Dalam sebuah kamar hotel , sepasang pria dan wanita berbaring dan saling mendekap setelah usai permainan panas mereka.
"Mas,kapan kamu mau menceraikan istri kamu yang dekil itu?" tanya si wanita sambil melingkarkan tangan nya di perut si pria.
"Sabarlah Yura sayang, beri mas waktu. Mas nggak mungkin tiba-tiba menceraikan dia tanpa alasan." jawab si pria pada wanita bernama Yura yang didekapnya.
"Tapi sampai kapan Mas Danu? Aku sudah lelah main sembunyi-sembunyi kek gini." keluh Yura sedikit merajuk.
"Sabar Yura sayang. Secepatnya aku akan menceraikan dia,Kita harus sabar dan menunggu waktu yang tepat."Ucap Danu mengecup punca kepala Yura.
"Terserah mas lah. Tapi Mas Danu, ingat ya ,aku tak mau kalau harus mengasuh anak si dekil itu."
"Dia juga anak ku Yura. Tak mungkin juga aku menelantarkannya."
"Tapi aku tak mau dia tinggal dengan kita Mas."
Danu menghela nafasnya.
"Ya sudah. Besok saja kita bicarakan lagi." Danu mendekap erat Yura meraih wajahnya dan memangutnya. Sekali lagi mereka meneruskan aksi panas mereka.
_____
Sebening Embun 25 tahun. Wanita cantik yang tersembunyi dibalik kulit dekil dan berjerawatnya. Bukan karena dia tak mampu merawat diri. Embun memang sudah mencoba beberapa skincare murah yang bisa dibelinya. Maklum, Danu suaminya tak mampu membelikannya skincare atau sekedar kosmetik pun tidak.
Danu yang seorang mandor pabrik itu, gaji bulanannya hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Dan untuk biaya sekolah Kayla anak semata wayang mereka yang kini duduk di bangku kelas 2 SD.
Kehidupan keluarga mereka cukup harmonis. Namun semenjak Danu mengenal Yura, dia tidak lagi memiliki hasrat pada istrinya Embun. Hingga beberapa bulan belakangan ini Embun tidak pernah lagi melayaninya di kamar tidur.
Embuh sudah beberapa kali mencoba merayu, menggoda suaminya. Namun, Semua itu tidak membuahkan hasil. Danu selalu berkilah capek. Capek. Dan Capek. Embun pun memaklumi, tanpa curiga sedikitpun.
Siang ini Embun bermaksud untuk menjemput Kayla disekolah. Skalian Embun mau mampir ke Panti tempat dia dibesarkan dulu. Embun memang tumbuh dan besar dipanti. Dia yang ditinggalkan begitu saja dihalte di pungut oleh Bu Retno. Pemilik panti. Hingga Embun lulus sekolah dan menikah dengan Danu.
Hingga kinipun Embun masih sering berkunjung kepanti. Sering membantu Bu Retno mengurus panti. Embun Mengendarai sepeda motornya, menuju sekolah Kay. Begitu sampai di depan gerbang sekolah, Kay sudah menunggu.
"Ibu!"panggil Kayla mendekati Embun yang baru saja menyetandarkan motornya.
"Ibu lama ya sayang?"
"Enggak kok Bu, ini baru saja keluar. terus ngobrol bentar sama teman. Eh, ibuk dah datang. hehe." Kay nyengir.
"Ikut ibuk kepanti ya Kay."
"Iya ibuk. Kemarin Kayla juga udah janjian sama Catty di panti." Kay duduk membonceng ibunya.
Embun langsung menggas motornya menuju panti. Sesampainya dipanti dan Kayla turun dari motor, disambut oleh Catty yang berlari dari dalam bangunan bernuansa joglo jawa itu.
"Kayla, Aku sudah menunggumu lama sekali." rengek Catty manja merangkul lengan Kay.
"Aku baru pulang sekolah Catty."ucap Kay lembut. "Kenapa kamu tidak sekolah saja di sekolahanku?"
"Daddy tidak mengijinkan."Catty cemberut.
Kedua bocah itu sudah bicara dengan asyik yang entah apa. Embun hanya memandang keduanya dengan senyum lucu. Mereka sudah seperti saudara saja.
