Dunia yang tenang itu sangat indah, Seorang anak terlahir dengan keadaan sehat dari keluarga yang sangat sederhana. Pada tahun xxxx bulan xx tanggal xx seorang anak terlahir bernama Anto dari pasangan suami istri bernama Surya dan Marya. Pada masa ini perkembangan sihir di kembangkan secara bertahap sejak munculnya Dungeon dan Skil. Sudah 200 tahun sejak munculnya Dungeon di Bumi hingga sekarang.
Pada pertama kali munculnya Dungeon, dunia mengalamikekacauan yang sangat luar biasa. Dunia mengalami kehancuran karena Monster yamg keluar dari Dungeon tidak bisa di atasi oleh militer, semua sejata yang di gunakan oleh militer tidak berguna dan berpengarug sama sekali melawan Monster itu. Selama beberapa tahun, kehancuran Bumi menyebabkan Populasi manusia menjadi setengah. Semua gedung-gedung hancur lebur di hancurkan oleh Monster yang besar dan kuat. Umat manusia mengalami kemunduran yang sangat drastis dalam hal kemampuan.
Namun, pada saat manusia hampir di musnahakan oleh Monster, di tengah-tengah ketakutan dan kesedihan. Di suatu tempat di Negara Z, kota Y, seorang dengan kecepatan super tinggi muncul entah dari mana tiba-tiba menghabisi Monster di tengah ketakutan manusia. Pada saat itu, tatapan semua orang tertuju pada seorang yang berpakian serba hitam dan bertopeng itu, seorang yang terlihat seperti anak-anak yang berusia sekitar 15 tahunan berpakaian serba hitam menghabisi monster dengan kecepatan luar biasa. Melihat sosok itu, semua orang menangis bahagia, melihat harapan yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya muncul.
Setelah peristiwa itu Monster di habisi, pemuda yang tidak di ketahui asal usulnya tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Setelah Monster mereda keluar dari Dungeon banyak anak-anak yang berusia 10-20 tahun membangkitkan kemampuan super. Setiap orang yang bangkit mendapatkan sebuah Skil dan Sistem seperti di dalam game.
Banyak orang yang bangkit, tapi tidak ada orang yang pernah memenukan pemuda yang menyelamatkan dunia. Setelah lima tahun berlalu populasi manusia mulai stabil dan banyak player yang yang bangkit dan mencegah Dungeon Break. Yang dulunya Cuma bangkit pada usia 10 hingga 20 tahun, kini ada seseorang yang bangkit setelah dewasa berumur 28 tahun hingga 35 tahun. Selama lima tahan terakhir pencarian identitas sang penyelamat (orang yang berpakain hitam dan bertopeng) belum di ketahui. Semua orang menjulukinya ZERO karena orang tersebut pada masanya muncul di seluruh dunia memyelamatkan manusia dari Monster dan menghilang begitu saja dari hadapan semua orang dan menjadi legenda dari seluruh Planet Bumi.
Tapi karena Monster mulai berkurang dan tidak pernah terjadi Break Dungeon, kini manusia menjadikan Dungeon tempat berburu dan mengumpukan material berharga yang bisa di gunakan sebagai sumber daya. Sumber daya yang di dapat, di gunakan untuk mengembalikan teknologi manusia sebelumnya yang hampir menghilang. Kerusakan teknologi mempengaruhi data yang sudah ada, dan tidak bisa di kembalikan. Perkembangan teknologi mengalami perlambatan pengembangan karena sihir yang bangkit di masyarakat terus bertambah dan masyarakat terus memopoli Dungeon yang ada dan mengembangakan sihir saja. Pemerintah tidak tinggal diam pada saat itu, demi mengolah sumber daya yang di dapat dari Dungeon. Demi memenuhi ambisi mereka pemerintah menetapkan aturan pada masyarakat untuk tidak menggunakan kekuatan mereka. Tapi itu tidak memperngaruhi masyarakat yang serakah untuk tetap memopoli Dungeon. Dengan legal mereka berani memasuki Dungeon secara Berkelompok dan Individu.
Pemerintah tidak tau harus bagaimana melakukan dan mencegah masyarakat memasuki Dungeon. Pada saat itulah para Player terkuat di seluruh Dunia di kumpulkan oleh pemerintah dan menyuruh mereka membentuk sebuah Akademi pendidikan untuk para Player. Semua Player terkuat di seluruh berdebat hingga berbulan-bulan utuk bisa mendapatkan keputusan membentuk Akademi untuk para player. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan pembentukan Akademi yang di minta oleh pemerintah di seluruh dunia. Yang tidak setuju mencemoh pemerintah karena tidak ada manfaat bagi mereka sedangkan yang setuju mengetahui kebaikan apa yang akan
di dapat mereka dalam membangun Akademi pelatihan Player. Yang tidak setuju membuat organisasi mereka sendiri sedangkan yang memihak pemerintah memebangun Akademi pelatihan untuk Player baru. Dan juga pemerintah memberikan izin menggunakan Dungeon secara sah, dengan cara memunyai tanda sebagai pengenal Player bersetefikat. Supaya tidak kesalahan dalam mengelola Player dan Dungeon yang ada di deluruh dunia.
