NovelToon NovelToon

Mengejar Duda Teman Papa

Perjalanan Cinta Zia

Zia Nafiza Faraz Shaikh Puteri bungsu dari tiga bersaudara pasangan Faraz Shehzad Shaikh dan Alia Zaferi tengah mengadakan pesta ulang tahun ke 17th bersama kedua kakak kembarnya yang juga merayakan ulang tahun ke 18th.

Faraz memilih Bali sebagai tempat untuk merayakan ulang tahun ke-tiga Anaknya sekaligus untuk liburan keluarga.

Setelah pesta berakhir Mereka kembali ke kamar masing-masing.

Zayn satu kamar dengan Zayd, Faraz dengan Alia dan Zia sendiri di kamar yang terhubung dengan Kamar Papa dan Mamanya.

Zayn dan Zayd setelah membersihkan diri langsung tidur dengan setelah seharian merasa lelah dengan pesta yang Mereka adakan.

Sementara di kamar lain, Zia yang tidak bisa tidur kembali keluar dan berniat ke kamar Kakak nya untuk menganggu Mereka. Namun baru saja Zia keluar kamar, Zia menabrak salah seorang Pria hingga membuat berkas-berkas yang Pria itu bawa jatuh berantakan.

"M-m-maaf maafkan Aku, Aku benar-benar tidak sengaja." ucap Zia ikut membantu membereskan berkas-berkas itu.

"Relax, Tidak masalah," ucap Pria itu dengan senyum ramahnya.

Mendengar suara lembutnya membuat Zia ingin menatap wajahnya. Zia memperhatikan Pria itu yang tertunduk merapikan berkas-berkasnya. Sampai Pria itu mengangkat kepalanya Zia masih terpana menatapnya.

"Kenapa malam-malam masih di luar?" pertanyaan Pria itu mengagetkan Zia.

"E-e Aku tidak bisa tidur, Aku ingin ke kamar Kakak ku,"

"Baiklah, Hati-hati."

Zia menganggukkan kepalanya dan terus memperhatikan Pria itu yang masuk ke kamar sebelahnya.

"Hmmm... Ganteng banget." ucap Zia dengan ekspresi wajah meringis hingga semua indera nya berkerut.

Setelah tidak lagi melihat Pria itu, Zia mengetuk kamar Kakaknya yang sebelahan sama kamar Mama Papanya.

Tok... Tok... Tok...

Zayn yang mendengar ketukan hanya membangunkan Zayd untuk membukakan pintu, Sementara Zayd yang memang sangat penurut langsung beranjak untuk membuka pintu.

"Zia, Ngapain malam-malam?"

"Aku gak bisa tidur," ucap Zia yang langsung menerobos masuk.

"Lalu mau ngapain kemari, Aku sudah ngantuk, Kak Zayn juga sudah tidur."

"Tidurlah Aku tidak akan mengganggu Kakak."

Zayd menghelai nafas dan duduk di depan Zia.

Zayd yang memiliki sikap dingin bak kulkas berjalan pada dasarnya memiliki hati yang lebih peka daripada Zayn.

"Kakak temenin Kamu sampai Kamu tidur."

Mendengar ucapan sang Kakak membuat Zia terseyum lebar dan membaringkan tubuhnya dengan kepala di pangkuan sang Kakak.

Zayd terus menjadi pendengar yang baik untuk Adik perempuannya yang terus bercerita hingga Zia lelah dan tertidur di pangkuannya.

•••

Keesokan harinya Zia duduk di bibir pantai dan menunggu matahari terbenam.

Zia memejamkan mata sejenak menikmati semilirnya angin pantai yang sangat menenangkan hati dan pikirannya.

"Sendirian aja?" tanya seorang Pria mengagetkan Zia.

Zia menoleh ke sisi kanan atas melihat Pria tinggi sekitar 170cm sedang tersenyum menatapnya.

Kemudian Pria itu ikut duduk di sebelah Zia.

"Hey! Kamu disini juga? tanya Zia.

"Iya, Baru hari kemarin."

"Sama siapa?"

