"Hai" Sapa lelaki itu mendekati Rana.
Rana menatap bingung lelaki tampan yang ada didepannya itu yang seharusnya tidak ada didalam dapurnya. Dengan setelan jas berwarna hitam, rambut yang disisir rapi ke belakang, penampilannya sangat luar biasa elegan dan sangat tampan. Seharusnya lelaki ini ada didepan bukan malah masuk ke dapur. Rana berpikir mungkin laki-laki ini tersesat ketika ingin ke toilet atau bagaimana hingga dia malah justru masuk ke dapurnya.
"Ya, apakah anda sedang tersesat?" Rana bertanya pelan, lalu menepiskan tepung yang ada ditangannya. Tadi dia sedang menimbang tepung untuk membuat cake. Lelaki itu mengembangkan senyuman yang luar biasa manis pada Rana.
"Aku sengaja kemari untuk mencari siapa dibalik pembuatan kue, cake dan roti yang terkenal enak disini, kenalkan aku Arvino pemilik Prakarsa Corporate, kau bisa memanggilku Vino"
Oke. Jadi lelaki ini adalah pemilik perusahaan yang akan membeli aneka kue buatannya untuk pesta tahunan yang diadakan perusahaan itu.
Vino mengulurkan tangannya menyalami Rana, dan Rana langsung menyambut uluran tangan lelaki itu.
"Aku Kirana Aurellie, kau bisa memanggilku Rana" Jawab Rana dengan suara pelan dan meragu.
"Nama yang manis, semanis wajah dan kue buatanmu" Ucap Vino lalu berdehem "Bisakah kau menunjukkan katalog Bakery ini, aku ingin melihatnya dan memilih langsung kue yang akan disajikan dipestaku nanti, boleh?"
Rana tersenyum "Tentu saja, aku akan mengambilkan dan nanti anda bisa memilih, kami juga akan memberikan tester untuk anda, agar anda tahu bagaimana rasanya"
Rana mengibaskan kedua telapak tangannya yang dipenuhi tepung, lalu mencuci tangannya di wastafel. Rana kemudian mengambil katalog berisi aneka varian kue buatannya lalu mempersilahkan Vino untuk duduk. Dengan penuh serius ,Vino membolak-balik halaman katalog itu.
Tanpa sadar Rana menghela napas panjang, aura lelaki itu tampak begitu mengintimidasi dan membuatnya tanpa sadar menahan napas dengan jantung berdebar saat berada didekat Vino.
Cukup lama Vino berkutat dengan Katalog pemberian Rana, dia lalu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Rana yang berdiri didekatnya. "Aku tertarik dengan semuanya tetapi tidak mungkin aku memilih semuanya tapi aku sudah memutuskan akan memilih beberapa cake dan kue lainnya" Gumam Vino lembut dan senyumnya tidak pernah lepas dari wajahnya.
"Baiklah, mana saja yang anda inginkan, saya akan mencatatnya agar mudah memberikan tester untuk anda"
*****
Rana serius mencatat satu per satu kue yang dipilih oleh Vino. Setelah tercata semua, Rana memanggil salah satu pegawainya dan memberi catatannya agar pegawainya itu bisa menyiapkan semua kue yang sudah dipilih oleh Vino.
"Sudah berapa lama Bakery mu ini berdiri?" Vino membuka obrolannya dengan Rana.
"Sudah sekitar 5 tahun"
"Kau join dengan orang lain atau ini milikmu sendiri?"
"Ini milik pribadi, dulu almh. Mama ku yang memilikinya kemudian setelah lulus kuliah, akulah yang menggantikannya sampai sekarang" Ucap Rana menjelaskan.
Sambil tersenyum Vino terus saja memandang ke arah Rana yang berdiri didepannya, menatap peremuan itu dengan dalam seolah tidak ada pemandangan yang lain yang bisa dilihatnya saat ini. Sementara Rana merasa salah tingkah karena Vino sepertinya terus saja memandangnya.