Seiring berjalannya waktu. Di temukan Sistem dengan warna berbeda dan juga kelebihan masing-masing. Bronze, Silver, dan Gold merupaka System yang telah di temukan pada masanya dan juga di temukan dalam waktu 100 tahun oleh para panenliti yang terkenal dan menggolongkan mereka berdasarkan Status para Player. Selama itu, mereka juga mulai mengembangkan teknologi mereka dengan menggunkan sisa-sisa sumber daya yang tertinggal pada penyimpanan data.
Kembali ke alur cerita. Anak yang ini berkahi dengan bakat tingkat terendah tingkat normal E bintang 1. Dia menjadi seorang yang paling hebat di antara player yang bangkit. Anto adalah anak yang normal pada umumnya. Tapi itu berubah ketika dia sudah mendapatkan Skil dan System nya.
Anto akan di tinggalkan orang tuanya saat berumur 5tahun di rumahnya. Selama satu hari, Anto sangat bersedih karena di tinggalkan orang tuanya. Namun itu tidak lama, Setelah bertemu dengan Roger, Rain, Meli, Eli dan Roy kehidupan Anto berubah drastis sejak mengenal lima orang perpangkat tinggi. Untuk jelasnya silahkan baca ceritanya.
Salam kenal semuanya, author ingin mengakan kalau Novel ini adalah buatan yang pertama yang sesuai dengan format dalam novel yang author pernah baca. Mungkin saja ini tidak menarik tapi setidaknya dengan kelanjutan seri dari novel ini akan memperbaiki banyak hal dari cara penulisan author. Baiklan cuma itu saja semoga kalian suka.
Pada tampilan Sistemnya terdapat :
Strength (STR) = Fungsi : meningkatkan serangan fisik dan kapasitas berat yang di bawa.
Agility (AGI) = Fungsi : meningkatkan kecepatan serangan dan kemampuan menghindar.
Vitality (VIT) = Fungsi : meningkatkan kapasitas fisik dan kapasitas serta regenerasi HP.
Intelligence (INT) = Fungsi : meningkatkan serangan magic, pertahanan magi dan kapasitas serta regeresai MP.
Dexterity (DEX) = Fungsi : meningkatkan akurasi dan stabilitasserangan. Juga menguragi waktu casting dari skil.
Luck (LUK) = Fungsi : meningkatkan critical hit dan ferfect dogde rate.
Bagi yang belum tau status panel dalam status karakter dalam game perhatikan itu
Berikut ini tingkat system dalam cerita ini :
Bronze : E bintang 1, D bintang 2, C bintang 3, B bintang 4, dan A bintang 5
Silver : E bintang 1, D bintang 2, C bintang 3, B bintang 4, dan A bintang 5
Gold : E bintang 1, D bintang 2, C bintang 3, B bintang 4, dan A bintang 5
Berikut ini rata-rata poin awal dalam status player :
Bronze: E dari 1-5, D dari 5-10, C dari 10-15, B dari 15-20 dan A dari 20-30
Silver : E dari 10-20, D dari 20-30, C dari 30-40, B dari 40-50 dan A dari 50-60
Gold : E dari 50-70, D dari 70-90, C dari 90-110, B dari 110-130 dan A dari 130 -150
System pada cerita ini di bagi menjadi 3 dan masing-masing memiliki kelebihannya sendiri dan untuk lebih lanjut akan ada dalam ceritanya.
Perhatikan tanda baca beikut ini: INGAT YA
"Jangan pernah lakukan itu." : Ini tulisan normal maksudnya dia menggunakan mulutnya untuk berbicara.
"Aku lelah, bisa kita berhenti?" : Ini tulisan miring maksudnya dia tida menggunkan mulutnya bericara, lebih tepatnya dia memakai otaknya.
*** : Fungsinya sebagai Skip.
..... : Fungsinya sebagai mengubah tempat kejadian MC atau tokoh pemain Lainnya yang berjarak antar Planet atau dunia lain.
-Planet Bumi-
Pagi hari yang cerah suara kendaran yang lalu lalang di kota membuatnya terasa selelu hidup, di suatu tempat Negara Z kota Y. Dalam sebuah rumah ada seorang anak ekcil yang sedang tidur dan Namanya Anto (MC) umur 5 tahun. 'Mmm…' Anto kecil membuka matanya “Pagi kah?” Tanya Anto kecil perlahan bangun lalu mengusap matanya kemudian menguap dengan lebar. Anto kecil lalu tersenyum ceria saat bangun lalu keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah.
Anto berlari menuruni tangga dengan ceria dan buru-buru. Saat di lantai bawah, Anto langsung lari ke ruang makan dan di sana Anto sudah di tunggu di meja makan oleh seoerang. Orang itu melihat ke Anto yang baru datang dengan tersenyum padanya. “Kamu sudah bangun?” Tanya Ayahnya yang sedang duduk di meja makan di temani secangkir kopi di atas meja.
“Hehe… Ya Ayah.” Jawab Anto sambil berlari ke arah Ayahnya dengan ceria sekali. Setelah sampai di dekat Ayahnya, Anto langsung naik ke pangkuan ayahnya dan langsung duduk pada pangkuan Ayahnya tanpa meminta izinnya terlebih dahulu. “Hehehe!” Anto terseyum manis ke Ayahnya sambil melihat ke mata Ayahnya yang sedang tersenyum padanya.