"Sama Mama Papa, Kak Devita juga."

Ya Pria itu adalah David, Putra dari Kavita dan Dev.

David dan Zia hanya sebatas tau satu sama lain karena Nenek Mereka yang bertetangga, Jadi ketika hari libur dan perayaan Mereka akan pulang ke rumah Nenek. Dan di situlah Mereka saling mengenal sebatas tetangga depan rumah dan hanya tau Kavita mantan istri Papanya tanpa tau cerita sebenarnya.

Setelah berbincang-bincang dan membuat Zia tertawa, Zia menggelengkan kepala sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tanpa sengaja, Zia kembali melihat Pria yang menginap di sebelah kamarnya. Zia semakin terpesona melihat Pria itu yang hanya mengenakan celana pantai dan membiarkan dada atletisnya terekspos sempurna. Pria itu terlihat begitu karismatik dan begitu menarik hatinya sehingga Zia tidak pernah mau melepaskan pandangannya.

"Zia."

"Hah!" Zia kembali menoleh ke arah David.

"Apa yang kamu lihat?"

"E-e..." Zia kembali menoleh ke arah Pria itu. Namun Zia tidak lagi menemukannya.

"Siapa yang Kamu cari?" David ikut melihat-lihat apa yang Zia lihat namun hanya wisatawan yang berlalu lalang tanpa tau yang mana yang membuat Zia terus menatapnya.

"Bukan siapa-siapa, E-e kalau begitu Aku pulang dulu ya, Takut kemaleman."

"Kamu nginep di hotel mana?"

"Deket sini saja kok, Udah dulu ya, Bye.." Zia langsung berlari meninggalkan David dan berharap bisa kembali melihat Pria itu lagi.

•••

Zia sampai di depan kamarnya, Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke pintu kamar sebelahnya, Hatinya yang begitu tertarik dengan Pria itu menuntun dirinya melangkah ke kamar tersebut.

Ia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Namun belum sempat pintu itu di ketuk, Pintu itu terbuka.

"Cari siapa Nona, Penghuni kamar ini baru saja meninggalkan hotel." ucap petugas kebersihan yang baru selesai merapikan kamar.

"Baru saja?"

"Betul Nona."

Zia langsung berlari berharap masih bisa melihatnya di lantai bawah.

"Siapa yang berlari begitu cepat." gumam Faraz yang mendengar langkah kakinya dan melihat ke luar. Namun Ia sudah tidak lagi melihat siapapun.

Zia keluar dari Lift dan berlari ke lobby, Ia melihat kesana-kemari berharap masih bisa melihatnya dan menanyakan nomer ponsel atau setidaknya namanya. Namun harapannya tidak terpenuhi karena Ia tidak lagi melihat Pria yang begitu menarik hatinya.

"Zia..."

Zia menoleh ke arah suara dan melihat Zayn baru turun dari mobilnya.

"Kak Zayn."

"Sedang apa di sini?"

"Tidak, Aku baru kembali dari pantai."

"Ya udah masuk Yuk."

"Kak Zayd mana?"

"Lagi menjalankan tugas negara, ha-ha-ha," Zayn merangkul sang adik dan mengajaknya masuk ke hotel.

Bersambung...

BAB AWAL KITA AKAN MENGULANG PERJALANAN CINTA OM BRYAN DAN ZIA, BIAR YANG GAK BACA "PERJALANAN CINTA SANG DUDA GAK BINGUNG" KEDEPANNYA AUTHOR AKAN BEDAIN SEPERTI PERJALANAN CINTA ZAYN DI "BERSAING CINTA DENGAN USTADZ"

BUAT YANG SUKA SILAHKAN DI BACA, JIKA TIDAK, DI MOHON JANGAN JULID, AUTHOR HANYA INGIN MENGOLEKSI KARYA PRIBADI ☺️

Ternyata Teman Papa

Keesokan harinya Zia dan Keluarga kembali ke Jakarta.

Mereka pun kembali ke aktivitasnya masing-masing.