Catty adalah gadis kecil seumuran Kay. Dia blasteran yang memilih homeschooling sejak mommy-nya pergi. Mommy Catty seorang indo yang setahun lalu meninggal kecelakaan. Sementara Daddynya seorang Warga negara asing yang menetap sementara di negara ini, dikarenakan bisnisnya memang menjamur di beberapa kota.
Daddy Malvin yang kebetulan menemani Catty ke panti tersenyum ramah saat melihat Embun memasuki area panti. Mereka memang sudah beberapa kali bertemu, dipanti dan diluar panti. Tentu saja karena kedua anak mereka yang lengket berteman.
"Anda sudah lama Mr. Malvin?"
Malvin mengangguk dengan senyum ramah diwajahnya.
"Jika anda masih ada pekerjaan,Saya akan menjaga Catty. Saya bisa mengantarnya pulang nanti." ucap Embun,
Embun memang biasa menjaga Catty dan mengantarnya pulang saat sudah waktunya. Karena kesibukan, Malvin sering menitipkan Catty pada Embun. Orang yang dia percayai saat ini.
"Tidak. Saya sedang senggang sekarang."
"Begitu. Baiklah. Saya permisi dulu." Embun pamit kebelakang.
"Aah... Embun."
Embun menghentikan langkahnya. Menoleh kearah Malvin.
"Apa kamu senggang? Saya ingin membeli sesuatu untuk panti. Tapi saya tidak tau apa yang mereka butuhkan. Jika kamu tidak keberatan, maukah kamu mengantar kami?"
"Tentu saja." Menyambut dengan senang hati. "Saya bicara dulu dengan Bu Retno."
"Tolong, jangan katakan apapun pada beliau tentang niatku ini."pinta Malvin.
"Aaaahh, baiklah." tersenyum maklum. "Saya hanya ingin menyapa dulu." Embun pamit.
Setelah berpamitan dengan orang Panti, Embun dan Malvin, tentu saja kedua bocah SD itu ikut menyertai, berangkat menuju mall ternama di kota itu. Dengan menggunakan mobil Malvin.
Saat didalam Mall mereka membeli beberapa peralatan sekolah untuk anak-anak panti, beberapa kebutuhan dapur, dan yang terakhir Catty ingin membeli barang couple yang sama untuk Kayla.
Saat mereka sedang memilih beberapa barang, Embun seperti melihat sosok Mas Danu, Suaminya. Embun mencoba mengikuti sosok itu, sekedar memastikan. Benar atau tidak. Namun dia kehilangan jejak. Malvin mengikutinya.
"Whats up?"
"Saya seperti melihat Mas Danu tadi." Mata Embun masih berkeliling mencoba mencari.
"Ini hari sabtu. Bukankah seharusnya dia bekerja?" Ucap Malvin menarik lengan Embun.
"Aahh.. Benar. Apa yang saya pikirkan?"Embun tersenyum dengan sedikit dipaksakan.
"Ayo kembali."ajak Malvin melepaskan tangan Embun,"Anak-anak pasti mencari kita."
Embun berjalan mengikuti Malvin kembali ke tempat dimana Kayla dan Catty mencari barang yang mereka inginkan.
Tak jauh dari lokasi mereka, Danu dan Yura sedang berjalan bergandengan memilih produk kosmetik untuk Yura.
"Mas Danu. Bagaimana kalau aku pake itu?" Yura menunjuk Linggeri yang terlihat di ujung konter tak jauh dari tempat mereka memilih kosmetik.
"Pasti cantik dan seksi sayang."Danu berucap sambil menyentil hidung Yura dengan senyuman mesumnya.
"Ayo beli itu Mas."ajak Yura manja.
"Tentu saja. Apapun untukmu."
Mereka akhirnya berjalan kearah kounter Pakaian dalam. Yang bertolak belakang dengam tempat Embun dan yang lainnya berada.
_____
Embun,Malvin,Catty dan Kayla berhenti disebuah resto yang berada didalam mall. Mereka memesan beberapa makanan dan minuman.
Kayla dan Catty asyik dengan benda yang mereka beli bersama. Sebenarnya hanya sebuah boneka, yang disana terukir nama mereka. Tapi itu saja sudah membuat mereka bahagia.