“Ada apa nih?” Tanya Ayahnya saat Anto yang tersenyum padanya dengan ceria sekali. “Apa sesutau di wajah ayah?” Tanya Ayahnya lagi yang dengan mengerutkan keningnya penasaran kemudian mengusap wajahnya dengan tangannya saat Anto yang terus tersenyum padanya dengan sangat ceria sekali.
Di saat Ayah Anto sedang membersihkan wajahnya, seorang datang dengan membawa makanan. “Ada apa ni! Kenapa kalian berdua begitu?” Tanya Ibu Anto yang keluar dari dapur sambil membawa nasi dan lauk yang cuma 2 saja.
“Hm!.” Ayah dan Anak melihat bersamaan, lalu melihat ke Ibunya. “Tidak ada apa-apa.” Jawab singkat Ayahnya dengan tersenyum pada Istrinya.
“Mm!” Ibu berhenti bertanya ketika melihat kedua Ayah dan Anak saling senyumin “Aish!!” Istrinya lanjut kembali ke dapur saat melihat kelakuan anak dan Ayahnya yang sama-sama kerja sama seperti itu. Karena Ibunya yang sudah mengerti apa yang di lakuakan keluarganya, hanya bisa menyerah saja.
“Ayah kan hari ini libur, aku mau jalan-jalan sama ayah?” Minta Anto sambil melihat mata ayahnya dengan memelas. Ayahnya terliht berpikir saat Anto tiba-tiba meminta hal itu.
“Bagaimana ya? Mending kita main di rumah aja?” Tanya Ayahnya dengan suara lembut pada Anto yang memelas. Saat di jawab begitu, tatapannya langsung berubah jadi sedih.
“Waahhhhh….!!” Anto langsung menangis saat ayahnya tidak ingin pergi mengajaknya jalan-jalan. “AYAH JAHAT...!!” Anto berteriak dengan keras lalu berdiri lalu memukul-mukul Ayahnya. Dan di saat itu lah Ibunya datang dengan cepat mendengar tangisan Anto
“Apa yang terjadi?” Tanya Ibu Anto yang keluar dari dapur sambil membawa pisau.
“IBU...!!” Anto turun dari Ayahnya lalu berlari menuju ibunya kemudian memeluk Iblunya.“Ibu, ayah jahat tidak mau main sama aku!” Dengan sedih Anto ngadu pada ibusnya sambil menangis dan menghapus air matanya.
“Cup, cup, cup, tenang saja Ayah pasti akan mengajakmu bermain kok!!” Ibunya menenangnya Anto dengan suara lembut sambil melototi Ayah dan mengankat pisau yang di bawanya. Ayah Anto langsung merinding sambil tersenyum ketakutan sama tatapan Istrinya yang menatapnya dengan tajam.
“O, oke ayah akan menemanimu bermain.” Timbal Ayahnya sambil tersenyum ketakutan pada Anto yang masih menangis kecil. Setelah mengucapkan itu, Istrinya langsung tersenyum pada Anto dan menurunkan pisau yang di angkatnya pada Ayah Anto. Kemudian mengelus kepala Anto dengan lembut.
“Ayah bilang akan menemanimu bermain, jadi tenang saja ayah mengajakmu seharian bermain.” Dengan senyum Ibunya menengangkan anaknya lalu melototi Ayah Anto lahi dengan tajam mengancam menyuruhnya untuk menemani anaknya bermain.
“Benarkah?” Tanya Anto yang masih tersedu-sedu karena menagis, sambil menatap Ibunya.
“Ya, Ayah akan menemani bermain seharian hari ini.” Jawab Ayahnya yang masih takut dengan tatapan Istrinya sambil berusaha tersenyum pada Anaknya yang melihat padanya, setelah meresponnya. Setelah itu Anto langsung senang sekali medengar perkataan ayahnya, kemudian Anto berlari kembali ke Ayahnya dengan demikian mereka berdamai kembali. Sementara itu Ibunya Anto kembali ke dapur dan mengerjakan tugasnya sebagai Istri.
***
Setelah kegiatan sarapan selesai, di depan rumah. Ssemua sudah sudah siap unuk pergi, Anto dan Ayahnya melihat ke Ibu yang sedang mengeluarkan sepeda motor terbang dari garasi lalu keluar dari gerbang rumahnya. “Anto, Ibu berangkat kerja dulu.” Ibunya berpamitan kepada Anto sambil memakai helmnya.
“Ibu, hati-hati dijalan.” Timbal Anto sambil melambaikan tangannya kepada Ibunya yang menaiki sepeda motor dengan sangat riang dan ceria sekali. Ibunya memebalas lambaian Anto, kemudian langsung menancap gas motor terbang menjauh dari rumah.
Anto melihat ke Ayahnya yang sedang menggendongnya dengan senyum dengan tingkah nya yang aktif dan ceria. “Kalau begitu ayo kita siap-siap juga.” Ajak Ayahnya sambil membawanya masuk Anto ke rumah.
