"Ugh... dimana ini?"
"Suara berisik apa itu?"
Terdengar suara yang sangat berisik tidak jauh dari tempatku sekarang.
"Kenapa aku mengerti bahasanya?"
Sekuat tenaga aku mencoba membangkitkan tubuh ini namun hasilnya nihil.
Aku mencoba membuka lebar-lebar mata meskipun dalam keadaan bertelungkup.
Kepalaku tiba-tiba sakit seperti dihantam sesuatu, namun detik kemudian aku mulai mengingat semuanya.
"Tunggu, jadi aku benar berpindah ke dunia lain. Terlebih kedalam sebuah game populer adaptasi novel, game itu? Oh tidak, bukankah seharusnya aku sudah mati?!" Kepalaku yang sudah meringan rasanya kembali pusing memikirkan ini semua.
Mari Aku luruskan semuanya.
Semuanya berawal dari beberapa saat yang lalu.
••••••
Dunia modern
Saat itu aku sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat sambil menggerutu dan berjalan dengan sempoyongan di bahu jalan.
"Padahal hampir sedikit lagi aku berhasil menggapai mimpiku."
"Tapi kenapa aku harus gagal?"
"Hiks... perjuanganku selama ini hilang begitu saja,"
"Huaa.... "
Teriakanku berhasil memancing perhatian.
Saat ini orang-orang pasti menganggapku sudah gila.
Ting...
Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselku.
"Apaan sih? Ganggu aja orang lagi sedih,"
Ketika itu aku menghentikan langkahku dan membuka tas ransel ini.
Lalu mengambil HP milikku.
"Ternyata ini, tidak penting."
Baru saja aku hendak menaruh kembali ponsel namun cahaya yang sangat terang di tengah gelapnya malam menyinari ku.
••••••
"Kejadian begitu cepat hingga aku bahkan tidak mengira akan terjadi, padahal aku sudah berjalan di tempat yang tepat, tapi mobil itu saja yang bre****k melindasku tanpa aba-aba. Apalagi sekarang, bagaimana bisa aku masuk ke dalam game itu?"
"Tentu saja aku senang bisa hidup kembali, tapi kenapa harus di tubuh ini?"
"Seorang karakter antagonis terjahat dari awal sampai akhir. Bernama Cassiopeia Maximpratrix Charcraes, putri tunggal Marquess Charcraes yang menelantarkan putrinya hingga menjadi jahat.
Namanya saja susah mengingatnya. Benar-benar, kenapa aku tidak menjadi karakter utama saja atau pemeran figuran? Hiks... Lagi-lagi kehidupan malang yang harus aku jalani."
"Apa aku bunuh diri saja, ya?"
Bruk...
Sebuah tendangan yang sangat kencang dilontarkan seseorang mampu membuat tubuh ini terlempar cukup jauh.
Aku mendongak dan nampaklah seorang pria tampan berambut emas dengan mata sama seperti langit.
Dialah Achazia Rexsapiens Stannis Magna. Pangeran ke-empat dari Kekaisaran Stannis Magna, putra dari Permaisuri yang sekarang. Dan juga orang yang akan menjadi Kaisar Kekaisaran ini sekaligus tokoh utama pria yang lumayan aku suka. Padahal dulu aku menyukai sifatnya, tapi sepertinya image baiknya sudah menghilang sekarang.
"Jika sudah bangun, bangunlah! Jangan membuat susah orang lain!" bentaknya.
Aku yang tidak terima di bentak langsung bangun.
Dengan sempoyongan aku mencoba untuk berdiri, saat berhasil aku melihat kebawah. Gaun yang sangat lebar, berat dan mencekik ini membuatku kesulitan bernapas, ditambah sepatu hak tinggi dan segala macam aksesoris mewah menghiasi tubuh Cassiopeia sangat berat membuatku merasa bisa mati lagi karena ini.
Baiklah kita kesampingkan dulu hal itu. Pertama-tama ada hal yang harus aku lakukan.
Perlakuan semena-menanya tidak bisa diterima, sekalipun dia tokoh kedua yang cukup aku sukai tapi tetap saja. Menendang orang lain itu melanggar hukum.