Embun menatap mereka dengan senyuman sambil mengaduk-aduk minumannya. Malvin meliriknya.
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Tidak."
"Apa kamu masih penasaran dengan sosok yang kamu lihat tadi?" tebak Malvin, yang sepertinya tepat terlihat diwajah Embun berubah.
"Bukankah seharusnya dia bekerja sekarang?"
"Iya benar."Embun membenarkan.
"lalu apa yang kamu kuwatirkan?"tanya Malvin lagi,"Apa kamu tidak percaya pada suamimu?"lanjut Malvin yang tentu menyentil Embun.
"Benar. Apa yang aku pikirkan?"walau berkata begitu, hati Embun masih bertanya.
Siapa pria itu? Kenapa mirip sekali dengan Mas Danu? Dan siapa wanita yang merangkul manja padanya?
Embun menyiapkan air hangat untuk Danu mandi.
"Mas Danu, Ini air mandinya sudah siap." Seru Embun dari dapur setelah menuangkan air panas di ember untuk Danu mandi sepulang kerja (mungkin).
"Iya Embun. Sebentar. Mas masih ada urusan sama Boz."jawab Danu dari halaman belakang. Pria itu sedang menelpon Yura.
Yura dan Danu adalah rekan kerja dipabrik. Mereka menjalin hubungan gelap sejak 2tahun terakhir.
"Kayla mana Embun?"Danu yang memasuki pintu penghubung halaman belakang dan dapur itu berjalan mendekat.
"Dikamarnya, mas Danu. Handuk sudah Embun masukkan di kamar mandi ya Mas."ucap Embun sambil melanjutkan memasak untuk makan malam.
"Makasih ya Embun. Masak apa?"berdiri diambang pintu kamar mandi. Mencium aroma sedap dari masakan Embun.
"Kesukaan mas Danu. Apa coba tebak?"
"Gulai ikan ya?"Danu bersemangat.
Danu memang menyukai masakan gulai ikan buatan Embun. Masakan Embun memang enak. Mungkin bila dia membuka warung makan, akan sangat laris nantinya.
"Iya mas, cepetan mandinya."Embun masih mengaduk-aduk masakannya.
Setelah mandi, Malam itu Danu, Embun, dan Kayla makan malam bersama.
"Ayah."Kay memberanikan diri untuk meminta pada ayahnya.
"Ada apa kay?"
Besok kan Minggu. Kita kepantai ya ayah? Sudah lama kita tidak pergi kepantai bersama. Kay rindu suasana itu." ucap gadis polos itu.
"Baiklah Kay. Ayah sediakan waktu hari minggu besok untuk kay. Khusus untuk kay."Mengusap rambut Kayla lembut.
"Benarkah?"Kay girang."Janji ya Ayah?"
"Janji." menautkan jari kelingkingnya dengan jari Kay yang lebih dulu terangkat kearahnya.
_______
Diruang keluarga usai makan malam. Embun mendekati Danu yang sedang nonton tv. Tak ada kayla disana. Anak itu sedang belajar dikamarnya.
"Mas,Itu didepan mobil siapa?" Tanya Embun hati-hati takut menyinggung suaminya.
"Punya bos."jawab Danu sedikit malas.
"Kok sama Mas?"tanya Embun lagi penasaran.
Danu menghela nafasnya, "Itu punya bos, Mas beli, nyicil."
Embun terkejut, untuk makan mereka sehari-hari saja Embun masih harus ikut bekerja. Tapi Danu malah membeli mobil yang sebenarnya tidak perlu. Nyicil lagi. Sudah pasti akan ada pengeluaran tiap bulannya.
"Kok Mas tidak bicara dulu dengan Embun?"
"Kenapa? Udah terlanjur juga. Malulah kalau tidak jadi." Balas Danu mulai kesal terlihat dari nada bicaranya.
"Tapi Mas Danu, setidaknya Mas Danu bicara dulu dengan Embun. Kita tidak perlu mobil, Mas." ucap Embun pelan. "Sekolah Kay lebih butuh. Sudah dua bulan ini belum bayar SPP."