“Yeyyy!” Anto yang sangat senang akan pergi jalan-jalan dan riang di gendongan Ayahnya. Setelah masuk, Anto di turunkan oleh Ayahnya dan dia langsung berlari riang menuju kamarnya untuk berganti pakaian yang di ikuti oleh Ayahnya dari belakang. Ayahnhya hanya bisa senang melihat anaknya yang ceria dan aktif seperti itu.
***
Setelah beberapa ment ganti pakaian keduanya siap-siap akan jalan. “AYAH... DI MANA AYAH...?” Anto berteriak dari tangga yang sedang turun dari kamarnya dengan wajah gembira sekali. Anto langsung berlari ke depan rumahnya karena tidak di jawab oleh Ayahnya sama sekali. “Ayah!” Anto langsung memeluk Ayahnya dari belakang saat melihat Ayahnya duduk di depan pintu rumah yang sedang memakai sepatu. “Kita akan kemana ayah?” Tanya Anto yang sangat penasaran dan juga sangat senang sekali.
“Hari ini kita akan jalan-jalan di taman di dekat sini sampai kita puas.” Jawab Ayahnya dengan tersenyum dan penuh semangat. Anto jadi senang dengan jawaban Ayahnya sendiri. “Ayo, cepat pakai sepatumu.” Ayahnya menyuruh Anto yang belum pakai sepatunya.
“Yeyy!” Anto sangat senang sekali sambil loncat-loncat setelah turun dari punggung Ayahnya. Anto yang sedang bersemangat, mengambil sepatunya di rak sepatu dan buru-buru memakainya. Ayahnya yang melihat itu langsung membuak pintu depan rumahnya sambil menunggu Anto memakai sepatunya yang dia sudah bisa sendiri. “Ayah, aku sudah selesai.” Anto berjalan ke dekat ayahnya yang sudah keluar duluan dan menunggunya di depan pintu.
“Ayo kita jalan.” Ajak Ayahnya sambil tersenyum pada Anto yang telah di luar dengan meminta di pegang tangannya. Ayahnya mengambil tangan Anto lalu berjalan ke depan pintu gerbang rumahnya.
“Aku mau di gendong!” Minta Anto sambil melepas tangan dari Ayahnya kemudian mengangkat kedua tangannya dengan senang saan baru beberpa meter jalan. Tanpa ayahnya menjawab Anto langsung di angkat dan di taruh ke pundaknya. “Yeyy!” Anto mengangkat tangannya ke atas, yang sedang bersemangat di pundak Ayahnya yang tingg. “Ayo Ayah kita jalan.” Ajal Anto yang semangat sekali yang masih mengakat tangan di pundak Ayahnya.
“Oke, oke, Ayo kita jalan. Hari ini kita senag-senang.” Balas Ayahnya dengan sambil jalan dengan pelan keluar dari gerbang rumahnya. Ayahnya berjalan di pinggir jalan utama di area perumahan itu menuju taman yang tidak terlalu jauh area perumahan di sana. Anto yang di pundak Ayahnya melihat sana sini dengan sangat senang sekali, namun area perumaha tempat tinggal mereka tanpak sepi dan juga tidak terlihat banyak sekali orang dewasa maupun anak-anak seperti Anto. Anto yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa hanya bisa tersenyum saja saat melihat itu dengan wajah senang.
***
Sepanjang jalan ke taman. Anto dan Ayahnya tiba di sebuah jalan yang banyak orangnya. “Ayah, apa itu?” Tanya Anto yang melihat orang-orang terbang dan melayang di langit.
“Oh...! Mereka itu Player.” Jawab Ayahnya yang berhenti sejenak sambil melihat orang yang terbang melayang di langit menemani Anto yang sedang melihatnya dengan sangat serius.
“Kenapa mereka tidak berjalan seperti kita Ayah?” Tanya Anto yang terus melihat beberapa orang yang sedang terbang melintas di langit lalu melihat ayahnya lagi.
“Karena mereka mempunyai kekuatan.” Jawab Ayahnya sambil melanjutkan perjalanan ke taman dengan pelan. Anto jadi bingung dengan hal yang di katakan Ayahnya.
“Apa itu kekuatan Yah?” Tanya lagi Anto pada Ayahnya yang sedang berjalan yang terlihat bingung dan juga penasaran.
“Hm!” Ayahnya memikirkan bagaimana cara menjelaskannya “Kekuatan itu bisa membuat orang terbang, berjalan di atas air, atau lompat tinngi. Nanti kamu juga bisa mendapatkan kekuatan seperti itu.” jawab Ayahnya yang terus jalan ke taman sambil menjelaskan dengan amburadur pada Anto yang mudah di mengerti oleh anak kecil seperti Anto.
Anto yang medengar itu jadi tersenyum dan juga merasa ingin tahu sekali. “Apa kekuatan Ayah?” Tanya Anto yang mulai melihat Ayahnya yang sedang berjalan dengan santai dan pelan.
“Kekuatan Ayah berlari cepat. Itu membuat bisa jalan sangat cepat, misalnya Ayah mau pergi ke tempat Ibumu kerja, Ayah bisa sampai di sana dengan sangat cepat.” Jawab ayahnya dengan senang sambil mejelaskan dan mencotohkan.