"Maaf, aku kesana sebentar, anda tunggu saja sebentar lagi kue nya pasti sudah siap, permisi" Ucap Rana lalu menundukkan badannya dan pergi meninggalkan Vino.
******
Aura Vino benar-benar membuat Rana merasa terintimidasi entah kenapa. Dan kepalanya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan kenapa lelaki itu turun sendiri untuk mencoba kue yang ada disini, karena biasa nya perusahaan besar akan mengirim orang untuk datang bukan malah pemilik perusahaan itu sendiri.
Rana kemudian pergi untuk menemui pegawainya yang tadi dia beri tugas untuk menyiapkan tester lalu membantunya dan membawanya kepada Vino. Hingga akhirnya Rana kembali menemui Vino dengan membawa berbagai kue yang diminta oleh lelaki itu.
Vino kemudian mulai mencoba satu persatu, sementara Rana menunggunya sambil sesekali menjawab pertanyaan Vino tentang kue yang dicobanya.
Rupanya Vino menyukai semua kue yang ada ditoko Rana, dia memuji rasanya yang begitu enak.
"Aku tidak bisa berkata-kata lagi, ini semua sangat enak, kau benar-benar luar biasa, aku penasaran dimana kau hisa belajar membuat aneka kue seperti ini?"
"Aku kuliah dan mengambil jurusan tata boga"
"Wow pantas saja kau bisa menghasilkan ini semua, aku yakin kau juga pasti sangat pandai memasak, akan sangat beruntung laki-laki yang memperistrimu nanti, kau sangat mandiri dan pintar memasak, well aku ingin semua yang sudah aku cicipi tadi, jika kue dari tokomu ini membuat tamu ku terkesan, aku akan berlangganan disini, kurasa kita bisa menjalin kerjasama yang baik" Vino mengulurkan tangannya dan Rana menerimanya.
"Terima kasih, semoga apa yang kami sajikan dapat membuat anda terkesan, tentu kami akan sangat senang jika anda menjalin kerjasama dengan kami"
"Sama-sama, emmmm bolehkah aku meminta kartu namamu, ya maybe jika aku ada acara atau butuh sesuatu aku bisa langsung menghubungimu"
Rana mengangguk lalu pergi meninggalkan Vino untuk kengambil kartu namanya. Beberapa saat kemudian dia kembali dan memberikan kartu namanya pada Vino. Lalu lelaki itu mengucap permisi dan meninggalkan bakery milik Rana dengan senyumnya yang begitu manis yang pasti bisa menyihir semua wanita yang melihatnya. Tetapi bagi Rana, Vino bukanlah tipe nya, lelaki itu terlalu sempurna dan terlalu mendominasi, pasti akan sangat sulit jika memiliki kekasih seperti lelaki itu.
*****
Rana melempar tubuhnya diatas ranjangnya, hari ini dia merasa sangat lelah sekali. Seharian berkutat didapur membuatnya merasa sangat letih tetapi dia sangat senang melakukannya. Bakery miliknya telah berkembang cukup baik dan telah memiliki banyak pelanggan. Rana ingin sekali memperluas bakery nya itu, tidak hanya menjadi sebuah bakery tapi dia sangat ingin itu juga menjadi bakery cafe, sehingga orang-orang bisa duduk bersantai menikmati secangkir kopi atau teh dengan sepotong kue disiang sore atau malam hari dengan suasana sejuk dan nyaman. Rana sudah menyiapkan tabungan untuk mewujudkan mimpinya itu tetapi itu masih kurang, dia harus sedikit bersabar lagi untuk mewujudkan keinginanya itu.
Rana sangat yakin bahwa dia bisa mewujudkan impiannya itu sebentar lagi. Hanya perlu kerja keras dan ketekunan serta kesabaran pasti semua bisa terwujud. Rana tidak pernah berhenti berdoa agar Tuhan selalu memperlancar dan memudahkan jalannya. Jika semua itu sudah terwujud, Rana baru akan memikirkan tentang memiliki kekasih lalu menikah, saat ini yang terpenting adalah kesuksesan dari usahanya.
