NovelToon NovelToon

Terpikat Lelaki Keturunan Ningrat

Prolog

Di bawah naungan payung hitam besar tampak seorang gadis kecil dan remaja lelaki sedang terisak memandangi dua gundukan tanah yang baru beberapa saat lalu dibuat. Tertancap batang kayu yang digunakan sebagai nisan yang bertuliskan Suryo Perwito dan Rianti Sasmita.

"Ayah... Ibu.... Mengapa kalian meninggalkan Rara dan kak Danu..." isak si gadis kecil sambil menepuk gundukan tanah yang basah terkena air hujan.

"Rara mau ikut ayah dan ibu, Rara ngga mau ditinggal ayah dan ibu..." tangisnya pilu, sang kakak hanya bisa memeluknya dan menenangkannya.

"Rara... Danu... Ayo kita pulang, hujan sudah semakin deras, nanti kalian sakit!" bujuk seorang wanita berusia 60 tahunan sambil menarik lembut tangan Rara.

"Rara ndak mau pulang Nek, Rara mau temani ayah sama ibu, kasihan mereka di sini kedinginan dan kehujanan." sahut Diandra menolak berdiri, dia masih tetap berjongkok di hadapan pusara kedua orang tuanya sambil terus menangis.

"De, kita pulang dulu, kasihan Kakek dan Nenek ikut kehujanan di sini, ya?" bujuk Danu sang kakak.

Diandra menunduk, lalu perlahan berdiri, "Ayah, ibu, Rara, kak Danu dan Kakek Nenek pulang dulu... Besok kita kesini lagi ya kak?" pinta Diandra dengan tatapan enggan meminggalkan pusara kedua orang tuanya.

"Iya, kakak janji!" jawab Danu sambil merangkul bahu Diandra dan memapahnya keluar dari area pemakaman.

Di luar pemakaman tampak ada dua mobil hitam dan dua pasang suami istri yang berdiri di samping mobil. Melihat rombongan keluar dari pemakaman, buru-buru pasangan suami istri itu melangkahkan kaki mendekati Diandra, Danu dan Kakek Neneknya.

"Heh, karena ayah ibu kalian sudah mati, kalian harus keluar dari rumah itu, karena rumah itu masih atas nama kakek kalian, jadi yang berhak tinggal di sana hanya anak-anaknya." ucap lelaki paruh baya berbadan tambun kepada Danu dan Diandra yang hanya diam saja tanpa berkata apapun. Lelaki itu adalah kakak kandung ayah Danu dan Diandra, yang bernama Suwito Perwito.

"Barang-barang kalian sudah kami kemas, itu di sana" sambung wanita bertubuh gemuk sambil menunjuk ke arah 4 buah koper besar yang diletakkan di samping sebuah family car tua.

Diandra yang ketakutan memeluk neneknya dengan erat.

"Apakah pantas berkata seperti itu pada anak yang baru saja kehilangan orang tua mereka? Bahkan tanah kuburnyapun masih baru. Lagi pula, rumah itu sudah diwariskan kepada ayah mereka dan juga perusahaan yang ada juga hasil kerja keras Suryo, kenapa anak-anak harus keluar dari rumah itu?" bentak sang Kakek, Broto Sasmita.

"Kami tidak peduli, kalau kami bilang mereka harus keluar dan kehilangan hak waris kalian bisa apa?" balas Suwito sambil berkacak pinggang.

"Sudahlah kek, kami akan tinggal bersama kakek dan nenek saja." ucap Danu datar sambil menatap tajam ke arah pamannya.

"Bagus, anak pintar, ikut saja sama mereka, kalau mereka tidak mau menampung kalian, nanti kami bisa kirim kalian ke panti asuhan, hahahahaha..." gelak Suwito sambil berbalik dan melangkah meninggalkan Danu, Diandra beserta kakek neneknya.

Air mata Diandra mengalir semakin deras di pipinya.

"Kakek... Nenek... Apakah kami akan tinggal di panti asuhan?" tanya Diandra di sela isakan tangisnya.

"Tidak sayang, kalian akan tinggal di rumah Kakek dan Nenek, walau kecil, tapi kalian bisa tinggal dengan nyaman di sana." jawab sang Nenek, Sundari Sasmita.

Diandra mengulurkan tangannya memeluk Sundari dengan erat.

Broto membelai kepala cucunya dan merangkul bahu Danu, "Kita pulang sekarang ya, hujannya tambah deras!" ajaknya. Merelapun beriringan meninggalkan pemakaman menuju mobil tua sang kakek.

Danu membantu Broto memasukkan koper ke dalam bagasi, lalu buru-buru mereka masuk ke dalam mobil yang kemudian melaju perlahan di tengah derasnya air hujan.

Sepuluh tahun berlalu...

Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah bagi Diandra, hari ini adalah hari kelulusannya, di mana dia akan diwisuda dan mendapat predikat sebagai mahasiswa terbaik di salah satu universitas negeri ternama di Yogyakarta.

Diandra mengenakan kebaya berwarna ungu muda dan kain batik Jogja, rambutnya digelung gaya modern dan wajahnya hanya dirias tipis oleh sang nenek. Diandra tampak cantik dan anggun.