Anto yang mednegar itu jadi semakin ceria sekali dan Ayahnya jadi senang dengan Anto yang seperti itu. “Ayah, Ayah, apa Ibu punya kekuatan seperti Ayah?” Tanya Anto yang semakin penasaran dengan kekuatan
“Tentu saja Ibumu punya. Bahkan lebih hebat. Ibumu bisa menggerakkan benda di sekitarnya. Misalnya...!” Ayahnya melihat kesana kemari. “Itu! Ibumu dapat melayangkan tau menerbangkan mobil itu.” Ucap Ayahnya sambil menunjuk sebuah mobil yang sedang parkir di pinggir jalan yang dekat dengan mereka.
Anto semakin tertarik dengan kekuatan itu. “Ayah, kapan aku bisa punya kekuatan seperti Ayah dan Ibu?” Tanya Anto yang ingin mengetahui dan dengan ekspresi ceria sekali. Ayahnya hanya tersenyum saja saat Anaknya menanyakan itu.
“Sabar, tunggu nanti saat kamu sudah besar, kamu pasti akan mendapatkan kekuatan seperti Ayah dan Ibu. Tunggu saja.” Jawab Ayahnya berhenti jalan yang berhenti tepat di sebuah gerbang raksasa. “Lihat! Kita sudah sampai.” Tunjuk Ayahnya saat sudah sampai di depan gerbang taman.
“Wahhhhh…!!.” Anto terpukau saat melihat gerbang taman yang sangat besar sekali. “Ayah, Ayah aku mau turun.” Minta Anto yang sangat ingin turun dari pundak Ayahnya. Tanpa ayahnya menjawab, dia langsung menurunkan Anto dari pundaknya. Anto yang sudah di turunkan langsung berlari ke gerbang taman dengan gembira.
“Ayah, ayo cepat!” Minta Anto kepada Ayahnya dengan sangat gembira sekali sambil berlari duluan ke gerbang.
“Anto, tunggu sebentar!” Ayahnya meminta Anto untuk berhenti berlari. Namun Anto tidak mendengarkan Ayahnya, hingga Anto di depan pintu gerbang taman yang sangat besar. Dan di dekat gerbang itu, ada patung yang lumayan tinggi. Anto yang sangat gembira langsung berlari masuk, tapi tiba-tiba salah satu patung menghetikannya dan membuat Anto ketakutan. Anto yang sangat ketakutan berhenti berlari, dan mematung di tempat. Karena tidak ada gerakan lagi dari patung itu, Anto berbalik lalu langsung berlari ke Ayahnya dengan sangat cepat.
Saat Anto sampai di dekat Ayahnya dia lansgung bersembunyi di balik kaki Ayahnya dengan sangat ketakutan sekali. “Ayahhh..! patung itu bergerak?” Anto dengan ketakutan memeluk kaki Ayahnya dengan cukup takut. Ayahnya yang melihat itu jadi terlihat senang melihat anaknya yang juga bisa takut dengan hal baru di lihatnya
“Tenang ada Ayah disini.” Ayahnya duduk membuat Anto melepas kakinya dan membiarkan dirinya di peluk Anto yang ketakutan lalu berdiri mengangkat Anto. “Jangan takut, itu cuma patung yang tidak berbahaya kok.” Dengan menunjuk kearah patung yang sudah kembali ke tempatnya “Coba kamu lihat patung itu!” Menyeruh Anto melihat ke patung yang sudah kembali ke tempatnya.
Anto dengan agak ragu dan takut melihat ke arah gerbang, ke patung yang di tunjuk Ayahnya itu. “Nah, kamu lihatkan mereka tidak berbahaya dan menakutkan!” Ayahnya menenangkan Anto sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Anto tidak merespon Ayahnya melainkan diam saja setelah melihat patung itu yang sudah ada di tempatnya. Ayahnya yang tidak di respon kurang mengerti bagaimana cara menenangkan Anto yang sedang seperti itu.
“Ayo kita beli es krim dulu!” Ajak Ayahnya yang masih merasa tidak tahu harus berbuat apa pada Anto yang masih ketakutan. Anto tidak merespon dan Ayah bejalan ke sebuah bangku yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Ayahnya kemudian menurunkan Anto di sana dan menemninya duduk. Ayahnya sama sekali tidak mengerti dengan anaknya yang diam saja dan melihat ke depan dengan kosong sekali. "Ayah belikan eskrim ya!" Ajak bicara Ayahnya dengan santai, namun Anto masih diam saja seperti melihat sesuatu di depannya. Ayahnya melihat sana sini saat Anto sedang diam saja seperti melihat sesuatu di depannya.
"Ayah pergi beli eskrim dulu di sana!" Ayahnya menunjuk ke sebuah penjual eskrim yang tidak jauh dari tempatnya. Anto hanya mengangguk saat di ajak Ayahnya beli es krim dan tidak bicara sama sekali. Ayahnya jadi tidak tahu harus apa lagi dengan anaknya yang seperti itu. “Kaamu mau rasa apa?” Tanya Ayahnya yang terus mengelus kepala Anto yang tidak melihat ke arahya sama sekali.
