Mariana Novabel Admaja yang kerap di sapa Abel, nama panggilan itu bukan kedua orang tuanya yang memberikan namun orang lain yang amat berarti baginya. Ia kini telah menjadi gadis cantik dan mempesona bagi kaum adam.
Namun sudah beberapa kali di tembak oleh laki-laki tapi selalu ia tolak, bukan maksud sombong atau merasa diri cantik tapi hanya saja hatinya sudah terpaut oleh yang lain. Padahal yang ia sukai sedang jauh darinya tapi ia selalu merasa dekat di hati kala memakai kalung yang orang tersebut berikan.
"Kapan sih kamu pulang ?". Ucapnya lirih.
Abel melihati kalung yang terpasang di lehernya dan tak pernah ia lepas selama ini. Kalung tersebut terlihat cantik di pantulan cermin walau sudah berumur tua. Tapi selalu ia jaga walau tau jika kalung itu hanyalah kalung murah yang di beli seorang anak kecil dan di berikan kepadanya saat masih kecil dulu tapi menurutnya kalung itu lebih berarti dari pada berlian mahal sekalipun.
*******
Abel telah sampai di kampusnya dan ia sudah hampir lulus hanya saja ia masih harus magang dan menyelesaikan skripsinya sebelum benar-benar lulus. Kampus itu juga tempat di mana kedua kakaknya menimba ilmu alias alumni situ karena permintaan sang papa. Dan Papa Rey juga menyuruh ketiga anaknya untuk mengambil jurusan bisnis dengan alasan bisa meneruskan bisnis keluarga nantinya.
Dari SD sampai dengan kuliah papanya menyuruh untuk selalu bersama kedua kakaknya padahal sang kakak terpaut usia 2 tahun jadi pastinya lulus lebih dulu darinya, ia sampai bosan melihat kakanya kalau tidak di sekolah, di rumah juga selalu lihat sampai bosan. Kalau begitu bagaimana ia bisa mandiri coba.
" Abel ". Abel menoleh ke arah sumber suara dan ternyata Felly yang memanggilnya dan berlari menuju ke arah Abel berdiri.
" Ada apa sih di kejar anj*ng kamu ?". Tanyanya kala melihat Felly yang tengah tergesa ke arahnya.
"Lo mesti ikut gue sekarang". Felly menarik tangan Abel untuk ke suatu tempat yang tentunya tidak ia sebutkan dan itu membuat Abel bingung dengan kelakuan temannya itu.
" Bentar ini mau kemana dulu ?". Belum sempat Abel menjawab tapi mereka sudah sampai di lapangan basket kampus dimana sudah ada banyak sekali mahasiswi yang ada di sana dan juga hiasan balon di sekeliling tempat itu.
"Ini ada apaan sih ada yang ulang tahun ?". Tanya lagi karena bingung namun bukannya menjawab Felly malah berlari ke pinggir lapangan basket bergabung dengan yang lain, dan itu membuatnya sadar jika ia sedang berdiri di tengah lapangan basket seorang diri.
Abel jadi merasa malu karena Felly membuatnya berdiri di tengah lapangan dan menjadi tontonan mahasisiwi sekitar, ia hendak ke pinggir bergabung dengan yang lain sebelum semakin malu.
" Jangan pergi". Suara dari seseorang menghentikan langkahnya dan kala melihat ke belakang ternyata sumber suara tersebut berasal dari Steve yang menuju ke arahnya, namun anehnya seraya membawa bunga dan balon di masing-masing tangannya.
Steve tanpa di duga berjongkok di depan Abel seraya menyodorkan bunga dan balon tersebut, tentu membuat Abel jadi bingung sekaligus malu karena mereka berdua menjadi tontonan yang lain.
"Steve berdiri dong malu nih". Tapi bukannya berdiri Steve malah tersenyum padahal Abel sudah sangat malu.
" Abel kamu jangan hiraukan yang lain, sebenarnya semua ini aku siapin untuk kamu karena aku ingin menyatakan cintaku". Steve menghirup nafas dalam dan membuangnya sebelum mengatakan kalimat lagi.