Acara wisuda kali ini terbilang istimewa karena pihak universitas mengundang beberapa orang penting dari jajaran pemerintah daerah dan juga beberapa pemilik perusahaan ternama yang ada di Jogja. Hal ini dikarenakan pihak universitasdalam 3 tahun terakhir ini mengadakan kerja sama dengan beberapa perusahaan, sehingga mahasiswa yang lulus dapat berkesempatan langsung bekerja pada perusahaan yang sesuai setelah melalui proses seleksi dan magang.

Secara kebetulan, Diandra lolos tahap seleksi di salah satu perusahaan eksportir yang dimiliki oleh pengusaha muda yang masih berdarah ningrat.

Hari ini, ditemani sang kakak dan juga kakek neneknya, Diandra mengikuti upacara wisuda di gedung auditorium universitas tempatnya menuntut ilmu.

Diandra duduk di barisan paling depan, berada di antara mahasiswa dengan prestasi gemilang karena Diandra adalah pemegang predikat terbaik mewakili fakultas dan juga universitas. Diandra tampak berbincang dengan seseorang yang duduk disebelahnya, dia tak sadar bahwa di atas podium ada seorang pria berwajah tampan, berkulit sawo matang yang sejak awal Diandra masuk ke dalam gedung auditorium, tak bisa melepaskan pandangan dari Diandra.

Pria itu bertanya kepada pria berkacamata di sampingnya, "Gadis berkebaya ungu muda itu siapa?"

"Hah? Oh... Gadis itu adalah mahasiswa yang berhasil lolos seleksi masuk perusahaan kita pak." jawab si pria berkacamata.

"Oh ya?" segaris senyum tercetak di bibir pria tampan itu, "Nama?"

"Hah? Nama apa?" si pria berkacamata balik bertanya karena bingung, tapi malah dipelototi oleh pria tampan di sebelahnya.

"Ya nama gadis itu, namanya siapa?" tanya si pria tampan.

"Oh, dia Diandra Perwito, Pak Haryo." jawab si pria kacamata.

"Perwito? Dia salah satu dari keluarga Perwito yang itu?" tanya Haryo.

"Kurang tahu pak, kelihatannya bukan, karena dia dari keluarga sederhana, dia hanya tinggal bersama kakak lelaki dan juga kakek neneknya di salah satu desa di daerah Kulon Progo." jawab si kacamata panjang lebar.

"Oh, kapan dia mulai bekerja dan apa posisinya?" tanya Haryo lagi.

"Senin depan pak, dia ditempatkan di bagian HSE pak, sesuai jurusannya." jawab si kacamata.

"Bayu, hari Senin saat dia tiba, suruh ke ruangan saya!" titah Haryo.

"Baik pak!" sahut si kacamata yang bernama Bayu. Dalam hati dia berpikir kenapa si bos yang anti wanita ini tiba-tiba kepo tentang seorang wanita. Bayu tidak memungkiri kalau Diandra itu cantik, sebagai single, dia pun tertarik pada Diandra saat dia melakukan interview kepada Diandra. Tapi sekarang si bos juga tertarik, mau tidak mau, Bayu harus mundur kan ya?

Upacara wisuda berjalan dengan lancar. Saat selesai, tak sengaja Diandra bertemu Bayu di lorong menuju toilet.

"Halo, selamat siang Pak Bayu!" sapa Diandra ramah.

"Halo Diandra, selamat ya, sudah wisuda." Bayu balas menyapa Diandra.

"Terima kasih pak, saya deg-degan ini, besok Senin sudah harus kerja di perusahaan bapak." balas Diandra.

"Bukan perusahaan saya, itu milik Pak Haryo, saya cuma sekretarisnya. Oh iya, jangan panggil saya bapak, saya cuma beda 5 tahun dari kamu, belum tua-tua banget." gurau Bayu mencairkan suasana.

"Ya kan Pak Bayu bakalan jadi atasan saya juga." balas Diandra.

"Kalau di kantor panggil pak nggak apa-apa, kalau di luar kantor bisa panggil nama atau mas saja." pinta Bayu

"M-mas? Duh... saya panggil Kak Bayu saja ya, kalau mas tu kaya gimana gitu, kaya panggil mas-mas tukang sayur." Diandra tertawa kecil yang menampakkan deretan giginya yang putih dan tersusun rapi.

"Hahahaha.... bisa saja kamu Diandra." Bayu ikut tertawa.

"Rara... Kak Bayu bisa panggil saya Rara." ucap Diandra sambil tersenyum manis.

DEG!! Jantung Bayu terasa berhenti berdetak melihat senyuman manis Diandra.

"Okay Rara." sahut Bayu dengan suara serak, "Saya duluan ya Rara, sampai ketemu hari Senin, oh iya, ini simpan nomor saya ya, saya permisi dulu, bye Rara!" Bayu menyerahkan kartu namanya kepada Rara.

"Bye Kak Bayu!" Rara menerima kartu nama Bayu dan melambaikan tangannya ke arah Bayu.