Zia yang baru menyelesaikan pelajarannya keluar dari kelas dan melihat David yang sudah menunggunya di depan kelas. David yang memang beda sekolah dari Zia sengaja datang hanya untuk menemui Zia, Seperti Kakaknya yang mengejar Zayn, David juga terus berusaha mendekati Zia meskipun David belum berani mengungkapkannya.

"Zia."

"David, Kamu di sini?"

"Ya, Tadi Aku pulang cepet, Jadi mampir deh."

"Oh."

"Zia, Bisa Kita jalan sebentar?"

"Kemana?"

"Nonton, Kebetulan Aku ada dua tiket film nih, Sayang gak di pake."

Zia yang sedang merasa bosan dan terus teringat dengan Pria yang memikat hatinya, Menyetujui ajakan David dan menelfon Mamamya untuk memberitahu jika Ia akan pulang terlambat.

Begitu telfon dari Zia di tutup, Ponsel Alia kembali berdering,

Kali ini suami tercinta yang menelfonnya.

Faraz menghubungi Alia untuk memberitahu jika nanti malam Ia akan mengundang tiga rekan kerjanya untuk makan malam bersama di rumah.

Setelah menyampaikan niatnya menelfon, Kemudian Faraz kembali menggoda sang Istri.

"Tadi pagi keenakan ya langsung tidur nyenyak banget."

"Iih apaan sih nanya begitu, Dasar mesum."

"Emang, Hahaha."

"Iih dasar, Anak sudah remaja juga masih aja begitu."

"Tapi Kamu suka kan? Ntar malam lagi ya."

"Massss..." Alia langsung menutup ponselnya.

Faraz terseyum menggelengkan kepalanya.

🍃 Malam Hari 🌻

Faraz dan Alia tengah menjamu rekan kerjanya yang sengaja Faraz undang untuk merayakan sepuluh tahun kerjasama Mereka. Dari ketiga rekan kerja Faraz dua diantaranya membawa istri masing-masing sementara yang satunya hanya seorang diri tanpa pendamping. Waktu yang cukup lama bagi Mereka untuk saling mengenal karakter satu sama lain sehingga suasana terasa seperti keluarga. Setelah selesai makan malam, Mereka pindah ke ruang tengah dan berbincang-bincang santai sambil menonton Tv.

Di luar rumah, Zia baru sampai di antar oleh David.

Dengan penuh perhatian David membukakan pintu untuk Zia dan mempersilahkannya turun seperti Tuan Putri.

Zia terseyum melihat perlakuan David yang begitu lembut padanya,

"Terimakasih ya," ucap Zia.

"Aku yang harusnya berterimakasih, Setelah usahaku berkali-kali mengajakmu nonton, Akhirnya kamu mau juga."

"Hehe, Maaf ya," ucap Zia singkat.

"Iya gak papa."

"Ya udah kalau begitu Aku masuk dulu, Bye..."

Zia langsung masuk tanpa menoleh lagi kebelakang, Sementara David terus menatap punggung Zia hingga Zia menghilang di balik pintu.

"Aku pulang, Eh ada tamu ya." Zia menutup mulutnya saat melihat banyak orang di rumahnya.

"Kamu sudah pulang Sayang." tanya Alia.

"Kemarilah Sayang, Kasih salam sama temen-temen Papa."

Dengan berjalan setengah membungkuk Zia menyalami Mereka.

"Ini Tuan Anton dan istrinya, Itu Tuan Andi dan istrinya dan Ini yang paling tampan Tuan Bryan Dzaky Isaac," ucap Faraz terseyum meledek Sahabatnya.

Setelah menyalami tangannya yang di tempelkan di keningnya Zia mengangkat kepalanya dan alangkah terkejutnya Zia menatap Pria yang ada di hadapannya.

Seketika Zia mematung, Jantungnya langsung berdebar kencang, Ia seakan tak percaya dengan apa yang Ia lihat, Pria yang telah mencuri hatinya sejak pertama kali Ia melihatnya, Kini tepat di depan matanya, Di dalam rumahnya.

"Zia..." ucap Faraz.