"Abel will you be my girlfriend". Abel ternganga tak percaya dengan yang ia dengar hingga tak sanggup lagi bicara apapun namun berbeda dengan para penonton yang bersorak ria karena melihat Abel yang di tembak dengan cara sangat romantis hingga membuat semuanya iri.
" Kalau kamu terima kamu ambil bunga di tangan kananku dan kalau kamu tolak kamu ambil balon di tangan kiriku lalu kamu pecahin".
Abel sangat bingung bagaimana harus lari dari situasi yang terasa berat baginya, ingin menerima tapi tidak cinta, ingin menolak tapi takut steve malu.
"Terima Terima Terima". Semuanya bersorak agar Abel menerima ungkapan cinta dari Steve padahal dalam lubuk hatinya sudah ada orang lain.
" Oh Tuhan ampuni dosaku mengapa kau berikan cobaan berat ini". Gumamnya dalam hati.
Abel mengangkat tangannya berat bahkan rasanya sangat berat sekali karena bingung harus mengambil bunga atau balon. Bahkan kini tangannya gemetar meraih balon dan meletuskannya.
"Sorry Steve". Ternyata dalam balon tersebut berisi tepung yang langsung mengenai kepala Steve dan belepotan mengenai seluruh tubuh juga kepala.
Abel segera berlari meninggalkan tempat tersebut karena malu dan takut dengan Steve yang sudah ia tolak, Felly yang melihat Abel berlari segera menyususlnya dengan berlari juga meninggalkan tontonan Steve yang tengah kecewa karena baru saja di tolak Abel.
" Abel tungguin gue". Abel menghentikan larinya dan duduk di kursi kantin kampus seraya menghirup udara sebenyak-banyaknya begitu juga Felly yang lelah mengejar Abel.
"Gila rasanya gue abis maraton". Felly lalu celingukan mencari ibu kantin dan setelah ketemu ia mengangkat tangan.
" Bu jus jeruk 2". Tariaknya dan beralih memandang Abel dengan tatapan kesal setengah mati.
"Lo nyadar nggak apa yang baru lo lakuin ? Lo tuh abis nolak Steve, Steve bel prince charming kampus kita abis lo tolak mentah-mentah, lo gila apa nggak waras ?".
Ibu kantin menghampiri mereka dan Abel langsung menyambar jus jeruk milik Felly lalu menenggaknya sampai habis, tak memikirkan Felly yang kian sebal melihatnya. " Jus gue tuh".
"Nih jus kamu pelit banget sih ntar aku ganti". Abel menyodorkan gelas yang sudah habis isinya tersebut dan tinggal beberapa tetes.
" Kamu kok nggak bilang kalau Steve mau nembak aku, kalau kamu bilangkan aku bisa lari dulu sebelum ke lapangan". Tuturnya dan membuat Felly melongo.
"Kurang apa coba si Steve bel ? Udah ganteng maksimal, kece badai, tajir melintir kalau gue yang di tembak nih ya nggak usah nolak langsung bilang yes, dari dulu lo kalau ada yang nembak selalu lo tolak, jadi cewek jangan kebanyakan nolak bel ntar nggak laku gimana ?".
" Kurang cinta makanya nggak aku terima, aku tuh nggak cinta gimana dong mau maksain terima yang ada ngejalaninya setengah hati". Felly sebal hingga menghembuskan nafas kasar bingung dengan jalan pemikiran temannya itu.
"Kata embah gue nih ya withing tresno jalaran soko kulino seng penting lakonono, maksudnya itu datangnya cinta berasal dari kebiasaan yang penting jalani dulu". Tuturnya dengan nada penuh kewibawaan dan menenggak jusnya sebelum di habiskan Abel juga.
" Kamu punya mbah dari jawa sejak kapan ? Bukannya embah kamu orang china ?". Felly pun menyengir kuda.
"Mantan pacarnya mbah gue orang jawa jadi ya belajar bahasa jawa mbah gue, maklum mbah gue badboy gitu dulu". Abel memutar bola matanya jengah, pantas saja cucunya asal terima cowok orang mbahnya aja gitu.