"Hehehe... Kak Bayu ternyata manis orangnya." kekeh Diandra, disimpannya kartu nama Bayu ke dalam tas tangannya. Tiba-tiba ponsel Diandra berbunyi, tampak nama sang kakak muncul di layar.

"Halo, Kak Danu..." sapa Diandra begitu menjawab telepon Danu.

"Rara, kamu di mana sih de? Kakak cariin dari tadi ga ketemu!" sahut Danu cemas

"Ade mau baru jalan ke toilet kak, Kak Danu tunggu di lobby aja sama kakek dan nenek." balas Diandra.

"Kakak susul ke toilet, utara apa selatan?" tanya Danu.

"Idih, ngapain sih kak, ade ga perlu dijagain kalau cuma ke toilet aja sih." jawab Diandra manja.

"Utara apa selatan?" tanya Danu lagi.

"Ck... Utara!" jawab Diandra jengah dengan sikap possessive sang kakak.

"Cepetan kalau mau ke toilet, kakak tunggu di luar!" Danu memutuskan sambungan telepon dan bergegas menuju toilet sebelah utara auditorium.

Diandra memandangi ponselnya, entah sampai kapan kakaknya akan seperti ini. Cemas berlebih. Hal ini berawal ketika dia masih duduk di bangku kelas 6 SD, saat itu tepat setelah perayaan 1 tahun meninggalnya orang tua mereka, Diandra diculik oleh sekelompok orang yang ternyata adalah suruhan dari saudara sepupunya. Entah apa maksud penculikan itu, tapi peristiwa itu menyisakan trauma pada Diandra dan Danu.

Dan sejak saat itulah, Danu selalu khawatir berlebih jika Diandra pulang terlambat atau tak terlihat dari pandangannya saat pergi bersama seperti saat ini.

Sepulang dari acara wisuda, mereka sekeluarga merayakan kelulusan Diandra di rumah, Nenek Sundari memasak semua makanan favorit Diandra dibantu sang cucu. Sedangkan Kakek Broto menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena menghadiri upacara kelulusan cucu perempuan kesayangannya.

Kakek Broto masih bekerja, dia memiliki toko yang menjual kebutuhan pokok, dibantu beberapa orang karyawan, tapi terkadang Diandra dan Danu juga turun membantu walau sudah di larang sang kakek.

"Nek, Danu ke kantor sebentar ya, ada masalah di sistem, Danu akan pulang saat makan malam." Danu keluar dari kamarnya dan berpamitan pada Nenek dan adiknya.

"Bukannya kakak ambil cuti?" tanya Diandra sambil menghampiri Danu lalu dibetulkannya kemeja sang kakak yang kerahnya terlipat ke atas.

"Cuti, tapi ya mau gimana lagi, bos besar yang panggil, karena Agus sama Andi ga sanggup ngerjain." jawab Danu sambil mengecup kening sang adik.

"Janji pulang sebelum makan malam lho ya!" rajuk Diandra sambil memeluk sang kakak.

"Iya... Iya... Dasar manja!" Danu menjentikkan jarinya ke kening sang adik.

"Rara... Kamu jangan terlalu manja ke Danu, kalau manja-manja terus, kapan kakakmu ini punya pasangan?" omel sang nenek dari dalam dapur.

"Biar aja sih, Nek.... Kalau bukan sama Danu mau sama siapa lagi? Lagian Rara kan adik Danu satu-satunya." balas Danu sambil membalas pelukan Diandra.

"Ck... kalian ini... Sudah sana lekas berangkat, biar bisa cepat selesai kerja lalu pulang!" Nenek Sundari mengacungkan centong kayu ke arah mereka yang membuat kakak beradik itu tertawa geli.

"Iya deh iya nenekku yang cantiiiik.... Danu pergi dulu ya!" pamit Danu yang langsung pergi setelah mencium tangan sang nenek dan memeluk adiknya.

"Rara, selalu rukunlah dengan kakakmu ya, kalau kakek dan nenek sudah tidak ada, tetaplah sayang pada kakakmu, kalian harus saling menjaga, jangan pernah bertengkar." ucap Nenek Sundari sambil tetap sibuk memasak.

"Nenek bicara apa sih, Kakek dan Nenek akan terus ada!" gumam Diandra dengan suara bergetar. Demi Tuhan, dia tak ingin merasakan kehilangan lagi.

Raden Mas Haryo Wicaksono

Hari Senin pun tiba, pukul 04:00 pagi Diandra sudah bangun dan sibuk menyiapkan sarapan untuk sekeluarga dan juga bekal untuk sang kakak dan juga dirinya. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja, dia tak mau terlambat, ditambah semalam ada chat dari Bayu, yang memberitahukan bahwa dia harus tiba di perusahaan tepat pukul 07:30 pagi.

"Ade ngapain?" tanya Danu yang baru bangun.

"Siapin sarapan sama bekal, ade berangkat awal ini kak, soalnya harus sampai kantor jam 07:30." jawab Diandra sambil memasukkan nasi, lauk dan sayur ke dalam 2 electric lunch box.

"Berangkat sama kakak saja, kakak mandi dulu ya!" ucap Danu bergegas masuk kamarnya untuk mandi.