"Jadi kamu nyalahin Mas?" Danu meninggikan suaranya, tidak terima."Makanya, jadi istri itu yang pinter ngatur keuangan. Jangan boros."
Embun menarik nafasnya, sakit rasanya mendengar ucapan suaminya. Padahal Embun sudah berusaha agar jatah bulanan bisa cukup untuk mereka bertiga.
"Mas dapat promosi jabatan. Makanya Mas berani ambil kredit mobil. Lagian itu punya bos Mas sendiri." ucap Danu sedikit kesal.
"Mas naik jabatan?"tanya Embun memastikan.
"Iya Embun istriku. Mas sudah jadi SPV sekarang." terang Danu bohong.
Dia sudah terlalu lama menyembunyikan mobil yang sudah dari tahun lalu dia beli. Danu ingin membawa pulang mobilnya, tapi dia juga tak ingin Embun curiga, dan bertanya macam-macam. Danu juga tak mau mengatakan yang sebenarnya jika dia sudah menjadi kepala bagian produksi.
Danu tak ingin menambah jatah bulanan untuk Embun. Danu harus menyimpan uang nya untuk Yura wanita selingkuhannya.
"Kalau begitu, apa uang sekolah Kay bisa ditambah, Mas? Kasihan dia, kalau nunggak terus." tanya Embun takut-takut. Dia tau Danu baru saja membeli mobil. (kredit maksudnya)
"Ya ampun Embun. Kamu ngerti tidak sih? Mas kan baru saja beli mobil dan itu tidak murah. Kamu dong yang harusnya pinter-pinter ngatur uang biar cukup."
"Itulah Mas maksud Embun. Mas Danu harusnya ngajak Embun diskusi dulu sebelum beli mobil. Kita masih punya tanggungan sekolah Kayla, Mas."jelas Embun.
"Kamu ini cerewet banged sih? Udah terlanjur kebeli, malulah kalau dibalikin lagi." Danu berdiri meninggikan suaranya karena emosi. Bola matanya sudah membulat sempurna seolah keluar dari tempatnya.
Embun menatap suaminya yang sudah meninggi itu. Embun menundukkan kepala, menggigit kecil bibirnya. Embun menarik nafas dan hembuskan.
"Maaf Mas." ucapnya, harus ada yang mengalah bila Suaminya itu sudah marah, jika mau pernikahannya langgeng. "Embun hanya kasihan sama Kay. Biar nanti Embun pikirkan gimana buat sekolah Kay."
"Kamu mau bilang kalau Mas ini tidak perduli dengan sekolah Kayla begitu?"
"Bukan begitu Mas."
"Nanti Mas kasih uang buat sekolah Kay. Awas saja kalau dipakai buat yang lain." ucap Danu berjalan ke kamarnya.
Embun menghela nafas sabar.
_____
Malam itu Embun terbangun dari tidurnya untuk kekamar mandi. Saat kembali Danu tidak ada diranjang kamar. Embun berjalan mencari-cari suaminya. Kemana dia? Kenapa tengah malam tak ada dikamar? Sayup Embun mendengar suara orang berbicara di halaman belakang rumah. Embun berjalan perlahan, dilihatnya Danu sedang menelpon.
"Mas?"
Danu menoleh dengan wajah kaget, lebih tepatnya tegang.
"Kamu masuk dulu. Ini ada telpon dari pabrik." ucapnya sedikit gugup.
Tanpa curiga Embun mengangguk dan kembali kekamar. Tak lama, Danu masuk.
"Ada apa Mas?"
"Ada sedikit masalah di pabrik. Pekerja yang masuk malam tidak ada yang mandori." alasan Danu, "Aku harus ke pabrik sekarang."
"Malam-malam begini, Mas?"
"Iyaaaa. Namanya juga SPV, harus siap." Danu mengganti pakaiannya.
"Ini udah jam dua belas loh, Mas." Ucap Embun kawatir.
"Inilah gunanya Mas beli mobil. Kalau pake mobil pas ada panggilan kek gini aman." Danu menyelesaikan mengganti pakaiannya."Sudah ya. Mas berangkat dulu."
Embun mencium tangan suaminya.
"Hati-hati ya, Mas."