" Lo tuh bingung deh gue nyari yang kayak gimana sih ? Yang cakep nggak mau yang jelek lo tolak ntar lama-lama lo jodohnya sama orang gila". Abel langsung mengetuk meja dan kepalanya.
"Dih amit amit jangan sampai, kalau ngomong di filter dulu dong jangan asal keluar, aku tuh ya udah ada yang aku sukai dari dulu sampai sekarang". Felly jadi serius dan menyingkirkan jus yang menghalanginya untuk menyimak Abel.
" Beneran gue kira lo lesb* ? Eh kayak gimana orangnya ? Umurnya berapa ? Kuliah sini juga nggak ?". Tanyanya dengan beruntun sampai membuat Abel bingung harus jawab yang mana dulu.
"Yang pastinya ganteng dong tapi aku nggak mau lihatin fotonya ke kamu takutnya entar ikut naksir, dia beda 8 tahun sama aku, sekarang dia nggak disini masih di luar negri ngurusin bisnis keluarganya". Felly langsung menyenderkan punggungnya dengan kecewa.
" gue kira lebih badai daripada Steve ternyata selera lo om om, kalau beda 8 tahun mah ya udah kepala 3 dong, jangan-jangan dia tipe om om pedof*l yang suka ma anak kecil kayak lo lagi, nolak Steve cuma buat om om lo mendingan ke psikeater pa psikolog deh kali aja otak lo korslet ". Tuturnya dengan santai.
"Kalau ngomong di jaga neng, kalau otak aku korslet nggak bakalan ya aku bisa nyelesein tugas aku sekaligus ngerjain punya kamu juga".
Felly tertawa nyengir dan mengelus tangan Abel karena takut menyinggung Abel dan tak mau lagi memberinya contekan apalagi mengerjakan tugasnya.
" Iya deh neng cantik moga jodoh ya ma om omnya jan lupa ntar gue kasih jawaban tugas bu Ani".
Abel dan Felly sedang jalan ke kampus setelah tadi membeli buku yang mereka butuhkan untuk menunjang kuliah. Mereka berdua sudah seperti sahabat karib karena mengambil jurusan yang sama membuat mereka semakin dekat padahal mereka baru kenal saat masuk kuliah.
"Bel lo tau nggak semenjak lo nolak Steve dia udah jarang masuk kuliah, kasihan tuh anak kenapa ya nggak milih gue aja kan nggak bakalan gue tolak". Satu toyoran dari Abel Felly dapatkan kala mereka duduk di bangku kelas yang masih kosong.
" Aku juga kasihan tapi kamu jangan asal terima meski dia ganteng, kaya dan populer belum tentu hatinya baik". Tuturnya.
"Kenapa ya nggak ada gitu yang nembak gue padahal nih ya gue single, cantik, kaya tapi kok yang ganteng larinya ke elo semua lah sekalinya ada yang naksir gue malah gak waras". Ucapnya dengan kesal.
Felly jadi teringat salah satu mahasiswa di kampusnya yang menembak tempo hari, namun di karena penampilan lelaki itu yang kampungan juga cupu, bahkan kaca matanya saja terlihat sangat tebal jadi ia menolak.
" Udah jangan mikirin itu mikirin aja kamu mau magang dimana, aku aja sampai bingung". Abel membolak-balik buku yang tadi ia beli dan memilih ke buku dengan tema management sebagai bacaannya.
"Kok lo bingung sih bokap lo kan punya banyak perusahaan tinggal pilih aja mau magang yang dimana nggak usah susah-susah kayak gue nih bokap punya perusahaan gue tinggal bilang besoknya siap magang gampang kan ?". Tuturnya dengan mudah.
Abel menghela nafas memikirkan ia akan magang di mana, apa yang di katakan oleh Felly memang ada benarnya tapi ia juga ingin mandiri, pastinya sang papa akan memberikan tugas di luar pekerjaan anak magang.
Entah itu lebih gampang atau lebih sulit mengingat sang papa saja menyuruh ketiga anaknya untuk mengambil jurusan bisnis dengan harapan bisa meneruskan perusahaan keluarga, dan mungkin salah satu atau lebih perusahaan akan papa berikan padanya setelah lulus kuliah.