"Rara, baik-baik kerja ya nak!" ucap Kakek Broto yang baru keluar dari kamarnya bersama Nenek Sundari.

"Iya kek, pasti." jawab Diandra.

"Jaga diri baik-baik juga, pakai pakaian yang sopan ya nak, jangan salah bergaul!" tambah sang Nenek.

"Iya, Nek... Rara tau kok" jawab Diandra.

"Buruan mandi sana, habis mandi langsung sarapan." Nenek Sundari mendorong lembut punggung Diandra.

Diandra pun masuk ke dalam kamar untuk mandi dan bersiap.

Pukul 06:00 Danu dan Diandra sudah siap untuk berangkat. Danu memanaskan mobilnya sedangkan Diandra mengambil tas dan juga bekal dari atas meja, setelah berpamitan pada kakek dan nenek mereka, akhirnya Danu menjalankan mobil perlahan menuju arah kota Yogyakarta.

Jarak antara rumah mereka dan tempat kerja terbilang cukup jauh, Diandra sebetulnya ingin mencari rumah kost yang dekat dengan kantornya sekarang, tapi Danu tidak memberinya ijin, Danu memilih mengantar dan menjemputnya setiap hari.

"Kakak.... Ade gugup...." gumam Diandra.

"Wajar gugup karena hari pertama, tarik nafas panjang, kakak yakin, Rara bisa lancar kerja di sana, Rara kan cerdas. Katanya atasan Ade itu orangnya baik?" Danu mengusap kepala Diandra. Danu menatap Diandra lalu tersenyum, adiknya sudah dewasa, walau masih manja, tapi dia sekarang sudah jadi wanita dewasa.

Danu menilai penampilan Diandra hari ini, celana high waist hitam, kemeja ruffle putih dan blazer hitam melekat pas di tubuh sang adik, dengan rambut curly sepunggung yang diikta ekor kuda dan dijepit dengan jepitan rambut warna hitam dan make up nude tipis membuat Diandra terlihat manis dan imut.

"Rara, hati-hati sama cowok ya, jangan sembarangan berteman sama cowok!" Danu menghentikan mobilnya di lampu merah.

"Kak... Ade kan selama ini juga ga pernah punya kawan cowok, kawan cewek aja ade cuma punya satu!" jawab Diandra.

"Iya, kakak tau Ra, kakak cuma mengingatkan aja kok, ga usah ngambek." Danu tersenyum melihat mulut manyun Diandra. Kadang dia heran, di harapannya dan kakek nenek mereka, Diandra adalah gadis manja, tapi jika bersama orang lain, kepribadiannya berubah 180°, Diandra akan berubah jadi gadis yang teguh dan kuat, walau tetap ramah.

Pukul 07:15 mereka tiba di depan kantor tempat Diandra bekerja. Danu menghentikan mobilnya di sebelah pintu masuk perusahaan. Tepat saat itu juga, sebuah Bentley hitam berhenti tepat di depan pintu masuk perusahaan.

Diandra keluar dari mobil sang kakak, diikuti Danu, lalu Diandra menghapiri Danu dan memeluknya.

"Doain ade ya kak!" pinta Diandra sambil mempererat pelukannya.

"Iya, kakak doain Ra. Sudah sana masuk, katanya harus absen jam 07:30!" Danu melepas pelukan Diandra lalu mengecup keningnya.

"Kakak hati-hati ya!" ucap Diandra sambil mencium tangan Danu.

"Iya, bye Rara." Danu masuk ke dalam mobilnya dan perlahan menjalankannya keluar dari area perusahaan tempat Diandra bekerja.

Diandra membalikkan badan dan hendak melangkah masuk ke dalam perusahaan. Sampai di pintu masuk, Diandra berpapasan dengan Haryo dan Bayu.

Diandra mengangguk sopan ke arah Haryo yang berwajah tampan tapi menakutkan, lalu tersenyum ke arah Bayu, "Selamat pagi Kak Bayu!" Sapa Diandra, suaranya terdengar begitu merdu di telinga Haryo, tetapi saat sadar kalau Diandra memanggil Bayu dengan sebutan 'Kak' matanya langsung memancarkan kemarahan.

GLEK!! Kenapa nih si bos, sejak lihat Diandra sama lelaki yang antar tadi kok nyeremin gini sih auranya. Batin Bayu.

"Pagi, Rara... Diantar siapa tadi?" balas Bayu mencari tahu siapa yang mengantar Diandra pagi ini.

"Oh, tadi diantar kakak, kebetulan satu arah, jadi kakak sekalian antar saya nanti pulang juga kakak yang jemput." jawab Diandra ramah.

"Oh... Kakaknya." batin Haryo, seketika aura dingin dan menyeramkan di sekeliling Haryo berkurang drastis.

"Ohhh... Kakak yang IT di perusahaan komonikasi itu?" tanya Bayu.

"Iya, Kak Bayu masih ingat cerita saya waktu interview?" mata Diandra berbinar saat tahu kalau Bayu mendengarkan semua jawabannya dengan baik saat interview dulu.