Setelah mengantar suaminya sampai depan dan memastikan mobil suaminya sudah tidak terlihat lagi. Embun kembali masuk kedalam rumah.
Danu yang mengendarai mobilnya, mengeluarkan hpnya. Menelpon Yura.
"Sayang, Mas dalam perjalanan. Kamu mau titip dibeliin apa?"
"Martabak aja, Mas."
"Yang di jalan Suprapto itu?"
"Iya, Mas."
"Oke. Sabar ya sayang. I love you."
"Iya Mas, ditunggu. I love you too."
Setelah menutup telponnya, Danu membeli martabak yang kebetulan jam segitu belum tutup. Setelah membeli martabak. Danu menyetir mobil nya ke rumah Yura. Danu memasuki rumah dengan kunci cadangan. Danu menghidupkan saklar yang kebetulan ruangan itu tampak remang.
Ceklap.
Lampu menyala, ruangan itu begitu terang. Dengan wajah girangnya Danu mendekat pada Yura yang menyuguhinya pemandangan yang menakjubkan. Wanita itu menyambutnya dengan memakai linggeri yang menggoda. Tentu saja Danu langsung memeluknya, menghujaninya dengan kecupan.
"Kamu makin cantik dengan linggeri ini sayang." pujinya melihat tubuh molek Yura lalu menciumnya lagi.
"Kejutan buat Mas Danu, karena sudah rela datang malam-malam demi Yura."
"Kalau buat wanita cantik sepertimu, walau tiap malam harus datang. Mas pun bersedia."
"Beneran?" bertanya manja dalam. pelukan Danu.
"Tentu saja. Apapun buatmu Sayang." Danu kembali mangut Yura dengan mesra merengkuh tubuh indah yang berbalut linggeri.
Ciuman mereka menjadi semakin panas hingga malam yang dingin itu menghangat bagi dua insan yang tenggelam dalam hasrat mereka.
______
"Mas? Nggak pulang?"
("Tidak Embun. Mas ambil long shift. Nanti sore baru pulang.")
"Sekarang hari minggu kan, Mas?"
("Mas lembur.") balas Danu gelagapan.("Sudah ya.")
"Mas..."
Telpon di tutup. Embun menghela nafasnya.
"Bu?" panggil Kay menatap harap pada ibunya.
Embun berjongkok menjajarkan tinggi tubuhnya dengan Kay. Embun tersenyum.
"Kay, Ayah nggak bisa ikut. Ayah lembur." ucap Embun lembut memberi pengertian.
"Tapi kan Ayah sudah janji mau ikut." Kay merajuk.
"Ayah kan harus cari uang Kay. Biar Kay bisa sekolah terus. Biar Kay bisa makan. Bisa beli baju baru. Kalau piknik Kay bisa jajan." Embun mencoba memberi pengertian.
"Tapi, Bu..."
"Kay mau tetap pergi atau dirumah saja?" tawar Embun. Kayla mengusap mata,
"Kay ingin pergi sama Ayah."
"Ayah kerja sayang."
"Ayah udah janji. Kay cuma pingin seperti teman Kay yang lain. Pergi dengan Ayah dan bunda mereka. Tapi kenapa Ayah selalu tak bisa. Ayah bohong." Tangis Kayla terus mengusap pipi dan matanya yang basah. Embun tersenyum tegar, Embun memeluk anak gadisnya menepuk bahunya menguatkan. Embun melonggarkan pelukannya, melihat wajah Kay.
"Sama ibu saja ya." bujuk Embun
Kay menatap memelas ibunya. Embun tersenyum tegar mengusap lembut rambut Kay. Kay mengangguk pelan. Dia kasihan pada Ibunya, Kay tau jika selama ini Ayah dan Ibunya sering bertengkar. Lebih tepatnya Danu marah, dan selalu Embun yang mengalah. Embun mengalah juga demi tetap bertahannya rumah tangga mereka. Demi Kay buah cintanya dengan Danu.
"Ayo! Kita bersiap." ajak Embun menuntun anaknya.
Hari ini mereka berencana untuk berlibur. Pergi ke pantai bersama, sepertinya rencana tinggallah rencana. Danu masih berada dirumah Yura.