Beberapa mahasiswi yang lain masuk ke dalam kelas begitu juga dosen, Abel dan Felly menutup buku yang mereka baca dan beralih fokus pada dosen yang sedang menerangkan. Sekitar satu setengah jam mereka di dalam dan karena itu mata kuliah terakhir yang Abel ikuti hari ini jadi ia langsung pulang.
*****
Abel membanting tubuhnya ke sofa karena merasa sangat lelah dan melemparkan tasnya ke meja di depannya. Namun baru juga beberapa menit ia duduk bel rumah berbunyi. Walau malas untuk bergerak ia membuka pintu tersebut karena selalu berbunyi hingga membuatnya kesal.
Mata Abel membulat dan tubuhnya terasa kaku kala melihat orang yang bertamu tersebut, ia mengerjapkan mata dan melihat lelaki yang di hadapannya dari ujung kepala ke ujung kaki. Rasanya hampir tak percaya tapi nyata dan rasanya sangat bahagia hingga menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Nggak di suruh masuk nih ?". Tanya lelaki itu dan seketika Abel tersadar dari lamunanya dan langsung memeluk lelaki tersebut.
" Kak Exceeeeeel". Abel begitu erat memeluk Excel yang benar-benar ada di depannya, ia begitu merindukan lelaki tersebut bagitu juga Excel yang membalas pelukan Abel.
"Udah gede kamu sekarang tambah cantik juga, apa kabar kamu ?". Tanyanya kala pelukan Abel terlepas dan ia tak berhentinya tersenyum.
" Baik kak ketemu kak Excel tambah baik malah". Abel menyuruh Excel untuk masuk dan membantunya membawakan oleh-oleh yang telah di persiapkan Excel kala masih di US.
Abel memperhatikan Excel yang datang dengan kemeja lengan panjang namun ia naikkan sampai siku dan rambut yang tersisir rapi. Setelah bertemu langsung Abel seolah tersihir dengan ketampanan yang Excel miliki.
"Abel kenapa teriak sih....Excel ?". Mama Dina melihat Excel yang datang juga langsung terkejut dan memberikan pelukan untuk Excel.
" Kapan kamu pulangnya Cel ? Mami sama papi kamu ikut apa nggak ?". Tanyanya dan Excel terlihat bahagia bisa melihat mama Dina.
"Dua hari yang lalu ma aku sibuk urus ini itu jadi baru sempat ke sini". Terdengar suara mobil Alvin dan Papa Rey yang telah pulang kerja membuat mereka bertiga langsung melihat ke arah pintu, dan tentunya baik papa maupun Alvin terkejut dengan kedatangan Excel.
" Kau Excel yaampun sekarang kau sangat tinggi dulu kau seginiku". Papa memperlihatkan pinggangnya dimana dulu tinggi Excel kala masih segitu saat kecil.
"Oh iya ini aku bawa oleh-oleh untuk kalian semua, Andre mana ?". Excel tersadar kala tak melihat Andre, ia fikir Andre masih di dalam atau masih kerja dan belum pulang.
" Kamu lupa Andre kan sudah menikah jadi sekarang dia punya rumah sendiri". Jelas sang mama dan diangguki oleh Excel.
Excel membagikan mereka semua satu paper bag yang isinya macam-macam, ia sendiri yang pilih oleh-oleh itu walaupun tau jika keluarga papa Rey pasti mampu untuk membeli sendiri tapi ia tak ingin berkunjung dengan tangan kosong.
"Kirain gue dapet bule, masak oleh-olehnya bisa cari di Indonesia cariin gue bule napa ". Alvin mendapat toyoran dari papa Rey karena tak berterima kasih atas pemberian Excel dan malah minta yang aneh-aneh.
*****
Mama Dina menyuruh semuanya untuk masuk ke dalam karena sudah menyiapkan makanan walau seadanya di bantu bi Asih karena tak tau jika Excel akan datang. Kalau ia tau pastinya akan masak lebih banyak dan memasak makanan kesukaan Excel.
" Maaf ya Cel cuma ada ini, habisnya kamu nggak bilang kalau mau datang kan mama bisa masak kesukaan kamu". Excel tersenyum seraya memakan makanannya yang telah lama ia tak makan selama di luar negri.