Haryo menatap tajam ke arah Bayu membuat Bayu berkeringat dingin. Haryo bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan Bayu dan Diandra yang heran melihat tingkah Haryo

"Jelas ingat, Rara kan salah satu calon karyawan berprestasi. Ehem... Rara tunggu di lobby ruang rapat di lantai 3 ya, nanti biar diantar receptionist. Aku masuk dulu ya!" Bayu membetulkan kacamatanya lalu bergegas menyusul Haryo dengan langkah lebar.

"Maaf, mba Diandra Ayu Perwita? Silakan ikut saya ke lobby ruang rapat di lantai 3." seorang receptionist menghampiri Diandra dan mengantarnya menuju lobby ruang rapat di lantai 3.

Sementara itu di dalam lift khusus untuk CEO, Bayu berulangkali menelan ludah melihat Haryo menatap tajam ke arahnya.

"Kak Bayu? Rara??? Sejak kapan kalian akrab?" tanya Haryo geram.

"Glek.... Saat wisuda saya ga sengaja ketemu sama Diandra di lorong, Diandra ingat kalau saya yang menginterviewnya dulu, lalu dia minta saya panggil dia dengan sebutan Rara dan saya jadi tidak enak kalau dipanggil pak, jadi dia minta kalau boleh panggil saya dengan sebutan kak, karena saya seumuran sama kakaknya." jelas Bayu.

"Bayu... Sudah berapa lama kita berkawan?" tanya Haryo dingin.

"Dua puluh tahun!" jawab Bayu.

"Kau tahu kalau aku tak pernah menaruh hati pada perempuan?" Haryo memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Iya" jawab Bayu pendek.

"So...." Haryo menjeda kalimatnya.

"I got it ok, I got it... Aku ga akan dekat-dekat Rara, she is yours!" Bayu menyambung cepat perkataan Haryo.

Haryo tersenyum puas. Dalam hati Bayu mengumpat, dia yang pertama kali bertemu Diandra tapi kenapa Haryo juga suka ke Diandra, dasar Bos tukang rebut.

Diandra dengan sabar menunggu di lobby lantai 3 sambil duduk tegak di sofa yang tersedia di sana, di hadapannya tampak pintu besar berwarna hitam yang tertutup rapat sedangkan di ujung koridor ada meja receptionist dan 1 buah pintu hitam berukuran sedang. Seorang lelaki yang ada di meja receptionist tampak sedang menerima telepon, setelah meletakkan teleponnya, dengan segera dia menghampiri Diandra.

"Halo, Diandra Ayu Perwita? Perkenalkan, saya Indra Herlambang, salah satu staff sekretaris di sini." Pria bernama Indra itu mengulurkan tangannya pada Diandra.

"Hai, salam kenal, panggil saja Diandra." balas Diandra sambil menyambut uluran tangan Indra tersenyum ramah padanya.

"Saya diminta Pak Bayu untuk mengantar Diandra ke ruang CEO untuk penandatanganan surat kontrak magang." Indra menjelaskan tujuannya.

"Oh, terima kasih Pak Indra." ucap Diandra sambil sedikit menundukkan kepalanya.

"Indra saja, sepertinya kita hanya selisih 1-2 tahun." pinta Indra.

"Terima kasih, Indra." Diandra tersenyum manis pada Indra.

"Sama-sama.... Mari!" Indra menunjukkan jalan ke arah ruang CEO yang ternyata ada di dalam pintu di ujung lorong ini.

Diandra memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas Doraemonnya, lalu perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan setelah Indra membukakan pintu.

"Masuk saja, CEO dan Pak Bayu ada di dalam." pinta Indra.

"Terima kasih, In" suara Diandra yang mengalun merdu membelai telinga Indra, ditambah senyuman manis yang menggugurkan iman, membuat Indra tersipu malu.

"Sama-sama" Indra lalu menutup pintu.

Diandra memasuki ruangan bernuansa hitam putih abu-abu. Di tengah ruangan tampak meja besar berisikan tumpukan berkas, sebuah LCD monitor dan satu buah laptop. Di belakang meja terlihat seorang pria berwajah tampan dengan garis rahang tegas, rambut agak ikal dan berkulit sawo matang tengah duduk di kursi besar CEO.

Di sebelahnya tampak Bayu yang berdiri tegak disampinya.

Diandra membaca plakat kayu yang terletak di atas meja kayu besar itu, "RADEN MAS HARYO WICAKSONO, CEO".

Lalu Diandra dengan gesture setengah membungkuk memberi salam.

"Selamat pagi Pak CEO dan Pak Bayu, perkenalkan saya Diandra Ayu Perwita, karyawan magang baru lulusan Universitas XX, Yogyakarta. Mohon bimbingannya." Diandra memperkenalkan diri dengan baik.

Haryo menatap lembut ke arah Diandra yang mebuat Bayu bergidik, karena baru kali ini dia melihat Haryo menatap seseorang dengan tatapan penuh cinta.

"Rara, ini adalah pemilik sekaligus CEO dari PT. Wicaksono World, Raden Mas Haryo Wicaksono, kamu bisa panggil beliau dengan Pak Haryo." Bayu memperkenalkan Haryo pada Diandra, dan Diandra menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala dan senyuman.