Seakan ingin mengucapkan sesuatu, Namun tidak dapat keluar dari bibirnya, Zia hanya menoleh ke Papanya sebentar dan kembali menatap Pria yang telah mencuri ketenangan hatinya sejak di Bali.

Bryan mengernyitkan kening dengan senyum tipisnya menatap aneh Zia yang mematung di depannya.

"Sepertinya Aku pernah melihat putrimu," ucap Bryan kepada Faraz.

"Oh ya, Dimana?"

"Di Bali, Iya kan.. E-e siapa tadi Namanya?"

"Zia, E-e ya." lirih Zia kemudian melangkah mundur dan duduk di sebelah Mamanya dan terus menatap Pria pujaannya tersebut.

"Oh jadi liburan kemarin Kamu ke Bali juga, Kok gak bilang-bilang?"

"Aku juga gak tau Kamu ke Bali, Kalau tau pasti mampir, Kamar Ku sebelahan loh sama Zia," Bryan terseyum manis sambil menunjuk Zia.

Zia terus memperhatikan wajahnya, Gerak bibirnya saat Ia bicara dan senyum manisnya yang telah mencuri hatinya di hari pertama Mereka bertemu di Bali.

Bersambung...

Terpesona

Zia masih duduk menatap Bryan yang terus berbincang dengan Papanya dan rekan lainnya, Setiap gerakan tubuhnya membuat Zia begitu tertarik hingga membuat tatapan matanya tak berkedip.

Bibir yang terbilang mungil. Namun cukup tebal dan marah natural menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk Zia, Apa lagi saat Ia mengukir senyum, Membuat dirinya ikut tersenyum dengan sendirinya. Ditambah dengan hidung mancungnya alis tebal dan mata indahnya, Itu benar-benar membuat Zia tidak bisa melepaskan pandangannya meski hanya sedetik saja.

"Toilet nya di mana?" pertanyaan Bryan mengagetkan Zia, Apa lagi saat Bryan berdiri di depannya. Zia sampai mendongak ke atas melihat tubuhnya yang terlihat lebih tinggi dari Papanya.

"Ada di belakang, Samping dapur." saut Faraz.

"Atau sekalian saja Ke kamar tamu, E-e Zia, Panggil Bi Asih agar mengantar Tuan Bryan ke kamarnya, Malam ini Tuan Bryan akan menginap di sini."

"B-b... Biar Zia aja Pa." jawab Zia cepat.

"Tumben, Biasanya di suruh gak pernah mau?"

"E-em lagi pengin jadi Anak nurut saja, Hehehe."

"Ya udah sana, Habis itu langsung tidur."

Zia mengangguk dan berjalan di depa Bryan.

Rumah yang besar dan luas membuat keduanya membutuhkan waktu beberapa menit sebelum sampai ke kamar tamu, Kesempatan ini di ambil oleh Zia dengan menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Bryan yang jarak tingginya cukup jauh darinya.

"Ada apa?" tanya Bryan dengan menaikan alisnya.

"Om, Tingginya berapa sih tinggi banget?"

"Kamu berhenti hanya untuk menanyakan ini?"

"Iya, Pengin tau aja, Abis Zia liat Om, Harus dongak gini." Zia lebih menengadahkan kepalanya atas sampa lehernya terlihat semakin jenjang.

Bryan tertawa menggelengkan kepalanya.

"183cm," ucap Bryan yang kembali melangkah mendahului Zia.

"Wow pantas saja. Dia lebih tinggi 3cm dari Papa," batin Zia yang bergegas menyusul langkahnya.

Zia yang memang gadis ceria yang tidak segan mengekspresikan perasaannya terus mencari cara agar Ia bisa berbicara dengan Bryan.

Zia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini seperti sebelumnya hingga membuat dirinya tidak bisa tidur nyenyak.

"Om kalau ada apa-apa panggil Zia ya," ucap Zia sambil melangkah keluar.

Bryan hanya tertawa menggelengkan kepalanya. Melihat tingkah Zia membuat Bryan teringat pada putrinya yang tenngah menempuh pendidikannya di salah satu universitas di Jawa tengah.