"Ini aja udah cukup buat aku, lagian aku pengin ngasih kejutan untuk semuanya". Abel langsung cemberut ketika mengingatnya, ia sendiri sering telfonan dengan Excel tapi Excel tak memberitahu tentang kedatangannya.
" Iya nih kan kalau kak Excel kasih tau aku bisa jemput, kak Excel mah gitu tapi kak Excel di Indonesia berapa hari atau selamanya ?". Tanyanya karena sangat penasaran dalam hati Abel berharap jika Excel akan benar-benar menetap di Indonesia.
"Iya aku sekeluarga akan pindah ke Indonesia dan menetap di sini, opa suruh kami untuk pindah dan menyuruh aku untuk menggantikan mengurus perusahaan".
Mengurus perusahaan katanya dan selamanya berada di Indonesia tentu saja ia sangat senang sekali. Tiba-tiba Abel jadi punya ide, ia sedang mencari tempat magang dan Excel adalah pemimpin perusahaan, mungkinkah Tuhan mengirimkan Excel kembali agar ia bisa magang di perusahaan milik opanya Excel.
" Kak aku lagi nyari tempat magang nih kalau aku magang di perusahaan punya kak Excel gimana ? Bolehkan ?". Excel langsung tersedak mendengar Abel akan magang di perusahaannya.
Alvin merasa aneh lantaran Abel ingin magang di perusahaan yang Excel pimpin padahal perusahaan milik papa Rey banyak tinggal pilih saja mau magang dimana. Kenapa juga harus di tempatmya Excel.
"Yakin nih mau magang doang ?, kan bisa ke salah satu perusahaan punya papa". Abel jadi kesal sangat kesal dengan Alvin yang tak tau mangsud dan tujuannya.
" Iya bel kenapa mesti perusahaan milik Excel ? kan kamu bisa milih di perusahaan yang mana saja, takutnya nanti Excel jadi keberatan mesti ngajarin kamu sekaligus mimpin perusahaan". Tutur sang papa dan itu malah membuat Abel rasanya sangat kesal, kenapa juga keluarganya tidak ada yang mengerti maksudnya.
"Gak apa-apa pa, boleh kok ntar aku tanyain bagian apa yang bisa Abel masuki". Abel menggeleng dengan cepat tak setuju dengan Excel.
" Aku penginnya jadi sekertarisnya kak Excel bolehkan ? Boleh ya ?". Abel memberikan tatapan mata memohon membuat Excel jadi tak tega menolak keinginanya.
"Ya udah aku bakal ngomongin ke pihak HRD biar kamu di taruh di bagian sekertaris". Abel sangat senang bahkan senang sekali, ia bisa dekat dengan Excel dan sekaligus mencari solusi untuk tempatnya magang.
" Hari ini kak Excel nginep sini kan ?".
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak dan terlebih dulu baca novelku "Wanita Simpanan CEO".
Biar lebih faham dan nyambung karena ini novel sequelnya.
semua langsung melihat ke arah Excel hingga membuatnya jadi canggung sekaligus bingung menjawab apa. Jika ia tidak menginap itu artinya Abel akan kecewa namun jika ia menginap ia harus meninggalkan pekerjaan yang kian menumpuk.
“maaf ya lain kali aja aku nginepnya masih banyak hal yang harus aku urus”. Abel terlihat kecewa padahal ingin sekali Excel menginap agar bisa membuatnya mengenang masa lalu.
“dah wajahnya jangan kusut gitu ntar gue strika kalau masih kusut”. Sambar Alvin yang tambah membuat suasana hati Abel jadi buruk , tapi ia berusaha menjaga image di depan Excel kalau tidak mungkin cabe rawit sudah melayang ke muka Alvin sekarang.
“tapi janji ya lain kali”. Excel mengangguk dan mengiyakan perintaan Abel.