"Silakan duduk!" Haryo meminta Diandra duduk di kursi yang ada di hadapannya, Diandra meletakkan tas di lantai dan duduk dengan gerakan anggun tanpa dibuat-buat yang membuat Haryo dan Bayu makin terpesona.

Bayu menatap Diandra tanpa berkedip, mengagumi betapa sempurnanya gadis ini. Wajah oval, mata bulat cemerlang, bulu mata lentik, hidung mbangir dan bibir yang ranum, membuat dia enggan berkedip. Tapi sialnya sahabat sekaligus bosnya ini menaruh rasa juga pada Diandra, Bayu mendengus kesal.

Haryo yang mendengar dengusan Bayu langsung menatap Bayu penuh tanya. Sadar karena dengusannya terlalu keras, Bayu segera duduk di samping Diandra dan menyerahkan berkas peraturan perusahaan dan perjanjian kerja magang yang harus Diandra tanda tangani.

"Rara, ini adalah peraturan dari perusahaan ini, salah satunya tentang cara berpakaian dan larangan menjalin hubungan dengan sesama pegawai di perusahaan ini." Bayu membuka lembar bagian peraturan perusahaan. Di sana tertulis bahwa pakaian pegawai bebas dan rapi, tetapi tidak diperbolehkan bagi karyawan wanita memakai rok di atas lutut dan atasan yang tidak berlengan dan berleher rendah. Serta larangan bermake up tebal.

Lalu tentang larangan menjalin hubungan dengan sesama pegawai tertulis jelas konsekwensinya kalau salah satunya akan dikeluarkan dan membayar penalti.

Diandra tersenyum ke arah Bayu ,"Saya mengerti Pak Bayu." jawab Diandra.

Haryo mendengus kesal melihat keakraban Diandra dan Bayu. Bayu yang tahu kekesalan Haryo, segera berdiri, "Untuk selanjutnya Rara bicara dengan Pak Haryo ya, kebetulan saya harus menyiapkan berkas untuk meeting jam 09:00 ini, saya permisi dulu." Bayu pamit undur diri. Diandra tiba-tiba berdiri dan mengucap terima kasih pada Bayu.

"Terima kasih Pak Bayu, mohon bimbingannya selama saya bekerja di sini." Diandra membungkuk hormat.

"Sama-sama Ra... Pak Haryo, saya permisi." Bayu buru-buru keluar meninggalkan mereka berdua.

HSE Departement

"Ehem... Jadi anda Diandra Ayu Perwita?" tanya Haryo sambil memandangi resume Diandra.

"Betul Pak Haryo, bapak bisa panggil saya Diandra atau Rara saja." jawab Diandra yang tak berani menatap wajah tampan Haryo.

"Kalau bicara sama saya, tatap mata saya jangan menunduk, saya tidak akan menggigit." ucap Haryo sedikit tak suka karena Diandra tak mau menatapnya saat berbicara dengannya, tapi selalu menatap mata Bayu kalau mereka sedang ngobrol.

"Ma-maaf pak." Diandra mengangkat wajahnya dan menatap mata Haryo.

Haryo menelan ludah, rasanya tak bisa bernafas setelah menatap mata jernih Diandra yang berwarna abu-abu kebiruan. Haryo melonggarkan dasinya.

"Jadi sudah setuju dengan semua persyaratan dan peraturan di sini?" tanya Haryo setelah menarik nafas dalam-dalam.

"Setuju, pak!" hawab Diandra cepat.

"Bagus, tanda tangan di sini dan di sini." Haryo menunjukkan tempat di mana Diandra harus membubuhkan tanda tangannya, lalu mengulurkan pena ke arah Diandra.

Diandra meraih pena dari tangan Haryo, secara tidak sengaja jari-jari lentiknya menyentuh telunjuk Haryo yang membuat Haryo merinding karena merasakan getaran aneh di dadanya.

Haryo buru-buru menarik tangannya, kemudian perlahan dia memegang dada sebelah kiri, jantungnya berdegup 10 kali lebih cepat, diambilnya gelas berisi air putih di hadapannya lalu ditegaknya habis.

Diandra sudah selesai menandatangani surat kontrak kerja magangnya, lalu Diandra menyerahkan semua berkasnya kepada Haryo. Haryo memandangi tulisan dan tanda tangan Diandra yang terukir cantik dan rapi di atas kertas.

"Kamu sudah tahu akan ditempatkan di departemen apa?" tanya Haryo sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Iya pak, saya ditempatkan di departemen HSE pak." jawab Diandra.

"Oh... Ok, saya antar kamu ke sana!" Haryo berdiri dan merapikan jas biru metaliknya dan bersiap melangkah keluar ruangan.

"Ngapain bengong, ayo jalan!" seru Haryo tak sabar melihat Diandra hanya bengong menatapnya bingung.

"Hah, oh... Baik, pak... Maafkan saya, saya kira saya diantar Pak Bayu ke departemen HSE nya." jawab Diandra buru-buru bangkit dari duduknya, lalu dengan cepat meraih tasnya dan mengikuti Haryo dari belakang.