"Siapa kau? Berani sekali kau menendangku, apa seperti ini perlakuan kepada tunanganmu? Dasar bi***p!" ujarku dengan nada tinggi yang berhasil membuat kedua orang itu tercengang mendengar perkataanku.
Tidak sopan berbicara seperti ini kepada Pangeran sekaligus calon Kaisar Kekaisaran ini, tapi... ini terlalu menyebalkan untuk dianggap angin lewat.
Lagipula aku memegang kartu As-nya, jika dia macam-macam maka seluruh dunia akan mengetahuinya. Hahaha!
Sepertinya aku terlalu sentimental karena kesal.
"Ehem... " Ia berdeham singkat.
"Hei kau!" panggilnya dengan tangan yang di todongkan kepada seorang Butler tua tidak jauh dari tempat kami sekarang.
"Urus majikanmu! Ia benar-benar sudah gila karena kecelakaan tadi." titahnya kepada seorang Butler tua berambut cokelat yang sedang melihat dari kejauhan.
Butler itu segera menuju kami.
Amarahku sudah memuncak mendengar ia mengatai ku gila, yha meskipun ada sedikit masalah pada kejiwaan ku jika menghadapi para sampah masyarakat.
"Kau bilang apa? Aku gila, heh ku rasa ada seseorang yang harus pergi ke psikolog." Mengingat sekarang aku sedang berada di dalam novel yang bilamana seorang bangsawan lebih tinggi, apalagi dia adalah keluarga kerajaan jadi sebisa mungkin aku menahan agar tidak meledak-ledak.
"Psikolog, makhluk apa itu?" tanya mereka bertiga serempak.
"Hah~ berurusan dengan orang kuno memang menyebalkan," batinku.
"Sudahlah, ayo kita pulang!"
Belum hilang rasa pusingku yang tadi kini malah bertambah, jika di dunia modern mungkin aku sudah mengidap banyak sekali jenis sakit kepala.
"Mau kemana kau?" tanya Pangeran Azhazia.
"Tentu saja pulang, bukankah kau menyuruhku untuk pulang? Karena itu aku pulang, ribet banget sih hidup you." gerutuku di kalimat terakhir.
Setelah itu tak ada lagi suara yang keluar dari Pangeran menyebalkan ini.
Aku bersama Bapak Butler tadi pergi meninggalkan kolam istana ini dengan tubuh yang basah kuyup.
•••
3 jam berlalu kami menempuh jarak dari Istana menuju ke sebuah rumah, lebih tepatnya adalah mansion Marquess Charcraes karena Cassiopeia yang asli maupun aku sendiri tidak memiliki rumah untuk pulang.
Akhirnya kereta kuda sampai di depan gerbang, Butler tadi segera membukakan pintu dan membantuku untuk turun.
Para pelayan sudah berjejer rapih untuk memberi salam, dari luar mereka terlihat sangat baik sopan dan santun. Namun dari belakang mereka adalah ular berbisa yang dipelihara Marquess untuk membunuh anak satu-satunya secara perlahan namun pasti.
Seorang anak laki-laki tampan dengan rambut berwarna hitam arang dan mata hijaunya sudah menunggu tepat di tengah-tengah barisan pelayan.
"Selamat datang Kakak," sapanya dengan sopan.
Anak berumur 15 tahun ini adalah adik angkat Cassiopeia yang diberikan sebagai hadiah dari Marquess, mungkin dari sudut pandang itu Marquess sangat baik bak malaikat. Tapi sebenarnya anak bernama Deo Amica Charcraes ini adalah seorang budak perang yang dibesarkan Marquess untuk memata-matai putrinya, karena Cassiopeia sudah tahu niat darinya ia tidak memperdulikan anak ini sedikitpun.
Meskipun Deo tetap tabah dan sabar menerima perlakuan kakak angkatnya, tetap saja ia menganggap Cassiopeia sama seperti yang lainnya. Karena itu aku tidak terlalu perduli, mungkin sekarang aku sudah tidak bisa kembali ke dunia tempatku dulu.
Hanya ada dua pilihan, berpura-pura menjadi Cassiopeia dan menjalankan perannya sebagai antagonis lalu mati di tangan para tokoh utama atau memulai hidup baru. Bukan sebagai diriku ataupun sebagai Cassiopeia Maximpratrix Charcraes, melainkan gabungan dari jiwaku dan tubuh Cassiopeia.