Mereka makan seraya berbincang bersama seperti keluarga bahagia, mungkin jika ada Andre keluarga mereka akan balik ke formasi lengkap. Walau begitu tetap terasa sekali kebahagiaan yang ada disana. Dan setelah itu Excel pamit untuk pulang walau rasanya Abel tak ingin Excel cepat pulang namun ia tau bisa lagi bertemu lain kali, apalagi sekarang Excel sudah pindah ke Indonesia lagi.
******
Malamnya Abel memeluk boneka Hello Kitty pemberian dari Excel seraya tersenyum mengingat kejadian siang tadi, apabila Excel menginap mungkin akan lebih sempurna. Entah kenapa Excel memberinya boneka Helko Kitty padahal ia sudah punya banyak tapi apapun pemberian dari Excel selalu membuatnya senang mungkin inilah sihir cinta bisa membuat orang jadi selalu kasmaran.
"Senyum mulu dari tadi awas kebanyakan senyum ntar gigi kering". Tegur Alvin yang tiba-tiba ada entah bagaimana caranya masuk dan selalu bisa membuatnya kesal.
" Kak Alvin masuk dari mana pintu kamarku kan ku kunci ?". Alvin menunjuk pintu yang ada di belakangnya, pintu itu menghubungkan kamar Alvin dan Abel langsung dari dalam.
"Lupa lo ada pintu itu". Abel mendengus kesal lantaran angan dan lamunanya pudar seketika dengan gangguan dari Alvin.
" Denger-denger tempo hari lo abis di tembak lagi ? Dan lo tolak lagi ?". Tanyanya tepat sasaran hingga membuat Abel langsung melihat Alvin dengan tatapan penuh tanya mengapa sang kakak bisa tau.
"Jangan natap gue kayak gitu, gue tau dari temen gue yang mahasiswa Abadi, lo lupa kita kan dulu satu kampus". Abel sangat kesal dengan ia selalu satu sekolah dan satu kampus membuatnya punya cctv 24 jam, ia jadi merasa seperti tak punya privasi.
" ngapa sih lo tolak katanya tuk anak pangeran kampus ? kaya ?populer lagi, kurang apa coba ?". Abel malas meladeni Alvin dan membuka buku untuk ia baca namun Alvin selalu menuntut jawaban.
"Iya aku tolak ya kalau nggak suka gimana dong yang namanya hati kan nggak bisa di paksa". Jawabnya dengan terpaksa, rasanya ia ingin memindahkan kamarnya agar tak terhubung dengan kamar Alvin.
" Wah jangan-jangan lo tolakin semua cowok karena suka ama yang lain ya ?". Abel sudah tak bisa tahan dengan kekepoan kakanya dan mengusir Alvin agar pergi dari kamarnya, ia mendorong Alvin lalu mengunci pintu kamarnya tersebut agar Alvin tak bisa masuk lagi.
"Tidak menerima orang kepo dikamar akuuu". teriaknya kala sudah mengusir Alvin.
******
Abel masih mengantuk namun ia harus bangun lebih awal lantaran hari ini hari pertama kali ia magang ke kantornya Excel dan ia tak ingin terlambat di hari pertamanya. Ia tak ingin memberikan kesan yang buruk sebagai pegawai magang baru.
Namun saat hendak ke kamar mandi terlihat kamar mandi itu tertutup dan pastinya yang ada di dalam adalah Alvin, ia punya kamar mandi sendiri di dalam kamar namun kamar mandinya sedang rusak.
“kak Alvin cepetan aku juga mau mandiiiii”. Teriaknya saat di depan kamar mandi dan Alvin tak kunjung keluar juga hingga membuatnya menguap beberapa kali karena terlalu lama dikamar mandi.
Pintu terbuka dan menampilkan Alvin yang memakai handuk kimono seraya menggosok rambutnya dengan handuk.
“kak Alvin lama banget sih mandi apa pingsan ?”. Abel heran Alvin yang mandi sangat lama melebihi seorang perempuan.
“gue goreng bakwan di dalem, rese lo minggir sana gue mau lewat”. Abel segera masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah mandi Abel kembali ke kamarnya untuk bersiap namun ia sangat bingung harus memakai baju apa lantaran ia belum menyiapkan baju kerja, kalau begini ia jadi ingin pergi shopping tapi dimana toko baju yang buka di pagi hari seperti ini.