Diandra berinisiatif membukakan pintu tapi dicegah oleh Haryo.

"Di mana-mana, bukain pintu itu tugas lelaki, mana ada wanita bukain pintu buat lelaki." ucap Haryo seraya membukakan pintu dan mempersilakan Diandra keluar duluan, lalu Haryo menyusul setelahnya.

Indra yang melihat pemandangan itu melongo, baru kali ini dia lihat si bos besar bukain pintu buat orang lain.

"Selamat pagi, Pak Haryo... Meeting harian akan dimulai pukul 09:00 di ruang meeting utama." sapa Indra sambil menyerahkan jadwal kepada Haryo.

"Nanti dulu, aku mau antar karyawan magang ini ke departemennya." sahut Haryo.

"Baik pak." Indra membungkuk hormat pada Haryo, "Semangat di hari pertama kerja ya Diandra!" ucap Indra menyemangati Diandra.

"Thanks ya Indra, sampai ketemu lagi dan selamat bekerja!" Diandra tersenyum manis dan melambaikan tangan pada Indra.

Haryo melemparkan tatapan setajam pisau ke arah Indra dan tentu saja membuat Indra takut sekaligus bingung, "Salah apa aku?" batin Indra.

"Diandra, di kantor ini tidak boleh genit!" ucap Haryo dingin.

"Ya pak? Genit gimana ya?" tanya Diandra bingung mendefinisikan kata genit.

"Ya genit ke lawan jenis, senyum-senyum, lambai-lambai." omel Haryo.

"Lho, saya kan hanya membalas ucapan Indra pak, itu kan bentuk sopan santun, di mana genitnya?" Diandra semakin bingung.

Haryo tidak menjawab, hanya mempercepar langkahnya menuju lift.

Haryo sampai terlebih dahulu di depan lift dan berniat menekan tombolnya ketika tiba-tiba pintu lift terbuka, Bayu yang berada di dalam lift terkejur melihat Haryo di depan lift dan Diandra yang terlihat setengah berlari menuju ke arah lift.

"Pak Haryo mau kemana? Pukul 09:00 nanti ada meeting." tanya Bayu.

"HSE Departement, antar karyawan magang. Kau ikut sekalian!" perintah Haryo yang melangkah masuk ke dalam lift, sementara Diandra buru-buru menyusul masuk ke dalam lift sambil mengatur nafasnya. Beruntung Diandra memakai celana panjang dan pump shoes 3cm, jadi tidak terlalu susah bergerak.

"Tak perlu berlari, kami pasti tunggu kok!" ucap Bayu sambil memberikan tissue yang diambilnya dari dalam tas tangannya.

Diandra mengambil tissue itu dari tangan Bayu.

"Terima kasih Pak Bayu!" balas Diandra.

Haryo mendengus kesal, sepertinya Bayu mau mengajaknya bersaing untuk mendapatkan Diandra.

"Kalian berdua ingat ya, tidak boleh ada hubungan pribadi di perusahaan ini!" geram Haryo.

Bayu dan Diandra bertukar pandangan tak percaya, ini Bos lagi PMS kali ya, sensi amat, dikit-dikit ngomel. Bayu dan Diandra seperti saling membaca pikiran mereka, lalu tiba-tiba terkekeh bersamaan yang membuat Haryo bertambah geram.

"Kamu mau saya pecat langsung di hari pertama kerja?" ancam Haryo yang seketika menghentikan tawa Bayu dan Diandra.

Diandra menatap lekat pada Haryo, lalu berkata, "Maaf Pak Haryo, dari sudut pandang mana bapak mengira saya dan Pak Bayu ada hubungan pribadi? Bukannya memberikan bantuan itu salah satu wujud dari sopan santun. Pak Bayu mungkin melihat saya berkeringat lalu memberi saya tissue untuk melap keringat saya, kok bisa-bisanya bapak bilang ada hubungan pribadi? Saya senyum membalas sapaan Indra juga dibilang genit. Saya sih mensing langsung dipecat ketimbang kerja di sini tapi ini itu ga boleh, ini masih untung senyum yang ga boleh, bisa jadi sebulan ke depan saya juga ga boleh nafas di perusahaan ini!" omel Diandra panjang lebar karena terlampau kesal.

Haryo yang mendengar omelan Diandra hanya bisa terpana, baru kali ini ada orang yang berani mengomel padanya, sehingga Haryo tak mampu lagi berkata-kata.

"Ppfffft.... Bhuahahahahahaha...." Bayu tergelak tak tertahankan lagi.

"Hahaha.... Benar tuh Yo, lagian curiga amat aku sama Rara ada hubungan, ya ga ada lah, wong ya kita ketemu baru 3 kali ini ya ga Ra?" Bayu merangkul bahu Haryo sambil tertawa.

"Kamu mau kupecat?" ancam Haryo.

"Pecat lah pecat ga apa-apa, aku malah bisa fokus ngurusin pabrik tekstil papa, trus kan Diandra bisa aku rekrut kerja sama aku, kan sama-sama dipecat, ya ga Ra?" Bayu tetap tertawa sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Diandra. Diandra yang bingung melihat Bayu menggoda Haryo hanya bisa mengangguk.