Rana menjadi teringat tentang sosok almarhumah ibunya yang sangat dia rindukan. Ibu yang penuh cinta dan sangat mencintainya, selalu mendukungnya tetapi mereka harus dipisahkan oleh takdir, ibunya harus meninggalkannya selama-lamanya beberapa tahun silam karena mengalami kecelakan, dan itu membuat Rana sangat terguncang. Dia harus bersusah payah melanjutkan bisnis ibunya sambil meneruskan kuliahnya yang saat itu tinggal sebentar lagi. Tetapi dia bisa melewati masa sulit itu dengan banyak perjuangan dan sekarang bisnis yang ditinggalkan ibunya bisa dia kembangkan dengan caranya. Rana sangat berharap suatu saat nanti dia bisa menemukan laki-laki yang mau menerima segala kekurangan dan kelebihannya, serta selalu mendukungnya dan mencintai dirinya dengan tulus.
...~••~...
Visual....
...RANA...
...VINO...
"Hallo lagi Rana!!!"
Hampir saja Rana menjatuhkan nampan berisi aneka roti yang sedang dipegangnnya. Dia sedang memasukkan roti ke dalam etalase, tetapi kemudian dia mengangkat badannya dan menemukan Vino sedang berdiri dibelakangnya. Seperti kemarin, lelaki itu terlihat tampan dengan setelan jas hitam yang dipakainya begitu elegan menempel pas ditubuhnya serta nampak memang seperti dijahit khusus untuknya, dan senyum manisnya itu yang seolah tidak pernah hilang sari wajah tampannya.
Apa yang dilakukan pria itu disini lagi?
"Aku datang untuk membeli aneka roti dan kue buatanmu, aku ingin membawanya pulang, apakah kira-kira ada roti atau kue yang pas untuk bersantai dan bisa dinikmati dengan kopi atau teh?"
"Kurasa semua roti atau kue sangat cocok dinikmati untuk teman ngeteh atau ngopi, ini yang ada ditanganku adalah roti yang baru saja keluar dari oven"
"Baiklah berikan itu satu, aku juga ingin puff pastry juga pie"
"Baiklah aku akan mengambilkannya, kau bisa duduk dan menunggu"
Rana kembali benerapa saat kemudian dan membawa pesanan Vino. Lelaki itu langsung membayar semua pesanannya dan juga mengeluarkan sebuah kertas berwarna cokelat yang terlihat begitu elegan dan memberikannya pada Rana. Ternyata itu adalah sebuah undangan pesta, Rana menerima itu dengan perasaan bingung dan heran.
"Aku harap kau besok lusa kau bisa datang ke acara pestaku, aku akan menunggumu disana"
"Pesta??? Kau mengundangku??"
"Ya, aku ingin kau datang dan jangan menolaknya, aku akan sangat kecewa padamu jika ku tidak datang, sampai jumpa Rana" Vino pun pergi keluar meninggalkan Rana yang berdiri terpaku memegang undangan itu.
Entah apa yang ada dipikiran lelaki itu, kenapa dia memberi Rana undangan pesta yang diadakannya padahal mereka baru bertemu dua kali itupun kemarin lelaki itu memesan kue buatannya dan sekarang datang membeli roti sekaligus memberinya undangan. Rana tidak mungkin datang ke pesta itu, dia tidak mengenal siapapun disana membayangkannya saja membuat Rana bergidik ngeri, dia pasti akan tampak seperti orang yang bodoh berdiri sendirian dipesta itu.
*****
Hari ini Rana disibukkan dengan mempersiapkan aneka pesanan kue untuk pesta yang diadakan oleh Vino. Rana dibantu oleh tiga karyawannya didapur. Semua pesanan itu harus selesai tepat waktu dan rasanya harus enak karena Rana tidak ingin mengecewakan customernya. Jika semua sesuai dengan permintaan tentu itu akan menjadi nilai plus untuk usahanya dimana mereka pasti akan kembali lagi untuk memesan atau membelinya.