“yang mana nih ?”. Abel memilih di baju tersebut dengan bingung dan saking bingungnya hingga melempar baju yang menurutnya jelek ke atas kasur.
Waktunya habis hanya untuk memilih baju dan berdandan karena ingin membuat Excel terpesona, namun ia sangat terkejut karena waktu berjalan dengan cepat. Mama Dina yang menunggu Abel di bawah untuk sarapan bersama hingga menyusul ke kamarnya Abel karea terlalu lama.
“syukur mama dateng bantuin Abel pilih baju dong ma Abel pusing nih harus pakai baju apa ? abel nggak punya baju ma”. Mama Dina ingin mengelus dada lantaran melihat banyaknya baju hingga menggunung di atas kasur.
“ini apaan sih bel kacau kayak kapal pecah”. Mama Dina lalu membantu Abel memilih baju yang akan di kenakan, dan mama Dina menyodorkan dress sedikit diatas lutut di padukan dengan blazer yang menurutnya cocok untuk bekerja.
“kamu pakai ini, ingat Abel yang terpenting dalam bekerja itu harus kompeten di luar itu hanya sebagai pendukung”. Tutur sang mama dan memakai baju yang mama Dina pilihkan untuknya.
Mama Dina dan Abel turun ke bawah dan di meja makan sudah ada Alvin, tadinya Alvin sudah sangat lapar dan ingin makan duluan namun mama Dina bilang akan menyusul Abel dan menyuruh Alvin untuk menunggu.
“lo ganti baju apa nanem kembang lama amat”. Protesnya dan Abel menjulurkan lidah karena sebal.
“aku nyuci mobil kalau di kamar mandi ya mandilah”. Jawabnya yang sudah kesal dengan sang kakak.
Papa Rey pun menutup koran yang di baca dan segera mereka berempat sarapan, sebelum memulai hari agar tidak lemas, mama Dina membiasakan keluarganya untuk sarapan sedikit apapun agar tidak sakit dan punya tenaga.
*******
Abel telah sampai di kantor yang menjulang tinggi tersebut dan membuatnya jadi gugup lantaran hari ini adalah hari pertama jadi ia berharap ia bisa lancar dan menjalankan pekerjaan dengan mudah juga semoga ia cepat mengerti apa yang diajarkan.
Abel melihat reseptionis dan menanyakan di lantai mana ruangan Excel berada, setelah mendengar jika lantai kantor Excel berada di lantai paling atas segera Abel menuju ke lift menuju kantor Excel.
Tepat saat Abel keluar dari lift Excel juga hendak masuk ke dalam kantornya dan melihat Abel, Excel menyuruh Abel untuk masuk guna menjelaskan pekerjaan Abel dan Abel akan diajari oleh Bagas yang merupakan sekertaris Excel.
Walau bukan Excel sendiri yang mengajari Abel namun setidaknya Abel masih bisa bertemu dengan Excel setiap hari dan bisa lebih dekat dengan Excel karena sekarang ia sekertarisnya.
"Kamu kalau ada yang nggak ngerti bisa tanya sama Bagas, dia bisa mengajari". Tuturnya dan Abel hanya mengiyakan apa yang Excel katakan walau kecewa karena bukan Excel langsung yang mengajarinya.
Setelah selesai Abel hendak keluar setelah mendapat pengarahan singkat dari Excel namun dari tadi Excel rada risih dengan dress yang Abel kenakan karena mengekspos pahanya walau tak terlalu banyak, panggilan Excel menghentikan langkahnya Abel.
" Iya ada apa kak ?". Tanyanya penuh harap.
“besok-besok pakai rok yang agak panjangan ya”. Tuturnya membuat Abel malu lantaran seolah sengaja memakai rok kurang panjang padahal mama Dina yang memilihkan tapi kalau diingat bajunya memang tidak ada yang panjang paling kalau rok ya sedengkul.
“iya kak eh tuan Excel”. Abel melangkah keluar dan di depan ruangan Excel ada meja kerjanya Bagas, Abel menghampiri Bagas untuk bertanya tentang pekerjaanya sekaligus minta di ajari.
.
.
.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!