“Rasa jeruk” Jawab Anto dengan suara kecil dan juga masih melihat depan saja. Ayahnya yang melihat itu masih bingung dengan tingkah anaknya sendiri.
“Kamu mau ikut beli atau tunggu disini?” Tanya Ayahnya yang ingin mengajak Anto pergi beli eskrim.
“Aku mau disini.” Jawab Anto dengan suara kecil dan juga terlihat tidak ada mood sama sekali. Ayahnya yang melihat semakin khawatir dengan tingkah anaknya yang tadi ketakutan kini jadi terlihat berbeda dan juga seperti orang lain saja.
“Kalau gitu,tunggu ayah sebentar, ya!” Dengan senyum pada Anto yang tidak melihatnya sama sekli. Anto mengangguk sebagai jawaban pada Ayahnya. Setelah Anto menjawab, Ayahnya langsung berjalan ke penjual eskrim yang tidak terlalu jauh dari bangku tempat Anto menunggu.
Anto yang di tinggal tanpak tenang dan juga terlihat santai sekali dan tidak takut apa pun sama sekali saat Ayahnya jalan sekaligus melihat Anto yang masih di posisinya yang sama. Saat sudah di dekat penjual eskrim, Ayahnya juga melihat ke Anto yang masih diam di tempatnya. “Beli rasa jeruk, dua?” Memesan ayahnya kepada penjual eskrim sambil terus melihat Anto yang sedang duduk sendiri menundukkan kepala.
Tidak butuh lama Ayahnya membeli eskrim saat sedang tidak terlalu ramai pengunjung seperti itu. Setelah selesai membeli es krim mereka kembali ke bangku sambil melihat Anto yang masih menundukkan kepalanya. “Ini eskrimmu!” Ayahnya tersenyum sambil memberikan Anto eskrim yang di ulurkan padanya.
Anto tanpa menjawab mengambil eskrim di tangan ayahnya dengan melihat ke wajah Ayahnya. “Hm! kenapa kamu diam terus?” Tanya ayahnya yang melihat Anto sudah tenang. Anto diam saja sambil menjilati eskrimnya tanpa ada ekspresi.
“Ayah aku mau pulang!” Minta Anto yang terus menjilati es krim dengan tatapan lurus ke eskrimnya. Ayahnya yang melihat Anto yang seperti itu, jadi sangat bingung sekali harus bagaimana. Karena tidak tau harus melakukan apa, Ayahnya hanya bisa menuruti kata Anto.
“Kalau gitu, kita habiskan dulu eskrim ini dulu baru kia pulang.” Minta Ayahnya sambil mengelus kepala Anto yang duduk tenang di sampingnya sambil tersenyum melihat Anto yang sepertinya ada sesuatu yang terjadi padanya menurutnya. Anto hanya mengangguk sebagai jawaban pada Ayahnya.
***
Setelah beberapa menit makan eskrim, mereka berdua pulang beranjang pulang dengan Anto yang di gendong di pundak Ayahnya. Sepanjang perjalanan pulang, Anto yang di gendong hanya terdiam saja di punggung ayahnya dan tidai bicara sama sekali. Ayahnya berhenti sebentar lalu melihat ke anaknya yang ada di punggunya yang tenang sekali. “Anak ini tertidur rupanya!” Guman ayahnya saat melihat Anto yang sedang tidur pulas di punggungnya “Sebaik mari percepat pulang saja.” Ucapnya dengan jelas Ayahnya sambil berjalan pulang ke rumah dengan santai dan senyum senang. Saat di jalan, Anto membuka matanya perlahan dan ternyata dia bangun dengan ekpresi yang berbeda dari sebelumnya.
“Sepertinya Ayah tidak menyadari kalau aku pura-pura tidur!” Pikir Anto yang pura-pura tidur yang medengar perkataan Ayahnya “Selian itu, tadi itu apa? Kenapa ada sesuatu yang muncul di depanku!” Menginagt kejadian bangkitnya Dirinya sebagai Player dan belum mengetahuinya. “Selain itu kenapa aku bisa ingat semua cara pembuatan es krim itu?” Anto yang secara tidak sengaja mengaktifkan Skilnya yang mengingat dengan jelas sekali apa yang telah di lakukannya sebelumnya itu. “Apa itu yang di maksud ayah dengan kekuatan?” Anto bertanya pada dirinya sendiri mengingat kembali perkataan Ayahnya dengan terus berpura-pura. "Bagaimana pun, itu belum bisa kuspastikan. Nanti di rumah akan ku coba saja." Pikir Anto yang pura-pura tidur dengan tenang dan tidak membuat keributan saat dalam perjalanannya pulang. Tapi Anto yang mulai pintar sejak mendapat kekuatanya belum menyadari siapa diri sendiri.
***
Beberapa menit berlalu, Anto dan Ayahnya kini berada di depan depan gerbang rumahnya. Ayah Anto melihat ke anaknya yang masih tenang. “Masih tidur!” Saat melihat Anaknya sedang tidur di punggungnya “Anak ini tertidur sangat lelap.” Ucap Ayahnya yang mengira Anto tidur.