Saat sedang sibuk dengan adonan kue nya sekali lagi Rana dikejutkan dengan dengan kedatangan Vino ke Bakery nya. Entah apa yang membuat laki-laki itu senang sekali datang kesini dan sekarang kedua tangannya dia memegang 3 paperbag besar dan tersenyum ke arah Rana.
"Hai cantik, apa aku mengganggumu?" Tanya Vino dengan senyumannya yang tidak pernah hilang dari wajahnya.
Rana hanya membalas dengan senyum tipis lalu berbalik arah dan mencuci tangannya yang putih karena tepung diwastafel. Rana kembali menghampiri Vino.
"Kenapa anda kesini lagi???"
"Aku datang membawa sesuatu untukmu, ambilah ini dan jangan lupa kau besok harus datang ke pestaku memakai ini"
"Saya tidak bisa menerimanya, saya juga tidak mungkin menghadiri pesta anda, maaf" Rana menolak secara halus.
"Kenapa?"
"Maaf bukan bermaksud apa-apa tapi saya tidak bisa menerimanya, kurasa ini terlalu berlebihan, anda adalah pelanggan saya dan tidak sepatutnya saya menerima lebih dari yang seharusnya"
Vino diam dan hanya memandang Rana, perempuan ini ternyata sedikit keras kepala. Tetapi bukan Vino namanya jika tidak berhasil membujuk orang lain agar mau menuruti kemauannya. Dia telah berhasil melakukan banyak proyek besar dan meyakinkan semua klien nya untuk bekerja sama dengannya, akan sangat memalukan jika hanya membujuk seorang gadis saja dia tidak bisa.
Sampai akhirnya Rana pun bersedia untuk datang ke pesta itu setelah Vino mengeluarkan berbagai bujukan dan bahkan menawari perempuan itu untuk dijemput oleh supirnya. Selain itu Vino juga memberikan penawaran kerja samma kepada Rana yang akhirnya bisa membuat perempuan itu menyerah kepadanya.
Rana sampai dirumahnya cukup larut karena dia harus menyelesaikan pekerjaannya. Rana membuka pemberian Vino yang berlogo merk terkenal dari Vino dan sangat terkejut menemukan apa yang ada disana. Sebuah kotak berisi sepatu yang begitu cantik dari merk terkenal dan jangan ditanya harganya sangatlah mahal, sedangkan yang satunya berisi tas yang juga dari merk yang sama, sedangkan satu lagi berisi gaun berwarna pastel yang terlihat begitu elegan tetapi dengan merk berbeda dan tetap saja itu juga dari brand terkenal. Rana hanya menggelengkan kepalanya tidak menyangka dia menerima pemberian semahal itu bahkan harganya jika ditotal mencapai ratusan juta.
"Aku tidak bisa menerima ini, ini terlqlu berlebihan untuk sebuah hadiah, aku harus mengembalikannya besok, dan karena aku sudah berjanji untuk datang, aku akan datang dengan memakai pakaianku sendiri" Gumam Rana.
Dengan hati-hati Rana menaruh kembali ke dalam gift box masing-masing agar tidak membuat kerusakan pada barang mewah itu. Rana kemudian pergi ke kar mandi membersihkan tubuhnya dan harus segera beristirahat karena besok masih harus menyelesaikan seluruh pesanan Vino.
*****
Sebuah mobil sport mewah berwarna putih itu berhenti didepan sebuah rumah yang sangat besar. Seorang laki-laki berkacamata hitam turun dari mobil itu, dia memakai Tshirt putih, bercelana panjang warna khaki dan telinga nya bertindik. Wajahnya sangat tampan walau penampilannya biasa saja dan sedikit urakan. Dia adalah Vittorio Prakarsa atau yang akrab disapa Vitto, putra pertama dari pendiri Prakarsa Corporate yang tak lain adalah kakak dari Vino.