"Baiklah, Terimakasih ya, Sekarang Kamu istirahat."

Suara lembutnya melelehkan hati Zia yang memang sejak kecil di perlakukan begitu istimewa oleh sang Papa, Mungkin karena itu juga Zia begitu tertarik dengan Pria yang jauh lebih dewasa darinya, Menginginkan sosok seperti Papanya yang selalu romantis pada sang Mama meskipun usianya tidak lagi muda.

🍃 Pagi Hari 🌻

Seluruh keluarga sudah berada di meja makan.

Alia sibuk menyajikan hidangan untuk suami dan Anak-anaknya.

Sementara Zia gelisah menantikan si pencuri hatinya.

"Semalem kok pada gak keluar kamar, Gak nemuin tamu Papa?" pertanyaan Faraz pada Zayn dan Zayd mengagetkan Zia.

"Tidur cepat Pa," saut Zayn.

"Tumben," ucap Alia.

"Dan Zayd?"

"Ada pekerjaan yang harus di selesaikan." saut Zayd.

"Oh, Ya sudah, E-e... Zia panggil Bi Asih suruh antar sarapan ke kamar Tuan Bryan, Takut Dia merasa gak enak makan bersama Kita."

"Biar Zia aja Pa,"

Faraz mengernyitkan keningnya menatap sang Putri yang begitu bersemangat, Padahal sebelumnya paling males kalau di suruh-suruh.

"Kenapa Papa melihatku seperti itu?"

"Cuma heran saja, Sejak semalam Kamu jadi rajin banget,"

"Zia kan sudah cukup dewasa Pa, Bentar lagi kelas 3, Masa mau manja terus." tanpa menunggu perintah lagi dari Papanya, Zia mengambil dua lembar roti selai dan segelas susu.

Faraz menatap punggung Zia dengan heran.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk."

"Om."

"Zia."

Zia meletakkan nampan di meja dan melihat Bryan yang tengah mengemasi pakaian ke koper tanpa melihat sarapan yang Ia bawakan untuknya.

"Om kok udah beres-beres aja, Emang Om mau pulang sekarang?"

"Iya, Kan harus kerja."

"Dan setelah kerja?"

Bryan terseyum menatap Zia

"Setelah kerja ya pulang, Kemana lagi."

"E-e maksudnya Om gak pulang kesini lagi?"

"Ya nggak lah, Om nginep di sini itu karena dari Semarang langsung ke kantor, Setelah itu kemari, Jadi Om minta izin menginap satu malam di sini."

Zia yang mendengarnya merasa sedih, Padahal Zia berharap Bryan menginap lebih lama lagi di rumahnya.

"Eh Kamu bawa sarapan untuk Om?"

Zia menoleh ke nampan yang Ia bawa dang menganggukkan kepalanya.

Bryan langsung duduk dan meminum susu sebelum melanjutkan menyantap roti tawar yang belum di olesi selai itu.

"E-e biar Zia yang olesin." Zia bergegas duduk di depannya dan mengolesi roti tersebut.

"Makasih loh Zia, Mau repot-repot bawain Om sarapan, Anak Om aja tidak pernah melakukan ini pada Om."

Zia langsung menjatuhkan pisau selai di tangannya. Ia benar-benar terkejut mendengar apa yang Bryan katan, Zia yang begitu terpikat dengan Bryan tidak pernah terpikir jika Bryan telah menikah apa lagi memiliki Anak, Fokusnya hanyalah bagaimana bisa mendekati Om Bryan yang telah mencuri hatinya.

"Zia,"

"Hagh!

"Boleh Rotinya Om makan?"

"E-e ya, Om." Zia memberikan roti yang masih di tangannya dengan gugup karena masih tidak percaya dengan apa yang Ia dengar.

"Tadi Om bilang Anak Om, Jadi Om sudah menikah dan memiliki Anak?"

"Memangnya tampang Om terlihat belum menikah?" ucap Bryan terseyum dan sambil terus menikmati sarapannya.

Zia terdiam, Ia benar-benar merasa patah hati dengan apa yang baru saja Ia dengar.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!