_____
"Siapa Mas?" Tanya Yura meletakkan kopi di meja samping Danu duduk. Yura ikut duduk disampingnya.
"Embun."
"Istri dekilmu itu?" Ucap Yura merendahkan.
"Kenapa dia? Nyuruh kamu pulang?" sinis Yura lagi."Sana pulang kalau mau pulang." rajuk Yura beranjak dari duduknya. Berjalan masuk kedalam rumah.
Danu mengejar, "Sayang. Tidak seperti itu." tangan nya menahan lengan Yura."Ini masalah Kay."
"Kenapa lagi dengan anak Mas itu?" Yura melepaskan diri dari cengkraman Danu.
"Mas sudah janji mau nemenin dia kepantai." bujuk Danu lembut.
"Sama istri dekil Mas juga?" Yura melipat tangannya didada.
"Ya iyalah, sayang."
"Ya sudah. Sana kalau mau pergi."merajuk.
"Sayang?" ucap Danu merayu. Danu menggenggam kedua tangan Yura, Ia hendak berucap, namun keduluan Yura,
"Tapi nanti jangan harap bisa menginjakkan kaki lagi disini." Yura menyentak tangannya hingga genggaman Danu terlepas.
Yura memasuki kamarnya. Danu yang terkejut, takut Yura akan semakin marah mengikuti dibelakang. Menarik tangan Yura dan mencium bibirnya. Yura berontak mencoba meloloskan diri. Namun Danu semakin kuat memeluk tubuh wanita itu.
"Mas jahat." Yura mencoba meloloskan diri.
"Sayang."
"Mas nggak sayang Yura."
"Mas Sayang, Mas cinta."
"Mas lebih cinta sama mereka." Yura masih mencoba melepaskan pelukan Danu.
"Kay anakku Yura." Danu mengeratkan pelukannya.
"Hiks.. Hiks.. Hiks. Mas lebih cinta sama anak Mas. Aku bisa apa, Mas?" tangis Yura merangung memukul-mukul dada Danu "Hikhikhiks..."
"Mas nggak akan pergi Yura. Mas akan tetap disini."
"Mas bohong. Hiks hiks hiks." tangis Yura, pukulan Yura melemah.
Danu melonggarkan pelukannya, ditangkupnya wajah Yura, menatap lembut padanya."Mas sayang kamu. Mas cinta kamu. Mas mohon jangan samakan dengan cinta Mas pada Kay. Kayla anak Mas, darah daging Mas."
"Mas akan tetap disisi kamu sayang, jangan menangis lagi. Mas nggak akan pergi. Heeemm?"
Yura menatap mata Danu dengan mata sembabnya. Yura mengangguk pelan. Danu tersenyum. Dengan lembut Danu mencium bibir Yura, memasuki rongga mulutnya, Saling berbelit lembut dengan lidah Yura. Danu mengeratkan pelukannya, bibirnya terus mencium wanita didepannya. Semakin dalam ciumannya semakin dia ingin lebih. Danu menjadi tak sabar, dibopongnya tubuh Yura dan membaringkannya diranjang.
SENSOR saja ya..
"Terima kasih sayang." Danu meraih tubuh Yura yang terbaring disampingnya, memeluk tubuh yang berpeluh itu. Mencium lembut punca kepala kekasihnya. Yura tersenyum menang.
Pelan-pelan mas Danu, akan kubuat kamu membuang istri dan anakmu. lalu kamu datang seutuhnya padaku. menjadi milikku seutuhnya.
______
"Bu."
"Iya Kay sayang." jawab Embun yang mengepangkan rambut Kayla.
"Mmm.... Boleh aku meminjam hp ibu?"
"Boleh. Untuk apa?" Embun meraih hpnya di atas nakas dan memberikannya kepangkuan putrinya. Kayla beranjak dari duduknya mengambil sesuatu dari dalam laci. Kayla kembali duduk didepan ibunya. Embun melanjutkan mengepang rambut Kay.
"Ada apa Kay?" Embun mengintip Kay yang sedang mengetik hp.
"Caty kemarin memberi nomor hpnya. Katanya kalau mau main bareng bisa menghubunginya."
"Kamu mau ngajak Caty juga?"