Vitto sangat jauh berbeda dengan adiknya Vino, dia lebih suka hidup bebas, dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk travelling dan menjelajah dunia dengan cara mendaki gunung dibanding harus menghabiskan waktunya untuk mengurus perusahaan milik Ayahnya, dan dia tidak suka jika setiap hari harus memakai jas dan dasi karena itu bukanlah gayanya. Dia sangat beruntung adiknya itu mau mengurusnya dan mengelola perusahaan keluarga mereka. Vitto lebih suka berpenampilan santai dan sangat ramah kepada semua orang sementara Vino selalu tampil dengan setelan jas dan juga sangat dingin dan tegas.
Pembagian warisan itu sudah dilakukan, dan Vitto hanya meminta bagiannya berupa uang dan menyerahkan sepenuhnya perusahaan itu pada Vino, dan dari hasil pembagian itu Vitto sudah bisa menikmati kemewahan seumur hidupnya tanpa harus bekerja. Tetapi tentu saja Vitto tidak bisa hanya menghabiskan waktunya hanya untuk mendaki gunung, dia memiliki pekerjaan sebagai seorang aktor dan model, ya walaupun dia melakukannya hanya untuk mengisi waktu luangnya saja, dan tidak benar-benar fokus dengan pekerjaan itu tentu saja dia juga memiliki banyak penggemar diluar sana, tetapi dia masa bodoh dengan wanita-wanita yang selalu mengejarnya. Pesona Vitto memang sangat luar biasa, dia selalu dikelilingi oleh penggemar dan wanita-wanita cantik, tetapi Vitto selalu mengabaikannya. Dan juga Vitto tidak terlalu peduli dengan pekerjaannya, dia terkenal cukup pilih-pilih dalam menerima tawaran, yaitu hanya saat ketika dia mau saja karena baginya kebebasan dan kebahagiaan hatinya adalah hal yang utama daripada harus selalu disibukkan dengan pekerjaan.
Vitto berjalan memasuki rumah mewah itu yang tak lain adalah tempat tinggal Adiknya. Hari ini hari libur pasti adiknya itu sedang berada dirumah. Vitto mengunjunginya karena dia mendengar adiknya itu akan mengadakan pesta, tentu saja Vitto harus datang ke pesta itu, karena selain pesta itu akan sangat meriah dan luar biasa, Vitto bisa bertemu dengan banyak gadis-gadis cantik yang bisa dia ajak kencan atau yang lainnya.
...VITTO...
Rumah itu tampak lengang, Vitto menanyakan keberadaan Vino pada pelayan dirumah itu. Vitto segera menemui adiknya itu yang sedang berada diruang kerja nya. Vino terlihat sangat serius didepan monitornya, lelaki itu hanya melirik Vitto yang datang masuk ke ruangannya lalu kembali lagi fokus pada monitornya. Vitto duduk didepan Vino tanpa permisi dan memainkan hiasan berupa pendulum diatas meja itu.
"Kudengar besok kau akan mengadakan pesta, kenapa kau tidak mengundangku"
"Tanpa ku undang pun kau pasti akan datang, jadi itu hanya akan membuang waktuku saja jika melakukannya" Vino menjawab dengan dingin.
"Kau dingin sekali, kau sama sekali tidak bisa menghargaiku sebagai kakakmu, baiklah lanjutkan kesibukanmu, aku mau tidur disini" Vitto berdiri dan langsung keluar meninggalkan ruangan kerja Vino.
Vitto langsung naik ke kamar yang sudah biasa dia gunakan saat menginap dirumah adiknya ini. Hubungan Vitto dengan Vino semakin hari semakin tidak jelas, adiknya itu seolah memendam kebencian kepadanya. Semua berawal setelah dia menolak keras untuk mengurus perusahaan keluarga, tetapi Vitto tetap berusaha bersikap baik dan menyayangi Vino walaupun adiknya itu sering mengabaikannya.