"Hah~" Helaan napas terdengar beberapa kali dariku yang sedang pokus memikirkan kedepannya, memang terlalu awal. Tapi untuk kedepannya harus aku pikirkan, bisa-bisa kepalaku berpisah dengan tubuh karena tuduhan mengambil tubuh seorang Putri Marquess dan tunangan pangeran yang akan menjadi Kaisar.
"Apa ada sesuatu yang membuat anda tidak nyaman, Kak?" tanya Deo.
"Tidak."
"Seandainya kau tahu, Deo. Aku sungguh tidak ingin masuk kedalam tubuh kakakmu, aku ingin mengejar karir yang sempat gagal. Padahal aku bisa mengulangnya lagi, tapi mustahil karena aku sudah berada disini. Yah kau tidak akan tahu dan tidak perlu tahu,"
Aku ingin berbicara seperti itu sambil mengamuk dan mengeluarkan segala unek-unek yang bertumpuk di kepala dan hatiku, akan tetapi aku sudah dicap gila di depan calon Putra Mahkota dan bawahannya.
Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam mansion luas megah dan mewah yang terbuat dari batu mulia berharga ini.
Meskipun Marquess adalah bangsawan terkaya di Kekaisaran tapi ini terlalu berlebihan. Padahal ia tidak pernah pulang ke sini dan hanya sibuk dengan urusannya sendiri saja.
Entah apa yang ia lakukan di luar sana. Sudahlah, lagi pula bukan urusanku.
"Apa kakak lapar? Saya akan menyuruh para pelayan untuk mengantarkannya." tawar Deo yang sedari tadi mengikuti.
Pilihanku sudah bulat, aku akan memilih...
"Pilihan kedua,"
"Boleh,"
"Kalau begitu saya akan meminta para pelayan yang menyiapkannya,"
"Maaf telah merepotkanmu, dan terima kasih. Deo." kataku dengan senyuman.
Anak itu nampak salah tingkah, bukan hanya dia. Bahkan para pelayan yang ada sekarang menatapku aneh, yah itu bukan hal aneh. Tiba-tiba seorang Cassiopeia, putri Marquess yang terkenal kejam dan sombong tiba-tiba berubah menjadi baik seperti dirasuki sesuatu. Memang benar, karena aku sudah merasukinya.
Hal pertama yang harus aku lakukan adalah mengubah image Cassiopeia di mata semuanya, lihatlah bagaimana aku beraksi. Hahaha!
"Saya akan memanggil kakak jika makanannya sudah selesai, silahkan kakak istirahat dulu ke kamar." ujarnya.
"Iya, kau juga." Setelah mengatakan itu aku segera bergegas pergi menyusuri lorong ini mencari kamar Cassiopeia dalam ingatan.
•••
Sesampainya di sebuah ruangan, aku membuka pintu besar dengan gagang emas ini.
Ketika pintu terbuka penampakan yang mencengangkan tersaji di depan mata.
Seluruh sudut ruangan ini terbuat dari emas dan permata-permata berharga yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Bahkan luasnya sebesar satu desa terbesar di negara tempatku tinggal dulu.
Aku memijat pelipisku, meskipun kehidupan sebelumnya aku tidak pernah melihat barang-barang semewah ini tapi bukankah ini terlalu berlebihan?
"Sepertinya mulai saat ini aku harus merubah sifat borosku," gumamku.
"Iya Nona,"
Suara seseorang yang entah datang dari mana membuatku terjengkang.
"Huaaa~"
"Aduh... "
"Saya akan membantu Nona," ujarnya dengan dingin.
Ia membantuku berdiri.
"Siapa dia?...Oh aku ingat sekarang."
"Dia adalah Ava Clovis, dayang satu-satunya Cassiopeia. Ia memiliki marga karena identitas nya, Ava berasal dari keluarga Clovis yang sudah bangkrut 10 tahun yang lalu. Hanya Ava satu-satunya anggota keluarga yang masih bertahan hidup hingga sekarang. Meskipun sifatnya aneh tapi ia orang terloyal di novel ini. Tentu saja cuma ke Cassiopeia."