Tapi Anto sebenarnya tidak tidur sama sekali sejak pulang dengan di gendong. “Apa sudah sampai?” Tanya Anto yang masih pura-pura tidur dan sedikit mengintip saat Ayahnya berhenti dan terdengar suara tekanan membuka pintu rumahnya. Ayahnya yang sudah membuka pintu rumah, langsung jalan ke kamar Anto. Anto tidak banyak bergerak dan membiarkan Ayahnya membawanya naik ke atas ke kamarnya saat mengintip Ayahnya yang jalan ke kamarnya. Setelah sampai di depan pintu kamarnya, Ayahnya langsung masuk kemudian membaringkan Anto di kasurnya.
Ayah Anto duduk di tepi kasur Anto sambil mengelus kepala Anto yang sedang di anggapnya tidur. “Fyuh... sepertinya ini akan menjadi kenangan yang buruk baginya!” Ayahnya merasa kasihan pada Anaknya sambil bangun lalu berjalan keluar pintu.
Anto masih diam saja dan tidak bangun selama beberapa detik setelah Ayahnya keluar dari kamarnya. “Mm! sepertinya ayah sudah keluar!” Saat medengar Ayahnya menutup pintunya. Anto yang mdengar itu langsung mengintip dulu kemudian melihat ke pintu masuk kamarnya yang sudah tertutup rapat. Anto bangun lalu terdiam di tempat tidurnya dengan penuh semangat memikirkan yang terjadi di taman.
“Tadi itu apa?” Anto yang berusaha mengingat kembali saat pertama kali melihat layar Status sambil memegang dagunya. Anto yang menyadari apa yang di lihatnya tadi di taman, bisa membuatnya mengingat dengan jelas semua yang telah dia lakukan selama ini, bahkan bisa mengingat dengan jelas semua perkataannnya tadi pagi dan beberapa hal yang serimg di lupakanya. Anto yang ingin tahu apa yang muncul itu mulai berdiri. “Muncul lah…” Ucapnya dengan berpose. di atas kasurnya. Namun tidak muncul juga layar Systemnya. “Apa yang terjadi? Bagaimana cara menampilkannya?” Tanya Anto mulai turun dari kasurnya berjalan bolak balik di kamarnya sambil berpikir. “Apa sebaiknya aku Tanya ayah saja Tapi, kalau aku Tanya pasti ayah akan curiga!” Anto berpikir lagi dan kali ini cukup lama merenungkan apa akan bertanya pada Ayahnya atau tidak.
***
Setelah lama berlalu di kamarnya, Anto masih saja tidak tahu harus apa. “Apa aku turun saja?” Tannya Anto yang sudah bolak balik selama 10 menitan lebih di kamarnya dengan mencerna dan mencoba memahami apa yang telah terjadi belum lama ini. Anto yang tidak tau harus melakukan apa di kamarnya, milih turun ke lantai bawah.
Saat sampai di lantai bawah, Anto diam di akhir tangga sambil mengintip dari sana. Karena tidak ada orang Anto jalan ke ruang keluarga lalu mengintip ruang keluarga, untuk melihat apakah ayahnya ada di sana. “Sepertinya ayah tidak ada di sana!” Pikirnya saat melihat tidak melihat ayahnya di ruang keluarga Setelah merasa kalau semuanya aman, Anto langsung masuk ke ruang keluarga. Tapi, Anto jadi kaget dan terdiam saat mdengar suara di sopa. “Ayah!?” Anto Kaget saat melihat ayahnya berada d sopa sedang tidur dan sepertinya sangat pulas sekali.
Anto yang melihat ayahnya di sopa, langsung berhenti di tempat. “Kenapa Ayah tidur disini?” tanya Anto sambil melihat Ayahnya yang sedang berbaring tidur di sopa. Anto diam cukup lama di tempatnya. “Untung Ayah tidak bangun.” gumannya dengan suara kecil sambil celingak celinguk mengawasi. Setelah beberapa saat, Anto mulai jalan berkeliling di ruang keluarga karena merasa aman dari Ayahnya yang sedang tidur. Karena tidak menemukan apa yang dinginkannya di ruang keluarga, Anto mulai berkeliling rumah untuk mencari petunjuk.
***
Tapi setelah 30 menitan mencari, tidak menemukan patunjuk apapun yang di carinya. Anto jadi terdiam di dekat toilet. “Sebenarnya apa yang aku cari?” Tanya Anto yang sangat kebingungan setelah bolak balik di rumahnya tanpa tujuan apapun. Anto yang di sana jadi terdiam memikirkan itu semua.
Di sisi lain, Ayahnya bangun dan keluar dari ruang keluarga lalu jalan ke Toilet tempat Anto sekarang ada. Saat sampai di dekat tolilet dia melihat anaknya sedang berdir di sana. "Hm!" Ayahnya yang melihat Anto di toilet masih diam saja mendekat ingin tahu apa yang anaknya sedang lakukan berdiri di sana. “Anto. kamu sudah bangun?” Tanya ayahnya yang tiba-tiba di belakangnya yang menguap lebar.