Vino hanya memandang dingin kepergian kakaknya dari ruangannya. Kakaknya itu terlalu berpikir bebas dan sesuka hatinya, seolah tidak memperdulikan apa yang terjadi dikeluarga mereka, sehingga membuat Vino menjadi sangat enggan berhubungan baik dengan Vitto. Kadangkala Vino juga merasa sangat ingin bisa hidup sebebas Vitto, tetapi situasi dan kondisii membuatnya tidak bisa melakukannya. Andai saja Vitto mau membantunya mengurus perusahaan tentu hubungan mereka akan lebih dekat seperti dulu.
*****
Vitto bangun cukup siang, itu sudah jadi kebiasaannya setiap hari dan tidak ada yang berani mengganggu tidurnya termasuk pelayan Adiknya juga, mereka sudah sangat mengerti kebiasaan dari Vitto. Lelaki itu berjalan kearah balkon kamarnya dan melihat ada kesibukkan yang terjadi dibawah. Ya dibalkon kamar itu dia bisa melihat apa yang terjadi di taman belakang rumah Vino, persiapan pesta nanti malam sudah mulai dikerjakan.
Orang-orang terlihat berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing untuk menyiapkan semuanya. Vitto mengernyit melihat apa yang ada dibawah sana, adiknya itu selalu mengadakana pesta rutin jika dia berhasil memenangkan tender besar dan mengundang rekanan bisnisnya serta para staffnya, tetapi yang dia tahu, saat ini belum ada tender yang dimenangkan Vino lalu kenapa adiknya itu memgadakan sebuah pesta. Vitto mencoba mengabaikan pertanyaannya lalu membalikkan badannya untuk masuk dan pergi mandi.
Vitto turun untuk sarapan ya walaupun ini lebih tepatnya sudah waktunya makan siang. Tampak Vino sedang menikmati makan siangnya sendirian diruang makan, Vitto datang dan langsung duduk sambil melempar senyum ke arah Vino tapi sudah pasti adiknya itu tidak membalas atau sekedar menyapanya dan hanya memandang sinis serta dingin kearahnya.
Pelayan datang dan langsung melayani serta menyiapkan makanan untuk Vitto. Vino menikmati makanannya dan tetap tidak mempedulikan Vitto yang ada didepannya. Ponsel Vino berdering dan dia pun langsung mengangkatnya. "Ya" Jawab Vino cepat lalu terdiam menyimak apa yang diucapkan oleh orang yang meneleponnya.
Vitto hanya diam memandang Vino yang sedang serius dengan telepon yang diterimanya.
"Oke, lanjutkan tugasmu dan tetap pantau dia terus, jika ada sesuatu langsung hubungi aku lagi" Ucap Vino lalu menutip teleponnya.
"Siapa yang sedang kau pantau???" Tanya Vitto penasaran.
"Bukan urusanmu!!!" Jawab Vino ketus lalu memundurkan kursinya dan berdiri meninggalkan Vitto diruang makan.
Entah apa yang sedang dilakukan adiknya itu, dan entah siapa yang sedang dipantau, Vitto merasa heran sekaligus penasaran tetapi kemudian melanjutkan makan siangnya lagi. Apapun yang dilakukan Vino adalah urusannya, Vitto tidak ingin tahu atau mencaritahu apa yang terjadi karena itu pasti akan membuat Vino marah kepadanya.
****
Rana pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya di Bakery miliknya, dia akan beristirahat sejenak sebelum nanti malam datang di pesta yang diadakan Vino. Walaupun dia merasa enggan tetapi dia kemarin sudah berjanji untuk datang dan lelaki itu juga akan mengirim supir untuk menjemputnya. Selain datang Rana juga akan mengembalikan barang yang kemarin Vino berikan padanya, dia tidak ingin mengenakan itu semua karena dia merasa kurang pantas, itu terlalu dan sangat mahal. Rana akan memakai gaunnya sendiri dibanding harus memakai pemberian Vino.