"Boleh kan, Bu?"
"Boleh."
Caty duduk termenung di sofa panjang rumahnya. Caty merasa bosan, Ingin rasanya kerumah Kay, tapi dia tak tau dimana rumah Kay.
Hari ini Catty juga marah pada Daddy malvin, karna meninggalkanya dirumah. Daddy Malvin sedang menghadiri sebuah acara. Dan dia tidak diajak. Sangat menyebalkan. Tiba-tiba hpnya berbunyi. Dengan malas Catty mengambilnya.
Palingan juga Daddy yang membujuknya agar tak merajuk lama-lama. batin Caty menduga-nduga.
"Nomor tak dikenal?"gumam Caty membuka pesan. wajahnya langsung berubah ceria. Pesan dari Kayla yang mengajaknya main. Tentu Caty mengiyakan tanpa pikir panjang.
Caty menelpon Daddy meminta ijin. Karena Kay menyuruh Caty untuk ijin dulu.
("Caty Sayang. Kamu sudah tidak merajuk?"
Kenapa dari tadi Daddy kamu abaikan? Daddy cemas.")
"Dad, Cat mau main sama Kay." ucap Caty tanpa basabasi. Dia masih kesal dengan Daddynya.
("Appaa? Kemana?")
"Tidak tau Daddy, Kay minta Caty ijin sama Daddy dulu. Jadi Cat telpon Daddy."
("Beri Daddy nomor Kay.")
"Apa yang mau Daddy lakukan?"
("Berikan saja nomornya Cat, atau kamu tidak akan pernah keluar dari rumah.")
("Tapi Daddy janji tidak akan memarahi Kay dan mengijinkan Cat main.")
("Daddy tunggu dalam satu menit.")
TUUUTT..TUUUUTTT...TUUUTT
Sambungan telepon sudah putus.
"Daddy!" jerit Caty kesal. Namun Cat tetap mengirimkan nomor Kay.
Setelah mendapat nomor Kay, Malvin langsung menelpon.
("Hallo?") suara Kayla
"Kay, Ini Daddy Cat. Bisa bicara dengan Ibumu?"
("Baik Uncle Malvin. Bu, ini Daddy Cat.")
("Ada apa Mr.Malvin? Apa anda keberatan saya mengajak Catty main?") suara Embun.
"Tidak. Saya hanya ingin konfirmasi."
("Aahh.. Begitu. Kami ingin mengajak Catty main jika anda tidak keberatan.")
"Tentu saja tidak. Kemana kalian akan pergi?"
("Mungkin kepantai.")
"Mungkin? Bagaimana kalau di Wonderfull world? Saya ada meting disana. Saya akan menyusul nanti jika urusan saya sudah selesai."
("Baik Mr.Malvin.")
"Maaf merepotkan. Dan terima kasih."
_____
Disebuah pusat taman bermain dengan banyaknya wahana yang menantang adrenalin bernama Wonderfull World, Caty dan Kay asyik memilih wahana yang akan dinaiki.
Embun menunggui mereka. Malvin saat itu masih meting di lantai atas bangunan yang masih berada di lingkup Wonderfull world. Beberapa jam kemudian Malvin ikut bergabung.
"Terima kasih." Malvin membuka suara ditengah keheningan diantara dirinya dan Embun yang duduk di kursi tunggu tak jauh dari Caty dan Kay sedang mengantri. Embun menoleh.
"Untuk apa, Mr.Malvin?"
"Karena sudah mengajak Cat main bersama."
"Kay yang butuh Catty, saya yang seharusnya berterimakasih karena sudah mengijinkan Catty menemani Kay?" ucap Embun memiringkan tubuhnya.
Malvin tersenyum.
"Caty sangat manja, kalian pasti kesulitan."
"Caty anak yang manis. Sikapnya masih wajar. Apa yang anda kawatirkan?"
"Saya..." ucapan Malvin terputus melihat Embun yang tiba-tiba berdiri. Pandangan mata Embun mengarah jauh kesisi kiri Malvin. Terlihat ada ketegangan diwajahnya.
Malvin yang penasaran menoleh kearah yang sama.
_____
Readers apa ya yang mereka lihat?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!