"Dia satu lagi orang yang harus lebih aku perhatikan,"
"Kau membuatku jantungan Ava,"
"Jantungan? Makhluk apa itu?" Wajahnya yang kaku berubah kebingungan tak seperti biasanya.
"Kau benar-benar ingin tahu?"
"Jika Nona tidak ingin memberitahu saya akan mencarinya sendiri,"
"Kau yakin?"
"Tentu saja Nona," jawabnya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Sebenarnya siapa Nona nya disini?"
"Ehem... penyakit jantung belum di temukan, jadi aku akan menjelaskan secara singkat."
"Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Beberapa jenis penyakit jantung, antara lain: Penyakit jantung koroner, merupakan suatu penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah di jantung." jelasku secara singkat.
"Baiklah, saya paham. Dengan ini saya bisa menghemat pengeluaran dan juga menjual informasi yang langka ini jika diperlukan," katanya dengan senyuman simpul.
"Bagian berbicara tentang uang saja langsung kembali semangat hidupnya, yah jika bukan seperti itu bukan Ava Clovis namanya."
"Kalau sudah tahu pergilah!" usirku.
"Saya tidak akan pergi, sebelum memandikan Nona." ujarnya.
"Ba, apa? Tunggu! Memandikan, apa maksudnya?"
Wajahku merona ketika mendengar Ava bilang kata 'memandikan'.
"Tentu saja membuat Nona agar siap, lihatlah tubuh Nona yang basah kuyup itu."
"Tidak, aku menolak."
"Kenapa?"
"Aku bisa melakukannya sendiri,"
"Tidak ada penolakan, jika Nona menolak saya akan bilang kepada Tuan Muda kalau Nona tidak ingin makan. Lalu setelah itu, sampai besok pagi Nona akan kelaparan." ancamnya.
"Kau curang,.."
"Kewajiban saya mengurus Nona,"
"Argh... frustasi aku!" batinku berteriak.
"Baiklah, tapi hanya denganmu. Pelayan yang lainnya tidak usah,"
"Saya akan melakukannya dengan satu syarat,"
"Apa itu?"
"Bayar saya dua kali lipat dari gaji saya biasanya,"
"Baiklah, aku setuju."
Rencana untuk aku berhemat harus hancur sebelum memulai.
Tapi setidaknya itu lebih baik.
•••
2 jam telah berlalu, akhirnya penyiksaan yang diberikan Ava selesai.
Pantulan diriku di cermin yang menggunakan gaun berwarna hijau dengan desain yang disederhanakan. Meskipun karena itu ada bayarannya, aku harus memberikan sebuah bros kepada pegawainya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ava.
Selain itu, aku memaksa untuk tidak menggunakan make-up lagi. Padahal wajah asli Cassiopeia sudah sangat cantik, jadi ia tidak perlu lagi menggunakan make-up.
Tok... tok... tok...
"Saya akan membukakan pintunya," Baru saja Ava hendak pergi aku segera menahannya.
"Tunggu, biar aku yang membukanya."
Iya mengangguk dan membantuku berdiri.
Benar-benar merepotkan menggunakan pakaian di sini, tapi mau bagaimana lagi.
Aku pergi membuka pintu diikuti Ava.
Sesuai dugaan, yang datang Bapak Butler tadi.
Jika tidak salah namanya adalah Ciko Aidon. Seorang Baron yang sudah berkerja hampir 30 tahun di keluarga ini.
"Tuan Muda sudah menunggu Nona di ruang makan,"
"Iya, ayo!"
Kami bertiga pun pergi menuju ruang makan melewati lorong-lorong panjang ini.
•••
Tak berbeda jauh dengan area lainnya, ruang makan juga di desain dengan mewahnya.
Tap... tap... tap...
Langkah kaki memenuhi ruangan.
Deo berdiri untuk menyambut kedatangan kakaknya.
"Selamat datang Kak, silahkan kakak duduk."
Ia menarik kursi tepat berlawanan dengan arah duduknya.
"Terima kasih,"
Aku tersenyum dan duduk dengan anggun.
Setidaknya untuk hal sepele ini bisa aku lakukan.
Semoga saja aku masih mengingat cara makan yang pernah aku pelajari ketika ada perjamuan penting itu.
Makan malam berlangsung dengan sunyi, padahal bukan hanya 2 orang saja yang ada disini.