“AAA...!” Anto kaget dengan Ayahnya yang bertanya padanya hingga membuatnya kaget sekali karena terlalu fokus dengan dengan yang di carinya itu. “Ayah!” Anto langsung berbalik melihat ke ayahnya. Setelahnya dia membuat wajah sedih dan Ayahnya langsung bingung dengan ekspresi Anto yang tiba-tiba berubah hendak mau nangis. "WAAA...!" Anto menangis dengan kerasa akibat kaget dari Ayahnya sendiri.
Ayah Anto langsung kebingungan karena Anto yang tiba-tiba menagis seperti itu. “Ada apa?” Tanya Ayahnya yang sedikit panik saat melihat Anto yang tiba-tiba menangis. Karena tidak tau harus melakukan apa, Ayahnya terus membiarkan Anto terus menangis dengan sedikit panik sambil mengelus kepala Anaknya. Anto yang di elus kepalanya perlahan mengurangi tangisannya. Ayahnya merasa lega saat melihat Anto yang mulai sedikit tenang setelah menagis beberapa saat saja.
Beberapa saat Anto mulai tenang, setelah menagis beberapa saat saja. Ayahnya berhenti mengussp kepala Anto “Kapan kamu bangun?” Tanya Ayahnya yang masih agak canggung sama anaknya sendiri sambil menatapanya dengan senyum.
“Uhuk! Aku baru bangun dan… dan ingin pergi ke toilet.” Jawab Anto dengan sedikit tersedu dan juga batuk dan terlihat membuat alasan kecil sekali. “ Tapi ayah mengejutkanku.” Bicaranya lagi dengan lancar dan sudah tenang sepenuhnya sambil membersihkan Air matanya yang tersisa.
“Maaf, mengejutkanmu, tadi ayah melihat kamu dari jauh di sini makanya ayah penasaran!” Berusaha menenagkan Anto supaya lebih tenang lagi.
“Tadi aku udah minum dan mau masuk ke toilet, sebelum Ayah tiba disni.” Jawab Anto dengan sangat lancar sambil melihat ke Ayahnya dengan wajah sedihnya. “Aku akan masuk dulu Yah.” Izin Anto kemudian masuk ketoilet dengan tenang sambil meninggalkan Ayahnya di luar.
“Apa yang baru saja terjadi! Mengapa tingkahnya sedikit berbeda!?” Tanya Ayahnya Karena merasa Anto sedikit berbeda selama beberapa saat. “Apa dia memasuki masa pemberontakan pada OrangTau!?” Tanya Ayahnya yang tidak-tidak mengenai Anaknya sendiri. “INI TIDAK BISA DI BIARKANNN...!!” Berteriak Ayahnya sambil berlari meninggalkan toilet dan keluar dari rumah meninggalkan Anto sendirian di ruamh kemudian pergi entah kemana.
Anto yang di toilet hanya duduk saja mendengar jelas suara teriakan Ayahnya. “Kenapa Ayah berteriak!” Guman Anto yang berada di dalam toilet sedang berdiri saja “Tapi kenapa aku tiba-tiba berbohong kepada ayahku?” Tanya Anto yang mengingat kembali perkataannya pada Ayahnya sambil melihat ke langit-langit atap toilet. “Sebaiknya aku keluar saja dan minta maaf kepada ayahku!” Pikirnya dengan sedikit tenang saat keluar dari toilet.
Anto yang sudah di luar tolilet, langsung jalan ke ruang keluarga. Sesampainya di ruang keluarga, Anto tidak menemukan Ayahnya di sana. “Mmm… dimana ayah?” tanya saat tidak melihat Ayahnya di ruang keluarga “Apa mungkin di dapur?” Sambil melangkah ke dapur dengan pelan “Tidak ada juga?, apa mungkin ada kamar!” Kembali berjalan ke menujur kamar Ayah dan Ibunya “Tidak ada juga!” Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ayah ada dimana?” Tanya Anto sambil berjalan ke ruang keluarga dengan merasa bersalah.
Setelah sampai di ruang keluarga, Anto Langsung duduk di sopa panjang, Anto tidak sengaja melihat sebuah buku di atas meja. Karena sedikit penasaran, Anto langsung mengambil buku itu. “Buku apa ni?” Dengan teliti melihat bagian belakang cover buku. “Gambarnya bagus sekali!” Anto mengomentari buku itu saat melihat cover depannya Setelah Anto meliha cover depannya, dia mulai membacanya. Setelah beberapa menit, Anto mulai terlarut baca buku itu. Anto yang terlarut dalam membacanya tidak sadar waktu yang telah dia habiskan. Anto duduk di sopa selama beberapa jam hingga lupa tujuannnya.
***
Beberapa jam berlalu, Anto masih diam di tempatnya dengan membca komik itu. “ANTOO...!!” Suara teriakan terdengar dari luar rumahnya dan membuat Anto tersadar sebentar.
“Siapa sih?” Gumannya dan tetap lanjut membaca bukunya dan tidak peduli. 'BRAK!' Pintu depan rumah di buka dengan sangat keras sekali
“ANTO DI MANA KAMUUU...?” Ayahnya berteriak di dalam rumah dengan sangat kencang sekali hinnga Anto diam saja tidak peduli teriakan Ayahnya sendiri. Bukan itu alasan Anto tidak merespon, dia malah terlarut membaca bukunya, hingga dia tidak membalas suara teriakan Ayahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!