"CK!!!" Haryo hanya bisa mendecih.

"Jadi gimana? Aku sama Rara jadi dipecat?" goda Bayu lagi.

Lift berhenti dan Haryo bergegas melangkah keluar dengan geram. Diandra bingung melihatnya.

"Ayo, HSE Departement ada di depan." ajak Bayu

"Saya ga jadi dipecat?" tanya Diandra bingung.

"Enggak lah, santai saja, saya sama Haryo sudah 20 tahun berteman, dia cuma lagi aneh saja hari ini, jangan dimasukkan hati." jawab Bayu.

"BAYU!!!" panggil Haryo dengan suara menggelegar.

"Ya?" Bayu bergegas menghampiri diikuti Diandra.

Mereka heran kenapa Haryo hanya berdiri di depan pintu kaca Departemen HSE.

"Di Departemen HSE kenapa karyawannya semua pria?" tanya Haryo.

"Karena tidak ada pelamar wanita, pak." jawab Bayu profesional.

"Terus ini Diandra?" tanya Haryo

"Satu-satunya lulusan Kesehatan Masyarakat yang melamar di perusahaan ini" jawab Bayu, "Dan kita sangat beruntung dapat lulusan yang pintar dan berbakat." tambah Bayu.

"...." Haryo terdiam, dalam hati dia cemas, karena Diandra akan bekerja di lingkungan yang penuh dengan lelaki. Ditambah lagi paras cantik dan tubuh yang ideal, pasti akan banyak lelaki yang suka pada Diandra.

Tanpa menunggu Haryo, Bayu membuka pintu Departemen HSE dan memanggil kepala Departemen HSE.

"Selamat pagi Pak Haryo, Pak Bayu." sapa kepala HSE, seorang lelaki berusia 35 tahun yang terlihat berwibawa dan bijak.

"Selamat pagi Pak Fahri, ini saya dan Pak Haryo mau memperkenalkan anggota baru Departemen HSE." balas Bayu lalu mengutarakan tujuannya.

Pak Fahri melirik ke arah Diandra tetapi terhalang oleh badan tegap Haryo.

Lalu tanpa menunggu Pak Fahri segera mengumpulkan seluruh anggota departemen di ruang meeting kecil yang ada di dalam Departemen HSE.

Setelah semuanya berkumpul, Haryo dan Bayu juga masuk ke dalam ruang meeting tersebut, sementara Diandra masih menunggu di luar.

"Semuanya tolong diperhatikan ya, hari ini ada penambahan karyawan magang di departemen ini, akan ada masa percobaan 3 bulan sebelum karyawan magang ini diangkat jadi karyawan tetap, jadi mohon dibimbing ya. Dan karena karyawan baru ini perempuan, jadi harap diingat peraturan perusahaan pasal 7 yang melarang adanya hubungan pribadi antara karyawan. Jadi jangan coba-coba ya, kalau tidak, kalian tahu sendiri akibatnya." Bayu menjelaskan dan memberi peringatan kepada karyawan Departemen HSE. Setelah itu, Bayu memanggil Diandra untuk masuk ke ruang meeting.

Saat Diandra melangkahkan kaki masuk, semua karyawan di Departemen HSE spontan mengucapkan kata 'WOW' dan tidak berkedip.

"Halo, selamat pagi, perkenalkan nama saya Diandra Ayu Perwita, saya baru saja lulus dari Universitas XX Yogyakarta jurusan Kesehatan Masyarakat, jadi ini adalah pengalaman bekerja saya yang pertama. Mohon bimbingan dan arahan dari bapak-bapak dan kakak-kakak semua." sapa Diandra memperkenalkan diri dengan sopan.

Suara merdu Diandra membuai semua yang ada di ruangan itu. Tak ada yang berkedip saat menatap Diandra, hal ini membuat Haryo murka.

"Kalian mau sampai kapan menatap Diandra? Mau saya congkel matanya satu-satu?" ancam Haryo geram dan membuat para karyawannya buru-buru menundukkan pandangannya.

Hary bangkit dari duduknya, dipandanginya Diandra sampai puas sebelum dia beranjak meninggalkan Departemen HSE.

Bayu menepuk bahu Diandra, "Semangat ya, kalau ada apa-apa hubungi saya. Jaga diri baik-baik di antara para serigala, Ra!" ucap Bayu.

"Hehehehe... Kak Bayu bisa saja, eh... Pak Bayu... Terima kasih ya kak, eh... Pak!" balas Diandra.

"Kakak saja, senyamannya saja kamu panggil saya! Saya tinggal dulu ya, Ra." kata Bayu, "Awas kalau kalian macam-macam sama Diandra!" ancam Bayu seraya menggesekkan telunjuknya ke lehernya sendiri. Diandra terkekeh melihatnya.

"Bye Kak Bayu!" Diandra melambaikan tangannya ke arah Bayu yang dibalas kedipan mata oleh Bayu yang buru-buru melangkahkan kaki mengejar si Bos Haryo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!