Yah karena ini dalam dunia novel yang pasti berbeda.
Jujur sekarang aku sedang gugup, ini kedua kalinya aku memegang sendok dan garpu mencoba makan ala kalangan atas.
Jelas sekali karena perbedaan status antara Aku dan Cassiopeia.
Mungkin Aku bisa karena tubuh Cassiopeia yang sudah terbiasa, tapi ini semua tidak akan bertahan lama.
Aku yang tidak memiliki orang tua ataupun keluarga harus tinggal di panti asuhan sejak dilahirkan, orang tua kandungku menelantarkan aku di jalanan.
Beruntung pemilik panti asuhan itu mau menampung ku,meskipun bukan kebahagiaan keluarga kandung yang aku dapatkan tetap saja mampu membuatku merasakan kehangatan keluarga bersama yang lainnya. Terlebih sang pemilik panti, beliau sudah sangat baik hingga aku berharap dia adalah orang tua kandungku.
Namun semuanya tidak berjalan lancar dan bahagia seterusnya, saat umurku menginjak remaja seseorang datang dan menghancurkan hidup beserta kebahagiaan yang susah payah didapatkan. Anak perempuan lain datang dan berhasil merebut semua yang aku miliki. Keluarga yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri dirampas olehnya, tidak tanggung-tanggung. Aku bahkan difitnah melakukan hal yang tidak pernah aku lakukan, tentu saja hal itu berhasil membuatku di usir di tengah badai kencang hari itu.
Sejak saat itu aku kembali sendirian, tanpa keluarga, tanpa rumah. Yang aku punya hanya diriku sendiri untuk bertahan hidup, itu juga yang menjadi alasan aku tidak terlalu tertarik untuk kembali dan tidak pernah bergantung kepada siapapun.
"Apa kakak sakit?"
Aku mendongak dan tersenyum cerah.
"Ada apa? Aku tidak merasakan apapun,"
"Tapi tangan Kakak sampai bergetar seperti itu," Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiriku.
"Apakah aku ketahuan?" Aku menutup mata ketika jarak kami semakin dekat, hal terakhir yang aku lihat dari Deo adalah tangannya yang sudah mengangkat keatas.
Detik demi detik berlalu namun tidak terasa apapun, yang ada hanyalah kehangatan dari tangan seseorang ketika menyentuh kulit.
Saat aku membuka mata ternyata ada sebuah patung hidup tepat di depan mataku.
Tidak, dia bukan patung melainkan Deo. Sadarlah! Sejak kapan aku menyukai karakter dua dimensi seperti ini?
"Ah... maaf Kak, saya, saya hanya mengecek kondisi Kakak."
"Iya tak apa, sudah Aku bilang Aku baik-baik saja."
Tatapannya terlihat sendu.
"Ayo! Lanjutkan makannya, sudah malam."
Aku mencoba mengalihkan situasi canggung ini dengan kembali memulai dinner yang terhenti.
•••
Berkat usaha yang tepat waktu, alhasil dinner ini selesai dengan sempurna tanpa komunikasi apapun setelah itu.
Aku juga memilih untuk kembali ke kamar duluan.
•••
Angin dingin yang biasa aku rasakan di malam hari kini terganti dengan sangkar emas yang hangat dan mewah, sama sekali tidak ada rasa kedinginan. Penyebabnya karena mansion ini terpasang sihir penghangat.
Aku mendudukkan tubuh di kasur yang sangat empuk ini.
Pertama kalinya di hidupku merasakan kasur yang begitu empuk dan lembut ini, biasanya aku hanya tidur di emperan jika tidak memiliki uang untuk membayar kosan.
Terlalu lembut hingga mampu membuatku terbuai dan pergi sampai ke alam mimpi.
•••
Malam berganti pagi, sinar matahari cerah menyusup masuk ke dalam mampu membuatku terbangun.
"Hoam~"
Aku meregangkan otot.
"Wah! Pertama kalinya ototku tidak sakit saat bangun tidur, rasanya aku ingin terus bermalas-malasan di sini."
Baru saja aku ingin kembali tidur, tapi sayangnya hal itu harus gagal ketika pintu terbuka dengan paksa seakan sengaja di dobrak.
