut tidak hanya mengandalkan kekuatannya tetapi ia memanfaatkan penciumannya. Satu
persatu tempat mulai ditelusuri olehnya. Tinggal beberapa meter saja dari jarak
tempat Hadad bersembunyi. Hadad pun akhirnya berlari dari tempat tersebut
sebelum makhluk itu menemukannya. Namun itu bukanlah hal yang benar. Karena makhluk itu pun seperti dapat mendengar dengan sangat baik akan hal
disekitarnya. Sehingga makhluk tersebut tahu bahwasanya salah satu subjek telah
menjauh darinya. Tak lama kemudian, makhluk tadi mengejar asal suara yang Hadad hasilkan. Hadad semakin mempercepat pergerakan kakinya. Seakan ia sedang dikejar oleh kematian. Akan tetapi makhluk itu sudah berada dibelakang Hadad kurang dari beberapa meter saja. Dikarenakan panik Hadad pun lupa akan keseimbangannya yang kurang
terjaga. Sehingga membuat Hadad terjatuh kedalam lubang dihadapannya.
Lebar dari jubang tersebut hanyalah sebesar lebar manusia dewasa, namun dalamnya hampir sekitar berpuluh-puluh meter. Didasar lubang tersebut terdapat bebatuan yang tajam menjulang keatas. Seakan menjadi tempat jebakan paling berbahaya. Hadad pun mencoba memperlambat kecepatannya dengan berpegangan ke setiap celah yang ada. Namun apa daya lubang tersebut semakin dalam semakin curam sehingga tidak ada cara lain selain terjatuh ke dasarnya. Hadad pun hanya bisa pasrah menghadapi keadaan tersulit
dalam hidupnya itu. Namun disaat jaraknya sudah hampir dekat, Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan gerakan tangan Hadad. Hal tersebut membuat Hadad terkejut, karena tangan tersebut mencoba menolong Hadad untuk naik ke suatu lubang disekitar lubang bebatuan ini. Akhirnya Hadad pun selamat dari kematiannya. Hanya saja pandangan Hadad terlalu gelap untuk melihat sekitar.
Dan hanya telinganya saja yang dapat mendengar sesuatu.
"Jangan khawatir kawan kau aman." Suara misterius yang terdengar olehnya.
"Siapa kau.…? Aku tidak bisa melihatmu…?" Tanya Hadad
"Maafkan atas kelancanganku, perkenalkan namaku Arkhan Mor. Kau bisa memanggilku Mor. Aku adalah putra dari bangsawan Werewolf di selatan kota
Lailatu Haadiat"
"Apa Werewolf.…???"
Dia pasti salah satu dari siluman itu, aku harus
menyembunyikan identitasku terlebih dahulu. Semoga aku bisa mendapatkan
informasi seputar dunia aneh ini darinya.
"Perkenalkan aku Hadad Romli, panggil saja Hadad. Aku hanyalah seorang
pengembara yang tersesat." Ujarku dengan nada yang kurang meyakinkan.
"Ooh.…Pengembara kah,Tetapi mengapa anda bisa berada dilubang curam
ini?" tanyanya.
"Aku pun kurang ingat. Tapi satu hal yang pasti tadi aku dikejar oleh sesosok makhluk besar dengan bulu yang lebat berwarna putih. Lalu terjatuh kedalam lubang sedalam jurang ini."
"Makhluk besar? Mungkin maksud anda spesies Gigantopithecus. Mereka
memanglah hidup di setiap gua yang berada disini. Mereka juga memiliki kebiasaan tidur panjang yang lama, hanya saja penglihatan mereka kurang baik dalam kegelapan dan sedikit agak buta."
"Pantas saja mereka mengejar ku, mungkin mereka kira aku adalah ancaman
ya…?"
"Yap bisa jadi seperti itu… atau mungkin Hadad sendiri yang membangunkannya…."
"Iya juga sih…… Bolehkah kamu menunjukkan tempat disekitar sini? Aku merasa lapar dan haus saat ini…."
"Baiklah, aku akan menunjukkan tempat ini padamu." Jawabnya sambil
menuntun Hadad menelusuri tempat yang sempit itu.
Hadad merasa bahwa ia harus
lebih berhati-hati untuk tidak membongkar identitasnya. Karena hal tersebut dapat berbuah malapetaka kepadanya. Belum lagi dunia yang ia tempati saat ini sangatlah berbahaya untuk manusia sepertinya. Maka dari itu Hadad pun bersikeras untuk menjauhi setiap perkara yang dapat membongkar keberadaannya. Bahkan kenalannya saat ini pun masih terasa mencurigakan baginya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!