Malam tiba, Rana sudah bersiap dan tampak manis memakai gaun sederhana yang dimilikinya. Dia juga merias wajahnya dengan riasan sederhana. Ketukan pintu rumahnya mengalihkan Rana yang sedang duduk didepan meja riasnya, dia pun keluar untuk membuka pintu.
Seorang pria berpakaian hitam berdiri didepan pintu, dan mengenalkan dirinya sebagai supir yang disuruh oleh Vino untuk menjemputnya. Rana meminta supir itu untuk menunggunya sebentar karena dia akan mengambil tasnya di dalam. Rana kembali beberapa saat kemudian samhil membawa barang yang akan dia kembalikan pada Vino. Supir itu mulai mengendarai mobilnya menuju rumah Vino.
****
Mobil itu berhenti didepan rumah yang sangat mewah dan halamannya sangat luas, Rana melihat sudah banyak sekali mobil-mobil yang terparkir disana. Pintu dibuka dan Rana keluar dari mobil itu dan dipersilahkan untuk masuk karena pesta sudah dimulai dihalaman belakang rumah itu.
Rana masuk ke dalam rumah itu dan dia hanya bisa berdecak kagum melihat betapa mewah dan elegannya rumah itu. Furniture serta hiasan-hiasan yang ada tampak begitu mewah dan pasti sangat mahal Rana berjalan pelan dan terlihat di bagian belakang rumah itu ada banyak orang berlalu lalang. Sepertimya pesta memang sudah dimulai.
Brukkk.........!!!!
Rana ditabrak oleh seseorang dari belakang dan hampir saja dia tersungkur, untung saja orang itu langsung memegang kedua bahunya dan menahannya.
"Sorry sorry, aku terlalu fokus pada ponselku sehingga aku tidak tahu ada kau didepanku" Ucap seorang pria yang menabrak Rana.
Rana membalikkan badannya dan sempat terkesima sesaat kepada pria yang menabraknya itu. Pria itu sangat tampan, manis dan tampak begitu gagah, tetapi kemudian Rana menyadari bahwa dia sudah berlebihan memuji lelaki itu. "Iya tidak apa-apa" Ucap Rana.
"Sekali lagi maafkan aku???"
"Iya sama-sama, aku permisi dulu aku harus segera bertemu dengan pemilik pesta ini, permisi" Rana menunduk lalu pergi meninggalkan Vitto.
Vitto tersenyum melihat kepergian Rana, perempuan itu sangat manis, dan terlihat sedikit lugu. Vitto mengernyit melihat apa yang ada digenggaman Rana, itu adalah paper bag dari merk terkenal, untuk apa dia membawanya kesini dan tadi dia juga bilang ingin bertemu si pemilik pesta yang sudah tentu itu adalah Vino.
Mata Rana melirik ke seluruh penjuru tempat pesta itu, mencoba menemukan dimana keberadaan Vino. Dia harus mengembalikan barang yang dipegangnya dan berniat akan langsung meninggalkan pesta ini, karena melihat semua orang yang hadir dipesta ini berpenampilan elegan, Rana merasa malu dengan dirinya sendiri merasa tempat ini bukan tempat yang cocok untuknya.
Akhirnya Rana menemukan yang dicarinya, Vino. Lelaki itu tampak sedang berbincang dengan tamunya, dan ditangannya ada gelas berisi cairan bening berwarna keemasan. Rana pun langsung berjalan untuk menghampiri Vino.
Vino melihat kedatangan Rana dan mengerutkan dahinya karena perempuan itu datang dengan pakaian lain bukan pakaian darinya. "Shiitt... Kenapa dia tidak memakai pakaian dariku???" Gumam Vino kesal.
Rana mendekati Vino dan menyodorkan apa yang dibawa nya kepada Vino. "Maaf aku ingin mengembalikan ini pada anda" Gumam Rana pelan, matanya bertatapan dengan Vino yang tersenyum kepadanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!