Tap... tap... tap...
Langkah kaki yang semakin mendekat membuatku bertanya-tanya siapa orang yang berani mengganggu.
Tak lama setelah itu sesosok wanita yang sangat aku kenal.
Rambut berwarna ungu muda dan matanya yang juga berwarna ungu tua dengan wajah datarnya.
Padahal umurnya hanya berbeda 4 tahun dengan Cassiopeia.
Siapa lagi jika bukan Ava.
"Nona, sudah waktunya bangun!"
Ting... ting... ting....
Suara berisik membuat gendang telingaku terasa sakit.
"Aku bangun, berhenti Ava!"
Perkataan ku tidak diubris sedikitpun oleh Ava, ia masih terus berteriak dan memukul kedua alat makan itu yang menghasilkan suara nyaring.
"Kau berhenti maka akan aku berikan 5 Polo SM,"
Polo SM adalah mata uang Kekaisaran Stannis Magna bagi para bangsawan,untuk kalangan rakyat mata uangnya adalah Polo saja, satu Polo SM seharga dengan 10 koin perak. Sedangkan 1 Polo seharga 1 koin perak.
Perbedaan yang terlalu tidak adil. Tapi mau bagaimana lagi, seperti itulah aturan yang dituliskan penulis aslinya.
Akhirnya Ava berhenti dengan mata yang berbinar.
"Ehem... sekarang mana uangnya Nona?"
"Akan aku berikan nanti,"
"Sekarang berikan alasan yang jelas kenapa kamu membangunkanku sepagi ini?"
"Nona-ku yang cantik dan manis tiada tara, sekarang bukan 'sepagi ini' melainkan sudah jam 6 pagi. Masa putri seorang Marquess Charcraers masih berbaring di tempat tidur, meskipun saat ini Nona sedang berputus-asa karena Pangeran keempat kembali menolak Nona. Tetap saja,"
"Baik baik, aku paham." Segera aku memotong celotehan Ava.
"Jadi intinya aku harus mandi dan bersiap-siap menjalani hidup sebagai Putri Marquess yang terhormat, begitu?"
"Yap, tepat sekali."
"Karena suasana hati Nona sudah kembali sesuatu yang Nona janjikan juga harus dibayar," katanya dengan senyuman cerah yang terlukis di wajah Ava.
"Sabar Cassiopeia, dapatkan hati manusia matre satu ini."
"Bukan masalah besar," Aku turun dari tempat tidur dan pergi menuju ke dress room.
Jika tidak salah dalam ingatan Cassiopeia, ia menyimpan beberapa ratus uang Polo SM di dalam kantung di sini.
Setelah pencarian yang cukup lama akhirnya aku menemukannya.
6 koin uang Poli SM aku ambil dan berikan ke Ava.
"Ini,"
"Terima kasih Nona," Ava menerima uang ini dengan senang hati.
"Sekarang mari saya persiapkan Nona,"
Tiba-tiba atmosfer berubah ketika Ava menerbitkan senyum simpul yang mengerikan.
•••
3 jam penyiksaan kembali berlalu, bukan karena mandinya melainkan saat pemakaian gaun.
Rasanya aku lebih baik mati saja daripada memakai gaun ini. Tidak, sudah susah payah aku hidup lagi dan ingin bertahan hidup. Masa harus mati lagi sih hanya karena gaun gaun yang dipakai.
"Ava,"
"Hmm... "
"Kau tahu dimana perpustakaan berada?"
Ava menghentikan kegiatan menghitung uangnya.
"Nona sebegitu patah hatinya sampai-sampai menanyakan tempat yang paling di benci?" ujar Ava yang menatapku kasihan.
"Nggak sadar diri, sendirinya aja jomblo." cibirku dengan suara kecil.
"Tunggu! Ini saatnya jika ingin mengembalikan image Cassiopeia,"
"Hiks... "
Suara isak tangis terdengar yang membuat Ava celingak celinguk mencari sang pemilik suara.
"Anda menangis Nona?" tanya Ava yang melihatku menutupi wajah dengan kedua tangan.
"Padahal aku sangat mencintai tunangan ku, tapi kenapa? Kenapa dia begitu kejam kepadaku? Apakah salah mencintai orang lain?" tanyaku, sedih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!